Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan
harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi,
melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara
individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai orang
atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang
berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur
yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual,
kreativitas dan sosial.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi bermain.
2. Untuk mengetahui tentang terapi bermain
3. Untuk mengetahui hal-hal utama dalam mengatasi hal anak
4. Untuk mengetahui manfaat terapi bermain
5. Untuk mengetahui prosedur terapi bermain
6. Untuk mengetahui kategori terapi bermain
7. Untuk mengetahui model terapi bermain
8. Untuk mengetahui fase pelaksanaan terapi bermain

C. Definisi Bermain 
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai
pendidikan yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang
paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara
suka rela, dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock,
1978).
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang
sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim kegiatan bermain
adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan
pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar”.
Bermain secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif
(“hiburan”). Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif.
Proporsi waktu yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak
bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari
masing-masing kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol
pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa
puber, namun hal itu tidak selalu benar.

D. Terapi Bermain

Menurut Thompson dan Henderson (2007 : 415) Terapi bermain adalah


penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah
proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan
terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam mencegah
atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan
dan perkembangan secara optimal. 
Bermain dapat digunakan sebagai terapi karena selama bermain perilaku
anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah
sudah terberi pada seorang anak. Untuk melakukan terapi bermain ini diperlukan
pendidikan dan pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh
dilakukan sembarangan.

Beberapa contoh kasus anak yang beermasalah yang memerlukan terapi


adalah:
1. Anak yang agresif, suka menyerang orang lain, agresif muncul karena
gangguan emosional yang dialami anak. Mungkin anak diperlakukan terlalu
keras oleh orang tuanya sehingga merasa marah, memberontak
2. Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut rambutnya sampai botak
sebagian atau seluruhan. Menggigit kuku sampai luka-luka, menahan buang
air besar, mengompol walaupun usianya sudah tiga tahun ke atas, cemas atau
phobia sekolah yang bisa ditandai dengan munculnya gangguan ke tubuh
seperti mual, sakit perut, muntah-muntah menjelang pergi sekolah. 
3. Anak yang sulit bergaul kurang percaya diri secara berlebihan sehingga
menghambat perkembangannya. Anak yang tidak mau berbicara dengan
orang lain selain anggota keluarga terdekat.

E. Prinsip Dalam Terapi Bermain


Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 435)
meliputi 3 tahap yaitu : 

1. Membangun relasi, dimana terapis memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk


emosi yang muncul saat anak bermain dan harus memberikan respon yang
tepat dalam hal tersebut.

2. Menentukan bentuk permainan secara spesifik, dimana hubungan semakin


terbentuk dengan baik dan terapis secara asertif mengarahkan permainan bagi
anak 

3. Konfrontasi untuk mengatasi masalah dimana terapis secara aktif lebih


mendekatkan diri dalam struktur kegiatan bermain untuk membantu
mendorong dan membesarkan hati anak dalam menghhadapi dan
menyelesaikan masalah

F. Jenis / Kategori Terapi Bermain

Rasmussen dan Cunningham (dalam Thompson dan Henderson, 2007 : 437-


438) menyatakan dalam strategi penggunaan media bermain harus pula
mempertimbangkan karakteristik anak, masalah dan kebutuhan anak, serta
tahapan dalam proses terapi atau konseling.
Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 473)
yaitu : 
1. Real Life Toys ; rumah boneka, boneka-boneka, baju-baju boneka, kereta-
keretaan, keluarga boneka, mainan alat-alat rumah tangga, mobil-mobilan,
dll. 
2. Acting Out and Agressive Release Toys ; borgol, bola, pistol-pistolan, pisau
karet, topeng, mainan yang dapat dipukul dengan aman, dll.
3. Creative Expression and Emotional Release Toys ; kapur warna, penghapus,
box pasir, lem, gunting, kain atau handuk bekas, boneka tangan, kertas
perekat, dll. 

G. Model Terapi Bermain

Parent-Child Interaction Therapy(PCIT); terapi yang berorientasi terhadap


perubahan perilaku anak dan orang tua secara bersamaan, dimana orang tua akan
belajar menjadi model perilaku positif sehingga dapat dipelajari anak. PCIT
melatih orang tua untuk bertindak sebagai agen perubahan bagi masalah-masalah
perilaku dan emosional anaknya.
Menurut Herschell & McNeil pelaksanaan PCIT membutuhkan waktu satu
kali seminggu selama 1  jam, dengan durasi treatment antara 10 sampai 14 sesi.
Menurut Child Welfare Information Gateway, U.S Department of Health
and Human Servicespelaksanaan PCIT dilakukan selama 1 jam sebanyak 14
sampai 20 sesi sesuai kebutuhan. Sedangkan Kot & Tyndall-Lind secara intensif
menyatakan bahwa anak dapat memperoleh 12 sesi dalam 2 atau 3 minggu.

H. Jenis Permainan Untuk Tahapan Usia Anak

Mainan Anak Usia di Bawah 1 Tahun

mainan dimanfaatkan sebagai sarana eksplorasi dan stimulus untuk mengaktifkan


panca indera. Sebagian besar mainan anak usia ini dirancang untuk membuat bayi
menggigit, meraih, atau menjatuhkan mainan tersebut.
mainan anak untuk bayi hingga usia 1 tahun yang direkomendasikan antara lain:

 Mainan yang mengeluarkan lagu atau suara yang menarik perhatian dan
bisa digantung di atas ranjang bayi. Mainan anak seperti ini dapat
menstimulasi mata dan telinganya. Namun, Bunda dan Ayah perlu hati-
hati, ya. Mainan ini sebaiknya tidak ditaruh terlalu dekat dengan wajah Si
Kecil.
 Mainan anak yang dapat memantulkan refleksi wajah, misalnya mainan
berupa kaca yang terbuat dari plastik. Mainan ini dapat membantu Si Kecil
mengenali wajah dan tubuhnya sendiri.
 Kaos kaki atau gelang warna-warni yang dapat menimbulkan bunyi.
Mainan ini bisa merangsang indera pendengaran anak.
 Buku yang terbuat dari kain dengan berbagai gambar yang dapat
merangsang penglihatan anak.
 Ring stack (cincin susun) yang dapat disusun ulang berkali-kali, terutama
jika anak mulai bisa duduk. Permainan ini dapat melatih motorik halus Si
Kecil sekaligus memperkenalkan kepadanya tentang warna dan nomor
yang tertera pada lingkaran tersebut.

Mainan Anak Usia 1−3 Tahun

Untuk anak usia 1−3 tahun, sebaiknya berikan mainan yang bisa mendukung
proses anak mengenali lingkungan sekitar. Pasalnya, pada periode ini, anak
berusaha mengetahui cara kerja berbagai hal yang ditemuinya. Mainan yang tepat
akan sangat baik untuk merangsang daya pikir, motorik halus dan juga motorik
kasarnya.

Oleh karena itu, pada rentan usia ini, Anda dianjurkan untuk memberikannya
mainan berikut:

 Mainan blok dengan beragam bentuk yang dapat disusun, puzzle dengan


bentuk yang sederhana atau dapat dimasukkan ke lubang yang sama
bentuknya (shape sorter). Mainan anak seperti ini dapat merangsang
koordinasi mata, tangan, dan kemampuan berpikir anak.
 Kayon dan buku gambar. Namun, pastikan krayon yang digunakan Si
Kecil terbuat dari bahan dasar yang aman, dan selalu jaga anak ketika ia
sedang menggambar, ya.
 Permainan profesi, di mana anak dapat meniru melakukan pekerjaan dari
profesi tertentu. Contohnya berpura-pura sebagai koki, dokter, guru, atau
pilot. Permainan ini dapat membantu perkembangan kecerdasan emosi,
melatih keahlian bersosialisasi, dan mengajar mereka untuk merawat
barang yang mereka suka.
 Permainan bola, guna melatih ketangkasan serta koordinasi mata dan
tangan anak. Contonya adalah bermain lempar tangkap, atau saling
mengoper bola.
 Untuk anak berusia 3 tahun, Anda sudah bisa memberikan permainan yang
lebih menantang, seperti sepeda roda tiga atau balance bike. Permainan ini
dapat merangsang konsentrasi sekaligus koordiasi gerakan tubuh.

Mainan Anak Usia 3−5 Tahun

Pada saat anak berusia 3−5 tahun, mereka mulai menggunakan mainan dan benda-
benda di sekitarnya untuk tujuan tertentu. Usia ini juga didominasi oleh imajinasi
yang tinggi. Bahkan, selimut yang diletakkan di atas meja dapat menjadi rumah
rahasia.

Mainan anak yang direkomendasikan pada usia ini antara lain:

 Lilin atau tanah liat yang bisa dibentuk sedemikian rupa, misalnya menjadi
bentuk makanan.
 Kostum tertentu, misalnya anak laki-laki menggunakan kostum pemadam
kebakaran dan anak perempuan berperan sebagai seorang ibu yang
memasak makanan untuk anaknya.
 Mainan lain yang sudah dikenal anak sebelumnya, seperti menggambar,
membangun dengan menggunakan blok, dan puzzle. Tentunya tingkat
kesulitannya disesuaikan dengan kemampuan anak

Mainan Anak Usia 5 Tahun ke Atas


Sebagian besar anak pada usia 5 tahun sudah beraktivitas di sekolah. Pemahaman
mereka pada lingkungan sekitar sudah jauh lebih baik. Saat ini, anak dalam tahap
menguasai keterampilan yang baru, seperti menangkap bola atau mengepang
rambut orang lain.

Anak-anak usia ini mulai menunjukkan minat mereka, mulai dari kegemaran


membaca atau keinginan untuk belajar alat musik. Kemampuan motorik, seperti
mengendarai sepeda roda dua, juga akan semakin terasah.

Contoh mainan anak yang cocok di usia ini adalah:

 Sepeda roda dua. Permainan ini mendorong koordinasi tubuh,


perkembangan motorik, keseimbangan.
 Kartu atau board game, seperti ular tangga atau monopoli. Mainan ini
sangat baik untuk mengajarkan anak tentang aturan, strategi, menanti
giliran, bekerjasama dan bersikap sportif.
 Biola, piano, gitar, atau alat musik lainnya. Selain itu, satu set alat-alat
sains atau teropong dapat dimanfaatkan jika anak berminat pada bidang
tersebut, karena dapat melatih kemampuan menyelesaikan masalah,
menciptakan penemuan, serta mengasah imajinasi.

Anak-anak juga bisa bermain dengan gadget, tetapi Bunda dan Ayah perlu
membatasi waktu bermain gadget maksimal 1 jam per hari, ya.

Selain sesuai dengan usia Si Kecil, Bunda dan Ayah juga harus memperhatikan
bahan, warna, ukuran, dan bentuk mainan yang diberikan, agar ia bisa bermain
dengan aman .

Jika Bunda atau Ayah masih bingung memilih mainan anak untuk Si Kecil, atau
jika ia tampak kurang mau bermain atau tidak bisa bermain sesuai usia yang
seharusnya, cobalah untuk berkonsultasi ke psikolog anak atau dokter anak.

Daftar Pustaka
Medise, B.E. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Pemilihan Mainan Anak
Sesuai Fase Perkembangan.

Muentener, P., Herrig, E., & Schulz, L. (2018). The Efficiency of Infants'
Exploratory Play Is Related to Longer-Term Cognitive Development. Frontiers in
Psychology, 9, pp. 635.
Medise, B.E. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Pemilihan Mainan Anak
Sesuai Fase Perkembangan.
Soebadi, A.R. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014). Keamanan Menggunakan
Internet bagi Anak.
Montgomery, N. Baby Center (2020). Toy Safety Guidelines.
Slaton, J. Baby Center (2021). Best Toys for Newborns.
Healthy Children, American Academy of Pediatrics (2020). How to Buy Safe
Toys.
KidsHealth, Nemours (2018). For Parents. Smart Toys for Every Age.
Farr, A., & Hartshorn, J. Parents. Age-by-Age Guide to Toys.
Raising Children Network Australia (2020). Choosing Toys for Children.
Raising Children Network Australia (2019). Ress-Up Games: Activity for Children
3−6 Years.
Seattle Children's Hospital. Toys and Play: 3- to 5-Year-Olds.
Stanford Children's Health. Buying a Bike for Your Child.
Sinrich, J. Healthline (2020). The 25 Best Toys for 2-Year-Olds, According to
Parents.
Sinrich, J. Healthline (2020). The Best Toys for 3-Year-Olds: Educational,
Outdoor, and More.
Chin, G. & Chandra, A.M. HealthXChange Singapore. How to Choose Toys for
Babies and Children.
Brown, S. Verywell Family (2020). Why Your Child Should Be Playing with
Blocks.
Polton, M. Verywell Family (2021). The 9 Best Ride-On Toys of 2021

Anda mungkin juga menyukai