Pembimbing:
dr. Rizzal Luthfi Sp.OT
Disusun Oleh:
Anita Darmawijaya / 07120080069
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya. Referat
ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagi CoAss Universitas Pelita
Harapan yang menjalani program kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Bedah
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.
Dengan bimbingan, pengarahan, dan pengetahuan yang diperoleh sebelum dan
sesudah menjalani kepaniteraan, penulis menyusun referat yang berjudul Hernia
Nukleus Pulposus.
Dalam menjalankan kepaniteraan di departemen bedah ini, penulis diberi
kesempatan mendapat ilmu yang sebanyak-banyaknya. Pada kesempatan ini, penulis
juga bermaksud untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para
dokter yang membimbing di Departemen Bedah Rumah Sakit Bhayangkara tingkat I
Raden Said Sukanto, para perawat yang bertugas di Departemen Bedah Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto, dan teman-teman yang telah bekerja
sama dengan baik menjalani kepaniteraan ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun demi kepentingan penulis. Akhir kata semoga referat ini dapat berguna
bagi penulis maupun pembaca sekalian. Tuhan memberkati.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................2
DAFTAR ISI........................................................................ 3
BAB 1...............................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................3
BAB 2...............................................................................5
ANATOMI DAN FISIOLOGI...................................................5
2.1. Kolom Vertebra...............................................................5
2.2. Diskus Intervertebralis....................................................9
BAB 3.............................................................................13
PEMBAHASAN.................................................................13
3.1. Definisi Hernia Nucleus Pulposus....................................13
3.2. Epidemiologi.................................................................13
3.3. Etiologi.........................................................................13
3.4. Patofisiologi dan Patogenesis.........................................14
3.3.1. Degenerasi Diskus...................................................................14
3.3.2. Herniasi Diskus Intervertebralis...............................................15
3.5. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik..........................18
3.6. Diagnosis Banding.........................................................24
3.7. Pemeriksaan Penunjang.................................................26
3.8. Penatalaksanaan...........................................................28
3.9. Prognosis......................................................................33
BAB 4.............................................................................34
KESIMPULAN...................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................36
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit degeneratif pada tulang belakang terdiri dari 2 jenis kondisi yaitu
penyakit degeneratif diskus yang melibatkan diskus intervertebralis dan penyakit
degeneratif sendi /osteoartritis yang melibatkan sendi faset posterior. Penyakit
degeneratif pada tulang belakang, terutama pada segmen lordotik yaitu lumbar
dan servikal yang lebih mobil, mudah terjadi karena besarnya tekanan dan
tegangan yang berhubungan dengan posisi tegak manusia yang diaplikasikan
pada tulang belakang saat beraktivitas sepanjang hidupnya. Struktur pertama
yang terpengaruh karena degenerasi akibat proses penuaan yang normal dan
diperburuk oleh trauma, deformitas, dan penyakit yang sudah ada sebelumnya
pada sistem tulang belakang adalah diskus intervertebralis. Keadaan ini
menghasilkan gejala tersering dari seluruh gejala muskuloskeletal yaitu nyeri
punggung bawah. Telah diperkirakan bahwa pada 80% orang dewasa, sedikitnya
sekali seumur hidup mereka, akan merasakan satu atau lebih episode nyeri
punggung yang cukup parah untuk sementara menghentikan mereka dari
pekerjaannya. Bahkan, pada pekerja dewasa muda, nyeri punggung merupakan
penyebab nomor satu dari kelumpuhan yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan
penyebab nomor dua pada orang dewasa tua setelah artritis.
BAB 2
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1. Kolom Vertebra
Kolom vertebra adalah tulang pusat pilar dari tubuh. Struktur ini
menyokong tengkorak, skapula, klavikula, ekstremitas atas, tulang rusuk, dan
melalui tulang pelvis menghantarkan berat tubuh ke extremitas bawah. Kolom
vertebra terdiri dari 33 vertebra yaitu 7 vertebra servikal, 12 vertebra torakal, 5
vertebra lumbar, 5 vertebra sakral (menyatu membentuk sakrum), dan 4
koksigeal (3 terbawah biasanya menyatu), sendi, dan bantalan fibrokartilago
yang disebut diskus intervertebralis.
Vertebra terdiri dari badan di anterior dan arkus vertebra di posterior,
kedua struktur tersebut mengelilingi rongga yang disebut foramen vertebralis,
yang dilalui oleh medulla spinalis. Arkus vertebra terdiri dari sepasang pedikel
yang membentuk bagian arkus dan sepasang lamina yang menyelesaikan arkus
di posterior. Arkus vertebra membentuk 7 prosesus yaitu 1 prosesus spinalis, 2
prosesus transversus, 4 prosesus artikularis (1 pasang prosesus artikularis
superior dan 1 pasang prosesus artikularis inferior). Prosesus spinosus dan
transversus berfungsi sebagai pengungkit dan perlekatan dari otot dan ligamen.
Prosesus artikularis muncul dari perbatasan antara pedikel dan lamina,
permukaan artikularnya terlapisi dengan kartilago hyalin. Kedua prosesus
artikularis superior dari 1 vertebra berartikulasi dengan kedua prosesus
artikularis inferior pada vertebra di atasnya membentuk 2 sendi sinovial.
Pedikel mencekung pada bagian batas atas dan bawah membentuk takik
vertebra superior dan inferior, pada vertebra yang berdekatan, keduanya
bersamaan membentuk foramen intervertebralis, foramen ini berguna untuk
dilewati saraf spinalis dan pembuluh darah. Radiks saraf anterior dan posterior
menyatu dalam foramen ini.
Permukaan atas dan bawah badan vertebra yang berdekatan dilapisi oleh
lempengan tipis kartilago hyalin, di antara kartilago hyalin terdapat diskus
intervertebralis. Serat kolagen pada diskus dengan kuat menyatukan 2 badan
vertebra.
2.2.
Diskus Intervertebralis
Diskus intervertebralis membentuk dari panjang kolom vertebra,
dimana paling tebal pada regio servikal dan lumbar karena terdapat pergerakan
kolom vertebra terbesar. Diskus tidak terdapat pada 2 vertebra servikal teratas,
sakrum, dan koksik.
Diskus intervertebralis adalah struktur avaskular terbesar dalam tubuh
manusia, alasan untuk ini adalah karena struktur ini tidak memiliki pasokan
darah langsung seperti jaringan tubuh lainnya. Nutrisi untuk diskus ditemukan
dalam kapiler-kapiler kecil yang terdapat pada tulang subkondral yang berada di
luar lempeng ujung vertebra. Jaringan vaskular subkondral ini memberi
makanan kepada sel-sel diskus pada nukleus pulposus dan anulus fibrosus
bagian dalam melalui proses difusi. Bagian luar anulus fibrosus memiliki suplai
darah sendiri yang berada pada bagian terluar anulus. Sistem seperti ini sangat
efisien dimana nutrisi tidak perlu berdifusi sangat jauh untuk menemukan selsel diskus yang membutuhkan. Suplai darah yang agak langsung pada bagian
anulus terluar menyebabkan rebekan pada 1/3 anulus terluar akan pulih atau
luka akan menutup seiring berjalannya waktu, tapi sayangnya tidak terjadi pada
bagian diskus lainnya. Penelitian telah mengemukakan bahwa robekan diskus di
bagian dalam tidak dapat pulih karena sifatnya yang avaskular pada 2/3 bagian
dalam diskus. Nutrisi berdifusi langsung ke jaringan pada anulus luar, tapi
nukleus dan anulus dalam memiliki rute difusi yang lebih panjang karena
terhalang lempeng luar vertebra sehingga nutrisi yang dilepaskan dari kapiler
pada tulang subkondral harus melalui lempeng ujung vertebra terlebih dahulu
lalu menembus diskus. Metode difusi ini yang membuat sel-sel diskus
mendapatkan nutrisi yaitu oksigen, glukosa, dan asam amino yang diperlukan
untuk fungsi normal dan perbaikan diskus. Suplai darah/nutrisi yang buruk pada
diskus inilah yang menjadi alasan utama mengapa diskus berdegenerasi lebih
cepat.
10
disebut serat Sharpey. Berkas kolagen berjalan miring di antara badan vertebra,
dan kemiringan mereka berubah terbalik pada setiap lapisan yang berbeda. Serat
yang lebih perifer, melekat kuat dengan ligamen longitudinal anterior dan
posterior pada kolom vertebra. Anulus fibrosus berfungsi untuk mengelilingi dan
menahan nukleus pulposus yang tertekan.
Nukleus pulposus
Pada anak-anak dan remaja adalah massa di tengah diskus yang berbentuk
oval seperti agar-agar yang mengandung air dalam jumlah banyak (80%), serat
kolagen dalam jumlah sedikit, dan beberapa sel kartilago. Struktur ini berfungsi
untuk memikul beban aksial dari kolom vertebra, sebagai pusat poros dari seluruh
gerakan ekstremitas bawah yang terjadi, dan menyatukan vertebra bersama.
Normalnya berada di bawah tekanan dan terletak sedikit lebih di posterior dari
batas anterior diskus. Sifatnya yang semi cair membuat nukleus dapat berubah
bentuk dan vertebra dapat mengayun ke depan atau belakang saat kolom vertebra
fleksi dan ekstensi. Peningkatan beban kompresi yang tiba-tiba pada kolom
vertebra akan menyebabkan nukleus menjadi lebih rata, desakan keluar oleh
nukleus diakomodasi oleh kekenyalan anulus yang mengelilinginya. Kadangkadang, desakan keluar terlalu kuat untuk anulus dan terjadi ruptur sehingga
terjadi herniasi nukleus dan menonjol ke kanalis vertebralis yang akan menekan
saraf spinalis, radiks saraf spinalis ataupun medula spinalis.
Seiring bertambahnya usia, jumlah air dalam nukleus pulposus berkurang
dan digantikan oleh fibrokartilago. Serat kolagen pada anulus pun berdegenerasi
sehingga anulus tidak dapat selalu menahan nukleus pulposus di bawah tekanan.
Pada usia tua, diskus menjadi tipis dan kurang elastis, dan tidak dapat lagi
dibedakan antara nukleus dan anulus.
11
12
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Definisi Hernia Nucleus Pulposus
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah komplikasi dari degenerasi diskus
pada orang dewasa berusia kurang dari 50 tahun yang dipicu oleh trauma,
deformitas, ataupun penyakit tulang belakang yang sudah ada sebelumnya,
dimana terjadi herniasi nukleus pulposus ke kanalis vertebralis sehingga dapat
menekan saraf spinalis, radiks saraf spinalis, ataupun medula spinalis yang
masing-masing akan menimbulkan tanda dan gejala sesuai dengan saraf yang
tertekan. HNP melalui 4 tahap yaitu degenerasi diskus/protrusi, prolaps,
ekstrusi, dan sekuestrasi.
3.2. Epidemiologi
HNP merupakan salah satu penyebab nyeri punggung bawah yang
penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi dan paling sering
(90%) mengenai diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1 (HNP lumbalis).
Perbandingannya antara pria dan wanita adalah 5:4. Insiden HNP meningkat
pada usia 20-45 tahun.
3.3. Etiologi
Keadaan patologis dari berkurangnya elastisitas pada anulus fibrosus dan
berkurangnya properti hidrofilik pada nukleus pulposus merupakan kondisi
yang diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak kasus dengan trauma kecil
yang timbul dari tekanan yang berulang. Pada diskus yang sehat, bila mendapat
tekanan maka nukleus pulposus menyalurkan gaya tekan ke segala arah dengan
sama besar. Penurunan kadar air nukleus mengurangi fungsinya sebagai
bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka akan disalurkan ke annulus secara
asimetris akibatnya bisa terjadi cidera atau robekan pada anulus. Herniasi diskus
dapat terjadi perlahan-lahan, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan hingga
mencapai titik dimana seseorang merasa butuh pengobatan. Atau, dapat juga
nyeri terjadi tiba-tiba akibat cara mengangkat sesuatu yang tidak benar.
13
Faktor resiko timbulnya HNP dibagi menjadi yang tidak dapat diubah
dan dapat diubah.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah:
Umur : insiden tertinggi pada usia 20-45 tahun
Jenis kelamin: pria:wanita adalah 5:4
Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor resiko yang dapat diubah:
Degenerasi Diskus
Dengan proses penuaan yang normal diskus mengering secara
perlahan.
Proses degenerasi diskus ditandai dengan hilangnya proteoglikan
secara bertahap sehingga molekul agrekan terdegradasi dengan fragmen
yang lebih kecil dapat luluh dari jaringan lebih mudah daripada fragmen
yang lebih besar. Hal ini menyebabkan hilangnya glikosaminoglikan
sehingga
tekanan
osmotik
pada
diskus
matriks
berkurang
dan
meregangkan
radiks
saraf
yang
meninggalkan
foramen
intervertebralis yang jauh dari diskus sehingga herniasi diskus L4-5 akan
mengenai radiks saraf L5, dimana herniasi diskus L5-S1 akan mengenai
15
radiks saraf S1. Manifestasi klinis dari iritasi dura yang membungkus
radiks saraf tersebut adalah sciatica, yaitu nyeri pada bokong yang
menyebar turun ke paha belakang dan betis sesuai distribusi saraf sciatic
(L4-S3). Tekanan pada radiks itu sendiri menyebabkan paraesthesia
dan/atau mati rasa sesuai distribusi dermatom saraf yang tertekan, selain
itu akan timbul kelemahan dan berkurangnya refleks pada otot yang
dipersarafi oleh radiks yang tertekan. Kadang-kadang, reaksi inflamasi
lokal dengan edema dapat memperburuk gejala. Herniasi yang besar di
garis tengah tulang belakang lumbar dapat menekan cauda equina.
Progresivitas HNP dibagi menjadi 4 tahap, dimulai dari tahap awal
yaitu:
Degenerasi diskus
Diskus intervertebralis baik nukleus pulposus ataupun anulus
fibrosus telah mengalami proses degeneratif. Nukleus pulposus
mengalami penurunan fungsi dimana telah terjadi gangguan pada
properti hidrofilik nukleus. Anulus fibrosus mulai kehilangan
keelastisitasannya karena kolagen berdegenerasi sehingga menjadi
sangat tinggi.
Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi
permukaan posterior diskus.
16
yang parah dan menyiksa dengan onset yang tiba-tiba saat bersin, batuk,
memutar balik badan, menggapai sesuatu, atau membungkuk. Bahkan,
nyerinya dapat sangat parah sehingga pada orang yang biasanya tabah pun
akan tidak dapat bergerak dan harus dibantu saat menaiki kasur. Kemudian
ataupun dalam waktu 1-2 hari, akan dirasakan nyeri yang menjalar ke satu
sisi bokong, paha belakang, betis, dan kaki (sciatica akut) sesuai distribusi
satu atau lebih radiks dari saraf sciatica. Nyeri punggung bawah dan sciatica
akan diperparah saat batuk atau mengejan. Lalu dapat juga muncul
paraesthesia atau mati rasa pada kaki atau telapak kaki dan juga kelemahan
otot. Apabila terjadi penekanan pada cauda equina dapat menyebabkan
sindrom cauda equina yaitu sciatica dan kelemahan kaki bilateral, kelemahan
tonus sfingter anal dan kehilangan sensasi perianal (saddle anaesthesia),
dan paralisis vesica urinaria yang menyebabkan retensi dan inkontinensia
urin.
Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan nyeri tekan pada garis tengah
punggung bawah dan spasme otot paravertebra pada daerah lumbar dengan
hilangnya lordosis lumbar yang normal. Biasanya, pasien akan berdiri dengan
posisi badan bergeser/miring ke salah satu sisi (kiri/kanan) yang disebut
sciatic skoliosis sebagai usaha yang tidak disadari untuk membebaskan
tekanan diskus yang berherniasi pada radiks saraf. Seluruh gerakan punggung
menjadi terbatas, tidak terkecuali fleksi dan ekstensi aktif pada tulang
belakang, saat fleksi ke depan, kemiringan punggung akan meningkat.
Kadang-kadang, lutut pada sisi yang nyeri akan ditahan sedikit fleksi untuk
mengurangi tekanan pada saraf sciatic, meluruskan lutut akan membuat
kemiringan punggung menjadi lebih jelas.
Diagnosis herniasi diskus dengan tekanan pada radiks saraf tergantung
pada demonstrasi klinis dari iritasi radiks dan juga ke batas yang lebih sempit
yaitu kerusakan konduksi radiks. Beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk membuktikan ada/tidaknya iritasi radiks adalah:
Uji keterbatasan mengangkat lurus kaki ( tanda Laseque)
Dilakukan dengan mengangkat kaki yang berada dalam keadaan
lurus/ektensi hingga mencapai batas maksimal (normalnya adalah 75-90
derajat). Keterbatasan karena nyeri di saat tidak ada kelainan pinggul
mengacu pada iritasi radiks sciatic karena uji ini meningkatkan tekanan
pada saraf sciatic sehingga memperparah nyeri dari lesi apapun, seperti
18
19
Uji Bowstring
Dilakukan dengan cara pada saat kaki telah diangkat lurus (laseque)
hingga mencapai batas maksimal, lutut difleksikan sedikit untuk
mengurangi tekanan pada saraf sciatic, lalu pemeriksa menekan saraf
popliteal medial pasien dengan ibu jarinya sehingga seperti gerakan tali
busur atau bowstrings akan melalui fossa popliteal dan meningkatkan
tekanan pada saraf sciatic sehingga akan menimbulkan nyeri (uji
bowstring positif) apabila telah terjadi iritasi radiks sciatic.
berkurangnya sensori pada kulit dan kelemahan otot sesuai distribusi radiks
yang terlibat (dermatom dan miotom). Contohnya, kerusakan konduksi pada
radiks L5 akibat HNP pada L4-5 akan dibuktikan dengan berkurangnya
sensori pada sisi lateral kaki, punggung kaki, dan 3 jari kaki pertama dan
kelemahan fleksi lutut, ekstensi ibu jari kaki, otot dorsifleksi dari
pergelangan kaki dan jari kaki, dan peningkatan refleks quadriceps akibat
kelemahan
dari
antagonisnya
yang
dipersarafi
oleh
L5
dan
20
21
22
berkurangnya refleks trisep, dan kehilangan sensoris pada jari telunjuk dan
jari tengah.
Herniasi pada diskus C7-8 akan menekan radiks C8 sehingga
menimbulkan kelemahan otot interosseus untuk abduksi jari tangan,
kehilangan sensoris pada jari manis dan kelingking, dan menimbulkan
sindrom Horner yaitu ptosis, miosis, dan anhidrosis unilateral pada wajah.
neurologi
Pada ruptur diskus, episode nyeri diselingi interval bebas nyeri/normal.
Pada nyeri yang parah dan tidak ada henti-hentinya/terus-menerus harus
dicurigai tumor atau infeksi
23
Orang yang sangat muda dan sangat tua jarang mengalami ruptur akut.
Pada remaja, cari kemungkinan infeksi, tumor jinak, atau spondilolistesis.
Pada orang tua, cari kemungkinan fraktur kompresi atau penyakit
keganasan.
Kelainan inflamasi seperti infeksi atau ankylosing spondylitis (AS)
akan menyebabkan kekakuan yang parah, peningkatan laju endap darah, dan
perubahan erosif pada x-ray, seperti gambaran bamboo spine (gambar. 1) pada
AS.
Gambar. 2
Osteogenik
Tumor vertebra
sarkoma
(gambar. 2) akan menyebabkan nyeri yang hebat dan spasme yang menonjol.
Gambar. 1
Dengan metastasis, pasien akan tampak sakit, laju endap darah meningkat, dan
x-ray akan menunjukkan destruksi tulang atau sklerosis.
Tumor saraf, seperti neurofibroma cauda equina (gambar. 3) dapat
menimbulkan sciatica tapi nyerinya terus-menerus dan pemeriksaan radiologi
yang canggih dapat memastikan diagnosis.
posisi
oleh
Gambar. 3
24
biasanya tidak memberikan tanda dan gejala, namun apabila jaringan fibrosa
teregang, dapat menimbulkan nyeri yang persisten berbulan-bulan. Pada
pemeriksaan radiologi spondilolisis dapat ditemukan gambaran collar neck
pada scotty dog (gambar. 4). Pada spondilolistesis, muncul gejala nyeri
punggung bawah yang bertahap dan diperparah saat berdiri, berjalan, dan
berlari, dan diperingan saat berbaring. Gejala kompresi radiks, seperti sciatica
jarang muncul.
Gambar. 4
3.7.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis HNP adalah
dengan pemeriksaan radiologi yaitu X-ray, CT scan, dan MRI.
X-ray
Pemeriksaan X-ray membantu tidak untuk melihat ruang diskus yang
abnormal tapi untuk meng-eksklusi penyakit tulang. Setelah beberapa
serangan, ruang diskus dapat menjadi lebih sempit dan muncul
osteophyte kecil.
X-ray setelah menyuntikkan kontras larut air, non-ionik, dan
radioopak, seperti metrizamide, iohexol, atau iopamidol, pada ruang
subarachnoid
(myelografi/radikulografi)
dapat
digunakan
untuk
25
Nodul Schmorl
3.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada
pasien
dengan
HNP
ditujukan
untuk
26
27
papan yang keras, dengan pinggul dan lutut sedikit fleksi dan diberikan daya
tarik 10 kg menggunakan sabuk yang dilingkari pada punggung bawah.
Periode bed rest ini sendiri harus dilakukan sedikitnya 2 hari setelah nyeri
pulih. Apabila sciatica ataupun tanda laseque tidak ada perbaikan setelah
beberapa minggu, kemungkinan diperlukan operasi sebagai perawatan.
5) Reduksi (Reduction)
Bed rest yang terus-menerus dan traksi selama 2 minggu mengurangi
herniasi pada lebih dari 90% kasus. Apabila tanda dan gejala tidak
menunjukkan perbaikan yang signifikan, maka injeksi epidural dengan
kortikosteroid dan anestesi lokal mungkin membantu.
Kemonukleolisis adalah penghancuran nukleus pulposus secara enzimatik
dengan injeksi chymopapain secara transkutan intradiskal. Chymopapain
sendiri adalah peptidase yang didapat dari buah pepaya, yang akan mencerna
inti polipeptida dari molekul proteoglikan pada matriks nukleus pulposus.
Hidrolisis dan mengkerutnya nukleus akan memulihkan tekanan oleh diskus
intervertebralis
terhadap
radiks
sehingga
memulihkan
sciatica.
28
29
30
Laminotomi
Disektomi
7) Rehabilitasi
Setelah pulih dari ruptur diskus yang akut atau 3 minggu pasca disektomi,
pasien akan disarankan melakukan fisioterapi. Awalnya, terapi ditujukan
untuk mengendalikan nyeri dan inflamasi dengan cara stimulasi listrik atau
es, dan disertai dengan pijatan untuk meringankan spasme otot dan nyeri.
Setelah itu, latihan aktif mulai diikutsertakan, yaitu seperti berenang dan
berjalan untuk meningkatkan fungsi kardiovaskular, dan juga latihan
isometrik selama 6-8 minggu dan cara bagaimana berbaring, duduk,
membungkuk, dan mengangkat dengan tegangan yang minimal.
31
3.9. Prognosis
Prognosis untuk HNP cukup baik karena telah disebutkan sebelumnya
bahwa 90% pasien dapat sembuh hanya dengan perawatan konservatif selama 6
minggu. selain itu, angka kesuksesan operasi HNP cukup tinggi (90%) dengan
komplikasi intra- dan post-operasi yang jarang terjadi dan hanya 5% pasien
yang tetap mengalami kecacatan tulang belakang lumbar setelah menerima
perawatan yang luas. Namun, prognosis akan kurang baik apabila telah terjadi
sindrom kauda equina.
32
BAB 4
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah kelainan yang merupakan suatu
komplikasi dari proses degeneratif diskus intervertebralis yang dipicu oleh trauma,
deformitas, dan penyakit pada sistem tulang belakang yang sudah ada sebelumnya.
HNP dibagi menjadi 4 tahap yaitu degenerasi diskus, prolaps, ekstrusi, dan
sekuestrasi, dimana herniasi material nukleus pulposus tersebut menekan radiks saraf
terutama di daerah bersegemen lordotik yaitu lumbar (L4-5, L5-S1) dan servikal (C67) yang lebih mobil dan menerima tekanan dan tegangan lebih besar daripada segmen
lainnya. Kelainan ini memiliki insiden tertinggi pada individu berusia 20-45 tahun
dimana diskusnya mulai mengalami degenerasi tapi nukleus pulposusnya masih dapat
dianggap turgor.
Pasien HNP di daerah lumbar biasanya mengeluhkan nyeri punggung bawah
yang hebat dan tiba-tiba saat membungkuk atau mengangkat sesuatu, lalu 1-2 hari
kemudian nyeri akan menjalar ke satu sisi bokong, paha belakang, betis, dan kaki,
nyeri yang menjalar ini disebut sciatica. Postur berdiri pasien akan miring ke salah
satu sisi (skoliosis sciatica). Pemeriksaan fisik yang dapat diakukan untuk
membuktikan adanya iritasi radiks adalah Uji Laseque dan Bowstring, sedangkan
untuk bukti adanya kerusakan konduksi radiks adalah berkurangnya sensoris pada
kulit sesuai distribusi dermatom radiks yang terlibat dan kelemahan otot sesuai
dengan distribusi miotom radiks yang terlibat. HNP pada daerah servikal pun
mengalami iritasi radiks dan kerusakan konduksi radiks yang dapat dibuktikan
melalui distribusi radiks yang terlibat seperti pada HNP daerah lumbar.
Diagnosis banding untuk HNP sendiri adalah kelainan neurologi, tumor,
infeksi, spondilolistesis, dan fraktur kompresi.
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis HNP adalah pemeriksaan
radiologi yaitu X-ray, CT scan, dan MRI.
Penatalaksanaan untuk HNP berprinsip pada 3 metode yaitu Rest, Reduction
atau Removal, dan Rehabilitation. 90% pasien yang menjalankan perawatan non-
33
operatif pulih dalam waktu 6 minggu, oleh karena itu rest dan reduksi merupakan
metode pertama untuk pasien dengan HNP, kecuali apabila pasien memenuhi indikasi
untuk dilakukan operasi. Teknik operasi untuk HNP bermacam-macam, dengan
prosedur standar adalah disektomi dan laminektomi, namun sekarang ini terdapat
prosedur baru yang memberikan hasil lebih baik yaitu mikrodisektomi.
Prognosis HNP cukup baik karena angka kesembuhan dengan perawatan
konservatif cukup tinggi, selain itu, angka keberhasilan operasinya pun cukup tinggi
dengan komplikasi intra-operasi yang jarang terjadi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Salter, MD, Robert B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. Pennsylvania, USA: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
Solomon, Louis. Aple'ys System of Orthopaedics and Fractures. New York, USA:
Arnold, 2001.
Netter, MD, Frank H. Atlas of Human Anatomy. Pennsylvania, USA: Saunders
Elsevier, 2006.
Snell, Richard S. Clinical Anatomy. Pennsylvania, USA: Lippincott Williams &
Wilkins, 2004.
Foster, MD, Mark R. "Herniated Nucleus Pulposus." Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview.
35