Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR FEMUR

STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS

Oleh:
Nadilla Putriadi, S.Kep
NIM. 212311101032

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(INSTALASI GAWAT DARURAT)

Nama Mahasiswa : Nadilla Putriadi


NIM : 212311101032
Tempat Pengkajian : Ruang Cempaka, RSUD Ungaran
Tanggal : 8 Desember 2021

2.1 Identitas Klien


1. Inisial : Nn. A
2. Tanggal lahir/umur : 14 tahun
3. Alasan Masuk RS: Mengalami trauma pada femur dextra
4. Diagnosa Medis: Fraktur femur komplit 1/3 middle dekstra

2.2 Pengkajian
a. Primary Survey

1. Respon

Pasien sempat pingsan 5 menit sesaat setelah kejadian, namun setelahnya


tersadar dan riwayat lupa dengan kejadian tidak ada.

2. Airway

Pasien dapat bernapas dengan baik tidak terdapat hambatan saat bernapas.
Pasien mengatakan tidak ada nyeri leher.

3. Breathing

Gerakan dada simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, RR 24x/menit, bunyi
nafas vesikuler.

4. Circulation with hemorrage control

Neuro vascular distal (NVD) didapatkan nadi dorsalis pedis teraba, capillary refill
time (CRT) kurang dari 2 detik, dan sensibilitas normal. frekuensi nadi radialis
88x/menit.

2
5. Disability

Glasgow coma scale (GCS) 15.

6. Exposure

Tidak dilakukan.

b. Secondary survey

1. Riwayat penyakit sekarang

Nn. A 14 tahun datang ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum
Abdoel Moeloek (RSAM) dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat
digerakkan pasca kecelakaan bermotor 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Saat itu
pasien sedang membawa motor sendirian memakai helm dan tidak sedang dalam
keadaan mabuk, ditabrak oleh motor dari arah sebelah kanan. Saat kejadian pasien
langsung terjatuh dan pingsan sekitar 5 menit, saat sadar pasien sudah tidak dapat lagi
menggerakkan tungkai kanannya, tungkai kiri dan anggota gerak atas tidak ada
keluhan. Riwayat sakit kepala, muntah, lupa dengan kejadian lama serta keluar darah
dari hidung/telinga tidak ada. Pasien langsung dibawa ke puskesmas dan dilakukan
pemasangan spalk lalu dirujuk ke RSUAM.

2. Riwayat kesehatan terdahulu

Pasien tidak memiliki alergi obat dan makanan, serta tidak mengonsumsi obat-
obatan secara rutin.

3. Pengkajian Head to toe

Keadaan umum

Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis.

Tanda vital dan nyeri

Tanda vital Tekanan Darah : 130/70mmHg

Nadi : 88 X/mnt

RR : 24 X/mnt

Suhu : 36,5 0C

3
Nyeri P : Fraktur

Q : Seperti tertekan benda berat.

R : Tungkai kanan menyebar ke seluruh kaki


kanan.

S :7

T : Terus menerus setelah terjadi trauma


kecelakaan.

a. Kepala

Pasien mengatakan tidak merasakan pusing. Tidak ada luka di kepala, tidak
ada benjolan dikepala, tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Tidak ada luka leher, tidak ada nyeri tekan.
c. Dada

1) Jantung

Bunyi jantung S1 S2 terdengar teratur.

2) Paru-Paru

Inspeksi : Tidak ada pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.

Perkusi : Suara sonor (normal).


Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler.

d. Abdomen

I: Tidak ada disetensi abdomen, tidak ada jejas atau hematom yang mengindikasikan
adanya perdarahan.
P: tidak terdapat nyeri tekan.
P: timpani.
4
A: bising usus normal 5 x/menit.

e. Urogenital

Pasien dapat buang air kecil dengan lancar dan tidak ada keluhan terkait BAK
dan BAB.

f. Ekstremitas

Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit


utuh (tidak terdapat luka robek). Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan,
pulsasi distal teraba, sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan
nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi
tidak dilakukan. Pada pemeriksaan Neurovascular distal (NVD) didapatkan nadi
Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, dan sensibilitas
normal.

g. Punggung

Tidak ada luka, warna kulit normal, tidak ada nyeri tulang punggung.

h. Keadaan lokal

Didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh.

i. Tindakan prehospital

Dilakukan pemasangan spalk pada kaki kanan.

j. Pemeriksaan penunjang

Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan


fraktur komplit pada femur dekstra 1/3 tengah dengan aligment dan aposisi buruk.

2.3 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: Trauma menghantam femur Gangguan Mobilitas Fisik
1. Pasien mengatakan tidak dextra b.d Gerakan terbatas d.d
dapat menggerakan tungkai Tidak dapat menggerakan
bagian kanan. Fraktur femur komplit 1/3 tungkai kanan.
DO: middle dextra
1. Didapatkan pemendekan
kaki bagian kanan. Diskontinuitas tulang

5
2. Femur dextra terlihat
bengkak. Tidak terkoordinasinya
3. Mengalami deformitas tulang dibawah fraktur dan
femur, angulasi ke lateral, diatas fraktur
kulit utuh.
4. Pemeriksaan foto rontgen Tidak dapat menggerakan
tungkai kanan
regio femur dextra AP
lateral didapatkan fraktur Gangguan mobilitas fisik

komplit pada femur dekstra


1/3 tengah dengan aligment
dan aposisi buruk.

DS: Fraktur femur dekstra 1/3 Nyeri akut b.d fraktur femur
1. Pasien mengatakan nyeri tengah dengan aligment dan d.d bengkak, nyeri tekan.
di tungkai kanan. aposisi buruk
DO:
1. Pengkajian Nyeri Kerusakan jaringan tulang
dan jaringan sekitarnya
P : Fraktur
Pelepasan mediator
Q : Seperti tertekan benda inflamasi
berat.
R : Tungkai kanan menyebar Respon inflamasi
ke seluruh kaki kanan.
Dolor
S:8
Nyeri akut
T : Terus menerus setelah
terjadi trauma kecelakaan.

2. Pemeriksaan foto rontgen


regio femur dextra AP
lateral didapatkan fraktur
komplit pada femur dekstra
1/3 tengah dengan aligment
dan aposisi buruk.

3. Femur dextra terlihat


bengkak.
4. TD: 130/70 mmHg

2.4 Daftar Diagnosis


1. Gangguan mobilitas fisik

2. Nyeri Akut

6
7
2.4 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan Mobilitas Fisik Kriteria 1 2 3 4 5 Pembidaian (1.05180)
Observasi
hasil
1. Identifikasi kebutuhan dilakukan
Nyeri V pembidaian.
2. Monitor adanya perdarahan pada area
Kecemasan V cedera.
3. Monitor bagian distal area cedera (misal
Gerakan V
pulsasi nadi, pengisian kapiler, gerakan
tidak motorik dan sensasi) pada bagian tubuh
yang cedera.
terkoordinasi
Terapeutik
Mobilitas Fisik (L.05042) 4. Berikan bantalan pada bidai.
5. Imobilisasi sendi di atas dan di bawah
Setelah dilakukan tindakan keperawtan 1x24 jam area cedera.
diharapkan gangguan mobilitas fisik pada pasien membaik Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala sindrom
dengan kriteria hasil: kompartemen (5P: pulseless, parastesia,
paln, paralysis, palor)

KETERANGAN:

1= Meningkat

2= Cukup Meningkat

3= Sedang

8
4= Cukup Menurun

5= Menurun

2 Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Pemberian Analgesik (1.08243)


Setelah dilakukan tindakan keperawtan 1x24 jam Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri.
diharapkan gangguan mobilitas fisik pada pasien membaik
2. Identifikasi riwayat alergi obat.
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
Kriteria 1 2 3 4 5 (misal narkotika, non-narkotik, atau
NSAID)
hasil Terapeutik
Keluhan V 4. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien.
Nyeri Edukasi
Meringis V 5. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat.
Berfokus V Kolaborasi
pada diri 6. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik.
sendiri
Sikap V
protektif

KETERANGAN:
1= Meningkat

9
2= Cukup Meningkat
3= Sedang
4= Cukup Menurun
5= Menurun
2.5 Implementasi Keperawatan

Waktu Implementasi Paraf Evaluasi


15.00 1. Mengidentifikasi kebutuhan dilakukan pembidaian S: Pasien mengatakan nyeri dan tidak dapat menggerakan
ulang. tungkai kaki kanannya.
2. Memonitor adanya perdarahan pada area cedera. O: Pasien telah terpasang spalk.
3. Memonitor bagian distal area cedera (pulsasi nadi, A: Gangguan mobilitas fisik.
pengisian kapiler, sensasi perifer) pada bagian tubuh P: Pemasangan spalk ulang dan mempersiapkan pasien untuk
yang cedera. tindakan ORIF.
4. Memberikan bantalan pada bidai. I:
5. Mengimobilisasi sendi di atas dan di bawah area 1. Mengidentifikasi kebutuhan dilakukan pembidaian ulang.
cedera dengan melakukan pemasangan spalk ulang. 2. Memonitor adanya perdarahan pada area cedera.
6. Menjelaskan tanda dan gejala sindrom kompartemen 3. Memonitor bagian distal area cedera (pulsasi nadi,
(5P: pulseless, parastesia, paln, paralysis, palor) pengisian kapiler, sensasi perifer) pada bagian tubuh yang
cedera.
4. Memberikan bantalan pada bidai.
5. Mengimobilisasi sendi di atas dan di bawah area cedera

10
dengan melakukan pemasangan spalk ulang.
6. Menjelaskan tanda dan gejala sindrom kompartemen (5P:
pulseless, parastesia, paln, paralysis, palor)
E:
S: Pasien mengatakan lebih nyaman dengan pemasangan
spalk ulang.
O:
1. Tidak ada perdarahan di area cedera, namun terdapat
bengkak.
2. Pulsasi nadi dorsalis pedis teraba.
3. CRT <2 detik.
4. Sensibilitas normal
A: Masalah teratasi sebagian.
P:
Melanjutkan intervensi pembidaian.
Mempersiapkan pasien untuk tidakan ORIF.

15.10 1. Mengidentifikasi karakteristik nyeri. S: Pasien mengatakan nyeri dibagian kaki yang mengalami
2. Mengidentifikasi riwayat alergi obat. trauma.
3. Mengidentifikasi kesesuaian jenis analgesik O:
4. Menetapkan target efektifitas analgesik untuk 1. Bengkak pada femur dextra
mengoptimalkan respons pasien.

11
5. Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat. 2. Skala nyeri 8.
6. Berkolaborasi untuk pemberian analgesik serta A:
antibiotik yaitu 500 mg 3x1 tablet asam mefenamat dan Nyeri akut
amoxicillin 500 mg 3x1 tablet. P:
Memberikan analsegik pengurang nyeri.
I:
1. Mengidentifikasi karakteristik nyeri.
2. Mengidentifikasi riwayat alergi obat.
3. Mengidentifikasi kesesuaian jenis analgesik
4. Menetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien.
5. Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat.
6. Berkolaborasi untuk pemberian analgesik serta antibiotik
yaitu 500 mg 3x1 tablet asam mefenamat dan amoxicillin 500
mg 3x1 tablet.
E:
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang.
O: 1. Bengkak masih terlihat pada femur dextra.
2. Skala nyeri 6.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi pemberian analgesik serta antibiotik
yaitu 500 mg 3x1 tablet asam mefenamat dan amoxicillin 500

12
mg 3x1 tablet serta mentapkan target capaian efektifitas
analgesik.

13
14

Anda mungkin juga menyukai