Anda di halaman 1dari 13

Gejala Hepatitis Akut A dan Penatalaksanaannya

Maria Oce Yea ST


NIM. 102012119
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
email: maria.st@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia yang merupakan Negara dengan

jumlah penduduk keempat terbesar di dunia. Jumlah penduduk yang besar membawa

konsekuensi yang besar pula, mengingat beragamnya tingkatan sosial, ekonomi,

pendidikan dan budaya. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi, dan pendidikan

menengah ke bawah dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan, terutama terkait

dengan gizi, penyakit menular, serta higienis sanitasi yang kurang. Sementara penduduk

dengan golongan sosial ekonomi dan pendidikan menengah ke atas, juga mempunyai

masalah kesehatan yang terkait dengan gaya hidup dan pola makan. Hal-hal seperti pola

makan dan kebersihan turut mempengaruhi masalah hepatitis di Indonesia.

Anamnesis

Anamnesis keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi penting untuk

mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran

keluhan utama yang menurut pasien paling penting. Anamnesis yang didapat harus
dicatat dan disajikan dengan kata – kata pasien sendiri, dan tidak boleh disamarkan

dengan istilah medis yang bisa mengaburkan sifat asli keluhan dan nuansa yang penting.

Jika tidak bisa didapatkan anamnesis yang jelas dari pasien, maka anamnesis harus

ditanyakan pada kerabat, keluarga atau saksi lain (aloanamnesis ).1

Cara anamnesis yang baik juga antara lain dengan cara biarkan pasien berbicara

asalkan pembicaraannya diarahkan oleh pemeriksa, mengajukan yang lebih spesifik, dan

memfokuskan perhatian pada masalah utama.1Keluhan utama dari seorang laki-laki usia

29 tahun adalah mual, muntah, tidak bisa makan sejak 3 hari smrs dan BAK seperti teh

pekat 1 hari smrs. Yang perlu ditanyakan adalah apa isi muntahnya (apakah makanan atau

cairan saja), warna muntah, muntahnya menyembur atau biasa saja, apakah pasien pernah

atau sering berpergian ke daerah endemis malaria (untuk mempertimbangkan malaria

atau infeksi hepatitis), adakah gejala lain (nyeri abdomen, demam, penurunan berat

badan, anoreksia, steatorea, pruritus), adakah tanda-tanda yang menunjukkan keganasan

(misalnya penurunan berat badan, nyeri punggung), penyakit hati kronis (misalnya

pembengkakan abdomen akibat asites), atau hepatitis infeksi. Jika pasien mengalami

ikterus tanyakan kapan pertama kali memperhatikan adanya ikterus dan oleh siapa.1

Riwayat penyakit dahulu ( RPD ) juga adalah bagian penting dari anamnesis.

Penting untuk mencatat semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi

yang pernah diberikan. Mencatat informasi ini secara kronologis juga sangat bermanfaat.

Jika belum dibahas saat anda membicarakan keluhan utama, RPD spesifik mungkin perlu

diselidiki. Adakah riwayat ikterus sebelumnya? Adakah riwayat hepatitis virus yang

diketahui? Adakah riwayat penyakit hati kronis atau keganasan? Adakah riwayat

transfuse darah? Adakah riwayat anestesi (terutama halotan)? Adakah riwayat batu

2
empedu yang diketahui atau pernah mengalami kolesistektomi? Pertimbangkan semua

pengobatan, termasuk yang diresepkan, obat terlarang, dan obat alternative, sebagai

penyebab potensial dari ikterus.

Riwayat sosial penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit

yang mereka derita terhadap hidup dan keluarga mereka. Apakah psien pernah/sering

makan makanan di pinggir jalan? Apakah pasien adalah seorang peminum alkohol?1

Riwayat keluarga juga penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh

kerabat pasien karena terdapat konstribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit.

Pertimbangkan penyebab turunan dari ikterus (misalnya anemia hemolitik, sindrom

Gilbert).1

Pemeriksaan Fisik2

1. Inspeksi

Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat .

Langkah kerja :

 Atur pencahayaan yang cukup

 Atur suhu dan suasana ruangan nyaman

 Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien

 Buka bagian yang diperiksa

 Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penampilan umum,

pakaian, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.

 Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh

pasien.

3
2. Palpasi

Adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan

tangan.

Cara kerja :

 Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi

 Cuci tangan

 Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya

 Yakinkan tangan hangat tidak dingin

 Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk,

konsistensi dan permukaan :

 Jari telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran

 Jari 2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan kualitas benda

 Jari dan telapak tangan --> merasakan getaran

 Sedikit tekanan --> menentukan rasa sakit

3. Perkusi

Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara perantara

jari tangan, untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.

Cara Kerja :

 Lepas Pakaian sesuai dengan keperluan

 Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan

diperkusi.

4
 Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur

dan cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.

 Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan alat

stetoskop.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan ada ikterik di sklera dan kulit. Pada palpasi

terdapat pembesaran hati 1 jari di bawah arcus costa dan 2 jari di bawah processus

xiphoideus dengan konsistensi lunak, tepi tajam, permukaan rata, nyeri (+). Tidak ada

asites dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Pemeriksaan Penunjang3

Serologi

Beberapa jenis organisme, terutama virus sulit untuk di kultur. Pemeriksaan

serologi mengukur respon imunologis penjamu terhadap suatu infeksi. Adanya antibodi

IgM atau kenaikan titer IgG setelah 10-14 hari (titer akut dan konvalesen) bisa dianggap

diagnostik untuk adanya infeksi baru.

Hepatitis virus akut ditandai dengan meningkatnya Alanine Amino transferase

(ALT) / Serum glutamate-pyruvate transaminase (SGPT) dan Aspartate Amino

transferase (AST) / Serum glutamate-oxaloacetate transaminase (SGOT), yang kadang-

5
kadang bisa mencapai 100 kali dari harga atas normal. Kadar SGPT umumnya lebih

tinggi daripada SGOT.

Peningkatan aminotransferase adalah cepat dan diikuti oleh hiperbilirubinemia,

terutama yang tidak terkonjugasi (bilirubin indirek). Pada bentuk yang lebih ringan,

khususnya pada anak-anak bisa didapatkan tidak adanya peningkatan bilirubin serum

yang nyata. Peningkatan bilirubin bisa didapatkan dalam beberapa hari setelah penurunan

kadar aminotransferase serum. Jaudience nyata (bilirubin> 20 mg/dl) yang menetap lebih

dari satu minggu pada hepatitis virus akut bisa merupakan tanda gagal hati berat dan

berkaitan dengan prognosis yang buruk.

Kadar albumin serum umumnya tidak menurun, kecuali pada kasus subakut yang

lebih berat setelah minggu pertama penyakit. Perubahan hemositometri yang sering

didapatkan selama perjalanan hepatitis akut. Leucopenia, netropenia, dan limfopenia bisa

didapatkan pada fase awal infeksi, kemudian akan diikuti dengan relatif limfositosis

atipikal seperti yang terlihat pada infeksi mononukleosis.

Lebih dari separuh pasien dengan hepatitis virus akut dapat mengalami

hipoglikemia selama fase simtomatis yang disebabkan oleh berkurangnya simpanan

glikogen hati dan sering diperberat oleh asupan makanan yang kurang akibat mual dan

muntah.

Diagnosis Banding

6
Hepatitis akut B

Hepatitis akut B disebabkan oleh virus hepatitis B. Masa inkubasi 15-180 hari

(rata-rata 60-90 hari). Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah

infeksi akut. Sebanyak 1-5% dewasa, 90% neonatus,dan 50% bayi akan berkembang

menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Infeksi persisten dihubungkan

dengan hepatitis kronik, sirosis, dan kanker hati. Distribusi di seluruh dunia yaitu

pravelensi carrier di USA<1%, di Asia 5-15%. HBV ditemukan di darah, semen, secret

servikovaginal, saliva, cairan tubuh lainnya. Cara transmisinya melalui darah, hubungan

seksual, penetrasi jaringan/perkutan/permukosa (tertusuk jarum, penggunaan ulang

peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur dan silet, tato,

akupuntur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama kontak dari mulut ke mulut),

maternal-neonatal, maternal-infant.4,5

Adapun diagnosis pasti hepatitis B dapat diketahui berdasarkan pemeriksaan

laboratorium:6

1. HBsAg (antigen permukaan virus hepatitis B) merupakan material permukaan

atau kulit HBV. Jika hasil tes HBsAg positif artinya individu tersebut

terinfeksi HBV. HBsAG positif setelah 6 minggu terinfeksi HBV dan

menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil menetap setelah lebih dari 6 bulan

artinya hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau carrier.

2. Anti HBsAg (antibodi terhadap HBsAg) yang menunjukkan adanya antibodi

terhadap HBV. Antibodi ini memberikan perlindungan dari penyakit hepatitis

B. Jika tes anti HBsAg positif artinya individu itu telah mendapat vaksin

HBV, atau pernah mendapat immunoglobulin, atau juga bayi yang mendapat

7
kekebalan dari ibunya. Anti HBsAg yang positif pada individu yang tidak

pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan individu tersebut pernah

terifeksi HBV.

3. HBeAg (antigen HBV) merupakan antigen e HBV yang berada dalam darah.

Bila positif menunjukkan virus sedang replikasi dan infeksi terus berlanjut.

Apabila hasil positif menetap sampai 10 minggu akan berlanjut menjadi

hepatitis B kronik .

4. Anti HBeAg merupakan antibodi terhadap antigen HBeAg yang dibentuk oleh

tubuh. Apabila anti HBeAg positif artinya HBV dalam keadaan fase non-

replikatif.

5. HBcAg (antigen core HBV) merupakan antigen core (inti) HBV. HBcAg

positif menunjukkan keberadaan protein dari inti HBV.

6. Anti HBc merupakan antibodi terhadap HBcAg dan cenderung menetap

sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Antibodi ini ada dua tipe yaitu

IgM dan IgG. Kalau IgM meningkat artinya infeksi akut, kalau IgG positif

dengan IgM negatif menunjukkan infeksi kronis atau pernah terinfeksi HBV.

Diagnosis Kerja

Hepatitis akut A

Masa inkubasi 15-50 hari (rata-rata 30 hari). Distribusi di seluruh dunia;

endemisitas tinggi di Negara berkembang. HAV diekskresi di tinja oleh orang yang

terinfeksi selama 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan penyakit. Viremia

muncul singkat (tidak lebih dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90 hari pada infeksi

8
yang membandel atau infeksi yang kambuh. Ekskresi feses yang memanjang (bulanan)

dilaporkan pada neonatus yag terinfeksi. Transmisi enterik (fecal-oral) predominan di

antara anggota keluarga. Kejadian luar biasa dihubungkan dengan sumber umum yang

digunakan bersama, makanan terkontaminasi dan air. Transmisi melalui transfuse darah

sangat jarang.4,5

Gejala Klinis3

Perjalanan klinis hepatitis virus akut hampir sama semuanya tanpa melihat

etiologinya. Secara klasik, hepatitis virus akut simptomatis menunjukkan gambaran klinis

yang dapat dibagi dalam 4 tahap:

1. Masa tunas (inkubasi)-- tergantung pada jenis virus.

2. Masa prodromal/preikterik—3-10 hari, rasa lesu/lemah badan, panas, mual,

sampai muntah, anoreksia, perut kanan terasa nyeri.

3. Masa Ikterik: didahului urin berwarna coklat, sclera kuning, kemudian seluruh

badan, puncak ikterus dalam 1-2 minggu, hepatomegali ringan yang nyeri tekan.

4. Masa peyembuhan: ikterus berangsur kurang dan hilang dalam 2-6 minggu,

demikian pula anoreksia, lemah badan, dan hepatomegali. Penyembuhan

sempurna biasanya terjadi dalam 3-4 bulan.

Patogenesis

9
Patogenesis belum sepenuhnya dimengerti, diduga virus replikasi di GIT lalu

terjadi pendarahan  hepatosit. Kerusakan sel hati diduga disebabkan limfosit T

sitotoksik, karena pada biakan sel HAV tidak menimbulkan CPE (Cyitopatic effect).7

Etiologi7

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis tipe A. HAV merupakan anggota khas

famili picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus. HAV berupa partikel sferis

berukuran 27-32 nm dengan kesimetrisan seperti kubus, mengandung genom RNA untai-

tunggal linear. Hanya dikenali satu serotipe. Tidak ada reaktivitas silang antigenic dengan

HBV atau dengan virus hepatitis yang lain.

HAV stabil terhadap eter 20%, asam (pH 1,0 selama 2 jam), dan panas (60oC

selama 1 jam), dan infektifitasnya dapat dipertahankan sekurang-kurangnya selama 1

bulan setelah dikeringkan serta disimpan dalam suhu 25oC dan kelembapan relatif 42%

atau selama bertahun-tahun dalam suhu -20oC.

Epidemiologi8

Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di

seluruh dunia. Penyakit tersebut atau gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta

kematian setiap tahunnya. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit,

hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat

yaitu berkisar dari 39,8-68,3%. Lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika,

India, menunjukkan sudah memiliki antibodi anti-HAV pada usia 5 tahun.

10
Komplikasi

Hepatitis virus akut dapat memberikan komplikasi berupa: kolestasis, gagal hati

fulminan atau gagal hati subakut, hepatitis aplastic anemia syndrome.3

Medika Mentosa dan Nonmedika Mentosa

Terapi infeksi HAV adalah konservatif dan suportif. Tidak ada terapi spesifik.

1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan

menyebabkan dehidrasi.

2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.

3. Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.

4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise.

5. Tidak ada pengobatan spesifik untuk untuk hepatitis A.

6. Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan.

Pencegahan

Penyebaran secara fecal- oral, pencegahan masih sulit karena adanya carrier dari

virus tipe A yang sulit ditetapkan. Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa,

termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja

yang baik sangat penting. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum

ikterus.9

Vaksin HAV yang dibuat tidak aktif dengan formalin, diciptakan dari virus yang

diadaptasi dengan kultur sel, diberi lisensi oleh Amerika Serikat pada tahun 1995. Vaksin

11
ini aman, efektif, dan dianjurkan penggunaannya pada orang yang berusia di atas 1 tahun.

Vaksinasi rutin terhadap semua anak sekarang dianjurkan, begitu pula dengan vaksinasi

pada orang yang risikonya meningkat, termasuk pelancong internasional, homoseksual,

dan pengguna obat-obatan. Sampai semua kelompok yang rentan berisiko mendapat

imunisasi, pencegahan dan pengendalian hepatitis A masih harus dikerjakan dengan

memutus rantai transmisi dan menerapkan imunisasi pasif.7

Prognosis

Infeksi HAV akan sembuh komplit tanpa sekuele. Sebanyak 95-99% dewasa sehat

yang terinfeksi secara akut oleh HAV akan sembuh komplit.

Kesimpulan

Hepatitis A disebabkan oleh HAV. Penularan HAV sering terjadi secara fecal-oral

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi feses yang mengandung HAV.

Gejala yang ditimbulkan pada umumnya sama dengan hepatitis akut yang lain seperti

demam, malaise, mual, muntah, anoreksia, warna urin seperti teh pekat. Untuk

menyingkirkan diagnosis banding perlu dilakukan pemeriksaan penunjang di

laboratorium. Tidak ada pengobatan spesifik untuk mengobati hepatitis akut A ini,

tindakannya berupa tindakan suportif yaitu dengan mengistirahatkan pasien secara total

dari aktivitas dan pekerjaannya sehari-hari.

Daftar Pustaka

12
1. Gleadle J. At glance anamnesis dan pemeriksaaan fisik. Jakarta: Erlangga Medical

Series; 2007. hal. 81


2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2005.hal 42.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Surabaya: Airlangga University Press; 2007.hal. 122.


4. Dienstag JL, Isselbacher KJ. Acute viral hepatitis. Dalam: Kasper DL, Fauci AS,

Longo DL, Barunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s Principle of

Internal Medicine. Edisi 16. United State: McGraw-Hill; 2005.hal.1822-38.


5. Kumar, Cotran, Robbins. Buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC;2007.hal.674-5.
6. Sari W, Indrawati L, Djing OG. Care yourself hepatitis. Jakarta: Penebar Plus+;

2008.hal. 31.
7. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 25. Jakarta: EGC;

2012.hal.491.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010.h.644.


9. Fakultas Kedokteran UI. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius; 2005.hal. 488.

13

Anda mungkin juga menyukai