Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

ANESTESIOLOGI PADA An. A


DENGAN POLIPEKTOMI
TEKNIK GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS
RSUD BANJARNEGARA

Disusun Oleh:
Risa Zulvia (200106140)
Definisi

Meatus akustikus eksternus (MAE) adalah


tumor yang terdapat disaluran telinga luar.
Tumor ganas pada saluran telinga luar
(MAE) lebih jarang terjadi. Tumor pada
saluran telinga luar, baik ganas atau jinak,
umunnya mirip satu sama lain.
Etiologi

Penyebab pasti dari tumor telinga belum diketahui secara jelas. Namun keganasan pada daun
telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor anatominya yang berada di permukaan
tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak penelitian yang menyebutkna bahwa keganasan yang
paling sering ditemukan adalah karsinoma sel basal dan karinoma sel skuamosa. Kedua
keganasan ini sering dihubungkan dengan radiasi ultraviolet (walaupun tidak selalu faktor
radiasi ultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus keganasan).
Manifestasi klinik

● Munculnya ulkus tumor


● Pembengkakan atau benjolan
● Nyeri telinga (Otalgia)
● Gangguan pendengaran
● Otore dari telinga sering bercampur darah
Klasifikasi Meatus Akustikus Eksternus (MAE)

1 2
Benigna Maligna
1. Exotosis
1. Skuamous sel
2. Adenoma
2. Carcinoma
3. Osteoma
3. Basal sel karsinoma
4. Adenoma kistik epitelioma
5. Sarcoma
6. Melanoma maligna
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes pendengaran
• Tes berbisik
• Tes garpu tala (tes rine, tes weber, tes swabach, tes bing)
• Tes audiometri
2. Pemeriksaan radiologi
Sebuah resolusi tinggi CT Scan dan MRI diperlukan
untuk evaluasi yang tepat. Sebuah resolusi tinggi CT Scan
menentukan erosi osseus disebabkan oleh tumor, sedangkan
MRI lebih unggul untuk evaluasi jaringan lunak. MRI
menunjukkan adanya dural invasi, perluasaan intracranial, serta
keterlibatan jaringan lunak ekstrakranial.
3. Pemeriksaan Histopologi
Diagnosis yang tepat harus dibuat dengan biopsi. Keseluruhan
risiko metastasis untuk karsinoma sel skuamosa kulit dari
telinga eksternal dan sekitarnya.
Penatalaksanaan
Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi, ukuran dan luasnya tumor harus
dievaluasi secara menyeluruh dibawah mikroskop operasi. Pengobatan terdiri dari eksisi
bedah luas dan pasca operasi terapi radiasi.

Pembedahan
Polipektomi adalah prosedur yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
histologi untuk menentukan apakah ada pertumbuha kanker atau non kanker.
TEKNIK ANESTESI

● Anestesi Umum
Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih kembali (reversible). Anestesi umum
menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi.

● Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi dapat menggunakan antara lain obat pelumpuh otot, obat analgetic opioid,
obat hipnotik sedatif dan obat inhalasi sesuai kebutuhan.Dapat dikerjakan secara IV atau
dengan inhalasi atau campuran IV inhalasi
Pengkajian
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama/Inisial : An. A
Nama : Ny. S
Usia : 11 tahun
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
TTL : 14/11/2012
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Majatengah 4/2 Banjarnegara
Tindakan Operasi : Polipektomi
Tanggal MRS : 20 Januari 2023
Tanggal pengkajian : 21 Januari 2023
Diagnosa medis : Polip MAE
Riwayat Kesehatan Pemeriksaan Fisik
1. Riwayat kesehatan sekarang Keadaan Umum: Baik
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 20 januari Kesadaran: Komposmetis
2023 pasien merasakan nyeri dibagian telinga GSC: E4/M6/V5
kanan dan saat diperiksa terdapat polip dibagian Penampilan: tampak sakit ringan/sedang/berat
telinga dan dirawat di RSUD Banjarnegara dan di Tanda-tanda Vital:
jadwalkan untuk operasi ● TD: 100/50 mmHg
2. Riwayat kesehatan lalu ● Suhu : 36,3 oC
Pasien tidak mempunyai riwayat kesehatan lalu ● Nadi: 112 x/menit
● RR: 24 x/menit
● SpO2: 98 %
Analisa Data
Pre, Intra dan Pasca Anestesi
No Symptom Etiologi Problem
1.
Ds : pasien mengatakan takut Kurangnya pengetahuan prosedur Ansietas
Do : Pasien terlihat cemas pembedahan dan anestesi
karena merasa takut untuk
dilakukan tindakan
pembedahan dan anestesi
TTV :
TD : 100/50 mmHg
N : 112 x/ menit
RR : 22 x / menit
S : 36,3 OC
SpO2: 98 %
2 Ds : (Pasien tidak sadar karna efek obat Tindakan Anestesi Resiko ketidak efektifan
anestesi dan efek pembiusan) jalan nafas
Do :
1. Jenis pembiusan : General Anestesi (Face
Mask)
2. Posisi : Supine
Terpasang monitor TTV :
TD : 105/65 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
RR : 22 x/ menit
Spo2 : 99 %
Suhu : 36,7 C

3. Ds : Pasien mengatakan pusing Pengaruh obat anestesi Resiko jatuh


Do :
1. Pasien terlihat lemas
2. Steward score: 6
3. Posisi : Supine
4. Monitoring TTV
TD : 115/76 mmHg
Nadi : 102 x/ menit
RR : 20 x/menit
Spo2 : 100%
Suhu : 36 OC
Masalah Kesehatan Anestesi
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tindakan pembedahan dan
anestesi.

2. Resiko ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan efek pembiusan.

3. Resiko jatuh berhubungan dengan keadaan pasien.


Rencana Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
1. Pre Anestesi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Impelmentasi Evaluasi

1. Ansietas Setelah dilakukan - Pantau TTV - Memantau TTV S: Pasien mengatakan


berhubungan Tindakan keperawatan - Dampingi pasien - Mendampingi lebih tenang
dengan kurangnya anestesi selama 1 x 20 - Berikan pasien O: Pasien tampak tenang
pengetahuan menit diharapkan penjelasan - Memberikan Dengan TTV
tindakan kecemasan berkurang edukasi penjelasan TD : 100/50 mmHg
pembedahan dan kriteria hasil: - Perhatikan rasa edukasi N : 112 x/mnt
anestesi - Individu tampak empati - Memperhatikan R : 22 x/mnt
jauh lebih tenang - Kolaborasi rasa empati S: 36,3 OC
dengan dokter - Mengkolaborika SpO2 : 98 %
untuk pemberian n dengan dokter A: Masalah teratasi
obat penenang untuk sebagian
pemberianobat P: Intervensi dihentikan
penenang
2. Intra Anestesi
2. Resiko ketidak Setelah dilakukan - Pemasangan alat - Memasang alat S:-
efektifan jalan
nafas berhubungan Tindakan keperawatan pernafasan (Face pernafasan (Face O:
dengan efek
pembiusan anestesi selama 1 x 10 Mask) Mask) pasien tidak ada suara
menit diharapkan jalan - Pantau TTV - Memantau TTV mendengkur
nafas pasien terkontrol - Atur posisi untuk - Mengatur posisi TD : 105/65 mmHg
dengan kriteria hasil : mencegah aspirasi untuk mencegah N : 100 x/menit
- Pola nafas efektif - Atur posisi kepala aspirasi S: 36,7 OC
ektensi untuk dapat - mengatur posisi SpO2 : 99 %
memberikan ganjalan kepala ektensi RR : 22 x/menit
Pundak untuk dapat A : masalah teratasi
- Pantau keadaan memberikan sebagian
ganjalan Pundak P : intervensi
kondisi pasien
- Memantau keadaan dihentikan
kondisi pasien
3. Pasca Anestesi

3. Resiko Resiko Setelah dilakukan - Dampingi pasien - Mendampingi S : pasien mengatakan


jatuh Tindakan keperawatan pasien sudah sadar
- Posisikan pasien
berhubungan anestesi selama 1 x 15 - memposisikan O : pasien sudah
dengan baik
dengan keadaan menit diharapkan pasien dengan baik menjawab jika ditanya
pasien resiko jatuh pada - Berikan - memberikan TTV
pasien tidak terjadi keamanan untuk keamanan untuk TD : 115/76 mmHg
dengan kriteria hasil kondisi pasien kondisi pasien
Nadi : 102 x/ menit
- Pasien sadar - Observasi ttv - Mengobservasi ttv
penuh - melakukan RR : 20 x/menit
- Lakukan
penilaian steward Spo2 : 100%
- Bisa mengontrol penilaian
score
Gerakan steward score Suhu : 36 OC

- Ttv normal A : masalah teratasi


P: Interveni dientikan
pasien dipindahkan ke
bangsal
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai