Anda di halaman 1dari 18

Nyeri Lutut pada Perempuan Lansia

Albertha Febriani Meta (10-2010-331)


Erwin Ramandei (10-2012-310)
Adelia Yuantika (10-2013-330)
Yunia Gracia Sesa (10-2014-058)
Titus Mulyadhanada (10-2014-073)
Charina Geofhany Debora (10-2014-111)
Ferdy Bahasuan (10-2014-160)
Dian Priscilla Rantetoding (10-2014-192)
Azreena Hanim Binti Azril Haris Yafee (10-2014-230)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstrak : Osteoarthritis adalah gangguan sendi yang paling umum dan penyebab utama
kecacatan dengan dampak sosial - ekonomi utama.Hal ini terjadi ketika tulang rawan atau
bantalan antara sendi rusak menyebabkan nyeri, kekakuan, bengkak dan rasa sakit.Sendi yang
paling sering terkena adalah pada lutut, panggul, dan pergelangan kaki.Osteoarthritis dipercayai
disebabkan oleh stres mekanik pada proses inflamasi kelas bersama dan rendah. Ini kemudian
akanberkembang sebagai tulang rawan hilang dengan akhirnya tulang yang mendasari menjadi
terpengaruh. Diagnosis biasanya didasarkan pada tanda-tanda dan gejala dengan pencitraan
medis dan tes lainnya kadang-kadang digunakan untuk mendukung atau menyingkirkan masalah
lain.Perawatan yang bisa digunakan seperti melalui pendidikan, terapi, penurunan berat badan
atau diet dan juga dengan menggunakan obat.

Kata kunci: osteoarthritis, tulang rawan, tulang subchondral

Abstract : Osteoarthritis is the most common joint disorder and a major cause of disability with
a major socio-economic impact. It occurs when the cartilage or cushion between joints breaks
down leading to pain, stiffness swelling and pain.The most commonly involved joints knees, hips
and ankle.Osteoarthritis is believed to be caused by mechanical stress on the joint and low grade
inflammatory processes. It develops as cartilage is lost with eventually the underlying bone
becoming affected.Diagnosis is typically based on signs and symptoms with medical imaging and
other tests occasionally used to either support or rule out other problems.Treatments that can be
used such as through education, therapy, weight loss or diet and also by using medications
Keywords: osteoarthritis, cartilage, subchondral bone

Halaman 1
Pendahuluan
Osteoarthritis (OA) hasil dari kegagalan tulang rawan artikular yang disebabkan oleh
interaksi yang rumit dari genetik, metabolisme, biokimia, dan faktor biomekanik dengan
komponen sekunder peradangan. Proses ini melibatkan degradasi dan perbaikan interaktif proses
tulang rawan, tulang, dan sinovium.
Kondrosit mungkin sel-sel yang paling penting bertanggung jawab untuk pengembangan
proses osteoarthritic. Manusia dan hewan studi menunjukkan bahwa kondrosit menunjukkan
berbagai fitur metabolisme normal sebagai bagian dari proses osteoarthritis. Ini termasuk
peningkatan tingkat proliferasi, sintetis, dan aktivitas degradatif.
Namun, tanggapan fisiologis normal yang diamati pada osteoarthritis tidak dapat
direproduksi oleh faktor selular tunggal dimurnikan.perubahan patologis di jaringan sendi
lainnya, seperti peradangan pada sinovium, dapat mempengaruhi aktivitas kondrosit. Dengan
demikian, semua jaringan di sendi sinovial berkomunikasi satu sama lain dan mempengaruhi
perilaku masing-masing. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa kombinasi faktor hadir dalam
hasil bersama di beberapa perubahan metabolik.

Skenario 1
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada
lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu.

Rumusan Masalah
Seorang perempuan berusia 60 tahun dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan kiri.

Halaman 2
Analisa Masalah

Hipotesis
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan kirinya
karena dia menderita penyakit osteoarthritis.

Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui riwayat medis pasien yang menjadi keluhannya.
Dari anamnesis ini dapat diketahui jenis penyakit yang dihadapi dan mungkin juga puncanya.
Ia dilakukan dengan kaedah wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang
keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu auto-anamnesa, yaitu kegiatan wawancara
langsung kepada pasien karena pasien dianggap mampu tanya jawab dan allo-anamnesa yaitu
kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan wawancara/tanya jawab pada keluarga
pasien atau yang mengetahui tentang pasien. Allo-anamnesa dilakukan karena pasien belum
dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan pendapat terhadap apa yang dirasakan),
pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu, pasien tidak dapat berkomunikasi dan pasien
dalam keadaan gangguan jiwa.
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu. Teknik anamnesis yang baik disertai dengan empati merupakan seni tersendiri
dalam rangkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam usaha untuk membuka saluran
komunikasi antara dokter dengan pasien. Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan
yang mendalam tentang gejala (simptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan
hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu
menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang.1,2

Halaman 3
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit
dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial
ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan dan lingkungan.2
Kronologi dan dampak gejala pada pasien harus diketahui. Keluhan utama biasanya
berhubungan dengan sendi atau area sekitar sendi seperti nyeri, kaku, deformitas, dan penurunan
fungsi. Gejala ini bisa timbul dari sendi atau struktur periartikular. Tanda-tanda radang, derajat
nyeri dan durasi kaku di pagi hari perlu diselidiki dengan teliti. Gejala ekstra artikular bisa
membantu secara diagnostik dengan mengarahkan pada penyakit yang berhubungan dengan
artritis seperti:1
 Psoriasis: ruam kulit, bisa terbatas pada kulit kepala atau celah pada gluteal.
 Lupus eritematosus sistemik (SLE): ruam kulit yang fotosensitif, poliserositis (nyeri
perikardial atau pleural), ulkus mulut.
 Granulomatosis Wegener: sinusitis, ulkus kulit.
Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti: sendi mana yang terkena. Umumnya
pergelangan tangan, jari tangan, siku, bahu, lutut; Adakah rasa nyeri? Jika iya tanyakan kapan
dan di mana; Adakah kaku, bengkak atau deformitas? Umumnya ada kaku di pagi hari selama
lebih dari 1 jam; Apa akibat fungsionalnya?; Apa yang tidak lagi bisa dilakukan pasien.
Misalnya jarak berjalan, mampu berpindah tempat. Lalu, ditanyakan juga apa ada tanda sistemik
seperti malaise, penurunan berat badan, atau gejala anemia. Adakah sistem lain yang terkena?
Bengkak pada pergelangan kaki (sindrom nefrotik), sesak napas (fibrosis paru).1
Riwayat penyakit terdahulu pasien juga ditanyakan seperti: bagaimana pola penyakit?; Sendi
mana yang terkena?; Bagaimana aktivitas peradangan?; Pengobatan apa yang didapat pasien?;
Pernahkah pasien menjalani bedah penggantian sendi, fisioterapi atau bantuan lain?; Adakah
riwayat gangguan autoimun lain?
Obat-obatan yang pernah atau sedang digunakan juga ditanyakan, seperti: obat apa yang
pernah diterima pasien dan efek sampingnya. Misalnya: kortikosteroid dapat menimbulkan
cushing; metotreksat dapat menimbulkan fibrosis paru; Obat apa yang sedang dikonsumsi pasien
saat ini; Apakah pasien memiliki alergi, intoleransi, atau efek samping obat.
Dalam kasus ini dilakukan autoanamnesis karena pasien adalah seorang perempuan yang
berusia 60 tahun.Pasien merupakan seorang perempuan yang mengalami rasa nyeri pada lutut
kanan dan kirinya.

Halaman 4
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital selalu dijalankan pertama kali
untuk mendapatkan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh pasien.1
Pemeriksaan osteoarthritis difokuskan pada sendi-sendi dengan kemungkinan terbesar terkena
penyakit ini, yaitu sendi pangkal paha, lutut serta pergelangan kaki.
Pada persendian di daerah pangkal paha pemeriksaan yang dilakukan meliputi:3,4
 Inspeksi
Pemeriksaan sendi pangkal paha dapat dimulai ketika pasien memasuki ruang periksa.
Yang perlu diperhatikan ialah fase berdiri dan fase mengayun. Fase berdiri adalah fase
pada saat kaki menyentuh tanah dan menyangga beban tubuh. Sedangkan fase mengayun
adalah fase disaat kaki bergerak ke depan dan tidak menyangga beban tubuh. Cara
berjalan yang normal harus terlihat lancar dengan irama yang berkesinambungan. Selain
itu dapat dilihat pemukaan sendi pangkal paha untuk menentukan apakah ada bagian
yang mengalami memar ataupun atrofi.

 Palpasi
Pada perabaan dapat ditemukan bagian-bagian os coxae seperti SIAS, krista illiaka, dan
tuberkulum illiaka di permukaan anterior sendi. Pada permukaan posterior ditemukan
trokanter mayor dan tuber iskiadikum. Bisa ditentukan juga apakah ada pembengkakan
atau kelainan lainnya.

 Kisaran gerak dan manuver


Gerakan pada sendi pangkal pada meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi.
Gangguan pada rotasi internal merupakan suatu indikator yang sensitif terhadap penyakit
sendi pangkal paha. Biasanya hal ini juga diikuti dengan gangguan pada rotasi eksternal.

Pada sendi lutut dan tungkai bawah juga dapat dilakukan pemeriksaan yang dengan pola yang
sama, yaitu:3
 Inspeksi
Perhatikan aliran gerak pasien saat berjalan memasuki ruang periksa.Lutut harus
diekstensikan ketika tumit menyentuh tanah dan difleksikan pada siklus berdiri dan
mengayun.Pada penderita osteoarthritis sering terdapat pembengkakan sendi lutut dan
kantong suprapatela sehingga cekungan normal di sekitar patela menghilang.
 Palpasi
Pada posisi duduk palpasi akan lebih mudah dilakukan karena semua patokan tulang
terlihat dengan lebih jelas. Ibu jari dapat digunakan untuk meraba cekungan lunak yang
terletak di kedua sisi patela. Selain itu dapat juga diraba kondilus medialis femur serta
tepi atas plateau medialis tibia.

Halaman 5
Pada perabaan ditanyakan pada pasien apakah ada nyeri tekan. Rasa nyeri dan krepitasi
merupakan indikasi adanya pergesekan antara os tibia dan os femur. Hal ini dapat terjadi akibat
berkurangnya cairan sendi maupun pembentukan spur/osteofit yang kerapkali dapat ditemukan
pada penderita osteoarthritis. Pada osteoarthritis terjadi efusi banyak di sendi. Hal ini dapat
menyebabkan kompresi sendi sehingga cairan tersebut dapat menyemprot ke dalam rongga yang
berada di dekat patella.
 Kisaran gerak dan maneuver
Gerakan sendi lutut adalah fleksi dan ekstensi.Pada penderita osteoarthritis biasanya
ditemukan pengurangan range of movement / ROM. Normalnya pada pergerakan ini
pasien setidaknya dapat mencapai ROM sebesar 120o.Namun sudut ini dapat menurun
pada penderita osteoarthritis. Umumnya pasien akan kesulitan melakukan fleksi yang
dalam seperti pada saat berlutut.

Pergelangan kaki dan kaki juga merupakan tempat yang sering terjadi perubahan
radiografi akibat terjadinya proses peradagan. Oleh karena itu pemeriksaan di daerah ini tidak
kalah pentingnya.
 Inspeksi
Amati apakah ada deformitas, noduli maupun pembengkakan di daerah pergelangan kaki.

 Palpasi
Pemeriksaan dengan menggunakan kedua ibu jari di daerah anterior setiap sendi
pergelangan kaki dengan memperhatikan adanya pembengkakan serta nyeri tekan.Selain
itu dapat dilakukan perabaan pada daerah posterior yaitu pada tendon Achiles untuk
menemukan adanya noduli dan nyeri tekan.Selain itu lakukan pula palpasi pada
artikulasio metatarsofalangeal. Nyeri pada daerah ini lebih mengindikasikan ke arah
penyakit arthritis gout.5
 Kisaran gerak dan manuver
Pergerakan pada pergelangan kaki meliputi gerakan fleksi dan ekstensi serta gerakan
inversi dan eversi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:6


 Hambatan gerak
Sering sudah ada meskipun OA masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat
dengan jalannya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) atau eksentris (salah satu arah
gerakan saja)
 Krepitasi
Lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut.Awalnya hanya perasaan ada sesuatu
yang patah atau remuk. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi terdengar sampai
jarak tertentu.

Halaman 6
 Pembengkakan sendi yang sering asimetris
Dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). Sebab lain
adalah karena adanya osteofit yang dapat merusak permukaan sendi.

 Tanda-tanda peradangan
Nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, warna kemerahan mungkin
dijumpai pada OA karena sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul
belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan
dan kaki.

 Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen


Dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai
kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.

 Perubahan gaya berjalan


Hampir selalu berhubungan sengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.Terutama
pada OA lutut, sendi paha, dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal.

Gaya berjalan yang normal terdiri dari 4 fase, yaitu heel strike phase, loading/stance
phase, toe off phase dan swing phase. Gaya berjalan antalgik, yaitu gaya berjalan pada pasien
arthritis dimana pasien akan segera mengangkat tungkai yang nyeri atau deformitas sementara
pada tungkai yang sehat akan lebih lama diletakkan di lantai; biasanya akan diikuti oleh gerakan
lengan yang asimetri. Perhatikan bagaimana cara pasien mengatur posisi bagian badan yang
sakit. Sendi yang meradang memiliki tekanan intraartikular yang tinggi, oleh karena itu pasien
akan berusaha menguranginya dengan mengatur posisi sendi tersebut senyaman mungkin,
biasanya dalam posisi setengah fleksi. Pada sendi lutut sering diganjal dengan bantal. Pada sendi
bahu (glenuhumeral) dengan cara lengan diaduksi dan endorotasi, mirip dengan waktu
menggendong tangan dengan kain pada fraktur lengan. Sebaliknya bila dilakukan abduksi dan
eksorotasi maka pasien akan merasa sangat kesakitan karena terjadi peningkatan tekanan
intraartikuler. Ditemukan postur badan yang membengkok ke depan disertai pergerakan vertebra
yang terbatas merupakan gambaran khas spondilitis ankilosa. Secara umum pada pemeriksaan
osteoarthritis didapatkan nyeri sendi yang dapat disertai dengan gangguan pergerakan pada sendi
yang terkena peradangan.
Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien. Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:
Suhu : 36,4oC
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Tekanan darah : 130/80 mm Hg

Halaman 7
Kesadaran : compos mentis
BB/TB : 80kg / 165cm
Krepitasi :+
Status lokalisasi :
Udem Kalor Nyeri tekan Nyeri gerak Deformitas
Genu sinistra + + - + -
Genu dekstra + + - + -

Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada penderita osteoartritis adalah perubahan gaya
berjalan dan postur tubuh, kenaikan suhu sekitar sendi, bengkak sendi, nyeri raba, krepitus,
penurunan kekuatan otot, nodul, dan gangguan fungsi. Pada perabaan dengan menggunakan
punggung tangan akan dirasakan adanya kenaikan suhu disekitar sendi yang mengalami
inflamasi. Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan sendi
yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang resistensinya
paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas.2
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur yang
terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan menggunakan
stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini ditemukan pada radang
sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya dapat terdengar dari jauh tanpa
stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini disebabkan kerusakan rawan sendi atau
tulang. Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba krepitus pada waktu lutut difleksikan atau
diekstensikan. Hal ini menunjukkan rawan sendi misalnya pada osteoartritis.2,3

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan artosentesis sebagai suatu indikasi
untuk memastikan diagnosis. Namun perlu diperhatikan kontraindikasi yaitu pada sendi
yang tidak stabil. Hal ini biasanya terjadi pada tingkat ostearthritis yang lebih tinggi
dimana terjadi deformitas. Selain itu pada osteoarthritis yang sudah parah juga dapat
ditemukan gangguan sendi celah sendi menyempit dan jumlah cairan sendi berkurang.
Pengambilan cairan sendi akan semakin memperburuk keadaan pada kondisi ini.7
Cairan sendi normal adalah ultra filtrate atau dialisat dari plasma. Dengan
demikian kadar ion-ion dan molekul-molekul kecil ekuivalen dengan kadarnya di dalam
plasma, sedang protein kadarnya lebih rendah. Protein plasma yang berpindah dari
plasma ke cairan sendi bergerak melalui difusi dengan tingkat kecepatan yang terbalik
dengan ukurannya.7
Pada artrosentesis dapat dilakukan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, tes
mikrobiologi, tes kimia serta tes imunologi.Pada pemeriksaan makroskopik yang dapat
dilihat ialah warna cairan sendi, tes musin, tes viskositas dan melihat bekuan dalam
sendi.Diantara keempat jenis tes tersebut hanya tes warna yang masih bisa digunakan

Halaman 8
untuk kasus osteoarthritis.Pada tes warna umumnya didapatkan perubahan warna cairan
sendi dari bening menjadi warna kuning jernih. Tes yang lain umumnya tetap terlihat
seperti keadaan normal.7
Hasil pemeriksaan laboratorium lain pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas
normal.Pemeriksaan imunologi (ANA, factor rheumatoid, dan komplemen) juga normal.
Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis
ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan
protein.6

 Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA cukup
memberikan gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran radiografi yang
menyokong diagnosa OA adalah:6
1. Penyempitan celah sendi yang sering asimetris (lebih berat di bagian yang
menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
3. Kista tulang.
4. Osteofit pada pinggir sendi.
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

Working Diagnosis
Osteoartitis (OA) adalah penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Kelainan pada rawan sendi tergantung pada sendi yang terkena, tetapi prinsipnya
adalah ada tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan struktur dan fungsi rawan sendi seperti
persambungan sendi yang tidak normal, gangguan fleksibilitas, pembesaran tulang serta
gangguam fleksi dan ekstensi, terjadinya instabilitas sendi, timbunya krepitasi baik pada gerakan
aktif maupun pasif. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA.
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada beban pada sendi.
Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus-menerus sehingga mengganggu
mobilitas pasien.6 Penyakit degeneratif ini merupakan penyakit sendi yang paling sering
dijumpai dan melibatkan biasanya 85% lebih dari 70 tahun. Pada penderita OA terlihat gambaran
patologis yang menunjukkan suatu degenerasi tulang rawan sendi dan suatu proses peradangan.
Pada penyakit ini ditandai oleh pengeroposan kartilago sendi. Tanpa adanya kartilago sebagai
penyangga, tulang di bawahnya mengalami iritasi yang menyebabkan degenerasi sendi. Penyakit
ini dibagi atas dua kategori yaitu primer yang terkait dengan umur, dan sekunder yang terjadi
pada orang muda di mana diawali dengan kerusakan tulang rawan sendi akibat trauma, infeksi
atau kelainan kongenital.

Halaman 9
Penyakit ini umumnya menyerang tulang belakang dan sendi-sendi besar seperti sendi-
sendi yang menanggung beban tubuh dan dapat terjadi hanya pada satu sendi saja (monoartritis).
Tidak seperti pada kebanyakan artritis, pada kelainan ini perubahan anatomis yang utama adalah
degenerasi tulang rawan sendi, sedangkan artritis pada umumnya ditandai dengan proses
peradangan pada membran sinovial.
Pada penyakit dengan derajat menengah / moderate, terdapat proliferasi kondrosit yang
tampaknya merupakan proses perbaikan. Pada akhirnya semua kondrosit mengalami degenerasi.
Membran sinovial akan menunjukkan sedikit tanda peradangan, namun berbeda dengan RA,
proses peradangan di sini tidak hebat dan tidak terjadi pannus.
Dengan rusaknya tulang rawan, maka akan tampak jaringan tulang yang mendasarinya.
Daerah pada tulang itu akan menjadi tebal karena kompresi atau proses pembentukan tulang baru
yang reaktif. Yang khas di sini adalah terbentuknya spurs formation yang menonjol dari tulang
yang reaktif pada tepi rongga sendi.
Walaupun sudah jelas bahwa degenerasi matriks tulang rawan merupakan patogenesis
utama dari OA, akan tetapi penyebab dari proses ini masih belum jelas. Selain perubahan
degeneratif yang berhubungan dengan proses menua, perlu ditambahkan bahwa kerusakan
jaringan karena proses imunologis dan penyakit yang berkaitan dengan faktor genetik juga
berperan dalam terjadinya degenerasi tulang rawan.
Dalam perjalanannya, terdapat perubahan kualitas kondroitin sulfat dan
glikosaminoglikan. Sebagai akibat dari perubahan ini, kondrosit yang biasanya tenang, dipacu
untuk berproliferasi, berupaya untuk mengisi kekurangan matriks dengan meningkatkan sintesis.
Karena kondrosit yang terangsang juga mensekresi enzim penghancur maka terjadi kehilangan
proteoglikan yang berkesinambungan. Gejala biasanya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula
rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang terutama terasa saat bergerak dan akan berkurang
dengan isitirahat. Maka dari itu fungsi sendi berkurang menyebabkan atrofi otot.
Pada umumnya, penyakit ini timbul secara tersembunyi sehingga kekakuan sendi timbul
secara progresif lambat. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri dan krepitasi pada
waktu ada pergerakan sendi juga kadang disertai pembengkakkan sendi. Keadaan ini
menyebabkan fungsi sendi berkurang dan atrofi otot. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda
konstitusional dari suatu penyakit inflamasi. Berbeda dengan RA, penderita OA sering tidak
merah dan tidak panas, juga tidak timbul ankilosis. Apabila mengenai tulang belakang, akan
mengakibatkan penekanan pada saraf dan menimbulkan nyeri radikular.
Apabila tonjolan tulang terjadi pada sendi interfalang distal dari jari, maka secara klinis
akan tampak pembengkakan yang bersifat nodular, keras pada perabaan dan dikenal sebagai
nodul Heberden. Kelainan ini lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita dan merupakan
pengecualian karena umumnya penyakit ini terjadi pada sendi besar yang berfungsi sebagai
penyangga tubuh. Osteoartritis terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Primer
Penyebab tak diketahui, akibat proses penuaan alami. Dialami setelah usia 45 tahun,
tidak diketahui penyebab secara pasti, menyerang perlahan tapi pasti, dan dapat mengenai

Halaman 10
banyak sendi. Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul, bisa juga sendi lain seperti punggung
dan jari-jari.
2. Sekunder
Dialami sebelum usia 45 tahun, penyebab trauma (instability) yang menyebabkan luka
pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar
dan pembedahan pada sendi. Penyebab lain adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.
Patogenesis OA tidak hanya melibatkan faktor-faktor gaya biomekanis, tetapi juga inflamasi,
biokimia, dan imunologi. Untuk memahami patofisiologi OA, perlu mengenali sendi yang
normal.3

Gb. 2a. Perbandingan Sendi Lutut Normal dengan Sendi Lutut Penderita Osteoartritis
(Sumber: www.google.com)
Diagnosis Osteoarthritis lutut berdasarkan gambaran klinik dan nadiologis. Kriteria
Altman merupakan salah satu pedoman diagnosis Osteoarthritis lutut. Bila seseorang ditemukan
hanya nyeri lutut, diagnosis dengan 5 kriteria yaitu:
- Umur di atas 50 tahun.
- Kaku sendi pagi hari kurang dari 10 menit.
- Nyeri tekan pada tulang.
- Pembesaran tulang.
- Perabaan sendi tidak panas.

Gb. 2b. Perbandingan Sendi Lutut Normal dengan Sendi Lutut Penderita Osteoartritis
(Sumber: www.google.com)

Halaman 11
Patogenesis
Berdasarkan patogenesisnya, OA dibagi menjadi OA primer dan sekunder. OA primer
disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA
yang didasari oleh adanya suatu kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.6
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat proses ketuaan yang tidak dapat
dihindari. Para pakar sekarang berpendapat bahwa OA merupakan penyakit gangguan
homeostasis dari metabolism kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang
penyebabnya belum jelas.Jejas mekanis dan kimiawi pada synovia sendi yang terjadi
multifaktorial antara lain karena faktor umum, stress mekanik atau penggunaan sendi yang
berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis
dan kimiawi ini merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan
produk degradasi kartilago dalam cairan synovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi
sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri.6
OA ditandai fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu peningkatan
terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. OA
terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang, dan inflamasi
cairan sendi.6
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi dapat memperbaiki diri sendiri
dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses ini
dipengaruhi faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam
deoksiribonukleat (DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan
yang berperan adalah IGF-1, growth hormone, transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni
stimulating factors (CSFs).6
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi.
Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan
menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali respon imun yang menyebabkan inflamasi
sendi.Pada rawan sendi pasien juga terjadi peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan
aktivitas fibrinolitik.Ini menyebabkan penumpukan thrombus dan kompleks lipid pada pembuluh
darah sub-kondral yang menyebabkan terjadi iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral
tersebut. Ini menyebabkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin
yang menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang diketahui mengandung ujung saraf
sensible yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab sakit juga dapat berupa akibat dari
dilepaskannya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglansin yang menyebabkan radang
sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja
berlebih. Sakit pada sendi juga bisa karema osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf
yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena
intermedular karena proses remodeling pada trabekula dan subkondrial.6

Halaman 12
Peran makrofag dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang oleh jejas
mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi sitokin-sitokin
yang merangsang kondrosit untuk memprosuksi CSFs yang sebaliknya akan mendegradasi rawan
sendi secara langsung. Interleukin-1 (salah satu sitokin) mempunyai efek multiple: meningkatkan
sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi, menghambat sintesis dan perbaikan normal
kondrosit.6

Gejala Klinis
Gambaran klinis yang tampak pada pasien osteoarthritis umumnya ialah sebagai berikut:6
 Nyeri sendi
Keluhan ini yang umumnya disampaikan oleh pasien saat pertama kali bertemu dengan
dokter. Pasien biasanya merasa bertambah nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang
nyerinya saat beristirahat. Nyeri pada osteoarthritis juga dapat berupa penjalaran maupun
akibat radikulopati misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. OA lumbal dapat
menimbulkan stenosis spinal yang berujung pada rasa nyeri di daerah betis yang disebut
sebagai claudicatio intermitten.

 Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini umumnya semakin bertambah parah seiring bertambahnya rasa nyeri.

 Kaku pagi
Kaku biasanya timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi dalam waktu yang lama
maupun setelah bangun tidur.Setidak-tidaknya didapati 20 menit keadaan kaku sebelum
sendi dapat digerakan lagi.

 Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

 Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali di lutut atau tangan)
pelan-pelan membesar.

 Perubahan gaya berjalan


Gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit,
lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan atau fungsi sendi
yang lain merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien OA yang umumnya tua.

Halaman 13
Differential Diagnosis
Diagnosis banding terhadap osteoarthritis ialah penyakit radang sendi lainnya, yaitu:8
1. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliarthritis progresif dan dapat menyebabkan komplikasi ke seluruh
organ tubuh.Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun. Terlibatnya sendi pada
pasien arthritis rheumatoid akan terjadi pada tingkatan yang lebih lanjut dari penyakit ini.
Penyakit ini umumnya menyerang sendi yang kecil, meskipun tidak menutup
kemungkinan mengenai sendi yang besar.Hal ini berbanding terbalik dengan
osteoarthritis yang umumnya mengenai sendi penyangga tubuh. Seringkali terdapat
deformitas yang sangat khas untuk RA yaitu deformitas swan neck (fleksi kontraktur
MCP – hiperekstensi PIP – fleksi PIP) dan deformitas Boutonniere (fleksi PIP –
hiperekstensi DIP).
Selain itu ciri yang khas ialah terdapatnya poliarthritis yang serentak serta arthritis
pada daerah persendian tangan yang bersifat simetris.Hal ini berbanding terbalik dengan
osteoarthritis yang lebih sering terjadi monarthritis asimetris. Ciri khas lain dari RA ialah
adanya nodul subkutan pada pada lengan ekstensor yang bila dibiopsi akan terlihat
kolagen rusak dengan histiosit yang tersusun seperti pagar.

2. Gout Arthritis
Gout adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal monosodium
urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstraselular yang sudah mengalami
supersaturasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat. Gout yang juga disebut
pirai ini merupakan kelainan metabolisme purin bawaan yang ditandai dengan
peningkatan kadar asam urat serum dengan akibat penimbunan kristal asam urat di sendi
yang menimbulkan artritis urika akut. Berbeda dengan RA, penyakit ini lebih sering
ditemukan pada pria dengan ratio 20:1. Biasanya menunjukkan gejala pada usia dewasa
muda dengan puncaknya setelah berusia 40 tahun. Penyakit ini sering menyerang sendi
perifer kaki dan tangan, dan tersering mengenai persendian metatarsofalangeal ibu jari
kaki.
Pada anamnesis, biasanya ditemukan keluhan sendi kemerahan disertai nyeri akut
seringkali pada ibu jari kaki. Rasa sakit pada sendi dengan permulaan eksplosif dan khas
menyerang sendi-sendi kecil terutama jari-jari kaki. Rasa sakit biasanya selalu berulang-
ulang dengan sendi yang terkena bengkak, panas, kemerahan dan sakit, sering dijumpai
thopi. Pada penderita seringkali terdapat batu ginjal. Pada pemeriksaan laboratorium,
didapatkan kadar asam urat meningkat, ditemukannya Kristal-kristal asam urat dalam
cairan synovial sendi yang terserang.
Stadium awal berupa serangan monoartikuler yang ditandai dengan nyeri sendi
hebat karena artritis akut. Biasanya terdapat kemerahan, pembengkakan, nyeri tekan lokal
dan sendi tidak dapat digerakkan.

Halaman 14
Artritis akut ini disertai demam dan leukositosis serta gambaran gejala selulitis
dan artritis septik akut. Umumnya serangan berakhir dalam beberapa hari, akan tetapi
serangan yang berat dapat menetap untuk beberapa minggu. Setelah beberapa tahun, 50%
akan berkembang menjadi pirai bertophus. Tophus adalah nodul kecil yang terdiri dari
kristal asam urat.
Artritis pirai kronik, ditandai dengan adanya pembengkakan dan kekakuan sendi.
Pada stadium lanjut yang kronik ini serangan akut dapat terjadi. Pada foto rontgen,
timbunan kristal asam urat murni memberi gambaran radiolusen sedangkan timbunan
kalsium tampak radioopak. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan hiperurisemia dan
pada 50% penderita ditemukan kristal urat pada cairan sinovial atau tophus.
Pada penderita penyakit ini, dapat dipakai obat urikosurik yaitu probenesid dan
sulfinpirazon yang bekerja menghambat reabsorpsi asam urat di tubuli ginjal. Kadar asam
urat dalam duktus kolektivus meninggi sehingga kemungkinan timbul batu ginjal menjadi
lebih tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan minum banyak. Kemudian bisa diberikan
allupurinol yang menghambat enzim xantin oksidase sehingga mengurangi pembentukan
asam urat. Kadar asam urat ini perlu diturunkan sampai di bawah 7 mg%. Dengan
menurunnya kadar urat, maka tophi lambat laut akan menghilang.

3. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan
penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dibagi menjadi 2 jenis, osteoporosis
tipe primer, dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer kemudian dibagi menjadi 2
jenis, yakni osteoporosis tipe I dan II. Tipe yang pertama disebut juga osteoporosis post
menopause, sedangkan yang kedua disebut osteoporosis senilis karena terjadi gangguan
absorbsi kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang
mengakibatkan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwa baik pada tipe pertama
dan kedua, keduanya terkait erat dengan kadar estrogen dalam tubuh. Selain itu,
diketahui pula bahwa pemberian kalsium dan vitamin D tidak memberikan hasil yang
adekuat pada tipe II. Tipe osteoporosis pada pasien ini adalah post-menopause
osteoporosis. Menopause diartikan sebagai hilangnya fungsi ovarium.Hal itu
menyebabkan produksi estrogen endogen dari ovarium tidak ada. Tidak adanya estrogen
dari ovarium disertai dengan hilangnya massa tulang. Estrogen dikaitkan dengan
stimulasi sekresi kalsitonin, sehingga menghambat resopsi tulang.

Halaman 15
Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarkan distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi
yang terkena. Pengelolaan terdiri dari 3 hal:6
1. Terapi non-farmakologis
 Edukasi atau penerangan
Agar pasien mengetahui seluk-beluk penyakitnya, bagaimana menjaga agar tidak
semakin parah dan persendiannya bisa tetap digunakan.
 Terapi fisik/rehabilitasi
Untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
melindungi sendi yang sakit.
 Penurunan berat badan
Berat badan berlebih ternyata faktor yang memperberat OA. Karena itu, berat badan
harus dijaga tidak berlebih.

2. Terapi farmakologis
 Analgesik oral non opiat
Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik.
Golongan obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino fenol
(asetaminofen dan fenasetin), dan pirazolon.
 Analgesik topikal
 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Apabila dengan cara-cara sebelumnya tidak berhasil, umumnya pasien mulai
datang ke dokter.Dalam hal ini kita pikirkan pemberian OAINS karena efeknya yang
analgetik dan anti inflamasi. Karena pasien OA kebanyakan lanjut usia, pemberian obat-
obat harus sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan cara
pemakaiannya sederhana.
 Chondroprotective agent
Obat-obat yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi
pada pasien OA. Sebagian peneliti menggolongkan obat-obat tersebut dalam Slow Acting
Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam
hialuronat, kondoritin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide dismutase, dsb.

3. Terapi bedah
 Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus, dsb.
 Arthroscopic debridement dan joint lavage
 Osteotomi.
 Artroplasti sendi total.

Halaman 16
Dilakukan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua
macam komplikasi yaitu:
1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan.
2) Komplikasi Akut
- Osteonekrosis
- Bursitis

Prognosis
Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat ditangani dengan obat-obat konservatif.
Hanya pada kasus yang berat dan sangat mengganggu aktivitas pasien saja baru dilakukan
operasi. Operasi yang dilakukan pun memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Kuncinya
bergantung kepada penanganan yang cepat dan tepat terhadap penyakit ini.8

Pencegahan
Secara umum pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terkena osteorarthritis
adalah:9
 Mengatur diet dan pola makan sehingga berat badan tetap stabil dan tidak terjadi obesitas.
 Menghindarkan diri sebisa mungkin dari kemungkinan trauma yang dapat terjadi.
 Konsumsi suplemen yang bersifat chondroprotective agents’ seperti kondroitin sulfat dan
glikosaminoglikan.
 Aktivitas fisik teratur namun hindari aktivitas fisik yang memberi beban terlalu berat
pada tubuh, apalagi bila sudah berusia lanjut.

Kesimpulan
Osteoartitis (OA) adalah penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago
sendi. ada tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan struktur dan fungsi rawan sendi seperti
persambungan sendi yang tidak normal, gangguan fleksibilitas, pembesaran tulang serta
gangguam fleksi dan ekstensi, terjadinya instabilitas sendi, timbunya krepitasi baik pada gerakan
aktif maupun pasif. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada
beban pada sendi. Penegakkan diagnosa bisa dibantu dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang seperti radiologi dan atrosentesis. Penanganan untuk OA bisa dilakukan dengan terapi
non-farmalogik, terapi farmalogik, dan terapi bedah.

Halaman 17
Daftar Pustaka
1. Supartondo, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Anamnesis. Jilid I. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing;2009. hal. 25-7.
2. Abdurrahman N, et al. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Cetakan ke-3. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h. 45.
3. Bickley LS, Szilagyi PG. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates: buku saku.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2008.h.1-9, 15, 64-70
4. Runge MS, Greganti MA. Netter’s internal medicine. 2nd edition. Philadelphia: Saunders
Elsevier Publisher; 2009.p.1009-17.
5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2005.h.286-287
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid III. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 3197-342.
7. Prince SA, Wilson FM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Dalam:
Michael AC, penyuting. Oateoartritis. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2005.p.1380-3.
8. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4 jilid 1. Jakarta:
Media Aeculapius; 2005.h.535-9.
9. Beers MH, Berkow R. The merck manual of geriatrics. 3th edition. New York: Merck &
Co. Inc; 2004.p.489-93.

Halaman 18

Anda mungkin juga menyukai