Disusun oleh :
Andi Moh. Roem Askari C111 14 031
Giordano Bandi Lolok C111 14 109
Septianto Dwi Valen C111 13 514
Nurul Atikah C111 13 523
Nur Ulyanti C111 13 537
Andi Widya Sumpala C111 13 582
Supervisor :
MAKASSAR
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kedokteran
Supervisor
ii
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA
iii
BAB 1
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. Y
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Bugis
2) Anamnesis
Riwayat Penyakit
Nyeri bahu sebelah kanan dialami secara tiba-tiba pada saat sedang di rumah. Tiba-
berlebihan
DM : (-)
HT : (-)
1
Pemeriksaan Fisis
STATUS UMUM
handed
Extremitas : Nyeri bahu kana & terdapat kedutan involunter pada daerah
Pemeriksaan Muskuloskeletal
ROM MMT
Cervical
Flexion Full (0-450) 5
Extension Full (0-450) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-450) 5/5
Rotation Full/Full (0-600) 5/5
Trunk
Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-350) 5/5
Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Shoulder
Flexion Full/Terbatas (0-1800) 5/2
Extension Full/Terbatas (0-600) 5/5
Abduction Full/Terbatas (0-1800) 5/5
Adduction Full/Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-700) 5/5
2
Int. Rotation Full/Full (0-900) 5/5
Elbow
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extention Full/Full (135-00) 5/5
Forearm Supination Full/Full (0-900) 5/5
Forearm Pronation Full/Full (0-900) 5/5
Wrist
Flexion Full/Terbatas (0-800) 5/2
Extension Full/Terbatas (0-700) 5/2
Radial Deviation Full/Terbatas (0-200) 5/5
Ulnar Deviation Full/Terbatas (0-350) 5/5
Fingers
Flexion
MCP Full/Terbatas (0-900) 5/4
PIP Full/Terbatas (0-1000) 5/4
DIP Full/Terbatas (0-900) 5/4
Extension Full/Terbatas (0-300) 5/5
Abduction Full/Terbatas (0-200) 5/5
Adduction Full/Terbatas (200-00) 5/5
Thumbs
Flexion
MCP Full/Terbatas (0-900) 5/5
IP Full/Terbatas (0-800) 5/5
Extension Full/Terbatas (0-300) 5/5
Abduction Full/Terbatas (0-700) 5/2
Adduction Full/Terbatas (50-00) 5/2
Opposition Full/Terbatas 5/2
Hip
Flexion Full/Full (0-1200) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-450) 5/5
Adduction Full/Full (0-200) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Knee
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extension Full/Full (135-00) 5/5
Ankle
Plantar Flexion Full/Full (0-200) 5/5
Dorsi Flexion Full/Full (0-500) 5/5
Inversion Full/Full (0-1500) 5/5
Eversion Full/Full (0-350) 5/5
3
Toes
Flexion
MTP Full/Full (0-300) 5/5
IP Full/Full (0-500) 5/5
Extension Full/Full (0-800) 5/5
Big Toe
Flexion
MTP Full/Full (0-250) 5/5
IP Full/Full (0-250) 5/5
Extension Full/Full (0-800) 5/5
Pemeriksaan Neurologis
Nervus craniales :
NI Penghidu Normal
Fundoskopi Normal
4
NV Sensibilitas N V I Normal
NV2 Normal
NV3 Normal
depan
depan
Suara Normal
dengan tahanan
Fasikulasi Negatif
Atropi Negatif
Kesan: Normal
5
Refleks Patologis : Babinski : (-)/(-)
Chaddock : (-)/(-)
Radiologi:
Protrusio discus ke posterior pada level CV C3-C4 yang menekan Thecal sac dan
Tanda-tanda bulging discus ke posterior pada level C4-C5, C5-C6, C6-C7 yang
menekan thecal sac dan kedua neural foramina, dan mengiritasi kedua nerve root
Spondylosis cervical
dan C6-C7
Diagnosis Fungsional :
Handicap :-
Daftar Masalah
Surgical : -
6
Medical : -
Perencanaan
Perencanaan diagnostik : -
Perencanaan terapi :
Latihan fisioterapi
Terapi okupasi
Infrared Diathermy
7
BAB II
MYELOPATHY CERVICAL
2.1. Definisi
Mielopati merupakan gangguan fungsional atau struktur atau perubahan
patologis dari medula spinalis. Mielopati servikal berarti terdapatnya gangguan
tersebut medula spinalis bagian servikal (C1-C8). Keadaan ini umumnya terjadi
akibat penyempitan kanalis spinalis yang dapat disebabkan oleh berbagai macam hal
sehingga menyebabkan terjadinya penekanan pada medula spinalis yang berakibat
terganggunya fungsi medula spinalis. Lesinya dapat komplit atau inkomplit, sehingga
gejala klinis yang ditimbulkan dapat bermacam-macam.1
2.2.Epidemiologi
8
lainnya antara lain herniasi diskus yaitu pengurangan diameter kanal tulang belakang
dan kompresi sumsum tulang belakang , instabilitas spinal, stenosis kongenital dan
lain-lain. Degenerasi akibat penuaan tulang belakang dan sistem peredaran darah juga
menjadi penyebab mielopati. Iskemia pada spinal mungkin juga memainkan peran
dalam terjadinya mielopati. Aliran darah pada spinalis yang kurang adekuat
menyebabkan jaringan spinalis dan saraf tidak mendapat nutrisi yang cukup, sehingga
ligamen yang menahan vertebra dapat menipis dan menekan saluran saraf serta
terganggunya fungsi saraf.3
Klasifikasi Sicard dan Forstier membagi mielopati menjadi dua yaitu
komprehensif dan non komprehensif berdasarkan hubungannyua dengan obstruksi
ruang subarachnoid. Etiologi mielopati dapat dikasifikasikan pada tabel berikut:4
9
Malformasi arteri vena Paraneoplastik
Syringomyelia
Kanalis spinalis servikal dapat menjadi sempit akibat perubahan dari proses
degenerasi tulang belakang pada orang tua. Terbentuknya osteofit, penonjolan diskus,
dan penebalan ligamen dapat menyebabkan penekanan pada medula spinalis.7
10
Faktor dinamik biomekanika gerak vertebra servikal normal dapat
memperburuk cedera medula spinalis yang dicetuskan oleh kompresi statis secara
langsung. Ketika fleksi, medula spinalis memanjang sehingga teregang melewati
daerah osteofit ventral. Ketika ekstensi, ligamentum flavum melengkung ke arah
medula spinalis menyebabkan berkurangnya ruang medula spinalis.7
Umumnya gejala yang timbul adalah akibat dari kompresi yang terjadi pada
medula spinalis, tergantung letak segmen yang terkena. Kompresi ini dapat
menimbulkan gejala sensorik (nyeri atau parestesi), gejala motorik (kelumpuhan),
atau gejala otonom (gangguan respirasi, sirkulasi, miksi, dan defekasi).
Lesi pada vertebra C3-C5 menyebabkan kesulitan dalam abduksi bahu dan
fleksi siku. Ada perubahan tidak spesifik berupa sensasi dan kelemahan lengan.
11
Tungkai terasa berat
Radikulopati
Kemampuan motorik halus yang menurun
Fenomena L’Hermitte’s, yaitu sensasi seperti tersengat listrik yang hilang
timbul pada anggota gerak yang dicetuskan oleh fleksi leher
Baal dan kesemutan anggota gerak
Keluhan-keluhan ini dapat timbul secara akut, subakut, atau kronik progresif.
Terkadang tidak diketahui penyebabnya serta tidak ditemuinya tanda-tanda radang.8
Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda yang sering ditemukan adalah tanda lesi
UMN (upper motor neuron), seperti5,7:
Motorik
Asal Inervasi Otot Fungsi
C5 M. deltoideus dan biceps brachii Abduksi bahu dan fleksi siku
C6 M. extensor carpi radialis longus dan brevis Ekstensi pergelangan tangan
C7 M. flexor carpi radialis Fleksi pergelangan tangan
C8 M. flexor digitorum superfisialis dan profunda Fleksi jari-jari tangan
T1 M. interosseus palmaris Abduksi jari-jari tangan
L2 M. iliopsoas Fleksi panggul
12
L3 M. quadricep femoris Ekstensi lutut
L4 M. tibialis anterior Dorsofleksi kaki
L5 M. extensor halluces longus Ekstensi ibu jari kaki
S1 M. gastrocnemius-soleus Plantarfleksi kaki
Sensoris protopatik
Asal inervasi Dermatom
C2 - C4 Dermatom oksiput sampai bagian belakang leher
C5 - T1 Lengan sampai jari-jari
T2 - T12 Bagian dada dan aksila, beberapa titik penting: T4 papila mamae, T10 umbilicus, T12
inguinal
L1 - L5 Tungkai
S1 - S5 Tumit, bagian belakang tungkai, regio perineal
Tabel. Rekomendasi AISA untuk pemeriksaan neurologi lokal8
Laboratorium darah
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi ataupun penyakit
sistemik yang menjadi penyebab mielopati. Pemeriksaan ini lebih bermakna bila
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke proses infeksi, namun dapat
juga sebagai penyingkir diagnosis kausa infeksi apabila hasil tidak menunjang.5
Rontgen vertebra
Merupakan pilihan awal untuk mengetahui apakah ada kelainan pada tulang
belakang seperti spondilosis, spondilolistesis, atau osteofit. Dianjurkan
melakukan pemeriksaan tiga posisi standar (AP, lateral, odontoid) untuk vertebra
servikal, dan posisi AP dan lateral untuk vertebra thorakal dan lumbal. Pada
kasus yang tidak menunjukkan kelainan radiologis, dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan dengan CT-scan atau MRI.
CT-scan / MRI
Dilakukan untuk mengetahui gambaran struktur tulang belakang sehingga dapat
diketahui lokasi kelainan atau letak lesi, dapat pula untuk mengetahui kausa
apakah terdapat trauma pada vertebra atau tumor yang menyebabkan kompresi
pada medula spinalis. MRI merupakan alat diagnostik yang paling baik untuk
13
mendeteksi lesi di medula spinalis akibat cedera/trauma ataupun adanya
penyempitan kanalis spinalis.8
MRI or CT (showing spinal stenosis and cord compression as a result of osteophyte overgrowth, disc herniation,
ligamentum hypertrophy)
Tabel . Kriteria diagnosis mielopati servikal8
2.7. Penatalaksanaan
14
spinalis komplit yang tidak menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung
menetap dan prognosisnya buruk. Cedera medula spinalis inkomplit cenderung
memiliki prognosis yang lebih baik. Apabila fungsi sensoris di bawah lesi masih ada,
maka kemungkinan untuk kembali berjalan adalah lebih dari 50%.8
Terapi fisioterapi yang dapat diberikan pada pasien ini berupa terapi panas dan
terapi demgan menggunkan stimulus listrik seperti modalitas dibawah ini:
15
Analgesik
Sedasi
Dilatasi arteriole
aliran darah kapiler meningkat
Metabolisme meningkat
Indikasi terapi panas
Neuralgia
Myalgia
Arthritis
Spasme otot
Inflamasi
Sprain / strain setelah fase akut
Kontra - indikasi terapi panas
Radang akut
Trauma akut
Gangguan vascular
Obstruksi vena
Malignancy
Gangguan sensasi
Penderita tidak sadar
TENS ( TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION )
Merupakan alat stimulus listrik umtuk menghilangkan nyeri akut
(trauma, inflamasi) dan nyeri kronis ( untuk segala kondisi.
Penghati-hatian dalam pemberian TENS:
Bukan untuk penyakit primer yang disertai rasa nyeri
Pasien dengan alat pacu jantung
Penghentian dilakukan bila myeri nertambah
Hindari pemakaian pada wanita hamil
Dapat terjadi reaksi kulit hentikan10
16
Tindakan operasi perlu dilakukan untuk menghilangkan kompresi pada
medula spinalis, apakah akibat trauma, stenosis, atau tumor yang
mendesak medula spinalis.
2.8. Komplikasi
Sistem urologi
Kandung kemih akan terus menyimpan urin dari ginjal pada pasien. Namun, otak
pada pasien mungkin tidak dapat mengendalikan kandung kemih serta karena
pembawa pesan (sumsum tulang telah terluka). Perubahan dalam control kandung
kemih meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Perubahan juga dapat
menyebabkan infeksi ginjal dan batu-batu ginjal atau kandung kemih. Selama
masa rehabilitasi, pada pasien akan mempelajari teknik-
teknik baru untuk membantu kosong kandung kemih.
Sistem digestif
Meskipun perut dan usus bekerja banyak seperti yang mereka lakukan
sebelum cedera, control pergerakan usus akan mengalami perubahan dikarenakan
adanya gangguan autonom, diet tinggi serat dapat membantu mengatur perut
pada pasien, dan pada pasien akan belajar teknik untuk mengoptimalkan fungs
usus pada pasien selama rehabilitasi.
Kulit
Dibawah tingkat neurologis cedera pada pasien, pada pasien mungkin telah
kehilangan bagian dari atau semua kulit sensasi. Oleh karena itu, kulit pada
pasien tidak dapat mengirim pesan ke otak pada pasien ketika dia terluka oleh hal
hal tertentu seperti tekanan berkepanjangan, panas atau dingin.hal ini dapat
membuat pada pasien lebih rentan terhadap dekubitus, tetapi mengubah posisi
sering dengan bantuan, jika diperlukan-dapat membantu mencegah bisulini. Pada
pasien akan belajar perawatan kulit yang tepat selama masa rehabilitasi, yang
dapa membantu pada pasien menghindari masalah ini.
Sistem respirasi.
Cedera pada pasien dapat membuat lebih sulit untuk bernapas dan batuk jika otot
otot perut dan dada pada pasien terpengaruh. Ini termasuk diafragma dan otot otot
dinding dada dan perut. Tingkat neurologis cedera akan menentukan apa jenis
masala pernapasan yang mungkin pada pasien miliki. Jika pada pasien memiliki
cedera sara tulang belakang lehe dan dada, pada pasien mungkin memiliki
17
peningkatan risiko radang paru-paru atau masalah paru-paru. Obat-obatanm dan
terapi dapat membantu mencegah dan mengobati masalah ini.
Sistem muskuloskeletal
Beberapa orang dengan cedera tulang mengalami salah satu dari dua jenis masalah
tomus otot : tidak terkendali mengencangkan atau gerakan otot, (kelenturan)
atau otot otot yang lembut dan lemas, kurang otot (keadaan normal).
Kesehatan seksual
Seksualitas, kesuburan, dan fungsi seksual mungkin akan terpengaruh oleh cedera
saraf tulang belakang. Laki-laki mungkin memperhatikan perubaha ereksi dan
ejakulasi; perempuan mungkin melihat perubahan dalam pelumasan. Dokter yang
mengkhususkan diri dalam urologi atau kesuburan dapat menawarkan pilihan
untuk fungsi seksual dan kesuburan.
Nyeri
Beberapa orang mengalami rasa sakit, seperti sakit otot atau bersama,dari terlalu
sering menggunakan kelompok otot tertentu. Saraf nyeri dapat terjadi setelah
cedera saraf tulang belakang, terutama di seseorang dengan cedera tidak lengkap.
Psikologis
Mekanisme coping dengan semua perubahan cedera saraf tulang belakang yang
membawa dan hidup dengan rasa sakit yang menyebabkan beberapa orang untuk
mengalami depresi.
2.9 Prognosis
18
Daftar Pustaka
3. Klezl, T. Bone and Joint Focus on Cervical Myelopathy. 2012. British Editorial Society
of Bone and Joint Surgery.
4. Sanchez. A. Diagnostic Approach to Myelopathies. 2011. Medellin : Universidad CES.
5. Klezl Z, Coughlin TA. Cervical myelopathy. 2013. Available at:
http://www.boneandjoint.org.uk/content/focus/cervical-myelopathy. Accessed on
February 19, 2014.
6. Department of Neurosurgery Columbia University. Cervical myelopathy. 2014. Available
at: http://www.columbianeurosurgery.org/conditions/cervical-myelopathy/. Accessed on
February 20, 2014.
7. Young W. Cervical spondylotic myelopathy: a common cause of spinal cord dysfunction
in older persons. Am Fam Physician. 2000;62(5):1064-70.
8. Pinzon R. Mielopati servikal trauma: telaah pustaka terkini. Cermin Dunia Kedokteran
154; 2007: 39-42.
9. Mayo Clinic.www.mayoclinic.org. Diakses pada tanggal 26 januari 2018, Dari Mayo
clinic web site https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/spinal-cord-injury/symptoms-
causes/syc-20377890
10. Santoso, Bayu dkk. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi edisi 3. 2014. Surabaya:
Seagung Seto.
19