Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

PRA-SEKOLAH

Disusun Oleh:

Lulu Afriyant

Nurma Yunita

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAMENTAS JAKARTA


Alamat : Jl.Pertanian Raya No.1, RT 10/ RW 04, LB. Bulus, Kec.Cilandak, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta- 12440
Telp: (021)75816620, Email : admin@stikespamentas.ac.id
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Bermain merupakan kegiatan gerak dari anak baik pasif
maupun aktif untuk menyalurkan kreasinya dan menghilangkan konflik dari dalam diri anak yang
disardari atau pun yang tidak disadari. Selain sebagai cara penghilang konflik bagi anak, bermain juga
merupakan terapi dalam proses keperawatan. Melalui proses bermain, tanpa disadari semua aspek
perkembangan anak bisa tumbuh dengan optimal sehingga bisa menjadi anak yang cerdas.

Aspek perkembangan anak dapat ditimbulkan secara optimal dan maksimal melalui proses kegiatan
bermain. Mengajak bermain di usia dini/prasekolah dapat membantu perkembangan mental dan
kecerdasan anak. Dalam sub pokok bahasan yang kita angkat padaterapi bermain ini adalah bermain ular
tangga dengan sasaran anak usia prasekolah, dimana dengan bermain ular tangga dapat melatih kreatifitas
dan kesabaran anak.

TUJUAN

Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia 6 tahun selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat bermain dan dapat mempertahankan fungsi tumbuh kembangpada anak.

Tujuan Khusus

Dapat mengatur strategi dan kecermatan.

Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan

Dapat berlatih bersosialisasi

Dapat berlatih bersikap sportif

Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak


Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga dan menghitung
titik – titik yang terdapat pada dadu.

BAB Il
TINJAUAN TEORI

KONSEP TEORI BERMAIN

 Pengertian

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong,
2000).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan
(Foster, 1989).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadarinya (Miller dan Keong, 1983).

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak
serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk
kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).

 Fungsi

1. Perkembangan Sensori :

 Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi


 Meningkatkan perkembangan semua indra
 Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
 Memberikan pelampiasan kelebihan energi

1. Perkembangan yang intelektual


 Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
 Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
 Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
 Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
 Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya kedalam
persepsi dan hubungan baru
 Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan
realita.

2. Perkembangan sosialisasi dan moral

 Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.


 Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
 Mengembangkan keterampilan sosial
 Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
 Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.

3. Kreativitas

 Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif


 Memungkinkan fantasi dan imajinasi
 Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

4. Kesadaran diri

 Memudahkan perkembangan identitas diri


 Mendorong pengaturan perilaku sendiri
 Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
 Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain.
 Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang
lain

5. Nilai Teraupetik

 Memberikan pelepasan stress dan ketegangan


 Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk
yang secara sosial dapat diterima
 Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
 Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan
keinginan.

 Tujuan
 Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
 Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
 Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
 Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.

 Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.


 Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu
seperti yang ada dalam pikirannya.

 Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.

Prinsip – prinsip Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa
menjadi stimulus yang efektif :

 Perlu ekstra energi

Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau
intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang
bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain
umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.

 Waktu yang cukup

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.

 Alat permainan

Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua
hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar
dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
 Ruang untuk bermain

Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur.
Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan
tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.

 Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberitahu oleh orang
tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya
dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari
alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang
hangat.

 Teman bermain

Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat
tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang
dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk
mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan.

Faktor yang Mempengaruhi Bermain

 Tahap perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang
tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

 Status kesehatan anak

Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan
jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang
sedang dirawat di RS.
 Jenis kelamin

L{Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas
dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki dan
perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.

 Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk bermain.

 Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus aman bagi anak.

 Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :

Pertumbuhan fisik dan motorik kasar

Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.

Motorik halus

Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

Kecerdasan/ kognitif

Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
Bahasa

Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

Menolong diri sendiri

Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.

Tingkah laku sosial

Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.

Klasifikasi Bermain

Menurut isi permainan

Sosial affective play

Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan orang lain
(contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).

Sense of pleasure play

Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).

Skiil play

Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar dan halus
(misal: naik sepeda, memindahkan benda).

Dramatik Role play

Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal: dokter dan
perawat).

Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh : ular tangga,
congklak).

Un occupied behaviour

Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya, yang
digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

Menurut karakter sosial

Onlooker play

Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam
permainan (Contoh: Congklak/Dakon).

Solitary play

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja
sama.

Parallel play

Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi
kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan
anak usia toddler.

Associative play

Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak
ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).

Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta
pemimpin (Contoh: main sepak bola)

Menurut usia

Umur 1 bulan (sense of pleasure play).

Visual : dapat melihat dgn jarak dekat

Audio : berbicara dgn bayi

Taktil : memeluk, menggendong

Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.

Umur 2-3 bln

Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang berbeda

Audio : berbicara dengan bayi,memyanyi

Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.

Umur 4-6 bln

Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV.

Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.

Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.

Taktil : memberikan bayi bermain air.

Umur 7-9 bln

Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri.

Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama, papa.

Taktil : membiarkan main pada air mengalir.

Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.

Umur 10-12 bln

Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku.

Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.


Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan angin.

Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda atau kereta.

Umur 2-3 tahun

Paralel play dan sollatary play

Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak mainan)

Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.

Preschool 3-5 thn

Associative play , dramatik play dan skill play.

Sudah dapat bermain kelompok

Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.

Usia sekolah

Cooperative play

Kumpul prangko, orang lain.

Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin

Dapat belajar dengan aturan kelompok

Laki-laki : Mechanical

Perempuan : Mother Role

Mainan untuk Usia Sekolah :

6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.

8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,
sepeda, sepatu roda.

Masa remaja

Anak lebih dekat dengan kelompok

Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama.


Bermain di Rumah Sakit

Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun
orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu
bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan.

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan keuntungan sebagai berikut :

Meningkatkan hubungan klien dan perawat

Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.

Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.

Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.

Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :

Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.

Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.

Sesuai dengan kelompok usia.

Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.

Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.

Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :

Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur perkembangannya

Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi

Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak

Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi anak
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA EDUKATIF UNTUK USIA 6 – 12 TAHUN

Deskripsi

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan
permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah “tangga” atau “ular”
yang menghubungkannya dengan kotak lain. Dalam permainan ular tangga edukatif ini, kelompok
memodifikasi papan ular tangga menjadi kotak – kotak yang berisi gambar – gambar edukatif untuk
membantu pengembangan intelektual anak.

Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara
bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila
pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain.
Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah
pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila
tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.

Jenis Permainan

Jenis permainan ini adalah Games. Games adalah permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan / skor.
BAB III

TEHNIK BERMAIN
Nama pasien : An. R dan An. S

Usia : 6 tahun

Diagnose medis : Leukemia

Jenis permainan : Games Ular tangga

Sasaran peserta : 1. Perawat : Ibu Nuri

Anak : An. R dan An. S

Tempat dan waktu pelaksanaan

Tempat

Hari / tanggal

Waktu

Metode dan Media

Roleplay, kertas gambar ular tangga

Pelaksanaan terapi bermain

pengoganisasian :

leader : Wahyuni M C Toker

Co Leader : Dwira Meiki P


Observer : Sri Ayu

Fasilitator : Ita Puspita Sari dan Siti Dwi Hutami

DENAH
susunan kegiatan

No Kegiatan Waktu Respon Anak

1 Pembukaan :

1. Co-Leader membuka dan mengucapkan salam

2. Memeperkenalkan diri

3. Memperkenalkan fasilitator
4. Memperkenalkan anak satu per satu dan anak saling berkenalan dengan temannya

5. Kontrak waktu dengan anak

6. Mempersilahkan leader

5 menit

Menjawab salam

Menyimak

Menyimak

Menyimak dan saling berkenalan

Menyimak

Menyimak

2 Kegiatan bermain :

1. Leader menjelaskan cara permainan

2. Menanyakan pada anak mau bermain atau tidak


3. Memulai permainan

4. Leader, co-leader dan fasilitator memotivasi anak

5. Fasilitator mengobservasi anak

20 menit

Menyimak

Menjawab pertanyaan

Bermain

Bermain

Bermain

3 Penutup :

1. Leader menghentikan permainan

2. Menanyakan perasaan anak


3. Menyampaikan hasil permainan

4. Memberikan hadiah pada anak yang menang dalam permainan ular tangga

5. Membagikan sovernir pada semua anak yang bermain

6. Menanyakan perasaan anak

7. Co-leader menutup acara dan mengucapkan salam

5 menit Selesai bermain

Mengungkapkan perasaan

Menyimak

Senang

Senang

Mengungkapkan perasaan

Menyimak
Menjawab salam

Evalusi hasil program bermain

persiapan

Alat

Alat yang disiapkan adalah ular tangga

Klien

klien bermain diruang bermain

c.Perawat

Perawat duduk disamping pasien

2.Proses keluarga

a.keaktifan anak

klien tampak senang dan menikmati permaianan, anak bermain sambil duduk, dan anak tampak
bersemangat

b.keaktifan orang tua


orang tua klien tampak senang anaknya bermain

3.waktu bermain

Bermain berlangsung selama 30menit


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada Tanggal 11
Desember 2012. http://www.nursingbegin.com

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai