INTRA UTERINE
FETAL DEATH
Lilis Endah Sulistiyawati Paneo
N 111 17 044
PEMBIMBING KLINIK
dr. Syahrir Abdulrasyid, Sp.OG
DEFENISI
Intrauterine Fetal Death merupakan kematian
perinatal. Menurut WHO dan The American
College of Obstetricians and Gynecologist
kematian janin (Intrauterine Fetal Death) adalah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan
500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2
EPIDEMIOLOGI
o Berdasarkan penelitian World Health Organization
(WHO) di seluruh dunia, terdapat kematian bayi sebesar
10.000.000 jiwa per tahun.
o Diantara negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan
negara dengan angka kematian perinatal tertinggi.
o Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2012, angka kematian bayi mencapai
32/1.000 kelahiran hidup.
3
ETIOLOGI
o Faktor maternal (Post term (> 42 minggu) , diabetes melitus tidak
terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi,
preeklampsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua)
o Faktor fetal (Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan
kongenital, kelainan genetik, infeksi)
o Faktor Plasenta (Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban
pecah dini, vasa previa)
4
DIAGNOSIS
• Tidak merasakan gerakan janin PEMERIKSAAN • Inspeksi : tidak terlihat gerakan- gerakan
ANAMNESIS dalam beberapa hari, atau janin, yang biasanya dapat terlihat
FISIK
gerakan janin sangat berkurang, terutama pada pasien yang kurus.
• Merasakan perutnya tidak • Palpasi : tinggi fundus lebih rendah dari
bertambah besar, seharusnya umur kehamilan, tidak teraba
• Merasakan belakangan ini gerakan-gerakan janin dan dengan
perutnya sering menjadi keras dan palpasi yang teliti, dapat dirasakan
merasa sakit-sakit seperti mau adanya krepitasi pada tulang kepala
melahirkan janin.
• Auskultasi : baik memakai stetoskop,
monoaural maupun dengan doptone
tidak terdengar denyut jantung janin (djj).
PEMERIKSAAN USG
PENUNJANG Foto radiologi :
-Spalding sign
-Naujokes sign
-Gerhard sign
-Robert sign
5
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana aktif meliputi :
o Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan
dilatasi atau kuretase.
o Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan
pembukaan serviks dengan pemasangan kateter foley intra uterus
selama 24 jam.
Tatalaksana pasif meliputi :
o Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2 minggu
o Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu.
6
Komplikasi
• Trauma psikis
• Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)
• Perdarahan Post Partum
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. IR
Umur : 33 tahun
Alamat : Jl. Poros Palu Bangga , Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
8
ANAMNESIS
Nyeri Perut Pasien Ny. IR 33 tahun, G6P5A0 usia kehamilan Pasien tidak rutin dalam melakukan
27-28 minggu masuk ke Rumah sakit pemeriksaan kehamilan
Anutapura datang dengan keluhan nyeri
perut yang dirasakan sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pelepasan lendir (-), air (-),
darah (-), nyeri ulu hati (-). Pasien tidak
merasakan sakit kepala (-), pusing (-), mual (-)
dan muntah (-). Buang air besar dan buang
air kecil pasien lancar. Pasien mengaku kurang
merasakan gerakan janin sejak 2 hari sebelum
masuk RS. Selama hamil pasien tidak pernah
jatuh atau mengkonsumsi obat-obatan.
9
RIWAYAT MENSTRUASI
• Haid pertama kali pada umur 13 tahun, lama 7 hari, siklus haid
28 hari, teratur
• banyaknya 2 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri
yang hebat selama haid.
• Hari Pertama Haid Terakhir yaitu pada 16/5/2018
RIWAYAT MENIKAH
Pasien mengaku menikah dua kali.
Usia Pernikahan pertama 7 tahun dan pernikahan kedua 5 tahun.
10
RIWAYAT KEHAMILAN DAN
PERSALINAN
• Hamil Pertama : lahir tahun 2003, cukup bulan, lahir normal di bantu dukun,
jenis kelamin perempuan, BBL 3000 gram.
• Hamil Kedua : lahir tahun 2006, cukup bulan, lahir normal di bantu dukun,
jenis kelamin Laki-laki, BBL 3000 gram
• Hamil ketiga : lahir tahun 2011, cukup bulan, lahir normal di bantu dukun,
jenis kelamin Laki-laki, BBL 2900 gram
• Hamil keempat : lahir tahun 2016, kurang bulan, lahir SC di bantu dokter,
jenis kelamin Laki-laki, BBL 2000 gram
• Hamil Kelima : lahir tahun 2017, cukup bulan, lahir SC di bantu dokter, jenis
kelamin Laki-laki, BBL 3200 gram
11
Tidak menggunakan KB ANAMNESIS
Konjungtiva anemis
13
PEMERIKSAN
Tinggi fundus uterus 21 cm OBSTETRI
HIS :-
Pergerakan Janin : tidak aktif
Janin Tunggal : positif
Punggung Kanan Denyut Jantung Janin : -
Presentasi Kepala
14
WBC : 7,2 x 103/uL
PEMERIKSAAN RBC : 3,49 x 106/uL
LABORATORIUM HCT : 29,1 %
HGB : 8,6 g/dL
PLT : 316 x 103/uL
HbSAg : non reaktif
RT HIV : non reaktif
15
PEMERIKSAAN
USG
PENATALAKSANAAN
• IVFD RL 28 TPM
• Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
• Rencana tindakan SCTP dan Tubektomi
Follow Up Hari 1 (23 November 2018)
S: Nyeri perut (+), Pelepasan lendir dan darah
(-). Nyeri kepala (-), mual dan muntah (-). Bab
(-), Bak lewat kateter.
O: Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: Composmentis, GCS E4M6V5
TD: 130/80 mmHg
FOLLOW UP N: 80 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,50C
BJF: -
A: G6P5A0 dengan gravid 27-28 minggu +
IUFD \
P: dilakukan tindakan SC + Tubektomi
19
Follow Up Hari 2 (24 november 2018)
S: nyeri perut bekas SC (+), Perdarahan pervaginam (+). Nyeri kepala
(-), mual dan muntah (-). Bab (-), Flatus (-) Bak lewat kateter.
O: Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: composmentis, GCS E4M6V5
TD: 120/80 mmHg
N: 76 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,7 oC
Asi (-)
FOLLOW UP TFU : setinggi pusat
A: P6A0 post SC Hari ke-1 a/i bekas SC 2x + Kontap
P:
• IVFD RL 20 tpm
• Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
• Inj. Ranitidin 1 amp/8 jam/ IV
• Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/ IV
• Inj. Transamin 1 amp/8 jam/ IV
• Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam/ IV
• Drips metronidazole 500 Mg /8 jam/ IV
20
Laporan Operasi
•Pasien baring dengan posisi supine dimeja operasi dibawah pengaruh general anesthesia
•Desinfeksi dan draphing procedure dengan kasa steril dan betadine, pasang dook steril
•Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel, lapisan demi lapisan menembus rongga perut secara
tajam dan tumpul
•Eksplorsi cavum abdomen tampak uterus membesar.
•Insisi segmen bawah rahim, lapis demi lapisan menembus plika vesikouterina, miometrium,
endometrium, secara tajam dan tumpul, kontrol perdarahan
•Pecahkan ketuban, tampak ketuban putih keruh volume cukup
Bayi dilahirkan dengan keadaan meninggal, bebaskan 2 kali lilitan tali pusat, BBL 900 gr, PBL 33 cm,
jenis kelamin perempuan.
Plasenta dilahirkan secara manual dan lengkap.
Eksplorasi dan bersihkan cavum uteri dengan kasa steril dan betadine
24
• Pada kasus ini penyebab kematian janin disebabkan oleh
Lilitan tali pusat. Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di
dalam dua trimeter pertama. Lilitan tali pusat juga pernah
dilaporkan sebagai salah satu penyebab kematian pada janin.
Pada lilitan tali pusat terjadi perubahan warna pada tubuh
janin yang berhubungan dengan keadaan hipoksia janin yaitu
PEMBAHASAN kekurangan oksigen akibat tertekannya arteri umbilikalis.
25
THANK YOU!