Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESIOLOGI


TRAUMATIC BRAIN INJURY DENGAN TINDAKAN
KRANIOTOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas ASKAN Pembedahan Umum
Dosen Pengampu : I Ketut Setiabudi, S. ST, MM

Oleh :
Kelompok 4
Deogradcya Almeyda H. Queen De Chrifento 2014301057
I Wayan Yoga Pratama 20140301068
Iskandar 2014301072
Putu Rini Klaudia Tempel 2014301094
Sayyid Miftahul Huda 2014301097

KELAS B
D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021/2022
A. Pertimbangan Anestesi Secara Umum
Propofol 90 mg titrasi, Vecuronium 6 mg, Fentanyl 100 mg, Midazolam 2,5
mg, lidokain 1,0-1,5 mg/kgBB untuk menekan rangsang simpatis pada saat
intubasi, Rocuronium 50 mg. Dilakukan kontrol ventilasi dengan oksigen dan
udara (50%), obat inhalasi rumatan Isoflurane, dan diberikan Vecuronium 4
mg/jam (0,05 mg/kgBB/jam) dan Fentanyl 100 mcg/jam (1–1,5
mcg/kgBB/jam) diberikan dengan syringe pump.

B. Masalah Kesehatan
1. Pra Anestesi
a. Nyeri akut
b. Ansietas
c. Risiko cedera agen anestesi
2. Intra Anestesi
a. Risiko cedera trauma pembedahan
b. Risiko cedera posisi pembedahan
c. Risiko komplikasi. Disfungsi Respirasi
d. Risiko komplikasi Disfungsi Kardiovaskuler
e. Risiko komplikasi Disfungsi Sirkulasi
f. Risiko komplikasi Disfungsi termoregulasi
g. Risiko komplikasi Disfungsi gastrointestinal
h. Risiko komplikasi Disfungsi hepar
i. Risiko komplikasi Disfungsi ginjal/perkemihan
j. Risiko komplikasi Ketidakseimbangan elektrolit
k. Risiko komplikasi Disfungsi metabolic
l. RK peningkatan intratrakial
m. RK paralisis
n. RK hipertermi
o. RK kehilangan fungsi mootorik
p. RK kehilangan fungsi sensorik
q. RK kehilangan fungsi kognitif
3. Pasca Anestesi
a. Risiko cedera gangguan fungsi respirasi
b. Risiko cedera gangguan fungsi sirkulasi
c. Risiko cedera gangguan fungsi caitran dan elektrolit
d. Risiko cedera gangguan fungsi neurologis
e. Risiko cedera gangguan fungsi gastrointestinal
f. Risiko cedera gangguan fungsi ginjal/perkemihan
g. Risiko cedera gangguan fungsi muskuloskeletal
h. Risiko alergi
i. Risiko jatuh

C. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


I. PRE ANESTESI
1 DS: Dilakukan tindakan operasi Ansietas
1. Pasien mengatakan Kraniotomi
Takut terhadap

tindakan pembedahan
yang akan dilakukan Kurangnya pengetahuan pasien
2. Pasien mengatakan terkait anestesi dan tindakan
belum pernah di operasi
operasi sebelumnya

DO: Pasien merasa gelisah dan terus
1. Pasien tampak gelisah bertanya terkait tindakan
2. Pasien tampak anestesi dan pembedahan
bertanya-tanya

mengenai prosedur
tindakan operasi
3. TTV pasien :
Ansietas
a. Nadi: 105 x/menit
b. SPO2 : 99 %
c. RR :17 x/menit
d. TD : 130/80
mmHg
e. Suhu : 36,7 C

2 DS: Cidera jaringan tubuh Nyeri Akut


1. P : Pasien mengeluh ↓
nyeri kepala hebat Mendesak jaringan, sel-sel saraf
sebelum masuk sekitar
kerumah sakit ↓
2. Q : Pasien mengatakan Merangsang saraf kranial
nyeri kepala hebat ↓
diserta dengan mual Nyeri Akut
muntah 1 kali
3. R: Pasien sempat
pingsan karna tidak kuat
merasakan nyeri di
kepala
4. S : skala nyeri 7
menggunakan NRS
(Numaric Rating Scale)
5. T: Pasien mengatakan
nyeri timbul saat
bergerak dan saat di
raba pada bagian kepala

DO:
1. Wajah pasien tanpak
meringis
2. Nyeri tekan pada kepala
saat dilakukan palpasi
3. TTV
a. Nadi:105 x/menit
b. SPO2 : 99 %
c. RR :17 x/menit
d. TD : 130/80 mmHg
e. Suhu : 36,7 C

3 DS: Tindakan kraniotomi Risiko Cedera agen


1. Pasien mengatakan ↓ Anestesi
ini operasi Tindakan General Anestesi
pertamanya dan ↓
belum pernah Efek obat general anestesi
dilakukan tindakan ↓
anestesi Risiko Cedera Anestesi
DO:
1. Pasien akan
dilakukan tindakan
ooperasi kraniotomi
2. Teknik pembiusan
dengan GA
3. Pasien akan
diberikan obat GA
dengan induksi
pememberian
midazolam 2,5 mg,
fentanyl 100ng,
lidokain 1,0-1,5
mg/kgBB untuk
menekan rangsang
simpatis pada saat
intubasi, propofol
90 mg titrasi,
rocuronium 50 mg.

II. INTRA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem


1 DS:- Pasien dengan tramatic brain Risiko Cidera Trauma
DO: injury Pembedahan
1. Pasien direncanakan ↓
dilakukan tindakan Dilakukan tindakan kraniotomi
pembedahan kraniotomi dengan GA
2. Pasien direncanakan ↓
dilakukan tindakan Resiko Cidera Trauma
anestesi general dengan Pembedahan
teknik anestesi ETT
3. Pasien direncanakan
pemberian agen anestesi

2 DS :- Efek Agen Anestesi RK Disfungsi


DO : ↓ Kardiovaskuler
1. Pasien akan dilakukan Depresi kardiovaskular (Hipotensi)
anestesi general dengan ↓
ETT RK Disfungsi
2. Pemberian obat induksi Kardiovaskuler
propofol yang Resiko Hipotensi
menyebabkan
penurunan tekanan
darah
3. TTV:
a. TD: 85/60 mmHg
b. N: 58x/menit
3 DO : Tindakan anestesi umum (GA) RK disfungsi
- ↓ respirasi
DS : Oksigenasi tidak adekuat
- Pasien akan ↓
dilakukan tindakan RK disfungsi respirasi
pembiusan dengan
General anestesi
(GA)
- Pasien teranestesi
General anestesi
menggunakan ETT
- Pasien akan
diberikan obat
pelumpuh otot
Rocuronium
- RR : 20 x/menit

III. PASCA ANESTESI

No Symptom Etiologi
Problem
1 DS: Pasca kraniotomi Disfungsi
1. Pasien mengatakan kaki ↓ neuromuskular
keram dan kaki tidak Pasca anestesi general (Resiko Jatuh)
bisa bergerak ↓
2. Pasien mengatakan kaki Efek agen anestesi
terasa berat ↓
DO: Blok saraf motoric
1. Pasien terlihat lemah ↓
2. Pasien post general Penurunan kesadaran
anestesi ↓
Disfungsi neuromuskular:
(Resiko Jatuh)
D. Problem (Masalah)
1. Pre Anestesi
a. Resiko cidera agen anestesi
 Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 3
jam diharapkan resiko cidera agen anestesi dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
- Pasien siap untuk dilakukan tindakan anestesi
- Pemilihan teknik anestesi sesuai dengan kondisi
pasien.
- TTV dalam batas normal :
- TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Suhu 36,5˚C
RR 16-20 x/menit
- Kesiapan evaluasi pra anestesi meliputi :
o Kesiapan peralatan dan mesin anestesi.
o Kesiapan obat anestesi.
o Kesiapan obat-obat life saving.
o Kesiapan obat-obat lainnya.
o Kesiapan terapi cairan
 Intervensi
- Kaji keadaan umum dan TTV pasien.
- Kaji riwayat AMPLE:
o Riwayat alergi
o Riwayat medikasi sebelumnya
o Riwayat post-illness
o Riwayat last meal
o Riwayat eksposure
- Kaji penyulit intubasi menggunakan LEMON :
o Look externally
o Evaluate 3-3-2
o Malampati score class II
o Obstruction
o Neck mobility
- Kaji B6 (Breathing, Bleeding, Brain, Bladder, Bowel,
Bone) pasien.
- Evaluasi kembali puasa pasien selama berapa jam.
- Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
sebelum operasi.
- Lepaskan aksesoris.
- Lepaskan lensa kontak
- Kaji kembali personal hygiene pasien yang meliputi
kebersihan diri dan kebersihan kuku.
- Persiapan alat dan mesin anestesi, meliputi statics dan
mesin anestesi.
- Persiapan obat premedikasi.
- Persiapan obat emergency (obat golongan vasopresor),
obat live saving (obat gol agonis alpha), obat-obat
lainnya meliputi antialergi
- Terapi cairan (cairan kristaloid, cairan koloid, dan
darah) jika diperlukan.
- Kaji ulang info consent.
- Lakukan pemberian premedikasi sesuai program terapi
- Tetapkan status fisik ASA sesuai program kolaboratif.
- Tentukan jenis anestesi (General anestesi teknik
anestesi inhalasi metode pemasangan ETT).
- Kaji status nutrisi pasien.

b. Ansietas
 Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 1x40
menit diharapkan ansietas dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil :
- Pasien tenang tidak gelisah dan merasa ketakutan
- Pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan
- TTV dalam rentang normal
TD 110-120/70-80 mmHg
Nadi 60-100 x/menit
RR 15-20 x/menit
 Intervensi
- Monitor TTV pasien
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan
- Lakukan kunjungan pre operatif pada 1 hari sebelum
tindakan operasi
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi
midazolam jika diperlukan
c. Nyeri akut (pasien mengeluh nyeri kepala hebat sebelum masuk
rumah sakit dan sekala nyeri yang diproleh adalah 7)

2. Intra Anestesi
a. Resiko Cidera Trauma Pembedahan (pasien akan dilakukan
tindakan pembedahan kraniotomi dengan general anestesi)
 Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 1x60
menit diharapkan tidak terjadi cedera trauma pembedahan.
Dengan kriteria hasil :
- Tidak adanya tanda-tanda trauma pembedahan
- Pasien tampak rileks selama operasi berlangsung
- TTV dalam batas normal:
TD : 110 – 120 / 70 – 80mmHg
Nadi : 70-120 x/menit
Suhu : 36-37°C
RR: 16 – 20 x/menit
SpO2 >95%
- Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi
berlangsung
 Intervensi
- Monitoring perianestesi
- Lakukan persiapan peralatan dan obat-obatan sesuai
dengan
- perencanaan teknik anestesi
- Lakukan pemasangan alat monitoring non invasif
- Lakukan pemeliharaan jalan napas
- Kolaborasi dengan SpAn apabila kondisi pasien
memburuk
b. RK. Disfungsi Kardiovaskular ( pasien akan terpapar dengan obat-
obat agen anestesi yang dapat membuat disfungsi kardiovaskular
seperti hipotensi)
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 1x30
menit, diharapkan Rk Disfungsi Kardiovaskuler tidak terjadi.
Dengan kriteria hasil :
- TTV dalam rentang normal
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 80x/menit
- Pendarahan terkontrol
 Intervensi
- Monitor TTV pasien
- Monitoring terjadinya pendarahan pada tabung suction
- Berikan terapi cairan
- Kolaborasi dalam pemberian ephedrine
c. RK Disfungsi Respirasi
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan anestesi selama 1 x 60 menit,
diharapkan tidak terjadi disfungsi pada respirasi pada pasien
dengan kriteria hasil:
- Irama napas reguler.
- Frekuensi napas 12-20 x/menit.
- Tidak ada bunyi tambahan napas.
- Pola ventilasi.
- Pengembangan dada, arterior-posterior dan lateral sinis
kiri dan kanan simetris.
- Tidak ada tand-tanda refraksi intercosta.
- SpO2 dalam batas normal: 95-100%
- RR dalam batas normal: 16-20 x/menit
- TD: 100-120 / 70-80 mmHg
- N: 60-100 x/menit
- Tidal volume 400-500 cc
 Intervensi
- Observasi breathing (jalan napas, fentilasi, oksigenasi)
pada pasien.
- Berikan oksigen sesuai dengan program terapi.
- Lakukan pemeliharaan jalan napas (pertahankan posisi
pasien dalam posisi sniffing selama pemberian anestesi).
- Lakukan bagging pada pasien.
- Lakukan pengakhiran tindakan anestesi (reverse dan ekstubasi).
- Kolaborasi pemasangan LMA atau ETT.
3. Pasca Anestesi
a. Resiko jatuh (keadaan motorik pasien lemah pasca pembedahan
akibat pengunaan agen/obat-obatan anestesi)
 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 1×30


menit, diharapkan resiko jatuh tidak terjadi dengan kriteria
hasil:
- Pasien dalam keadaan aman
- Sudah terpasangn penyangga pada bed pasien
- TTV dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Suhu 36,5 ̊C
RR 20x/menit
 Intervensi
- Monitor TTV pasien
- Berikan penyangga pada bed pasien serta berikan gelang
resiko jatuh pada pasien
- Anjurkan keluarga paien untuk ikut serta menunggu dan
mengawasi pasien dan berikan posisi yang nyaman pada
pasien
- Kosultasikan dengan dr. SpAn apabila kondisi memburuk.
E. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
1. Pre Anestesi

Problem Intervensi Jam Nama &


Implementasi Evaluasi
(Masalah) Tujuan Rencana Intervensi (WITA) Paraf
Resiko Cidera Setelah dilakukan asuhan - Kaji keadaan umum dan 09.00 - Mengkaji keaddan umum S: Qiqin
Agen Anestesi kepenataan anestesi TTV pasien. dan TTV pasien - Pasien mengatakan
selama 3 jam diharapkan - Kaji riwayat AMPLE: 09.15 - Mengkaji riwayat AMPLE siap dan bersedia
resiko cidera agen  Riwayat alergi 09.20 - Mengkaji penyulit intubasi uuntuk dilakukan
anestesi dapat teratasi  Riwayat medikasi menggunakan LEMON tindakan anestesi
dengan kriteria hasil : sebelumnya  Look externally - Pasien mengatakan
- Pasien siap untuk  Riwayat post-illness (melihat bentuk mulut telah menjalani
dilakukan tindakan  Riwayat last meal dan leher) semua instruksi
anestesi  Riwayat eksposure  Evaluate 3-3-2 dokter anestesi
- Pemilihan teknik anestesi - Kaji penyulit intubasi (membuka mulut 3 jari - Pasien mengatakan
sesuai dengan kondisi menggunakan LEMON : pasien, thyro mentalis telah berpuasa dari
pasien.  Look externally 3 jari pasien, jarak jam 00.00 WITA dan
- TTV dalam batas normal hyoid 2 jari pasien) perhiasan sudah
 Evaluate 3-3-2
:  Mengkaji Mallampati dilepas
 Malampati score class
- TD 120/80 mmHg score - Pasien mengatakan
II
Nadi 80x/menit  Obstruction sudah BAK sebelum
 Obstruction
Suhu 36,5˚C  Mengobservasi neck masuk ke ruangan
 Neck mobility
RR 16-20 x/menit mobility operasi
- Kaji B6 (Breathing,
- Kesiapan evaluasi pra - Mengkaji pemeriksaan O:
Bleeding, Brain,
anestesi meliputi : fisik pasien yaitu B6. - Pasien tidak
Bladder, Bowel, Bone)
Kesiapan peralatan - Mengevaluasi kembali memakai aksesoris
pasien. 09.25
dan mesin anestesi. puasa pasien selama apapun
- Evaluasi kembali puasa
Kesiapan obat berapa jam. - Pasien telah
pasien selama berapa 09.35
anestesi. - Menganjurkan pasien melakukan puasa
jam.
Kesiapan obat-obat - Anjurkan pasien untuk untuk mengosongkan selama 8 jam dan
life saving. mengosongkan kandung 09.40 kandung kemih sebelum perhiasan sudah
Kesiapan obat-obat kemih sebelum operasi. operasi. dilepas
lainnya. - Lepaskan aksesoris. - Menganjurkan pasien - Status fisik ASA 3
Kesiapan terapi - Lepaskan lensa kontak untuk melepaskan - TTV pasien
cairan - Kaji kembali personal aksesoris . Nadi:105 x/menit
09.45
hygiene pasien yang - Menganjurkan pasien SPO2 : 99 %
meliputi kebersihan diri melepas lensa kontak. RR :17 x/menit
dan kebersihan kuku. - Mengkaji kembali TD : 130/80 mmHg
- Persiapan alat dan mesin personal hygiene pasien Suhu : 36,7 C
anestesi, meliputi statics yang meliputi kebersihan A:
dan mesin anestesi. 09.50 diri dan kebersihan kuku. Resiko cedera agen
- Persiapan obat - Menyiapan alat dan mesin anestesi tidak terjadi.
premedikasi. anestesi, meliputi statics Masalah teratasi
- Persiapan obat (scope, tube, air way, tape, P : Pertahankan kondisi
emergency (obat 09.55 introducer, connector, dan pasien.
golongan vasopresor), suction) dan mesin
obat live saving (obat anestesi.
gol agonis alpha), obat- - Menyiapkan obat anestesi
obat lainnya meliputi yang meliputi (obat
antialergi premedikasi (Propofol 90
- Terapi cairan (cairan mg titrasi, Vecuronium 6
10.00
kristaloid, cairan koloid, mg, Fentanyl 100 mg,
dan darah) jika Midazolam 2,5 mg,
diperlukan. lidokain 1,0-1,5
- Kaji ulang info consent. mg/kgBB), obat anestesi
- Lakukan pemberian parenteral, obat anestesi
premedikasi sesuai volatil agen dan obat
program terapi anestesi gas medik).
- Tetapkan status fisik - Melakukan persiapan obat
ASA sesuai program emergency (Dopamine 1-5
kolaboratif. g/kgBB/menit dalam drip
- Tentukan jenis anestesi infus), obat live saving
(General anestesi teknik (Ephedrine 10 mg (IV)),
anestesi inhalasi metode 10.10 obat-obat lainnya meliputi
pemasangan ETT). antialergi (Dexametason
- Kaji status nutrisi 10 mg (IV)), antikoagulan
pasien. (Heparin 5000 unit (SC)),
dan antimetik
(Ondancetrone 4 mg (IV),
obat0batan anestesi
(Diazepam 10 mg(IV).
- Menyiapkan terapi cairan
(cairan kristaloid (Nacl
3%), cairan koloid
(gelatin, albumin 4% atau
5%, dekstran,
hydroxyethyl starches
(HES), dan albumin 20%
atau 25%), dan darah)
10.20
- Melakukan informed
consent.
- Melakukan pemberian
premedikasi sesuai
program terapi (Propofol
90 mg titrasi, Vecuronium
6 mg, Fentanyl 100 mg,
10.25 Midazolam 2,5 mg,
lidokain 1,0-1,5
10.30 mg/kgBB)
- Menetapkan status fisik
ASA pasien.
- Kolaborasi dalam
Menetapkan jenis anestesi
(General anestesi teknik
anestesi inhalasi metode
pemasangan ETT non
kingking).
- Mengkaji status nutrisi
10.35
pasien menggunakan
metode ABCD
(Antropometri
10.40 measurements,
Biochemical data, Clinical
signs, Dietary history).

10.45
2. Intra Anestesi
Problem Intervensi Jam Nama &
Implementasi Evaluasi
(Masalah) Tujuan Rencana Intervensi (WITA) Paraf
Resiko Komplikasi Setelah dilakukan tindakan - Observasi breathing 10.55 - Mengobservasi breathing S:- Qiqin
Disfungsi anestesi selama 1 x 60 (jalan napas, (jalan napas, fentilasi, O:
Respirasi menit, diharapkan tidak fentilasi, oksigenasi) oksigenasi) pada pasien. - Airway pasien
terjadi disfungsi pada pada pasien. - Memberikan oksigen bersih dan ekspansi
respirasi pada pasien - Berikan oksigen sesuai dengan program dada simetris
dengan kriteria hasil : sesuai dengan terapi. - TTV pasien
11.00
-Irama napas reguler. program terapi.
- Melakukan pemeliharaan Nadi:105 x/menit
-Frekuensi napas 12-20 - Lakukan SPO2 : 99 %
jalan napas ( pertahankan
x/menit. pemeliharaan jalan RR :17 x/menit
11.15 posisi pasien dalam posisi
-Tidak ada bunyi napas (pertahankan TD : 130/80 mmHg
sniffing selama
tambahan napas. posisi pasien dalam Suhu : 36,7 C
pemberian anestesi).
-Pola ventilasi. posisi sniffing
- Melakukan bagging pada - Tidak ada tanda-
-Pengembangan dada, selama pemberian
11.25 pasien. tanda sianosis pada
arterior-posterior dan anestesi).
- Melakukan pengakhiran pasien.
lateral sinis kiri dan kanan - Lakukan bagging
tindakan anestesi (reverse A:
simetris. pada pasien. 11.35
dan ekstubasi). Masalah resiko
-Tidak ada tand-tanda - Lakukan
- Melakukan kolaborasi komplikasi disfungsi
refraksi intercosta. pengakhiran tindakan
pemasangan ETT. respirasi tidak terjadi,
-SpO2 dalam batas anestesi (reverse dan 11.45
masalah teratasi
normal: 95-100% ekstubasi).
P:
-RR dalam batas normal: - Kolaborasi
Pertahankan kondisi
16-20 x/menit pemasangan LMA
pasien hingga operasi
-TD: 100-120 / 70-80 atau ETT. selesai
mmHg
-N: 60-100 x/menit
-Tidal volume 400-500 cc

3. Pasca Anestesi

Problem Intervensi Jam Nama &


Implementasi Evaluasi
(Masalah) Tujuan Rencana Intervensi (WITA) Paraf
Resiko Jatuh Setelah dilakukan - Monitor TTV pasien - Memonitor TTV pasien. S:- Qiqin
tindakan kepenataan - Berikan penyangga - Memberikan penyangga O :
anestesi selama 1×30 pada bed pasien serta pada bed pasien serta - Pasien berbaring diatas
menit, diharapkan resiko berikan gelang resiko berikan gelang resiko bed yang sudah
jatuh tidak terjadi jatuh pada pasien jatuh pada pasien. terpasang penghalang
dengan kriteria hasil: - TTV dalam batas
- Anjurkan keluarga - Menganjurkan keluarga
- Pasien dalam normal
paien untuk ikut serta pasien untuk ikut serta
keadaan aman TD : 120x/menit
menunggu dan menunggu dan mengawasi
- Sudah terpasangn Nadi : 80x/menit
mengawasi pasien pasien
penyangga pada bed RR : 16x/menit
pasien
dan berikan posisi - Berkonsultasi. dengan
yang nyaman pada dr.SpAn apabila kondisi A : masalah teratasi
- TTV dalam rentang P:
pasien pasien memburuk
normal pertahankan kondisi
TD 120/80 mmHg - Kosultasikan dengan
dr. SpAn apabila pasien
Nadi 80x/menit
Suhu 36,5 ̊C kondisi memburuk.
RR 20x/menit
F. Daftar Pustaka

Bambang Harijono, Siti Chasnak Saleh. Perioperatif Anestesi Pada


Kraniotomi Penderita Cedera Otak Berat. Jurnal Neuroanestesi Indonesia.
2020;1(2):87-94. Accessed March 25, 2022.
http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/89/pdf

Mangku, Gde, Tjokorda Gde Agung Senapathi. 2010. Buku Ajar Ilmu
Anestesia Dan Reanimasi, Jakarta Barat : Permata Puri Media.

Anda mungkin juga menyukai