“PERANG KHANDAQ”
Pembimbing :
Disusun oleh:
Hasan Assagaf
201920401011141
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, manusia mengenal sebuah sejarah. Sirah nabawiyah adalah sejarah
kehidupan Nabi Muhammad SAW. Mempelajari sirah Nabi akan menghadirkan rasa cinta
kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Dan rasa cinta itu akan melahirkan sikap
pengorbanan. Dengan mempelajari sirah nabi, kita akan mengetahui hukum yang disebutkan
oleh suatu ayat Al Quran. Sebab, setiap ayat memiliki asbabun nuzul (sebab turunnya ayat)
Dalam rangka mempelajari Islam secara utuh, selain merujuk pada Al-Qur’an dan
Hadist, kita dapat mengenal Islam melalui Sirah Nabawiyah. Sesungguhnya Sirah Nabawiyah
ilmu dari segi tujuan maupun tuntutan. Belajar sirah dapat menumbuhkan dan meningkatkan
kecintaan kepada Nabi dan para sahabat. Karena seolah-olah mereka hadir di tengah-tengah kita
Mengetahui sejarah kehidupan beliau merupakan suatu hal yang patut untuk kita ketahui
karena beliau adalah nabi terakhir, nabi yang membawa nikmat terbesar bagi para manusia, yaitu
nikmat islam. Nabi Muhammad juga sebagai perantara dan penafsir Al-quran baik secara
perkataan dan perbuatan, sehingga kita tidak akan dapat memahami ajaran agama tanpa
mengetahui sejarah dari Rasulullah. Seperti yang tertuang dalam QS. Hud ayat 120, yang
memiliki arti: “Dan semua kisah rosul-rosul, kami ceritakan kepadamu, agar dengan kisah itu
kami teguhkan hatimu, dan didalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat,
Penulis memilih untuk mengulas kisah Nabi tentang “Perang Khandaq” untuk dijadikan
bahan refleksi diri karena didalamnya banyak terdapat pelajaran dan hikmah yang bisa diambil.
Salah satunya adalah menumbuhkan dan memperkuat keimanan kita kepada Allah dan Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan untuk seluruh umat yang hidup di bumi Allah.
LAPORAN KAJIAN SIRAH NABAWIYAH
Kajian Siroh Nabawiyah
No. Kegiatan Judul Sumber Dilaporkan tgl
1. Kajian Sirah Tahun Kesedihan An-nadawi abu hasan, 3 Maret 2021
Nabawiyah 2008. Riwayat Hidup
Rasulullah . Surabaya :
PT. Bina Ilmu.
Setelah pecah beberapa peperangan dan manuver militer selama lebih dari satu tahun,
Jazirah Arab menjadi tenteram kembali. Hanya saja orang-orang Yahudi yang harus menelan
beberapa kehinaan dan pelecehan karena ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi dan
melakukan makar, tidak mau terima begitu saja. Setelah lari ke Khaibar, mereka menunggu-
nunggu apa yang akan menimpa orang orang muslim sebagai akibat bentrokan fisik dengan para
paganis Quraisy. Hari demi hari terus berlalu membawa keuntungan bagi kaum Muslimin, pamor
dan kekuasaan mereka semakin mantap. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi semakin dibakar
marah.
menghimpun pasukan, sebagai persiapan untuk memukul orang-orang muslim, agar tidak
memiliki sisa kehidupan setelah itu. Karena belum berani menyerang orang-orang muslim secara
langsung, maka mereka merancang dan melaksanakan langkah ini secara sembunyisembunyi dan
hati-hati.
Ada 20 pemimpin dan pemuka Yahudi dari Bani Nadhir yang mendatangi Quraisy di
Makkah. Mereka mendorong orang-orang Quraisy agar menyerang Rasulullah SAW dan berjanji
akan membantu rencana ini dan mendukungnya. Quraisy menyambutnya dengan senang hati,
apalagi sebelumnya mereka tidak berani memenuhi janji di Perang Badar untuk kedua kalinya.
Maka mereka melihat ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengembalikan pamor.
Dua puluh orang pemuka Yahudi itu juga pergi ke Ghathafan dan mengajak mereka
seperti ajakan yang diserukan kepada orang-orang Quraisy. Ajakan ini mendapat sambutan yang
baik. Kemudian para utusan Yahudi itu berkeliling ke berbagai kabilah Arab dengan ajakan yang
sama, dan semuanya memberi respon. Satu langkah yang dirancang orang-orang Yahudi dengan
Akhirnya, secara serempak dari arah selatan mengalir pasukan yang terdiri dari Quraisy,
Kinanah dan sekutu-sekutu mereka dari penduduk Tihamah, dibawah komando Abu Sufyan.
Jumlah mereka ada empat ribu prajurit. Bani Sulaim dari Marr Azh-Zhahran juga ikut bergabung
bersama mereka. Sedangkan dari arah timur ada kabilah-kabilah Ghathafan, yang terdiri dari
Bani Fazarah yang dipimpin Uyainah bin Hishan, Bani Murah yang dipimpin Al-Harits bin Auf,
Bani Asyja' yang dipimpin Mis'ar bih Rukhailah, Bani As'ad dan lain-lainnya.
Semua golongan ini bergerak ke arah Madinah secara serentak seperti yang telah mereka
sepakati bersama. Dalam beberapa hari saja, disekitar Madinah sudah berhimpun pasukan musuh
yang besar, jumlahnya mencapai sepuluh ribu prajurit. Itulah gelar pasukan yang jumlahnya
lebih banyak daripada seluruh penduduk Madinah, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua.
Jika pasukan yang sedang berhimpun disekitar Madinah tersebut melakukan serangan
secara tiba-tiba dan serentak, maka sulit dibayangkan apa yang akan terjadi dengan eksistensi
kaum muslimin. Bahkan, bisa terjadi mereka akan tercabut hingga akar-akarnya. Tetapi model
kepemimpinan Madinah tak pernah terpejam sekejap pun. Segala faktor dipertimbangkan
sedemikian rupa secara masak dan segala pergerakan tak lepas dari pantauan. Sebelum pasukan
musuk beranjak dari tempatnya, informasi tentang rencana mereka pun sudah tercium di
Madinah.
panjang lebar diantara anggota majelis, mereka sepakat melaksanakan usulan yang disampaikan
seorang sahabat yang cerdik, Salman Al-Farisi. Dalam hal ini Salman berkata, "Wahai
Rasulullah, dulu jika kami orang-orang Persi sedang dikepung musuh, maka kami membuat parit
disekitar kami." Ini merupakan langkah yang amat bijaksana, yang sebelumnya tidak dikenal
bangsa Arab. Rasulullah SAW segera melaksanakan rencana itu. Setiap sepuluh orang laki-laki
Dengan giat dan penuh semangat orang-orang muslim menggali sebuah parit yang
panjang. Rasulullah SAW terus memompa semangat mereka dan terjun langsung di lapangan. Di
dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan dari Sahl bin Sa'd, dia berkata, "Kami bersama Rasulullah
SAW di dalam parit. Sementara orang-orang sedang giat menggalinya, kami mengusung tanah di
pundak kami." Beliau bersabda, "Tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat. Ampunilah dosa
Tanda-tanda Nubuwah
Anas meriwayatkan, Rasulullah SAW pergi ke parit pada pagi hari yang amat dingin,
sementara orang-orang Muhajirin dan Anshar sedang menggali parit. Mereka tidak mempunyai
seseorang yang bisa diupah untuk pekerjaan ini. Beliau tahu perut mereka kosong dan juga letih.
Oleh karena itu beliau bersabda, "Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah
kehidupan akhirat, maka ampunilah orang-orang Muhajirin dan Anshar." Mereka menjawab,
"Kamilah yang telah berbaiat kepada Muhammad, siap berjihad selagi kami masih hidup." Dari
Al-Barr' bin Azib, dia berkata, "Kulihat beliau mengangkut tanah galian parit, hingga banyak
debu yang menempel di kulit perut beliau yang banyak bulunya. Sampat pula kudengar beliau
melantunkan syair-syairnya Ibnu Rawahah. Sambil mengangkut tanah, beliau bersabda, "Ya
Allah, andaikan bukan karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk, tidak
bersedekah dan tidak shalat. Turunkanlah ketentraman kepada kami dan kokohkanlah pendirian
kami jika kami berperang. Sesungguhnya para kerabat banyak sewenang-wenang kepada kami.
Orang-orang muslim bekerja dengan giat dan penuh semangat sekalipun mereka didera
dengan rasa lapar. Anas berkata, "Masing-masing orang yang sedang menggali parit diberi
tepung gandum sebanyak satu genggam tangan, lalu dicampuri dengan minyak sebagai adonan.
Kerongkongan mereka jarang tersentuh makanan, sehingga dari mulut mereka keluar bau yang
tidak sedap." Abu Thalhah berkata, "Kami mengadukan rasa lapar kepada Rasulullah SAW. Lalu
kami mengganjal perut kami dengan batu. Beliau juga mengganjal perut dengan dua buah batu."
Selama penggalian parit ini terjadi beberapa tanda nubuwah yang berkaitan dengan rasa
lapar yang mendera mereka. Jabir bin Abdullah melihat Rasulullah yang benar-benar tersiksa
karena lapar. Lalu Jabir menyembelih seekor hewan dan istrinya menanak satu sha' tepung
gandum. Setelah masak, Jabir membisiki Rasulullah secara pelan pelan agar datang ke rumahnya
bersama beberapa sahabat saja. Tetapi Rasulullah justru berdiri di hadapan semua orang yang
sedang menggali parit yang jumlahnya ada seribu orang, lalu mereka melahap makanan yang tak
seberapa banyak itu hingga mereka kenyang. Bahkan masih ada sisa dagingnya, begitu pula
membawa kurma setangkup tangan untuk diberikan kepada ayah dan pamannya. Ketika itu pula
Rasulullah SAW lewat didekatnya dan meminta kurma tersebut, lalu beliau meletakkannya di
atas selembar kain. Setelah itu beliau memanggil semua orang dan mereka pun memakannya.
Setelah semua orang yang menggali parit memakannya, ternyata kurma yang hanya setangkup
tangan itu masih tersisa dan bahkan jumlahnya lebih banyak, sehingga sebagian ada yang
Yang lebih besar dari gambaran ini adalah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, dari Jabir,
dia berkata, "Saat kami menggali parit, ada sebongkah tanah yang amat keras. Mereka
mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Ini ada tanah keras yang teronggok di tengah parit."
"Kalau begitu aku akan turun ke bawah," sabda beliau. Setelah turun, beliau berdiri tegak dan
terlihat perut beliau yang diganjal batu. Sebelumnya kami bertiga sudah mencoba untuk
mengatasinya, namun tidak mampu. Lalu beliau mengambil cangkul dan memukul onggokan
tanah yang keras itu hingga hancur berkepingkeping menjadi pasir." Al-Barra' berkata, "Saat
menggali parit, di beberapa tempat kami terhalang oleh tanah yang sangat keras dan tidak bisa
digali dengan cangkul. Kami melaporkan hal ini kepada Rasulullah SAW. Beliau datang,
mengambil cangkul dan bersabda, "Bismillah..." Kemudian menghantam tanah yang keras itu
dengan sekali hantaman. Beliau bersabda, "Allah Mahabesar, aku diberi tanah Persi. Demi Allah
saat ini pun aku bisa melihat Istana Mada'in yang bercat putih." Kemudian beliau menghantam
untuk ketiga kalinya, dan bersabda, "Bismillah.." Maka hancurlah tanah yang masih tersisa.
Kemudian beliau bersabda, "Allah Mahabesar, aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari
tempatku ini aku bisa melihat pintu-pintu gerbang Shan'a." Ibnu Ishaq juga meriwayatkan yang
mereka pulang ke rumah menemui keluarga hingga penggalian parit selesai seperti rencana
semula sebelum pasukan paganis yang tidak terkira banyaknya tiba di pinggiran Madinah.
Perang Terjadi
Pasukan Quraisy yang berkekuatan 4000 personil tiba di Mujtama'ul Asyal di kawasan
Rumat, tepatnya antara Juruf dan Za'abah. Sedangkan Kabilah Ghathafan dan penduduk Najd
yang kekuatan 6000 personil itu tiba di Dzanab di dekat Uhud. Firman Allah
َ َو َل ل َما َر َءا ْال ُم ْؤ ِمتُو ت ال َْحزَا بقَال ُوا هَ َذا َم ا َو َع َدنَا ال َو َرسُولَهُ َو
َ ِص َد قال َو َرسُولُهُ َو َما َزا َدهُم إ
لل إِي َمتَا َوتَ ْسلِي ًما
"Dan, tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang bersektutu itu, mereka
berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul Nya kepada kita, dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya'. Dan, yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.'" (Al-Ahzab:22)
Tetapi orang-orang munafik dan orang-orang yang jiwanya lemah, langsung menggigil
َ َِوإِ َذ يَقُو ُل ْال ُمنَفِقُونَ َواللَ ِذينَ فى قُل ُوبِ ِهم ل َم َر ضل َما َو َع َدنَا ال َو َرسُولُهُ إ
لل ُغرُورًا
"Dan ingatlah, ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya
berkata, 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.'" (Al-
Ahzab:2)
Rasulullah SAW keluar rumah dengan kekuatan 3000 personil. Dibelakang punggung
mereka ada Gunung Sal'un dan dapat dijadikan pelindung. Sedangkan parit membatasi posisi
mereka dengan pasukan musuh. Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Maktum. Para wanita
dan menyerang Madinah. ternyata mereka harus berhadapan dengan parit. Karena itu mereke
memutuskan untuk mengepung orang-orang muslim. Padahal tatkala keluar dari rumah, mereka
tidak siap untuk melakukan pengepungan. Menurut mereka, penggalian parit ini sebagai siasat
perang yang sama sekali tidak dikenal masyarakat Arab. Oleh karena itu mereka juga tidak
pernah memperhatikannya sama sekali. Orang-orang musyrik hanya bisa berputar-putar didekat
parit dengan amarah yang menggelegar. Mereka terus mencari-cari titik lemah yang bisa
musyrik yang berputar-putar diseberang parit dan juga melontarkan anak panah agar mereka
tidak sampai mendekati parit apalagi melewatinya ataupun menimbunnya dengan tanah lalu
Para penunggang kuda dari pasukan Quraisy merasa jengkel karena hanya bisa diam
disekitar parit tanpa ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari pengepungan ini. Cara seperti ini
sama sekali bukan kebiasaan mereka. Lalu muncul sekelompok orang diantara mereka, seperti
Amr bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abi Jahl, Dhirar bin Al-Khattab dan lain-lainnya yang
mendapatkan lubang parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati bagian parit itu, lalu
memutar kuda mereka ke arah bagian yang lebih lembab, antara parit dan Gunung Sal'un. Ali bin
Abi Thalib bersama beberapa orang Muslim langsung mengepung daerah yang dapat dilewati
beberapa orang musyrik itu. Amr bin Abi Wudd menantang untuk adu tanding, satu lawan satu.
Tantangan ini diladeni Ali bin Abi Thalib, dan Ali juga melontarkan perkataan yang membuat
Amr sangat marah. Amr yang termasuk salah seorang prajurit musyrikin yang pemberani dan
pahlawan mereka, turun dari kuda sambil mengumpat kudanya sendiri dan menempeleng
mukanya. Kemudian dia siap berhadapan dengan Ali bin Abi Thalib. Keduanya berputar-putar
lalu bertanding dengan seru, hingga Ali dapat membunuhnya. Sementara yang lain juga merasa
terdesak lalu mereka terjun ke parit dan melarikan diri. Mereka benar-benar ketakutan, sampai-
Beberapa hari sudah berlalu dan orang-orang musyrik terus berusaha untuk melewati parit
atau membuat jalur penyeberangan. Tetapi orang-orang muslim tidak berhenti melakukan
perlawanan dan menyerang mereka dengan anak panah, sehingga mereka gagal memuluskan
usaha ini. Karena terlalu sibuk melakukan serangan balik terhadap orang-orang musyrik yang
berusaha menyeberang parit. akibatnya ada beberapa shalat yang tak sempat dikerjakan
Rasulullah dan orang-orang muslim. Didalam Ashahihain disebutkan dari Jabir, bahwa Umar bin
Khattab muncul pada waktu Perang Khandaq, lalu dia terus-menerus mengolok-olok orang-
orang kafir Quraisy. Lalu dia berkata: "Wahai Rasulullah, hampir saja aku lupa mengerjakan
shalat (ashar), padahal matahari hampir tenggelam." "Aku pun belum sempat mengerjakannya,"
sabda beliau. Lalu kami turun membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu' dan kami pun
wudhu'. Beliau shalat ashar setelah matahari tenggelam, setelah itu langsung disusul dengan
shalat maghrib.
Nabi SAW merasa menyesal karena beberapa shalat yang tertinggal. Sampai-sampai beliau
mendo'akan kemalangan bagi orang-orang musyrik. Karena gara-gara merekalah shalat beliau
tidak sempat dilaksanakan. Didalam riwayat Al-Bukhari, dari Ali dari Nabi SAW, beliau
bersabda pada waktu Perang Khandaq, "Allah memenuhi rumah-dan kuburan mereka dengan
api, sebagaimana mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat melaksanakan shalat ashar
Didalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi'i disebutkan bahwa orang orang musyrik itu
membuat mereka sibuk hingga tak sempat melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib dan isya'.
Lalu Rasulullah mengerjakan shalat secara sekaligus. An-Nawawi menuturkan, "Cara
mengompromikan beberapa riwayat ini, bahwa Perang Khandaq berjalan selama beberapa hari.
Memang pada sebagian hari ada acara menjama' shalat seperti yang pertama dan sebagian hari
Dari sini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh orang orang musyrik untuk
menyeberangi parit dan serangan orang-orang Muslim berjalan hingga beberapa hari. Karena ada
parit yang menghalangi kedua pasukan, maka tidak sampai terjadi pertempuran dan adu senjata
secara langsung. Peperangan terbatas hanya dengan melepaskan anak panah. Sekalipun begitu,
ada beberapa orang dari masing-masing pihak menjadi korban, yaitu enam orang dari Muslimin
dan sepuluh orang dari musyrikin. Disamping itu ada satu dua orang yang terbunuh karena
Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah itu, Sa'd bin Mu'az ra
juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan urat di lengannya. Yang melepaskan anak
panah hingga mengenainya adalah seorang laki-laki dari Quraisy yang bernama Hibban bin Qais
bin Al-Ariqah. Saat itu pula Sa'd memanjatkan do'a, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu
bahwa tak ada yang lebih kucintai daripada aku berjihad karena-Mu, melawan orang-orang yang
mendustakan Rasul-Mu dan yang telah mengusirnya. Ya Allah, aku mengira Engkau telah
menghentikan peperangan antara kami dengan mereka. Jika memang Engkau masih menyisakan
sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, maka berikanlah sisa kehidupan kepadaku
untuk menghadapi mereka agar aku bisa memerangi mereka karena Engkau. Jika memang
Engkau sudah menghentikan peperangan, maka kobarkanlah lagi peperangan itu agar aku bisa
mati dalam peperangan." Pada akhir do'anya, dia berkata, "Janganlah Engkau mematikan aku
Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat keras ini, ular-ular
berbisa yang biasa melakukan konspirasi dan berkhianat sedang menggeliat didalam lubangnya,
bersiap menyemburkan bisanya ke tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir
(Huyai bin Akhthab) datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Dia menemui Ka'b bin Asad Al-
Qurazi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal dia sudah membuat perjanjian
dengan Rasulullah untuk tidak menolong siapa pun yang hendak memerangi beliau. Huyai
menggedor pintu benteng Ka'b, tetapi Ka'b tidak mau membukakan pintu. Setelah Huyai
Huyai berkata, "Aku menemuimu wahai Ka'b dengan membawa kejayaan masa lalu dan
lautan yang mempesona. Aku datang kepadamu bersama Quraisy, pemimpin dan pemuka
mereka, hingga aku menyuruh mereka bermarkas di Majma'ul Asyal di bilangan Rumat.
Sedangkan Ghathafan dengan semua pemimpinnya kusuruh bermarkas di Dzanab Naqami dekat
Uhud. Mereka semua sudah berjanji dan bersumpah kepadaku untuk tidak pulang sebelum
membinasakan Muhammad dan para pengikutnya." Ka'b menjawab," Demi Allah, engkau datang
kepadaku sambil membawa kebinasaan masa lalu dan awan yang kering. Awan itu
mengeluarkan klat dan suara petir, tetapi kosong melompong. Celaka kamu wahai Huyai!
Tinggalkan aku dan urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan sosok yang jujur
Huyai terus menerus membujuk dan merayu Ka'b, hingga akhirnya Huyai bersumpah atas
nama Allah dan berjanji, "Jika orang-orang Quraisy dan Ghathafan mundur, mereka tidak jadi
menyerang Muhammad, maka aku akan bergabung denganmu didalam bentengmu, dan aku siap
menanggung akibatnya bersamamu." Jadilah Ka'b bin As'ad melanggar perjanjian yang telah
disepakatinya. Dia sudah melepaskan ikatan dengan orang-orang Muslim. Dia bergabung dengan
Ketika itu pula orang-orang Yahudi bangkit untuk memerangi orang orang Muslim. Ibnu
Ishaq menuturkan, "Shafiyah binti Abdul Muthalib berada dalam satu bilik benteng yang
dikhususkan bagi para wanita Muslimah dan anak-anak, yang dijaga Hassan bin Tsabit. Shafiyah
berkata menuturkan kejadian waktu itu, "Ada seorang laki-laki Yahudi melewati tampat kami,
lalu mengelilingi benteng. Sementara semua Yahudi Bani Quraizhah maju untuk berperang dan
melanggar perjanjian yang sudah disepakati dengan Rasulullah SAW. Tidak ada orang-orang
Muslim yang menjaga kami, karena Rasulullah dan semua orang-orang Muslim sedang
berhadapan dengan musuh. Tidak mungkin mereka mundur ketempat kami dan meninggalkan
pos mereka jika ada orang yang menyerang kami. Kukatakan kepada Hassan, "Wahai Hassan,
seperti yang engkau lihat, orang Yahudi ini mengitari benteng. Demi Allah, aku merasa tidak
aman jika dia menunjukkan titik kelemahan kita dari arah belakang ini kepada orang-orang
Yahudi. Sementara Rasulullah dan para sahabat tidak sempat lagi mengurus kita. Maka
hampirilah orang itu dan bunuh dia." "Demi Allah, engkau tahu sendiri aku bukanlah orang yang
mahir dalam masalah bunuhmembunuh," jawab Hassan. Syafiyah berkata, "Lalu kuikat
pinggangku dan kuambil sepotong tiang penyangga, lalu aku turun dari benteng untuk
menghampiri orang Yahudi itu. Potongan tiang itu kupukulkan ke tubuhnya hingga mati. Setelah
itu aku kembali lagi ke benteng. Kukatakan kepada Hassan, "Wahai Hassan, turunlah dari
benteng dan ikatlah dia. Kalau bukan karena dia seorang laki-laki tentu sudah kuikat sendiri."
Hassan bin Tsabit berkata, "Kurasa aku tak perlu lagi mengikatnya."
Tindakan yang berani dari bibi Rasulullah ini mempunyai pengaruh yang amat mendalam
untuk menjaga para wanita dan anak-anak Muslimin. Sebab selama itu orang-orang Yahudi
menduga rumah penampungan dan benteng bagi para wanita dan anak-anak dijaga ketat pasukan
Muslimin. Padahal nyatanya sama sekali tidak terjaga. Karena dugaan itu mereka tidak berani
melakukan serangan ke benteng itu. Mereka juga tidak berani terang-terangan melakukan
serangan terhadap orang-orang Muslim. Mereka hanya mengulurkan bantuan kepada pasukan
kafir dengan memasok bahan makanan. Tetapi pasokan itu juga bisa diambil orang-orang
Kabar tentang tindakan orang-orang Yahudi didengar oleh Rasulullah SAW dan orang-
orang Muslim. Maka seketika itu pula beliau ingin mengecek kebenarannya. Untuk itu beliau
meminta keterangan langusng dari Bani Quraizhah, agar dapat segera diambil tindakan secara
militer. Beliau mengutus Sa'd bin Mu'adz, Sa'd bin Ubadah, Abdullah bin Ruwahah dan
Khawwat bin Jubair. Beliau bersabda kepada para utusan ini, "Pergilah kesana dan cari tahu
apakah benar kabar yang kita dengar dari mereka ini ataukah tidak? Jika kabar itu benar,
beritahukan kepadaku hanya dengan melalui isyarat saja, agar tidak mematahkan semangat
orang-orang. Jika mereka masih menepati janjinya, bolehlah kalian memberitahukan kepada
orang-orang."
Setiba disana para utusan itu mendapatkan keadaan yang sangat jauh lebih jahat dari
memperlihatkan permusuhan, bahkan mereka juga mengejek Rasulullah SAW. "Siapa itu Rasul
Allah? Tidak ada perjanjian antara kami dan Muhammad dan juga tidak ada ikatan apa-apa,"
kata mereka. Para utusan itu pulang, lalu mengisyaratkan keadaan mereka kepada Rasulullah
dengan berkata, "Adhal dan Qarah." Artinya orang-orang Yahudi itu seperti Bani Adhal dan
Qarah yang melanggar perjanjian. Sekalipun para utusan itu sudah berusaha menyembunyikan
kenyataan yang sebenarnya, toh sebagian Muslimin ada yang menangkapnya sehingga mereka
Itu merupakan situasi yang sangat rawan yang pernah dihadapi kaum Muslimin. Antara
posisi mereka dan posisi Yahudi Bani Quraizhah tidak ada penghalang sedikit pun andaikan
mereka memukul dari belakang. Sementara dihadapan mereka ada segelar pasukan musuh yang
tidak mungkin ditinggalkan. Sementara tempat penampungan para wanita dan anak-anak tidak
jauh dari posisi Bani Quraizhah yang berkhianat. Apalagi tempat itu tanpa pasukan yang
"Yaitu ketika mereka datang kepada kalian dari atas dan dari bawah, dan ketika tidak
tetap lagi penglihatan (kalian) dan hati kalian naik menyesak sampai tenggorokan dan kalian
Mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang dahsyat." (Al- Ahzab:10-11)
mereka ada yang berkata, "Kemarin Muhammad berjanji kepada kami bahwa kami akan
mengambil harta simpanan Kisra dan Qaishar. Sementara pada hari ini tak seorang pun diantara
kami yang merasa aman terhadap dirinya, sekalipun hanya untuk buang hajat." Yang lain lagi
ada yang berkata kepada sekumpulan kaumnya, "Rumah kami akan menjadi sasaran musuh.
Maka izinkan kami untuk pergi dari sini dan pulang ke rumah kami. Karena rumah kami berada
"Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam
hatinya berkata, 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya'.
Dan, sebagian dari mereka meminta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata,
'Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga). Dan rumah-rumah itu sekalikali
tidur telentang, diam sekian lama, hingga kaum Muslimin mendapat ujian yang cukup berat.
Namun tak lama kemudian membersit harapan. Beliau bangkit sambil berseru, "Allahu Akbar,
Kemudian beliau merancang beberapa strategi untuk menghadapi situasi yang sangat rawan ini.
Salah satu strategi yang beliau canangkan ialah dengan mengutus beberapa penjaga ke Madinah
untuk menjaga para wanita dan anak-anak. Tetapi sebelumnya harus ada upaya untuk
mengacaukan pasukan musuh. Untuk memuluskan rencana ini, beliau hendak membuat
perjanjian dengan Uyainah bin Hishn dan Al-Harits bin Auf, dua pemimpin Ghathafan, bahwa
beliau akan menyerahkan sepertiga hasil panen kurma di Madinah kepada mereka, asal mereka
berdua mau mengundurkan diri dari kancah bersama kaumnya, lalu membiarkan beliau
menghantam Quraisy dan menghancurkan kekuatan mereka. Terjadi tawar menawar yang cukup
alot. Lalu beliau meminta pendapat Sa'd bin Mu'adz dan Sa'd bin Ubaidah tentang rencana ini.
mengambil keputusan seperti itu, maka kami akan tunduk dan patuh. Tetapi jika ini merupakan
keputusan yang hendak engkau ambil bagi kami, maka kami tidak membutuhkannya. Dulu kami
dan mereka adalah orang-orang yang sama menyekutukan Allah dan menyembah berhala. dulu
mereka tidak berhasrat memakan sebuah kurma pun dari Madinah kecuali lewat jual beli atau
bila sedang dijamu. Setelah Allah memuliakan kami dengan Islam dan memberi petunjuk Islam
serta menjadi jaya bersama engkau, mengapa kami harus memberikan harta kami kepada
mereka? Demi Allah, kami tidak akan memberikan kepada mereka kecuali pedang." Rasulullah
membenarkan pendapat mereka berdua, dan bersabda, "Ini adalah pendapatku sendiri. Sebab aku
melihat semua orang Arab sedang menyerang kalian dengan satu busur."
Kemudian Allah membuat satu keputusan dari sisi-Nya yang mampu menghinakan musuh,
langkah permulaannya, ada seseorang dari Ghathafan yang bernama Nu'aim bin Mas'ud bin Amir
Al-Asyja'i yang menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah
masuk Islam. Sementara kaumku tidak mengetahui tentang keislamanku ini. Maka
perintahkanlah kepadaku apapun yang engkau kehendaki." "Engkau adalah orang satu-satunya,"
sabda beliau, "berilah pertolongan kepada kami menurut kesanggupanmu karena peperangan ini
adalah tipu
muslihat."
Seketika itu pula Nu'aim pergi menemui Bani Quraizhah, yang menjadi temah karibnya
semasa Jahiliyah. Dia menemui mereka dan berkata, "Kalian sudah tahu cintaku kepada kalian,
khususnya antara diriku dan kalian." "Engkau benar," kata mereka. Nu'aim berkata, "Orang-
orang Quraisy tidak bisa disamakan dengan kalian. Negeri ini adalah negeri milik kalian. Disini
ada harta benda, anak-anak dan istri-istri kalian. Kalian tidak akan sanggup meninggalkan negeri
ini untuk pindah ketempat lain. Sementara Quraisy dan Ghathafan datang kesini untuk
mereka. Padahal negeri, harta dan wanita-wanita mereka berada ditempat lain. Jika mereka
merasa mendapat kesempatan, tentu kesempatan itu akan mereka pergunakan sebaik-baiknya.
Jika tidak, mereka pun akan kembali ke negeri mereka dan meninggalkan kalian bersama
Muhammad yang akan melampiaskan dendam kepada kalian." "Lalu bagaimana baiknya wahai
Nu'aim?" Tanya mereka. "Kalian tidak perlu berperang bersama mereka kecuali setelah mereka
memberikan jaminan kepada kalian," jawab Nu'aim. "Engkau telah memberikan jawaban yang
Setelah itu Nu'aim langsung menemui Quraisy dan berkata kepada mereka, "Kalian sudah
tahu cintaku kepada kalian dan nasihat-nasihat yang pernah kusampaikan." "Begitulah," jawab
mereka. Dia berkata lagi, "Rupa-rupanya orang Yahudi merasa menyesal karena telah melanggar
perjanjian dengan Muhammad dan rekan-rekannya. Secara diam-diam mereka telah mengirim
utusan untuk menemui Muhammad bahwa mereka hendak meminta jaminan kepada kalian. Lalu
jaminan itu akan mereka serahkan kepada Muhammad, yang tentu saja mereka berpaling dari
kalian. Jika mereka meminta jaminan, kalian tidak perlu memberikannya kepada mereka."
Kemudian Nu'aim menemui orang-orang Ghathafan dan berkata seperti pula kepada mereka.
Tepatnya malam Sabtu, bulah Syawal 5H, orang-orang Quraisy mengirimkan utusan untuk
menemui orang-orang Yahudi, menyampaikan pesan, "Kami tidak mungkin berlama-lama disini.
Apabila kondisi unta dan kuda kami sudah banyak merosot. Maka bangkitlah saat ini pula
bersama kami untuk menghabisi Muhammad." Orang-orang Yahudi mengirim utusan kepada
orang-orang Quraisy seraya menyampaikan pesan, "Hari ini adalah hari Sabtu. Kalian sudah tahu
akibat yang manimpa orang-orang sebelum kami karena mereka berperang pada hari ini.
Disamping itu, kami tidak mau berperang bersama kalian kecuali setelah kalian menyampaikan
Setelah tahu apa yang disampaikan utusan Yahudi, orang-orang Quraisy dan Ghathafan
berkata, "Demi Allah, benar apa yang dikatakan Nu'aim kepada kalian." Lalu mereka
mengirimkan utusan lagi kepada orang-orang Yahudi, menyampaikan pesan, "Demi Allah, kami
tidak akan mengirim seorang pun kepada kalian. Bergabunglah bersama kami untuk menghabisi
Muhammad." Orang Quraizhah berkata, "Demi Allah, benar apa yang dikatakan Nu'iam kepada
kalian." Dengan begitu Nu'aim mampu memperdayai kedua belah pihak dan menciptakan
Sementara kaum Muslimin selalu berdo'a kepada Allah, "Ya Allah tutupilah kelemahan
kami dan amankanlah kegundahan kami." Rasulullah SAW juga berdo'a untuk kemalangan
musuh, "Ya Allah yang menurunkan Al-Kitab dan yang cepat hisabnya, kalahkanlah pasukan
Allah SWT mendengar do'a Rasulnya dan orang-orang Muslim. Setelah muncul
perpecahan dibarisan orang-orang musyrik dan mereka bisa diperdayai, Allah mengirimkan
pasukan berupa angin taufan kepada mereka, sehingga kemah-kemah mereka porak poranda.
Tidak ada sesuatu yang tegak melainkan pasti ambruk, tidak ada yang menancap melainkan pasti
tercabut dan tidak ada sesuatu pun yang bisa berdiri tegar ditempatnya. Allah juga mengirim
pasukan yang terdiri dari para malaikat yang membuat mereka menjadi gentar dan kacau
Pada malam yang dingin dan menusuk tulang itu, Rasulullah mengutus Khudzaifah bin Al-
Yaman untuk menemui orang-orang Quraisy dan kembali lagi membawa kabar tentang keadan
mereka yang seperti itu. Bahkan mereka sudah bersiap-siap untuk kembali ke Makkah.
Khudzaifah bin Al-Yaman menemui beliau dan mengabarkan niat mereka untuk kembali ke
Makkah. Pada keesokan harinya beliau mendapatkan musuh sudah diusir Allah dan hengkang
dari tempatnya, tanpa membawa keuntungan apa-apa. Cukuplah Allah yang memerangi mereka,
memenuhi janjinya, memuliakan pasukan Nya, menolong hamban-Nya dan hanya menimpakan
kekalahan kepada pasukan musuh. Setelah itu Rasulullah SAW dan pasukan Muslim kembali ke
Madinah.
Perang Khandaq atau Ahzab bukan merupakan peperangan yang menimbulkan kerugian,
tetapi merupakan perang urat syaraf. Disini tidak ada pertempuran yang seru. Tetapi dalam
catatan sejarah Islam, ini merupakan peperangan yang sangat menegangkan, yang berakhir
dengan pelecehan di pihak pasukan musyrikin dan memberi kesan bahwa kekuatan sebesar
apapun yang ada di Arab tidak akan sanggup melumatkan kekuatan lebih kecil yang sedang
mekar di Madinah. Sebab bangsa Arab tidak sanggup menghimpun kekuatan yang lebih besar
daripada pasukan Ahzab ini. Oleh karena itu Rasulullah bersabda, tatkala Allah SWT sudah
mengalahkan pasukan musuh, "Sekarang kitalah yang ganti menyerang mereka dan mereka tidak
REFLEKSI DIRI
Dari siroh nabawiyah peristiwa perang badar diatas, hikmah yang dapat dipetik antara lain
yaitu:
1. Kuatnya keteguhan hati dan kesabaran pasukan kaum Muslimin dalam menghadapi
Subhanahu wa Ta’ala dan kepada janji Allah dan Rasul-Nya bahwa mereka akan diberi
pertolongan oleh Allah Subahanahu wa Ta’ala dan akan berhasil mengalahkan musuh-
musuh mereka.
3. Kesatuan dan soliditas yang sangat kuat dari pasukan kaum Muslimin mujahidin yang
jujur dalam menghadapi pasukan koalisi yang jumlahnya jauh melampaui mereka. Tidak
ada pertikaian internal di kalangan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka sama
sekali tidak terpengaruh dengan sikap orang-orang munafik yang selalu berusaha
4. Penggunaan strategi perang yang tepat, aplikatif dan tidak pernah dikenal dan
diperkirakan sebelumnya oleh pasukan Ahzab saat itu. Kemampuan merancang strategi
yang tepat dan sekaligus melaksanakannya dengan penuh konsisten telah memberikan
pengaruh besar dalam menghambat gerak laju musuh yang begitu besar jumlahnya
jalannya peperangan dan memimpin pasukan serta dalam mengelola konflik dalam
perang (manajemen konflik) semenjak dari perencanaan strategi perang hingga perang
berakhir.
mengokohkannya dalam kehidupan kaum muslimin karena dalam situasi yang sangat
genting dan darurat kebutuhan terhadap musyawarah itu menjadi semakin besar. Syura
itu memanfaatkan setiap keahlian dan pengalaman serta menyatukan berbagai pendapat
langsung seluruh penderitaan yang diderita para sahabatnya dan bekerja bersama dengan
para sahabatnya.
9. Para sahabat belajar optimisme dan harapan di tengah situasi yang sangat sulit dan berat
yang meliputi kaum Muslimin berupa kepungan pasukan koalisi berbagai kabilah Arab
dan Yahudi dengan jumlah pasukan mencapai 10 ribu tentara dalam kondisi lapar dan
An-nadawi abu hasan, 2008. Riwayat Hidup Rasulullah . Surabaya : PT. Bina Ilmu pp 154-159