Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah adalah gejala yang paling sering timbul di


masyarakat kita. Hampir setiap orang pernah mengalami episode nyeri
punggung bawah di sepanjang hidupnya. Nyeri dapat bervariasi dari
berat dan berlangsung lama sampai sedang dan sebentar. Ini akan
membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan orang.
Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting
untuk bisa mengetahui penyebab dari terjadinya nyeri punggung bawah
ini seperti, riwayat trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid
yang lama, dan lain-lain.
Prevalensi di Amerika Serikat sekitar 15-20%, dan tertinggi pada
usia 45-60 tahun, sedangkan di Indonesia menurut Community Oriented
Program for Control of Rheumatic Disease 13-18% dan puncak insidens
terjadi pada usia antara 45-60 tahun.
Nyeri punggung bawah harus mendapat perhatian penting karena
berefek terhadap pekerjaan pasien, 80% orang dewasa bekerja akan
mengalami nyeri punggung bawah dan 1 dari tiga jumlah tersebut tidak
dapat bekerja karena nyeri punggung bawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan
di daerah punggung bawah, yang dapat merupakan nyeri lokal,
maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau nyeri yang berasal dari
punggung bawah yang dapat menjalar ke daerah lain atau sebaliknya
(referred pain).
NPB merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliaka yang disertai penjalaran ke tungkai dan kaki. Mobilitas
punggung bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban
tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu
traktus digestivus dan traktus uranius. Kedua jaringan atau organ ini
apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan
nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah.

II.2 Struktur Punggung dan Organ Lain yang Berdekatan


Garis besar struktur punggung bawah adalah sebagai berikut:
a. Kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya termasuk, diskus
intervertebralis dan nukleus pulposus.
b. Jaringan saraf yang meiputi konus medularis, filum terminalis,
duramater, dan araknoid, radiks dengan saraf spinalnya.
c. Pembuluh darah dan muskulus atau otot skelet.
Organ lain di luar struktur punggung bawah adalah traktus digestivus,
traktus urinarius, traktus genitalis. Sementara itu masih ada lagi satu
struktur yanng tak akan pernah terlihat, akan tetapi dapat sangat
berperan dalam hal terjadinya keluhan NPB. Struktur tadi ialah status
mental atau kondisi psikologis.
Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit – unit fungsional yang
terdiri dari segmen anterior dan segmen posterior.

1. Segmen anterior
Sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga
badan. Segmen ini meliputi korpus vertebra dan diskus
intervertebralis yang diperkuat oleh ligamentum longitudinale
anterior dan ligamentum longitudinale posterior.
Ligamentum longitudinale posterior membentang dari oksiput sampai
sakrum; di daerah setinggi vertebra lumbal ke satu menyempit
sehingga di bagian akhir tinggal separuh di bagian atas.
Hal ini mungkin untuk mempermudah gerakan vertebra di daerah
lumbal, namun hal ini juga menyebabkan tidak terlindunginya daerah
posterolateral diskus intervertebralis sehingga diskus ini lebih mudah
mendesak ke dalam kanalis spinalis, yang dalam kenyataannya
banyak dijumpai.
2. Segmen posterior
Segmen ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan
prosesus spinosus. Satu sama lain dihubungkan dengan sepasang
artikulasi dan beberapa ligamentum serta otot. Gerakan tubuh yang
terbanyak ialah gerakan fleksi dan ekstensi, dan gerakan ini paling
banyak dilakukan oleh sendi L5 – S1, yang dimungkinkan oleh
bentuk artikulasinya tidak datar tetapi membentuk sudut 30 derajat
dengan garis datar. Titik tumpu berat badan terletak kira – kira 2,5cm
di depan S2. Titik ini penting karena setiap pemindahan titik tersebut
akan memaksa tubuh untuk mengadakan kompensasi dengan jalan
mengubah sikap.
3. Diskus intervertebralis
Diskus ini terdiri dari anulus fibrosus dan nukleus pulposus.
Anulus vibrasus terdiri dari beberapa anyaman serabut fibro elastik
yag tersusun sedemikian rupa sehingga tahan untuk mengikuti
gerakan vertebra atau tubuh. Tepi atas dan tepi bawahnya melekat
pada korpus vertebra.
Di tengah – tengah anulus tadi terdapat suatu bahan kental dari
mukopolisakarida yag banyak mengandung air. Mulai usia dekade
kedua, anulus dan nukleus tadi mengalami perubahan. Serabut
fibroelastik mulai putus yang sebagian diganti jaringan dan sebagian
lagi rusak; hal ini berlangsung terus menerus sehingga terbentuk
rongga – rongga dalam anulus yang kemudian di isi bahan dari
nukleus pulposus.
Nukleus pulposus juga mengalami perubahan yaitu kadar air
berkurang. Dengan demikian terjadi penyusutan nukleus dan
bertambahnya ruangan dalam anulus sehingga terjadi penurunan
tekanan intradiskus. Hal ini menyebabkan :
a. Jarak antar vertebra akan mengecil atau memendek, dengan akibat
terlepasnya ligamentum longitudinale posterior dan anterior,
sehingga terbentuk rongga antara vertebra dengan ligamentum
yang kemudian di isi jaringan fibrosis dan mengalami pengapuran.
Hal terakhir ini dikenal sebagai osteofit, yang apabila terlalu besar
atau menonjol dapat menekan medula spinalis atau mempersempit
kanalis spinalis.
b. Mendekatnya kapsul sendi posterior sehingga timbul rangsangan
sinovial.
c. Materi nukleus pulsposus yang masuk ke dalam rongga – rongga
di anulus makin banyak dan makin mendekati lapisan terluar
sehingga bila secara mendadak tekanan intradiskus naik maka isi
nukleus akan menonjol keluar dan terjadilah hernia nukleus
pulposus.

II. 3 Fisiologi Nyeri


Rangsangan nyeri yang dapat berupa rangsangan mekanik, ternik
atau suhu, kimiawi dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri
dari akhiran saraf bebas yang mempunyai spesifikasi. Di sini ada dua
kelompok yaitu :
1. Yang berganti neuron dilamina I yang kemudian menyilang linea
mediana membentuk jaras anterolateral yang langsung ke
talamus, sistem ini disebut sistem neospinotalamik yang
menganyarkan rangsangan secara cepat
2. Bersinaf dilamina V kemudian menyilang linea mediana
membentuk jaras anterolateral dan bersinapsis disubstansia
retikularis batang otak dan di talamus. Sistem ini disebut sistem
paleospinotalamik yang menghantarkan perasaan nyeri yang
kronik dan kurang terlokalisasi.
II.4 Mekanisme Nyeri
1. Nyeri Inflamasi
 Stimuli menyebabkan inflamasi jaringan menyebabkan
perubahan komponen nosiseptif  Jaringan yang inflamasi
mengeluarkan mediator inflamasi (prostaglandin,bradikinin dll)
 Mediator inflamasi mengaktivasi/mensensitasi nosiseptor
langsung/ tidak langsung  menyebabkan nyeri & sensitasi
nosiseptor menyebabkan hiperalgesia
 Dua jenis hiperalgesia: primer & sekunder
 Hiperalgesia primer dibangkitkan stimulasi termal &
mekanikal; sementara hiperalgesia sekunder hanya mekanikal
 Hiperalgesia sekunder terjadi karena kemampuan neuron di
kornu dorsalis medula spinalis memodulasi transmisi impuls
neuronal
 Proses modulasi terjadi karena impuls terus-menerus
menstimulasi MS yang berasal dari daerah lesi sehingga kornu
dorsalis jadi sensitif (sensitisasi sentral)
2. Nyeri Neuropatik
 Nyeri neuropatik pada pasien NPB: penekanan/jeratan radiks
oleh HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkakan
artikulasio/jaringan sekitar, fraktur mikro, penekanan tumor dsb
Iritasi serabut saraf menyebabkan:
1. Penekanan hanya terjadi pd selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervi nervorum yang menimbulkan
nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang distribusi saraf
dan bertambah bila peregangan serabut saraf
2. Penekanan serabut saraf sehingga terjadi gangguan
keseimbangan neuron sensorik melalui perubahan
molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas
SSA abnormal dengan timbulnya aktivitas ektopik
(aktivitas di luar nosiseptor),akumulasi saluran ion Na dan
saluran lain di daerah lesi.

Penumpukan saluran ion Na & saluran ion baru di daerah lesi
menyebabkan timbulnya mechano-hot-spot yg sangat peka
rangsang makanis & temperatur (mekanikal & termal
hiperalgesia)

Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik
spontan:parestesia, disestesia, nyeri seperti kesetrum listrik dsb

Terjadinya hiperalgesia & alodinia pada nyeri neuropatik
disebabkan fenomena wind-up, LTP (Long-term Potentiation)
& perubahan fenotip Aβ2

II.5 Faktor Resiko


Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Nyeri
Punggung Bawah :
1. Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau
olahraga dan juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi
kesehatan diskus
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus
menjadi lebih kering yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau
elastisitas dari diskus
3. Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan
mekanisme gerak tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres
dari lumbal spine
4. Berat tubuh
5. Trauma
Beberapa membagi faktor resiko menjadi :
1. Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik,
postur tubuh yang tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat
(Kurvutura berat >80), HNP, spondilitis, spinal stenosis,
osteoporosis, merokok
2. Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama
menerima getaran, terpelintir.
3. Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan
stres.

II.6 Penyebab Nyeri Punggung Bawah


Kondisi Hubungan dengan klinik
NPB tdk spesifik(mekanik, Tidak ada gangguan saraf, nyeri
nyeri sendi, terlokalisir di area lumbosacral
osteoarthritis,spasme otot)
Sciatica / herniasi diskus Punggung-ekstremitas inferior
berhubungan, pola spasme radikuler,
lassegue (+)
Fraktur spina (fraktur Riwayat trauma(+), osteoporosis, nyeri
kompresi) terlokalisir pada spina
Spondylolysis Pada atlet muda nyeri pd ekstensi
spina, gambaran defek pd
interartikularis pd foto obliq
Proses keganasan (multiple BB turun tanpa sebab yg jelas, demam,
myeloma), metastase gambaran serum protein abnormal pd
elektroporesis, riwayat keganasan
Penyakit jaringan ikat (SLE) Demam, LED , antinuclear
antibodies(+), scleroderma, rheumatoid
arthritis
Infeksi (disc space, spinal Demam, penyalahgunaan obat
tuberculosis) terlarang IV, riwayat TB
Aneurisma aorta abdominal Tdk dpt mnemukan posisi yg nyaman,
NPB tdk hilang dgn istirahat, teraba
masa berdenyut di abdomen
Sindrom kauda equina (spinal Retensi urin, ggn miksi&defekasi,
stenosis) anestesi saddle, kelemahan ekstremitas
inferior scr progresif
Hiperparathyroidism Berhubungan dgn hypercalcemia, batu
ginjal, konstipasi
Ankylosing spondylitis Laki-laki usia 20, HLA-B27 antigen
(morning stiffness) (+), family history(+), LED
Batu ginjal Nyeri flank area yg kolik ke arah groin,
hematuria, Tdk dpt mnemukan posisi
yg nyaman

II.7 Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi
dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari
komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor
dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.
Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit
yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara
potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia,
mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang
kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya
pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local.
Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini
mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah
sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai
simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang
lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi
atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap
transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar,
neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi
sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan
organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang
elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus
intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung
yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain
tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-
sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut.

II.8 Klasifikasi
a. Berdasarkan perjalanan klinis
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba – tiba, keluhan dirasakan
kurang dari 6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute
Low Back Pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
kemudian. Kejadian tersebut dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligamen dan tendon. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri pingang akut terfokus pada istirahat
dan pemakain analgetik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang – ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoartritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.
b. Berdasarkan keluhan nyeri
Keluhan nyeri yang beragam pada pasien NPB dan nyeri
diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan
menjalar ( refered pain 0 atau spasmodik :
1. Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal yang berasal dari proses patologik yang
merangsang ujung saraf sensorik, umumnya menetap , namun
dapat pula interminten, nyeri dipengaruhi perubahan posisi,
bersifat tajam atau tumpul.
2. Nyeri radikular
Nyeri radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf
saraf spinal (spinal never root), dan keluhan ini lebih dirasakan
berat pada posisi yang mengakibatkan tarikan seperti
membungkuk dan berkurang dengan istirahat.
3. Nyeri menjalar (referred pain)
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum yang
mengenai dermatom tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih
dalam.
c. Berdasarkan karakteristik NPB
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh berbagai kelainan atau
perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau
jaringan tubuh.

1. NPB Viserogenik
NPB Viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik
ginjal atau visera didaerah pelvis, serta tumor retroperitonial.
Riwayat nyeri biasanya dapat dibedakan dengan NPB yang
bersifat spondilogenik. Nyeri viserogenik ini tidak bertambah
berat dengan aktivitas tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat. Penderita NPB viserogenik yang mengalami
nyeri hebat akan selalu menggeliat dalam upaya untuk meradakan
perasaan nyerinya. Sementara itu NPB spondilogenik akan lebih
memilih berbaring diam dalam posisi tertentu yang paling
meredakan rasa nyerinya.
Adanya ulserasi atau tumor didinding ventrikulus dan
duodenum akan menimbulkan induksi nyeri didaerah epigastrium.
Tetapi bila dinding bagian belakang turut terlibat dan terutama
apabila ada perluasan retroperitoneal, maka nyeri mungkin juga
akan terasa di punggung. Nyeri tadi biasanya terasa digaris tengah
setinggi lumbal pertama dan dapat naik sampai torakal ke-6.
2. NPB Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia.
Aneurisma abdominal dapat menimbulkan NPB dibagian dalam
dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh. Insufisiensi
arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri dibagian
pantat, yang makin memperberat pada saat berjalan akan mereda
pada saat diam berdiri. Nyeri ini dapat menjalar kebawah,
sehingga mirip dengan iskialgia, tetapi nyeri ini tidak
berpengaruh terhadap presipitasi tertentu, misalnya membungkuk
dan mengangkat benda berat.
Klaudikasio intermintens- nyeri interminten di betis
sehubungan dengan penyakit vaskular perifer, suatu saat akan
sangat menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
Namun demikian, dengan adanya riwayat yang khas ialah nyeri
yang makin berat pada saat berjalan, dan kemudian mereda pada
saat diam berdiri, tetap memberikan gambaran ke aarah insufiensi
vaskular perifer.
3. NPB Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan NPB yaitu
pada :
a. Neoplasma
Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan
adalah neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan
meningioma. Nyeri yang diakibatkan neoplasma ini sering
sulit dibedakan dengan nyeri akibat HNP. Pada umumnya
gejala pertama adalah nyeri kemudian timbul gejala
neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas, dan vegetatif.
Rasa nyeri sering timbul waktu sedang tidur sehingga
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang kalau untuk
berjalan. Dengan demikian penderita cenderung bangkit dari
tempat tidur untuk berjalan – jalan.
b. Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri
timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan
tersebut.
c. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena
proses degenerasi diskus intervetebralis dan biasanya disertai oleh
ligamentum flavum. Gejala klinik yang timbul ialah adalah
klaudikasio interminten yang disertai rasa kesemutan dan pada
saat penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada.
Bedanya dengan klaudikasio interminten pada penyumbatan arteri
ialah disini denyut nadi hilang dan tidak rasa kesemutan.
4. NPB Spondilogenik
NPB spondilogenik adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh
berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari
unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik)
dan miofasial (miogenik) dan proses patologik di artikulasio
sakroiliaka.
a. NPB Osteogenik sering disebabkan:
- Radang atau infeksi, misalnya osteomielitis vertebral dan
spondilitis tuberkulosa.
- Trauma yang menyebabkan fraktur maupun spondilositesis
(bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra di
bawahnya)
- Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma
multipleks) maupun sekunder/metastatik yang berasal dari
proses keganasan di kelenjar tiroid, paru – paru, payudara,
hati, prostat dan ovarium.
- Kongenital, misalnya skoliosis dan lumbal. Nyeri yang
timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput
artikulasi posterior satu sisi.
- Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis.
b. NPB Diskogenik :
- Spondilosis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang
progresif pada diskus intervertebralis, yang mengakibatkan
makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga
mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis
spinalis dan foramen intevertebrale dan iritasi persendian
posterior. Rasa nyeri pada spondilosis ini disebabkan oleh
terjadinya osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantung
duramater yang mengakibatkan iskemia dan radang. Pada
foto rontgen lumbal orang usia lanjut sering ditemukan
gambaran spondilosis mskipun tidak ada keluhan NPB.
Oleh karena itu, bila pada manusia usia lanjut ada keluhan
NPB dan ditemukan spondilosis, maka masih perlu dicari
kemungkinan penyebab yang lain. Gejala neurologiknya
timbul karena gangguan pada radiks , yaitu gangguan
sensabilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan mungkin
atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan cairan
serebrospinal dinaikkan dengan cara mengejan (percobaan
Valsava) atau dengan menekan kedua vena jugularis
(percobaan Naffziger).
- Hernia nukleus pulposus (HNP), ialah keadaan dimana
nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus
yang robek. Penonjolan dapat terjadi di bagian lateral dan
ini yang banyak terjadi, disebut HNP lateral, dapat pula di
bagian tengah dan disebut HNP sentral.
Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi diskus
intervertebralis, maka banyak terjadi pada usia
pertengahan. Pada yang berusia muda mungkin ada faktor
penyebab yang lain. Ada umumnya HNP didahului oleh
aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat
(terutama secara mendadak), mendorong benda berat. Laki
– laki banyak mengalami HNP daripada wanita. Gejala
yang timbul pertama kali adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar lesi dan nyeri
tekan di temapt tadi. Hal ini disebabkan oleh spasme otot
dan spasme ini menyebabkan mengurangnya lordosis
lumbal dan terjadi skoliosis. HNP sentral akan
menimbulkan paraparese flaksid, parestesi dan retensi urin.
HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5.
Pada HNP lateral L5-S1 antara rasa nyeri terdapat di
punggung bawah, di tengah –tengah antara kedua pantat
dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Di tempat –
tempat tersebut akan terasa nyeri bila ditekan. Kekuatan
ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiles
negatif. Pada HNP latelar L4 – L5 rasanyeri dan nyeri
tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral
pantat, tungaki bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kekuatan ekstensi ibu jari kkai berkurang dan refleks
patela negatif. Sensabilitas pada dermatom yang sesuai
dengan radiks yang terkena menurun.
- Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi
sakroiliaka yang kemudian menjalar ke atas, daerah leher,
gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah
waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan
gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran yang mirip
dengan ruas – ruas bambu sehingga bamboo spine.
c. NPB Miogenik : disebabkan ketegangan otot, spasme otot,
defisiensi otot, otot yang hipersensitif.
- Ketegangan otot,disebabkan oleh sikap tegang yang
konstan atau berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan
perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari
kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang
fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot – otot
menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan
menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh
karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta
regangan pada kapsula.
- Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang
tiba – tiba dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi
yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme
otot ini memberi gejala khas, ialah dengan adanya
kontraksi otot ini memberikan gejala yang khas, ialah
dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang
hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaigus menambah kontraksi.
- Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai
akibat dari mekanisme yang berlebihan, tirah baring yang
terlalu lama maupun karena mobilisasi.
- Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil
yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan
menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi
disebut sebagai noktah picu, dalam pemeriksaan klinik
terhadap penderita NPB, tidak jarang dijumpai adanya
noktah picu ini. Tidak ini apabila ditekan dapat
menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman.

5. NPB Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan,
dan depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi. Pada
anamnesis akan terungkap bahwa penderita mudah tersinggung, sulit
tertidur atau mudah terbangun di malam hari tetapi akan sulit untuk
tidur kembali, kurang tenang atau mudah terburu – buru tanpa
alasan yang jelas.
II.9 Tanda dan Gejala
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke
dalam kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa
penjalaran atau keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan
tergantung dari aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1
atau lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya
keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun
adanya rasa baal di daerah nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik
maupun sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau
kondisi patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan
posisi terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan
patologis lainnya yang dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya,
menggigil dan atu demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
- Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan
NPB pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55
tahun.
II.10 Diagnosis2,4
Anamnesa
 Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
 Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu?apa
pekerjaan sehari-hari?adakah suatu trauma?
 Dimana letak nyeri?sebaiknya penderita sendiri yang disuruh
menunjukkan dimana letak nyerinya.Ada tidak penjalaran?
 Bagaimana sifat nyeri ?apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh
tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu
 Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
 Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?
 Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada
tidak gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
- Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulasi, pelvis yang miring atau asimetris, muskular
paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal
- Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak
apakah ada hambatan selama melakukan gerakan
- Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan
pakaian, apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas
- Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun
berbaring dan bangun dari berbaring
- Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.

Palpasi dan perkusi


- Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya
paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah
daerah yang terasa paliag nyeri.
- Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari
kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anterior –
posterior

Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena
sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah
satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya
gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan
demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan
sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa
suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka
tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana
yang terganggu.

2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun
kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,
kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, sementara
pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter
yang bersifat halus) pada otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi
motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada
nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon
dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
- Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita
dapat berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai),
tendo patla dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi
ekstensi tungkai bawah, maka refleks patela postitif. Pada
HNP lateral di L4-L5, refleksi ini negatif.
- Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring,
lutut dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai
yang satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila
terjadi gerakan plantar fleksi maka refleks achiles positif.
Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut
tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri
pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan
rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed
lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau
akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi,
setelah sendi coxa 90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi
lutut
d. Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external,
rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari
kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang
lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut
hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal
ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya
coxitis.
e. Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada.
Tindakan ini akan mengakibatkan tertariknya myelum naik
ke atas dalam canalis
]spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik
ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah
dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada
akar-akat saraf tersebut
f. Viets dan naffziger test
Penekanan vena jugularis dengan tangan (viets)atau dengan
manset sebuah alat ukur tekanan darah hingga 40
mmhg(naffziger)
g. Ober’s sign
Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut
dalam posisi fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan
diluruskan lalu secara mendadak dilepas. Dalam keadaan
normal tungkai ini akan cepat turun atau jatuh ke bawah.
Bila terdapat kontraktur dari fascia lata pada sisi tersebut
maka tungkainya akan jatuh lambat.
h. Neri’s sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke
depan akan terjadi fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.
i. Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya
gangguan saraf autonom, dan dapat pula untuk menunjukkan
lokasi kelainan yang ada yaitu sesuai dengan radiks atau
saraf spinal yang terkena.

Pemeriksaan Non Neurologik Pada Sindrom Nyeri Punggung Bawah


1. Pemeriksaan rectal
Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang
mungkin akan menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang,
piriformis sindrom, penyakit urilogik atau ginekologik yang berada
di panggul
2. Pemeriksaan vaginal
Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament,
misalnya penjalaran karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma
uteri.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui mobilitas dari sacroiliac joint
Bila diduga ada penekanan di daerah sacroiliac. Biasa dilakukan
oleh bagian ortopedi.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
1. Laju endap darah
Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai
peningkatan laju endap darah yang menyolok.
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi
leukositosis)
3. Protein elektroporesis dan imunoelektroporesis
Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal
4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), rheumatoid faktor.

Pemeriksaan Cairan Otak


Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa
kenaikan jumlah sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai
kenaikan jumlah sel dalam cairan otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel
ganas dalam cairan otak.
Pemeriksaan Radiologi
1. Plain X-Ray Columna Vertebralis
Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari intervertebral space,
foramen intervetebralis, sacroiliac joint. Gambaran osteoporosis
untuk nyeri punggung bawah kronis bisa didapatkan.
2. X-foto dengan kontras
Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film.
3. Discografi
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari
pasien. Dengan ini dapat diketahui adanya penyakit degenaratif
pada discus yang dapat menimbulkan nyeri. Discogram juga dapat
digunakan untuk perencanaan preoperative lumbar spinal fusion.5
4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal
sentral, lateral recess entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat
juga dilakukan CT Scan kontras dengan memasukkan radioaktif
marker IV.4,5
5. MRI
TABEL 2
indikasi selektif untuk pemeriksaan radiologi

usia >50 tahun


Riwayat trauma (+)
Defisit neuromotor
Kehilangan BB tanpa sebab yg jelas (10kg dlm 6 bln)
Suspek ankylosing spondylitis
Penyalahgunaan obat dan alkohol
Riwayat kankertory
Penggunaan kortikosteroid
Temperatur >=37.8°C (100.0°F)
Kunjungan terbaru dalam 1 bulan dgn keluhan sama dan tdk ada
perbaikan

Adapted with permission from Deyo RA, Diehl AK. Lumbar spine films in
primary care: current use and effects of selective ordering criteria. J Gen
Intern Med 1986;1:20-5.

II.11 Diferensial Diagnosis


TABLE 3
Differential Diagnosis of Low Back Pain

Primary mechanical derangements Metabolic disease


Ligamentous strain Osteoporosis
Muscle strain or spasm Osteomalacia
Facet joint disruption or Hemochromatosis
degeneration Ochronosis
Intervertebral disc Inflammatory rheumatologic
degeneration or herniation disorders
Vertebral compression Ankylosing spondylitis
fracture Reactive spondyloarthropathies
Vertebral end-plate (including Reiter's syndrome)
microfractures Psoriatic arthropathy
Spondylolisthesis Polymyalgia rheumatica
Spinal stenosis Referred pain
Diffuse idiopathic skeletal Abdominal or retroperitoneal
hyperostosis visceral process
Scheuermann's disease
(vertebral epiphyseal
aseptic necrosis)
Infection
Epidural abscess
Vertebral osteomyelitis
Septic discitis Retroperitoneal vascular
Pott's disease (tuberculosis) process
Retroperitoneal malignancy
Nonspecific manifestation Herpes zoster
of systemic illness Paget's disease of bone
Bacterial endocarditis Primary fibromyalgia
Influenza Psychogenic pain
Neoplasia Malingering
Epidural or vertebral
carcinomatous metastases
Multiple myeloma,
lymphoma
Primary epidural or
intradural tumors

Reprinted with permission from Heffernan JJ. Low back. In: Noble J,
Greene HL II, Modest GA, Levinson W, Young MJ, eds. Textbook of
primary care medicine. 2d ed. St. Louis: Mosby, 1996:1026-40. By
permission of Mosby-Year Book.

Untuk mendiagnosa nyeri punggung bawah tidak mudah karena banyak


factor yang dapat menyebabkannya, termasuk factor non organic. Untuk
itu pasien diminta untuk mendeskripsikan distribusi nyeri, dan jenis
nyeri. Jika distribusi yang ditunjukkan tidak sesuai anatomi, harus
dipertimbangkan adanya factor psikogenik. Test waddel’s dapat
dikerjakan untuk mengidentifikasi penyebab nonorganik .
TABEL 4
Waddell's Tests for Nonorganic Physical Signs

Test Inappropriate response

Tenderness Superficial, nonanatomic tenderness to light touch


Simulation
Axial loading Vertical loading on a standing patient's skull produces
low back pain
Rotation Passive rotation of shoulders and pelvis in same plane
causes low back pain
Distraction Discrepancy between findings on sitting and supine
straight leg raising tests
Regional
disturbances
Weakness "Cogwheel" (give-way) weakness
Sensory Nondermatomal sensory loss
Overreaction Disproportionate facial expression, verbalization or
tremor during examination

*--Three or more inappropriate responses suggest complicating


psychosocial issues in patients with low back pain.
Adapted from Waddell G, McCulloch JA, Kummel E, Venner RM.
Nonorganic physical signs in low-back pain. Spine 1980;5:117-25.

II.12 Penatalaksanaan
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai
dengan edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan
kegelisahan pasien sehingga sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari
sering dapat meringankan nyeri. Namun jika terlalu lama tidak
dianjurkan. Penggunaan obat-obatan NSAID dapat membantu, dan untuk
obat-obatan yang lebih keras dapat digunakan seperti muscle relaksan
dan narkotik dapat digunakan dalam jangka waktu yang pendek
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan,
disebut pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun.
Termasuk bantuan pasif adalah terapi panas, terapi dingin, massage,
ultrasound, stimulation listrik, traksi dan akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung
bawah adalah prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau
merusak area yang dirasakan atau yang menyebabkan nyeri, contohnya
intra discal electrothermy (IDET) yang mana sebuah coiled wire
ditempatkan pada diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency
ablation (RFA). Ini lebih invasive sebab dapat merusak jaringan,
memiliki resiko yang lebih besar dan efek samping yang lebih lama
dibanding terapi yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien
untuk tidak dilakukan prosedur bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini
tetap menjadi kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas atau per. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri
punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat
yang bersifat simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan
simtomatik antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll),
kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid
(AINS) misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik (secara
sentral) misalnya aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya
diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat
analgetik juga mempunyai khasiat antipiretik,
antiinflamasi dan antitrombotik. Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x
sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan
4x sehari
 Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi
perdarahan, gangguan faal ginjal dan
hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika
untuk spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain,
kolangenase (untuk HNP).
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkauan permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP,
trauma mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi
otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas.
Dengan menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah
punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5 – 10 menit.
Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa
gunakan heating pad (kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan
yang ringan tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena
ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum
yang digunakan sehingga menyebabkan infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang
saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis
untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan
otot belakang dan melancarka peredaran darah.
d. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan
tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau
terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit
neurologik, yang dapat diketahui adalah gangguan fungsi otonom
dan paraplegia.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau
dari segi pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar
penderita dapat segera bekerja seperti semula dan tidak timbul
NPB lagi kemudian hari. Agar penderita tidak menggantungkan
diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Agar
penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan
penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi saluran
kencing, dan sebagainya.

II.13 Terapi menurut Jenis Nyeri Punggung Bawah


a. NPB Non Spesifik
Terapi: anti ansietas, anti depresan, cognitive behavioral treatment
serta mencari penyebab
b. NPB Psikogenik
Terapi: analgetik,sitostatika dan radioterapi
c. NPB Tumor Ganas
Terapi: analgetik, kalsium, kalsitriol, bifosfonat dan raloxifen,
calcitonin
d. NPB Osteoporosis
Terapi analgesik, OAINS, fisioterapi, suntikan steroid epidural
Pembedahan bila ada defisit neurologik yg progresif atau nyeri
menetap
e. NPB Stenosis Lumbal
Sebagian besar terapi konservatif: tirah baring, obat-obat &
fisioterapi
Pembedahan segera bila ada tanda sindroma kauda equina atau
defisit neurologik yg progresif
f. NPB HNP
Terapi: tirah baring ≤2 hr, analgetik & NSAID, kompres hangat, jika
perlu suntikan lokal anestesi.

DAFTAR PUSTAKA

1. www. America Academy of Orthopaedic Surgeon.org

2. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low

Back Pain. The American academy of family physician. November

15, 1999 (online www.aafp.org 22 Mei 2007 19.00 pm)

3. P. croft, A .Papageorgius, R.McNelly. Low Back Pain. HCNA

chap.3. 2000. (online www. HCNA.org. tgl 23/5/2007)


4. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The

Management Low Back Pain at Work Evidence Review. Occup

Med vol.51no. 2 pp 124 – 135. Oxford University Press. Great

Britain. 2001

Anda mungkin juga menyukai