Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

Oleh :
Nadilla Putriadi
172310101079

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Bapak Murtaqib, S.Kp., M.Kep.

Oleh :
Nadilla Putriadi
172310101079

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Kasus Dermtitis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Medikal.
2. Murtaqib, S.Kp., M.Kep. selaku dosen yang telah membimbing dalam penyelesaian
tugas ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
3. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini.
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 02 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 1

1.1 Definisi ........................................................................................................................ 1

1.2 Klasifikasi................................................................................................................... 1

1.3 Anatomi Fisiologi Kulit.................................................................................................. 2

1.4 Epidemiologi .............................................................................................................. 3

1.5 Etiologi........................................................................................................................ 4

1.6 Patofisiologi ................................................................................................................ 4

1.7 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 6

1.8 Faktor Resiko............................................................................................................. 6

1.9 Penatalaksanaan ............................................................................................................. 7

1.10 Pemeriksaan penunjang .............................................................................................. 7

1.11 Pathway ...................................................................................................................... 9

BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 10

2.1 Pengkajian..................................................................................................................... 10

2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 15

2.3 Intervensi.................................................................................................................. 16

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................. 26

3.1 Pengkajian................................................................................................................ 26

3.2 Diagnosa ................................................................................................................... 39

3.3 Intervensi.................................................................................................................. 46

iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang dapat bersifat akut, sub-akut, dan kronis yang
disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini terjadi karena adanya faktor
eksogen dan endogen. Tanda adanya kelainan klinis berupa polimorfik dan keluhan gatal
pada kulit. Dalam kondisi yang lebih serius, kulit yang terkena dermatitis bisa sampai
melepuh, mengeluarkan cairan, dan mengelupas. Dermatitis dapat terjadi pada semua usia,
termasuk saat bayi.
1.2 Klasifikasi
1. Dermatitis Atopik (DA)
Dermatitis atopik adalah penyakit inflamasi kulit bersifat kronik dan kambuhan.
Terutama mengenai bayi dan anak meskipun dapat juga mengenai orang
dewasa. Penyebab dari DA ini masih belum diketahui dengan jelas. Dikarenakan
melibatkan banyak faktor sehingga menghasilkan patogenesis yang kompleks. Peranan
alergi pada patogenesis masih menjadi perdebatan, namun telah diketahui bahwa
paparan kontak dengan alergen lingkungan terutama alergen hirup dan alergen
makanan dapat memicu timbulnya lesi DA.
2. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kulit yang disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas yang diperantarai oleh sel T yang terjadi secara lambat (delayed type).
Dermatitis kontak alergi dapat bersifat akut, sub akut, hingga kronik. Bentuk akut
ditandai munculnya eritema, edema, vesikel, dan bula yang berisi cairan jernih dan
menjadi krusta ketika mengering. Pada sub akut mempunyai wujud kelainan kulit
berupa papul dan eksriasi sedangkan eritema, edema, dan krusta masih dapat dijumpai
meski tidak sejelas pada bentuk akut. Bentuk kronik dermatitis kontak alergi ketika
sudah terjadi likenifikasi, skuama, fisura dan ekskoriasi. Dermatitis kontak alergi
hampir selalu dipicu oleh alergen berupa molekul kimia yag disebut hapten. Hapten
merupakan alergen yang dapat berpenetrasi melalui sawar kulit karena ukurannya yang
kecil. Hapten yang paling sering terdapat di lingkungan adalah Trinitrophenyl (TNP),
ion logam berat seperti nikel dan tembaga, obat-obatan seperti beta-lactams, dan bagan-
bahan alam seperti uroshiol.
3. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

1
Dermatitis kontak iritan (DKI) terjadi saat kulit mengalami kontak dengan bahan iritan,
seperti kandungan asam, cairan pemutih, cairan pembersih, kerosene, dan deterjen.
Eksim jenis ini sering menyerang para pekerja industri, terutama mereka yang bekerja
di industri pertambangan, sumber daya alam, manufaktur, dan pelayanan medis. Pada
dermatitis kontak iritan dapat ditemui munculnya eritema, edema, epidermis tampak
mengkilat, melepuh dan kering.
4. Dermatitis numularis (DN)
Dermatitis numularis atau discoid ezema adalah dermatitis yang bersifat kronis yang
penyebabnya tidak diketahui. Terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap terjadinya dermatitis numuler, yaitu menurunnya kelembapan kulit pada usia
tua, infeksi, peran alergen lingkungan seperti tungau debu rumah dan Candida albicans.
Tanda yang dimunculkan oleh dermatitis numularis ini yaitu muncul papul eritematosa
yang menyerupai insect bite kemudian lesi melebar sebesar mata uang logam
(nummular).
5. Dermatitis Seboroik (DS)
Dermatitis seboroik adalah penyakit dermatitis kronik yang ditandai dengan kemerahan
dan sisik yang terjadi pada area dimana aktivitas kelenjar sebaseus paling aktif, seperti
wajah dan kulit kepala, area presternal dan pada lipatan tubuh. (Murlistyarini dkk,
2018)

1.3 Anatomi Fisiologi Kulit


Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang memiliki fungsi proteksi. Fungsi kulit sebagai
barrier fisik, indera peraba/ sensasi, proteksi terhadap sinar utraviolet (UV), termoregulasi,
perlindungan terhadap agen infeksius, serta regenerasi dan penyembuhan luka . Lapisan kulit
terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis atau subkutan.

2
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari :
a. Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
b. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng. 3) Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis
sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul
keratohialin.
c. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen.
d. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah
pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid
2. Dermis
a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I) (Harien, 2010).
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan
epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.

3. Hipodermis/ subkutis

Hipodermis tersusun dari kumpulan sel-sel adiposit yang tersusun menjadi lobulus-
lobulus yang dibatasi oleh septum dari jaringan ikat fibrosa. Jaringan hipodermis
berfungsi untuk melindungi tubuh, berperan sebagai cadangan energi, dan melindungi
kulit dan berperan sebagai bantalan kulit (Murlistyarini dkk, 2018).
1.4 Epidemiologi
Hasil Riskesdas 2007 Badan Litbangkes Kemkes menunjukkan bahwa prevalensi nasional
kasus Dermatitis adalah 6,8% (Kemenkes RI, 2011). Perbandingan penderita laki-laki dan
perempuan berbeda-beda di setiap jenisnya. Pada dermatitis numularis (DN) lebih sering

3
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Puncak insidensi DN pada usia 50-65 tahun
dan jarang ditemukan pada bayi dan anak. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada
laki-laki dengan prevalensi 1-5% dari populasi (Murlistyarini S., dkk, 2018). Pada
penelitan Indrawan, I.A., dkk, 2014 penderita dermatits kontak iritan lebih banyak diderita
oleh perempuan daripada laki-laki diduga karena penggunaan kosmetik yang membuat
kolagen semakin menipis sehingga membuat imunitas kulit wanita semakin melemah
dibandingkan pria dan rentan terkena dermatitis (Indrawan, I.A., dkk, 2014).
1.5 Etiologi
Beberapa penyebab dermatitis masih ada yang tidak diketahui. Namun sebagian besar
pemicu ataupun penyebab dermatitis merupakan respon kulit terhadap agen yang
menyebabkan meningginya sensitivitas kulit. Agen penyebab dermatitis dibedakan
menjadi 2 yaitu eksogen dan endogen. Agen eksogen dapat berupa keberadaan
mikroorganisme, fungi, bakteri, bahan-bahan yang bersifat iritan seperti kandungan asam,
cairan pemutih, cairan pembersih, kerosene, dan deterjen dan bahan-bahan yang bersifat
alergen yaitu Trinitrophenyl (TNP), ion logam berat seperti nikel dan tembaga, obat-obatan
seperti beta-lactams, dan bagan-bahan alam seperti uroshiol. Agen endogen dapat berupa
abnormalitas imunologik, aktivitas kelejar sebaseus, dan kerentanan individu yang
diturunkan . Sehingga dari agen-agen tersebut menyebabkan gangguan fungsi barrier kulit,
gangguan sistem imun innate dan tingginya respon imunologik dan terjadi dermatitis.
1.6 Patofisiologi
1. Dermatitisi Kontak Iritan (DKI)

Setelah penetrasi bahan iritan kedalam kulit menyebabkan kerusakan lisosom,


mitokondria, dan komponen inti sel sehingga terjadi respon imun dengan dilepaskannya
mediator-mediator proinflamasi khususnya sitokin. Gangguan barrier kulit akibat
paparan bahan iritan menyebabkan dilepaskannya sitoken seperti interleukin (IL),
tumor necrosis factor-α (TNF-α), granulocyte macrophage colony stimulating factor
(GMCSF). TNFα menyebabkan peningkatan ekspresi dari major histocompatibility
complex (MHC) clas II dan Intracellular adhesion molecule (ICAM) 1 pada keratinosit
(Murlistyarini dkk, 2018).

Berbagai stimuli yang bertindak sebagai iritan, seperti substansi kimia dapat
merangsang keratinosit epidermis untuk mengeluarkan sitokin inflamasi (IL-1, TNF-
α), sitokin kemotaksis (IL-8, IL-10), growth-promoting cytokines (IL-6, IL-7, IL-15,
GMC-SF, TGF α), dan sitokin pengatur imunitas humoral dan selular (IL-10, IL-12,

4
IL-18). ICAM 1 menyebabkan infiltrasi leukosit ke epidermis, sehingga menyebabkan
reaksi inflamasi di kulit .

2. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)


Dermatitis kontak alergi diprakarsai oleh reaksi hipersensitivitas tipe 4 yang merupakan
rekasi hipersensitivitas lambat termediasi oleh sel, yaitu sel T. Fase pertama pada reaksi
ini yaitu fase senitiasi yang dimulai dari terpaparnya kulit oleh antigen yang selanjutnya
akan diterima oleh sel Langerhans di epidermis, antigen yang telah diproses akan
dibawa ke kelenjar getah bening dan dipresentasikan ke sel T dan selanjutnya
berproliferasi. Sel T yang telah tersenitiasi keluar dari kelenjar getah bening dan
selanjutnya masuk ke sirkulasi darah serta sel Langerhans. Fase senitiasi ini
berlangsung sekitar 10-15 hari dan tidak menimbulkan manifestasi klinis. Selanjutnya
dilanjutkan oleh fase elistiasi dimana paparan antigen serupa pada individu yang telah
tersentisasi dapat menimbulkan reaksi antara 24-72 jam setelah paparan. Penetrasi
antigen ke kulit ditangkap oleh sel imunokompeten yang mengekspresikan MHC kelas
1 dan 2. Selanjutnya terjadi aktivasi sel T spesifik di lapisan dermis dan epidermis
sehingga menyebabkan tercetusnya proses inflamasi yang selanjutnya dapat
mebyebabkan lesi(Murlistyarini dkk, 2018).
3. Dermatitis Atopik
Dua hipotesis utama telah diajukan untuk menjelaskan lesi inflamasi pada dermatitis
atopik. Hipotesis pertama menyangkut ketidakseimbangan sistem imun adaptif;
hipotesis kedua menyangkut penghalang kulit yang rusak. Meskipun dua hipotesis ini
tidak dianggap saling eksklusif, mereka mungkin saling melengkapi (Thomsen S.F.,
2014).
3.1. Hipotesis Imunologis
Teori ketidakseimbangan imunologis berpendapat bahwa dermatitis atopik terjadi
akibat ketidakseimbangan sel T, terutama sel T helper tipe 1, 2, 17, dan 22 dan juga
sel T regulator. Dalam keadaan alergi (dermatitis atopik) —terutama pada eksim
akut — diferensiasi Th2 dari sel T CD4 + naif mendominasi. Ini menyebabkan
peningkatan produksi interleukin, terutama IL-4, IL-5, dan IL-13, yang kemudian
mengarah pada peningkatan level IgE, dan diferensiasi Th1 juga dihambat.
3.2. Hipotesis Barrier Kulit
Teori cacat sawar kulit lebih baru dan memiliki asal dalam pengamatan bahwa
individu dengan mutasi pada gen filaggrin berada pada peningkatan risiko

5
mengembangkan dermatitis atopik. Gen filaggrin mengkodekan protein struktural
dalam stratum corneum dan stratum granulosum yang membantu mengikat
keratinosit bersama-sama. Ini mempertahankan barrier kulit yang utuh dan stratum
korneum terhidrasi. Dengan cacat gen, lebih sedikit filaggrin yang diproduksi,
menyebabkan disfungsi sawar kulit dan hilangnya air transepidermal, yang
menyebabkan eksim. Ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan penghalang
kulit, yang mengakibatkan kulit kering, mengarah pada peningkatan penetrasi
alergen ke dalam kulit, yang mengakibatkan sensitisasi alergi, asma, dan demam
(Thomsen, S.F. 2014).
1.7 Manifestasi Klinis
1. Dermatitis atopik
a. Rasa gatal yang parah terutama di kulit yang tertekuk seperti dalam siku,
depan leher, dan belakang lutut.
b. Ruam yang berkerak dan berair jika tergores.
c. Bercak merah, kasar, pecah, atau bersisik di kulit.
2. Dermatitis kontak
a. Ruam merah atau benjolan.
b. Lepuhan berisi air.
c. Sensasi terbakar dan panas pada ruam.
d. Kulit terasa gatal.
e. Kulit membengkak.
3. Dermatitis seboroik
a. Sisik putih seperti ketombe.
b. Sisik kekuningan atau kerak pada kulit kepala, telinga, wajah, dan bagian
tubuh lainnya.
c. Kulit merah.
4. Dermatitis numularis
a. Lesi plak berbentuk seperti uang logam dengan batas tegas.
b. Lesi plak disertai lesi yang oozing dan berkrusta, krusta menutupi seluruh
permukaan lesi.
c. Pada lesi yang kronik biasanya akan kering, berskuama, dan terdapat
likenifikasi.

1.8 Faktor Resiko


6
1. Pekerja yang berkontak langsung dengan bahan iritan
2. Riwayat atopi keluarga
3. Riwayat alergi
4. Personal hygiene
(Eliska dkk, 2015 dan Lestari dkk, 2007)

1.9 Penatalaksanaan
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA

1. Mencegah garukan
2. Menjaga hidrasi kulit sehingga kulit tidak menjadi kering.
3. Edukasi pasien untuk tidak menggunakan bahan yang dapat menyebabkan iritasi.
(Murlistyarini dkk, 2018)

TERAPI MEDIKAMENTOSA

1. Kortikosteroid Topikal
Harus digunakan dengan pengawasan yang adekuat.
2. Kalsineurin Topikal
Merupakan lini kedua penanganan dermatitis atopik ketika kortikosteroid topikal
merupakan kontraindikasi.
3. Antibiotika
Penggunaan antibiotik dapat digunakan untuk pasien dengan dermatitis yang
membasah, folikulitis dan terdapat tanda infeksi yang nyata. Antibiotik topikal dapat
digunakan pada area yang terinfeksi dan antibiotik sistemik dapat digunakan sesuai
resep dokter.
4. Antihistamin
Antihistamin golongan sedatif dapat digunakan oleh pasien dengan gatal yang berat
hingga mengganggu tidur.
5. Fototerapi
Fototerapi menggunakan UVB dapat digunakan pada dermatitis atopik kronis
sebagai terapi pemeliharaan (Murlistyarini dkk, 2018).

1.10 Pemeriksaan penunjang

1. Tes tempel

7
Tes tempel digunakan untuk mengetahui jenis dermatitis kontak yang diderita, apakah
dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi. Tes ini dilakukan setelah gejala
dermatitis sembuh. Lokasi untuk melakukan tes tempel biasanya di bagian kulit
punggung atau di bagian kulit lengan atas. Jika muncul eritema dengan utikaria sampai
vesikel atau bula dapat dipastikan positif terkena dermatitis. Jika reaksimenurun setelah
48 jam (reaksi tipe descrendo) maka dermatitis yang diderita merupakan dermatitis
iritan, sedangkan pada dermatitis alergi reaksi akan meningkat (reaksi tipe crescendo).
2. Uji KOH
merupakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahi adanya hifa dan spora jamur.
Pasien ini tidak dilakukan tes temple, namun dilakukan tes KOH yang bertujuan untuk
menyingkirkan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur (Wijaya dkk, 2016).

8
1.11 Pathway
Zat Allergen Faktor Genetik, ketidakseimbangan
Zat Iritan
Imun

Lapisan Tanduk Rusak Sel Langerhans dan


Ketidakseimbangan sel T
Makrofag

Menyingkirkan lemak Peningkatan Interleukin


Lapisan tanduk Sel T

Sensitifitas sel T Peningkatan IgE


Mengubah daya ikat air
kulit oleh saluran limfe

Reaksi antigen-
Reaksi hipersensitivitas IV antibodi
Merusak lapisan epidermis

Pelepasan Mediator
Bengkak, Nyeri, eritema,
Kerusakan Integritas Kulit Kimiawi terhambat
Gatal, Panas, Melepuh

Pruritus

Insomnia Hambatan Reaksi menggaruk


Nyeri Akut
likenifikasi, Rasa Nyaman
skuama, fisura, Menumbuhkan Lesi
vesikel, bula

Gangguan Citra Ketidakefektifan Lesi membasah


Tubuh peforma peran

Resiko Infeksi
9
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi
masalah-masalah yang dialami klien baik mental, sosial, dan lingkungan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengkajian yaitu data harus menyeluruh meliputi aspek
bio-psikososial dan spiritual, menggunakan berbagai sumber yang ada relevansi atau
hubungan dengan masalah klien dan menggunakan cara-cara pengumpulan data yang
sesuai dengan kebutuhan klien, dilakukan secara sistematis, diklasifikasikan menurut
kebutuhan bio-psikososial dan spritual serta dianalisis dengan pengetahuan yang
relevan.
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pada pasien dermatitis biasanya mengeluh kulit terasa gatal.
b) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien baik yang berhubungan dengan
dermatitis atau penyakit lainnya. Pada penderita dermatitis kontak alergi bisa
mempunyai riwayat gejala dan penyebab dermatitis yang sama.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pada pasien dermatitis mengalami ruam kemerahan, gatal, terjadi
pembengkakan kulit, kulit kering bersisik, kulit terasa sakit saat disentuh atau muncul
rasa nyeri.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita dermaititis atau tidak.
e) Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas hingga
ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan
manakah symbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia
serta pasien yang sakit.

10
f) Pemeriksaan Head to toe

Pemeriksaan fisik merupakan bagian integral dari pengkajian keperawatan yang


biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan dikumpulkan. Pemeriksaan fisik terdiri dari
keadaan umum, tanda vital,dan pengkajian fisik.

Keadaan umum : merupakan tingkat kesadaran atau penampilan umum klien. Pada klien
dermatitis kesadaran pada umumnya komposmentis, untuk penampilan umum tergantung
pada klien.

Tanda vital Tekanan Darah : Normal (90/60 -100/120) mmHg

Nadi : Normal (60-100) X/mnt

RR : Normal (16-24) X/mnt

Suhu : Normal (36,5-37,5) 0C

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Periksa persebaran rambut, periksa adanya benjolan. Pada pasien dermatitis umumnya
tidak mengalami masalah dengan kepala.
2. Mata
Pasien tidak mengalami masalah penglihatan. Pasien dengan dermatitis dapat dijumpai
ruam atau bercak kemerahan di kelopak mata.
3. Telinga
Periksa kesimetrisan telinga, periksa adanya benjolan. Dapat dijumpai lesi, eritema, pada
lipatan telinga.
4. Hidung
Periksa kesimetirsan hidung, periksa adanya benjolan, luka dan pertanda dermatitis.
5. Mulut
Periksa mukosa bibir, meliput kelembaban adanya pertanda dermatitis atau tidak.
6. Leher
Periksa ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid. Periksa kulit leher apakah ada pertanda
dermatitis seperti eritema, rasa gatal, vesikula, bula.
7. Dada

11
 Jantung
Klien dengan penyakit dermatitis reltif tidak mempunyai masalah dengan jantung.
 Paru
Inspeksi : tidak terlihat pernapasan cuping hidung, tidak terlihat retraksi dinding dada.
Namun pada beberapa penderita dermatitis atopik juga mengalami asma sehingga dapat
terjadi pernapasan cuping hidung.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi, wheezing.
Kecuali pada penderita dermatitis atopik yang juga menderita asma maka suara wheezing
dan ronchi akan dijumpai.

 Payudara dan Ketiak


Inspeksi : pada penderita dermatitis bisa dijumpai bercak-bercak kemerahan pada lipatan
tubuh seperti ketiak.
Palpasi : tidak terdapat benjolan ataupun nyeri tekan pada payudara dan dapat terjadi
nyeri tekan pada ketiak dikarenakan dermatitis yang terjadi.

8. Abdomen
Pada penderita dermatitis dapat ditemui bercak-bercak kemerahan bisa saja didapati di
daerah abdomen.

9. Urogenital
Produksi dan pengeluaran urine pada penderita dermatitis umumnya dalam batas normal
dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan. Pola BAB pasien dermatitis juga relatif
normal. Periksa bagian genitalia yang mungkin saja bisa terken dermatitis.
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat dijumpai bercak-bercak kemerahan ataupun lepuhan
sebagai tanda dermatitis. Seringkali pada telapak tangan yang terdmpak pada dermatitis
kontak iritan.
Ekstremitas bawah : dapat dijumpai bercak-bercak kemerahan ataupun lepuhan
sebagai tanda dermatitis.
11. Kulit dan kuku

12
Kulit : didapati tanda bercak-bercak merah, lepuhan, kulit bersisik, ruam yang jika
digaruk berair.
Kuku : Kuku tangan dan kaki tidak ada masalah.

g) Pengkajian 11 Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon


1. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Merupakan presepsi klien tentang kesehatan dan keadaaanna saat ini. Pada klien
dengan dermatitis klien dapat mempunyai presepsi negatif terhadap keadaannya
saat ini.

2. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan prawatan diri pada klien dengan dermatitis umumnya masih mandiri.
Berikut penilaian ppla aktivitas dan latihan.

Skor : 0 (mandiri), 1 (dibantu sebagian), 2 (perlu bantuan orang lain), 3 (perlu


bantuan orang lain dan alat), 4 (tergantung / tidak mampu).

3. Pola istirahat dan tidur


Waktu tidur : jam
Frekuensi : berapa jam
Kualitas : sering terbangun/ tidak
Insomnia : iya/ tidak
Pada klien denga dermatitis dapat sering terbangun dari tidur dikarenakan gatal-
gatal dan ketidaknyamanan pada kodisinya.

4. Pola nutrisi
Diet khusus saat ini
Nafsu makan : normal/meningkat /menurun (frekuensi
makan).
Mual : muntah/ tidak.
BB naik/turun sebelum dan saat sakit : IMT
Kesulitan menelan : iya/tidak.

5. Pola eliminasi
BAB : frekuensi, konsentrasi, warna dan jumlah.

13
BAK : frekuensi, warna dan jumlah.
Penggunaan banatuan : iya/tidak
Pada klien dermatitis umumnya tidak mengalami gangguan pola elimiasi.

6. Pola kognitif – perceptual


Status mental : sadar/afasia/orientasi bingung/ tidak ada respon.
Bicara : normal/ gagap/ afasia/ bloking
Kemampuan membaca : bisa/ tidak.
Mengartikan : bisa/ tidak.
Kemampuan interaksi : sesuai/ tidak/ sebutkan.
Dermatitis tidak mempengaruhi gangguan kognitif.
7. Pola konsep diri
Body image : tidak terganggu/ terganggu /sebutkan.
Ideal diri : tidak terganggu/ terganggu /sebutkan.
Harga diri : tidak terganggu/ terganggu /sebutkan.
Peran : tidak terganggu/ terganggu /sebutkan.
Identitas diri : tidak terganggu/ terganggu /sebutkan.
Pada klien dengan dermatitis dapat mengalami gangguan citra tubuh dikarenakan
penyakit kulit yang diderita.
8. Pola koping
Masalah utama selama masuk RS (keuangan, perawatan diri, lainnya)
Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya : tidak/ iya.
Takut terhadap kekerasan : tidak/ iya /siapa.
Pandangan terhadap masa depan : (pesimis / optimis).

9. Pola seksualitas – reproduksi


Pola seks selama masuk RS :
Pola hubungan dengan anak dan suami :

10. Pola peran – hubungan


Status perkawinan : kawin/ belum kawin
Pekerjaan :
Kualitas bekerja : masih bekerja/ cuit / tidak bekerja.
Sistem dukungan : pasangan/ tetangga/teman /tidak ada/ lainnya.

14
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kepercayaan dalam menjalankan ibadah
Kepercayaan pada nilai yang dianut

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan Integritas kulit b.d agen cedera kimiawi
2. Hambatan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit
4. Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi
5. Ketidakefektifan performa peran
6. Insomnia
7. Resiko Infeksi

15
2.3 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Keriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Kerusaka Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan kulit : pengobatan Perawatan kulit : pengobatan
b.d agen cedera kimiawi keperawatan diharapkan : Topikal (3584) Topikal (3584)
d.d kemerahan, area
Integritas Jaringan : 1. Periksa kulit setiap hari bagi 1. Untuk mengetahui
panas lokal.
Kulit dan Membran pasien yang berisiko perubahan-perubahan
Mukosa (1101) mengalami kerusakan kulit. positif maupun negatif
2. Berikan antiinflamasi pada kulit klien.
1. Lesi pada kulit
topikal untuk daerah yang 2. Untuk mengurangi efek
dipertahankan pada
terkena dengan tepat. inflamasi pada klien.
skala 3 (sedang)
dan ditingkatkan Pengecekan kulit (3590) Pengecekan kulit (3590)
pada skala 4
1. Amati warna, kehangatan, 1. Untuk mengetahui respon
(ringan)
bengkak, pulsasi, tekstur, kulit klien.
2. Eritema
edema, dan ulserasi pada 2. Supaya keluarga tau kapan
dipertahankan pada
ekstremitas. harus dilakukan
skala 3 (sedang)
2. Ajarkan keluarga/pemberi pertolongan pada klien atau
dan ditingkatkan
asuhan mengenai tanda- pergi ke layanan kesehatan.

16
pada skala 4 tanda kerusakan kulit,
(ringan) dengan tepat.

2. Hambatan Rasa Nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen Pruritus (3550) Manajemen Pruritus (3550)
b.d gejala terkait penyakit keperawatan diharapkan :
1. Tentukan penyebab pruritus 1. Mengetahui penyebab
d.d kemerahan pada kulit
Kontrol Gejala (1608) dari terjadinya pruritus. pruritus.
dan rasa gatal.
2. Instruksikan pasien untuk 2. Karena keringat dapat
1. Memantau
meminimalisir keringat meningkatkan rasa gatal
munculnya gejala
dengan menghindari dan ketidaknyamanan.
dipertahankan pada
lingkungan yang hangat dan 3. Untuk melembabkan kulit
skala 3 (kadang-
panas. klien dan mempercepat
kadang
3. Berikan krim atau lotion kesembuhan klien.
menunjukkan)
yang mengandung obat, 4. Untuk mengurangi rasa
ditingkatkan pada
sesuai dengan kebutuhan. gatal.
skala 4 (sering
4. Berikan antipruritik, sesuai
menunjukkan)
dengan indikasi.
2. Melakukan untuk
mengurangi gejala Manajemen Lingkungan (6480) Manajemen Lingkungan (6480)
dipertahankan pada
1. Edukasi pasien dan 1. Supaya pasien dan
skala 3 (kadang-
pengunjung mengenai pengunjung tau mengenai
kadang
perubahan/tindakan

17
menunjukkan) pencegahan, sehingga pencegahan penyakit
ditingkatkan pada mereka tidak akan dengan tersebut.
skala 4 (sering sengaja menggnggu
menunjukkan) lingkungan yang
3. Menggunakan direncanakan.
sumber-sumber
yang tersedia
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang
menunjukkan)
ditingkatkan pada
skala 4 (sering
menunjukkan).

3. Insomnia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen lingkungan Manajemen lingkungan


ketidaknyaman fisik d.d keperawatan diharapkan : kenyamanan (6482) kenyamanan (6482)
penurunan kualitas dan
Status Kenyamanan 1. Tentukan tujuan pasien dan 1. Untuk memberikan
kuantitas tidur.
Lingkungan (2009) keluarga dalam mengelola gambaran positif kepada
lingkungan dan klien jika dapat mengelola
kenyamanan yang optimal. lingkungan dengan baik.

18
1. Kebersihan 2. Hindari mengekpos kulit 2. Untuk menghindari
lingkungan atau selaput lendir pada zat penambahan iritasi kulit.
dipertahankan pada iritan. 3. Supaya klien tahu
skala 3 (cukup 3. Berikan sumber-sumber mengenai penanganan
terganggu) dan edukasi yang relevan dan penyakitnya.
ditingkatkan pada berguna mengenai
skala 4 (sedikit manajemen penyakit dan
terganggu). cedera pada pasien dan
2. Adaptasi keluarga jika sesuai.
lingkungan yang
dibutuhkan
dipertahankan pada
skala 3 (cukup
terganggu) dan
ditingkatkan pada
skala 4 (sedikit
terganggu).

4. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan citra tubuh (5220) Peningkatan citra tubuh (5220)
pnyakit d.d perubahan keperawatan diharapkan :
1. Untuk mengetahui sumber
dukungan klien.

19
pandangan tentang Citra tubuh (1200) 1. Identifikasi kelompok 2. Untuk meningkatkan harga
penampilan tubuh pendukung yang tersedia diri atau kepercayaan diri
1. Gambaran internal
bagi pasien . klien.
diri dipertahankan
2. Bantu pasien memisahkan 3. Untuk meningkatkan
pad skal 3 (kadang-
penampilan fisik dari apresiasi positif pada diri
kadang positif) dan
perasaan berharga secara klien.
ditingkatkan pada
pribadi, dengan cara yang
skala 4 (sering
tepat.
positif).
3. Bantu pasien untuk
2. Penyesuaian
mengidentifikasi bagian
terhadap perubahan
dari tubuhnya yang
tampila fisik
memiliki persepsi positif
dipertahankan pada
terkait dengan tubuhnya.
skala 3 (kadang-
kadang positif) dan
ditingkatkan pada
skala 4 (sering
positif).

5. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Harga Diri Peningkatan Harga Diri
performa peran b.d keperawatan diharapkan :

20
perubahan citra tubuh d.d Penampila peran (1501) 1. Monitor frekuensi 1. Untuk mengetahui apakah
perubahan presepsi peran verbalisasi negatif terhadap klien masih merasa rendah
1. Penampilan
diri. diri atau tidak.
perilaku peran
2. Tentukan kepercayaan diri 2. Untuk mengetahui tingkat
ditempat kerja
pasien dalam hal penilaian kepercayaan diri klien.
dipertahankan pada
diri. 3. Untuk mengetahui apakah
skala 3 (cukup
3. Bantu pasien untuk yang membuat klien
adekuat)
memeriksa persepsi mempunyai presepsi
ditingkatkan pada
negeatif terhadap diri. negatif.
skala 4 (sebagian
besar adekuat). Peningkatan Efikasi Diri (5370) Peningkatan Efikasi Diri (5370)
2. Melaporkan
1. Eksplorasi presepsi individu 1. Mengetahui presepsi klien
kenyamanan dalam
mengenai kemampuanya terhadap keadaannya
peran yang
untuk melaksanakan sekarang dengan perilaku
diharapkan.
perilaku-perilaku yang yang diinginkan.
3. Melakukan peran
diinginkan.
sesuai harapan.

6. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Aplikasi Panas/ Dingin (1380) Aplikasi Panas/ Dingin (1380)
cedera kimiawi keperawatan diharapkan :
1. Mengetahui cocok tidaknya
metode panas/ dingin.

21
Tingkat Nyeri (2102) 1. Skrinning kontraindikasi 2. Untuk mengurangi rasa
(pasien) terhadap suhu ketidaknyamanan klien.
1. Nyeri yang
dingin atau panas. 3. Mencegah memperparah
dilaporkan
2. Gunakan kain lembab keadaan.
dipertahankan pada
sebelah kulit untuk 4. Untuk mengetahui respon
skala 4 (ringan) dan
meningkatkan sensasi klien terhadap aplikasi
ditingkatkan pada
dingin atau panas disaat panas/dingin.
skala 5 (tidak ada).
yang tepat.
2. Menggosok area
3. Periksa tempat aplikasi
yang terkena
dengan hati-hati untuk
dampak
mengetahui adanya tanda
dipertahankan pada
iritasi kulit atau kerusakan
skala 4 (ringan) dan
jaringan secara
ditingkatkan pada
kesesluruhan pada 5 menit
skala 5 (tidak ada).
pertama dan kemudian
dengan frekuensi yang
sering selama perawatan.
4. Evaluasi dan
dokumentasikan respon
terhadap aplikasi panas dan
dingin.

22
7. Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Perlindungan Infeksi (6550) Perlindungan Infeksi (6550)
gangguan integritas kulit keperawatan diharapkan :
1. Monitor adanya tanda 1. Untuk mengetahui jika
Kontrol Risiko : Proses dan gejala sistemik dan ada tanda-tanda infeksi
Infeksi. lokal. 2. Mencegah terjadinya
2. Berikan perawatam infeksi.
1. Mengidentifikasi
kulit yang tepat untuk 3. Agat pasien dan
tanda dan gejala
area (yang menglami) keluarga dapat
infeksi
edema. menghindari penyebb
dipertahankan pada
3. Ajarkan pasien dan infeksi.
skala 3 (kadang-
anggota keluarga 4. Menghindari kesalahan
kadang
bagaimana cara dosis dan menjaga
menunjukkan) dan
menghindari infeksi. efektifitas penggunaan
ditingkatkan pada
4. Jaga penggunaan antibiotik.
skala 4 (sering
antibiotik dengan
menunjukkan).
bijaksana.
2. Mempertahankan
lingkungan yang
bersih
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang

23
menunjukkan) dan
ditingkatkan pada
skala 4 (sering
menunjukkan).
3. Mempraktikan
strategi untuk
mengontrol infeksi
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang
menunjukkan) dan
ditingkatkan pada
skala 4 (sering
menunjukkan).

24
25
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus

Pasien perempuan Ny.N berumur 30 tahun datang ke poli kulit mengeluhkan gatal dan
perih pada jari-jari tangan sejak 1 bulan yang lalu setelah menggunakan bahan-bahan untuk
salon kecantikan. Awalnya terasa sedikit gatal pada ujung-ujung jari kedua tangan diikuti
munculnya perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kemudian sering digaruk. Tidak ada
riwayat penyakit atau keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat atopik, alergi, maupun riwayat
keluarga juga tidak ada. Salah satu pegawai pasien dikatakan mengalami keluhan yang sama.

3.1 Pengkajian

I. Identitas Klien
Nama : NKS No. RM : 908977

Umur : 30 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta ( Pemilik


Salon Kecantikan )

Jenis : Perempuan Status : Menikah


Kelamin Perkawinan

Agama : Hindu Tanggal MRS : 01 Desember 2019

Pendidikan : SMA Tanggal : 01 Desember 2019


Pengkajian

Alamat : Banjar Pacung, Abiansemal, Sumber : Pasien


Badung Informasi

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik: Dermatitis kontak iritan
2. Keluhan Utama: Gatal-gatal pada kedua jari tangan
3. Riwayat penyakit sekarang: Awalnya dirasakan sedikit gatal pada ujung-ujung jari
kedua tangan diikuti munculnya perubahan warna kulit menjadi kemerahan,
kemudian sering digaruk. Gatal muncul hampir setiap saat, baik pagi maupun
malam hari dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Dua hari sejak rasa gatal tersebut
muncul gelembung-gelembung air dan menjadi luka akibat digaruk.
4. Riwayat penyakit terdahulu :

26
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami keluhan ini sebelumnya sejak 2 minggu yang lalu.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Keluarga dan klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki alergi dalam hal
apapun.
c. Imunisasi
Klien tidak mengetahui riwayat imunisasinya
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Klien sebagai pemilik salon sering berkontak dengan banyak bahan kosmetik.
e. Obat-obat yang digunakan : -

5. Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama.

6. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: Pasien

: Meninggal

: Tinggal serumah.

III. Pengkajian Pola Gordon


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan belum mengerti penyebab dari penyakitnya. Klien setiap harinya
berkontak dengan bermacam-macam bahan kosmetik karena berhubungan dengan
pekerjaannya tanpa menggunakan pelindung seperti sarung tangan.
Interpretasi :

Klien belum mengerti penyebab penyakitnya.

27
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
a. Antropometeri
BB sebelum sakit: 50 kg
BB saat sakit : 50 kg
TB : 160 cm
IMT = 50 = 19. 53
1,6 x 1,6
Interpretasi :
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan sebelum dan sesudah sakit. IMT pasien
dalam rentang normal (18,5 – 22,9)
b. Biomedical sign :
Leukosit : 8.900 / µl
Interpretasi : Klien tidak mengalami infeksi yang mengkhawatirkan ditunjukkan
oleh leukosit yang masih dalam rentang normalnya yaitu (5000-1000) µl
c. Clinical Sign :
Turgor kulit < 2 detik, CRT< 3 detik, mata sembab, konjungtiva anemis, mukosa
bibir lembab.
Interpretasi :
Tanda klinis pasien tidak menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan status
nutrisi sebelum dan saat sakit.
d. Diet Pattern :
1. Sebelum sakit pasien makan 3x/hari dengan porsi sepiring penuh.
2. Setelah sakit sakit pasien makan 3x/hari dengan porsi sepiring penuh.
3. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan.
Interpretasi :
Pola makan pasien tidak berubah sebelum dan saat sakit.
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : ±5 kali sehari.
- Jumlah : ± 400 ml
- Warna : Kuning jernih.
- Bau : bau khas urin.
- Alat Bantu :-
28
- Kemandirian : mandiri.
BAB
- Frekuensi : ±1 kali sehari.
- Warna : kuning.
- Konsistensi : padat.
- Kemandirian : mandiri.
Interpretasi :

Tidak mengalami perubahan pola eliminasi sebelum maupun saat sakit.

4. Pola aktivitas & latihan


Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu alat maupun orang.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu
alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi : Baik
Fungsi kardiovaskuler : Baik
Terapi oksigen : Klien tidak terpasang selang oksigen
Interpretasi : Klien dapat bernafas spontan tanpa bantuan oksigen.

5. Pola tidur & istirahat


Durasi Tidur
Sebelum sakit : ±7-8 jam/ hari
Saat sakit : ±5-4 jam/ hari

29
Keadaan bangun tidur : klien tampak masih mengantuk ketika terbangun.
Klien mengatakan klien sering terbangun pada malam hari karena merasakan gatal-
gatal.

Interpretasi :

Klien sering terbangun saat tidur karena merasakan gatal-gatal serta tidak nyaman pada
tangannya.

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Klien dapat mengingat dengan baik sebelum maupun saat sakit Kognitif klien juga tetap
baik sebelum maupun saat sakit.
Fungsi dan keadaan indera :
Klien tidak mengalami masalah pada indera pengelihatan, pendengaran, pembau,
pengecap, namun ada sedikit masalah dengan indera perabaan yaitu gangguan
integritas pada kulit terutama telapak tangan namun tidak merusak fungsi.
Interpretasi :

Pola kognitif dan perseptual pasien tidak mengalami gangguan

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri :
Klien mengatakan agak malu dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Namun klien
yakin akan sembuh dengan pengobatan yang akan dijalaninya.
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien mempunyai identitas diri yang jelas.
Harga diri :
Klien mengatakan agak malu dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Ditambah
lagi klien adalah seorang pemilik salon yang seharusnya mempunyai fisik yang indah
Ideal Diri :
Klien berharap cepat sembuh.
Peran Diri : Klien merupakan seorang ibu rumah tangga, serta pemilik salon yang setiap
harinya melayani pelanggan-pelanggan disalonnya.

30
Interpretasi : Klien mengalami gangguan citra tubuh dikarenakan penyakit yang
dideritanya sekarang.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Klien merupakan seorang ibu yang menyayangi anaknya dan seorang istri yang
menyayangi suaminya. Hubungan klien dengan anak dan suaminya baik.
Interpretasi : Klien mempunyai hubungan yang baik dengan anak dan suaminya.
9. Pola peran & hubungan
Klien masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga namun sebagai pemilik
salon klien mengurangi interaksinya untuk melayani pelanggan dikarenakan takut
pelanggannya berpikiran tertular penyakit yang dialaminya.
Interpretasi : terdapat perubahan presepsi peran pada klien dikarenakan presepsi
klien bahwa pelanggan salonnya akan berpikiran tertluar penyakitnya.
10. Pola manajemen koping-stress
Koping stress klien terdapat pada suaminya yang selalu mendukung klien dan
mengajari klien berpikiran positif serta menerima keadaanya sekarang.
Interpretasi : suami klien merupakan koping stress klien yang sangat membantu
dalam keadaannya saat ini.
11. Sistem nilai & keyakinan
Klien menganggap sakit adalah suatu cobaan dari Tuhan dan suami klien selalu
mengajari klien untuk berpikir positif kepada rencana Tuhan.
Interpretasi : sistem nilai dan keyakinan klien terhadap keaadaannya saat ini yaitu
menerima/ikhlas denga yang dideritasnya saat ini.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:

GCS=4-5-6 (Composmentis)

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 110/80 mm/Hg


- Nadi : 84X/mnt
- RR : 20 X/mnt
- Suhu : 36,5ºC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

31
1. Kepala
I : Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam, tidak
ada lesi.
P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
P :-
A :-

2. Mata
I :Sklera putih, konjungtiva anemis, distribusi bulu mata merata.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa.
P :-
A :-

3. Telinga
I :Tidak ada kelainan bentuk , pendengaran normal, warna kulit telinga sama
dengan warna kulit sekitarnya, telinga dapat mendengar normal.
P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
P :-
A :-

4. Hidung
I :Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung normal,
tidak ada lesi maupun jejas, warna kulit hidung sama dengan warna di sekitarnya.
P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
P :-
A :-

5. Mulut
I : Mulut kering, warna coklat, bibir simetris,dan tidak ada luka.
P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
P :-
A :-

6. Leher

32
I : Leher klien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, warna kulit dileher
sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada massa.
P : Tidak ada benjolan ataupun pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
tekan.
P :-
A :-

7. Dada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal

Paru

Inspeksi : tidak ada pernapasan cuping hidung, pergerakan dada simetris.

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.

Perkusi : Suara sonor

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler.

8. Abdomen
I : Perut datar, tidak ada luka.
P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, hepar terasa.
P : Bunyi timpani
A : Bising usus 12x / menit.
9. Urogenital
- Klien tidak terpasang selang kateter
- Klien BAK = 2000 cc/ hari, warna kuning.
- Klien BAB ±1x/ 1 hari.
10. Ekstremitas
- Ekstremitas atas : Tangan kanan dan kiri dapat bergerak normal.
- Ekstremitas bawah : Kaki kiri dan kanan dapat bergerak normal.

33
- kemampuan otot
4 4

4 4
11. Kulit dan kuku
44 4
CRT <2 detik, kuku pendek bersih. Pada kulit terdapat makula eritema, bentuk bulat,
diameter 1 cm, jumlah multipel, batas tegas, distribusi terbatas pada jari-jari tangan. Di
atas efloresensi primer terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema akibat
garukan pasien

V. Data fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan 1. Konjungtiva anemis, mata
merasakan gatal-gatal sembab.
dan perih serta panas di 2. Kulit klien terlihat kemerahan.
telapak tangannya. 3. Klien terlihat sesekali
2. Klien mengatakan menggaruk telapak tangannya.
tidurnya terganggu dan 4. Pada kulit terdapat makula
sering terbangun karena eritema, bentuk bulat,
merasa gatal-gatal . diameter 1 cm, jumlah
3. Klien mengatakan hanya multipel, batas tegas,
tidur 4-5 jam per hari. distribusi terbatas pada jari-
4. Klien mengatakan agak jari tangan.
malu dengan penyakit
yang dideritanya
sekarang.
5. Klien mengatkan sebagai
pemilik salon klien
mengurangi interaksinya
untuk melayani
pelanggan dikarenakan
takut pelanggannya
berpikiran tertular

34
penyakit yang
dialaminya.

VI. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


1. DS : Zat Iritan Kerusakan
1. Klien mengatakan merasakan gatal-gatal dan l Integritas Kulit
perih serta panas di telapak tangannya. Lapisan Tanduk
DO : Rusak
1. Kulit klien terlihat kemerahan. Menyingkirkan
2. Pada kulit terdapat makula eritema, bentuk lemak Lapisan
bulat, diameter 1 cm, jumlah multipel, batas tanduk
tegas, distribusi terbatas pada jari-jari tangan. l
3. Klilen terlihat sesekali menggaruk telapak Mengubah daya
tanggannya. ikat air kulit
l
Merusak lapisan
epidermis
l

Timbul rasa gatal,


panas, perih,
serta kemerahan
l
Reaksi menggaruk
l
Makula, eritema
l
Kerusakan
integritas kulit

35
2. DS : Zat Iritan Hambatan rasa
1. Klien mengatakan mersakan gatal. l nyaman
2. Klien mengatakan hanya tidur 4-5 jam per Lapisan Tanduk
hari. Rusak
3. Klien mengatakan tidurnya terganggu karena Menyingkirkan
merasa gatal-gatal. lemak Lapisan
DO : tanduk
1. Klien terlihat sesekali menggaruk telapak l
tangannya. Mengubah daya
2. Kulit klien terlihat kemerahan. ikat air kulit
Merusak lapisan
epidermis
l

Timbul rasa gatal,


panas, perih,
serta kemerahan
l
Hambatan Rasa
Nyaman
3. DS : Zat Iritan Insomnia
1. Klien mengatakan tidurnya terganggu dan l
sering terbangun pada malam harikarena Lapisan Tanduk
merasa gatal-gatal . Rusak
2. Klien mengatakan hanya tidur 4-5 jam per Menyingkirkan
hari. lemak Lapisan
DO : tanduk
1. Konjungtiva anemis l
2. Mata sembab Mengubah daya
ikat air kulit
l
Merusak lapisan
epidermis

36
l
Timbul rasa gatal,
panas, perih,
serta kemerahan
l
ketidaknyamanan
fisik
l
Penurunan kualitas
dan kuantitas tidur
l
Insomnia
4. DS : Zat Iritan Ganguan Citra
1. Klien mengatakan agak malu dengan l Tubuh
penyakit yang dideritanya sekarang. Lapisan Tanduk
2. Klien mempunyai pikiran bahwa Rusak
pelangganya akan berpikir tertular Menyingkirkan
penyakitnya. lemak Lapisan
DO : tanduk
1. Pada kulit terdapat makula eritema, l
bentuk bulat, diameter 1 cm, jumlah Mengubah daya
multipel, batas tegas, distribusi terbatas ikat air kulit
pada jari-jari tangan. l
Merusak lapisan
epidermis
l
kerusakan integritas
kulit
l
makula, eritema
l

37
perubahan
pandangan tentang
penampilan tubuh
l
gangguan citra
tubuh
5. DS : Zat Iritan Ketidakefektifan
1. Klien mengatkan sebagai pemilik salon l peforma peran
klien mengurangi interaksinya untuk Lapisan Tanduk
melayani pelanggan dikarenakan takut Rusak
pelanggannya berpikiran tertular penyakit Menyingkirkan
yang dialaminya. lemak Lapisan
2. Klien mengatakan kurang percaya diri tanduk
karena malu dengan penyakit yang l
dideritanya sekarang. Mengubah daya
ikat air kulit
DO : l
1. Pada kulit terdapat makula eritema, bentuk Merusak lapisan
bulat, diameter 1 cm, jumlah multipel, batas epidermis
tegas, distribusi terbatas pada jari-jari l
tangan. kerusakan integritas
kulit
l
makula, eritema
l
perubahan citra
tubuh
l
kurang percaya diri
l
ketidakefektifan
peforma peran

38
3.2 Diagnosa
1. Kerusaka Integritas Kulit b.d agen cedera kimiawi d.d kemerahan, area panas lokal.
2. Hambatan Rasa Nyaman b.d gejala terkait penyakit d.d kemerahan pada kulit dan rasa
gatal.
3. Insomnia b.d ketidaknyaman fisik d.d penurunan kualitas dan kuantitas tidur.
4. Gangguan citra tubuh b.d pnyakit d.d perubahan pandangan tentang penampilan tubuh
5. Ketidakefektifan performa peran b.d perubahan citra tubuh d.d perubahan presepsi peran

39
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Keriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Kerusaka Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan kulit : pengobatan Perawatan kulit : pengobatan
b.d agen cedera kimiawi keperawatan 2x 24 jam Topikal (3584) Topikal (3584)
d.d kemerahan, area diharapkan :
3. Periksa kulit setiap hari bagi 3. Untuk mengetahui
panas lokal.
Integritas Jaringan : pasien yang berisiko perubahan-perubahan
Kulit dan Membran mengalami kerusakan kulit. positif maupun negatif
Mukosa (1101) 4. Berikan antiinflamasi pada kulit klien.
topikal untuk daerah yang 4. Untuk mengurangi efek
3. Lesi pada kulit
terkena dengan tepat. inflamasi pada klien.
dipertahankan pada
skala 3 (sedang) Pengecekan kulit (3590) Pengecekan kulit (3590)
dan ditingkatkan
3. Amati warna, kehangatan, 3. Untuk mengetahui respon
pada skala 4
bengkak, pulsasi, tekstur, kulit klien.
(ringan)
edema, dan ulserasi pada 4. Supaya keluarga tau kapan
4. Eritema
ekstremitas. harus dilakukan
dipertahankan pada
4. Ajarkan keluarga/pemberi pertolongan pada klien atau
skala 3 (sedang)
asuhan mengenai tanda- pergi ke layanan kesehatan.
dan ditingkatkan

40
pada skala 4 tanda kerusakan kulit,
(ringan) dengan tepat.

2. Hambatan Rasa Nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen Pruritus (3550) Manajemen Pruritus (3550)
b.d gejala terkait penyakit keperawatan 2x 24 jam
5. Tentukan penyebab pruritus 5. Mengetahui penyebab
d.d kemerahan pada kulit diharapkan :
dari terjadinya pruritus. pruritus.
dan rasa gatal.
Kontrol Gejala (1608) 6. Instruksikan pasien untuk 6. Karena keringat dapat
meminimalisir keringat meningkatkan rasa gatal
4. Memantau
dengan menghindari dan ketidaknyamanan.
munculnya gejala
lingkungan yang hangat dan 7. Untuk melembabkan kulit
dipertahankan pada
panas. klien dan mempercepat
skala 3 (kadang-
7. Berikan krim atau lotion kesembuhan klien.
kadang
yang mengandung obat, 8. Untuk mengurangi rasa
menunjukkan)
sesuai dengan kebutuhan. gatal.
ditingkatkan pada
8. Berikan antipruritik, sesuai
skala 4 (sering
dengan indikasi.
menunjukkan)
5. Melakukan untuk Manajemen Lingkungan (6480) Manajemen Lingkungan (6480)
mengurangi gejala
2. Edukasi pasien dan 2. Supaya pasien dan
dipertahankan pada
pengunjung mengenai pengunjung tau mengenai
skala 3 (kadang-
perubahan/tindakan

41
kadang pencegahan, sehingga pencegahan penyakit
menunjukkan) mereka tidak akan dengan tersebut.
ditingkatkan pada sengaja menggnggu
skala 4 (sering lingkungan yang
menunjukkan) direncanakan.
6. Menggunakan
sumber-sumber
yang tersedia
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang
menunjukkan)
ditingkatkan pada
skala 4 (sering
menunjukkan).

3. Insomnia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen lingkungan Manajemen lingkungan


ketidaknyaman fisik d.d keperawatan 2x 24 jam kenyamanan (6482) kenyamanan (6482)
penurunan kualitas dan diharapkan :
4. Tentukan tujuan pasien dan 4. Untuk memberikan
kuantitas tidur.
keluarga dalam mengelola gambaran positif kepada

42
Status Kenyamanan lingkungan dan klien jika dapat mengelola
Lingkungan (2009) kenyamanan yang optimal. lingkungan dengan baik.
5. Hindari mengekpos kulit 5. Untuk menghindari
3. Kebersihan
atau selaput lendir pada zat penambahan iritasi kulit.
lingkungan
iritan. 6. Supaya klien tahu
dipertahankan pada
6. Berikan sumber-sumber mengenai penanganan
skala 3 (cukup
edukasi yang relevan dan penyakitnya.
terganggu) dan
berguna mengenai
ditingkatkan pada
manajemen penyakit dan
skala 4 (sedikit
cedera pada pasien dan
terganggu).
keluarga jika sesuai.
4. Adaptasi
lingkungan yang
dibutuhkan
dipertahankan pada
skala 3 (cukup
terganggu) dan
ditingkatkan pada
skala 4 (sedikit
terganggu).

43
4. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan citra tubuh (5220) Peningkatan citra tubuh (5220)
pnyakit d.d perubahan keperawatan 2x 24 jam
4. Identifikasi kelompok 4. Untuk mengetahui sumber
pandangan tentang diharapkan :
pendukung yang tersedia dukungan klien.
penampilan tubuh
Citra tubuh (1200) bagi pasien . 5. Untuk meningkatkan harga
5. Bantu pasien memisahkan diri atau kepercayaan diri
3. Gambaran internal
penampilan fisik dari klien.
diri dipertahankan
perasaan berharga secara 6. Untuk meningkatkan
pad skal 3 (kadang-
pribadi, dengan cara yang apresiasi positif pada diri
kadang positif) dan
tepat. klien.
ditingkatkan pada
6. Bantu pasien untuk
skala 4 (sering
mengidentifikasi bagian
positif).
dari tubuhnya yang
4. Penyesuaian
memiliki persepsi positif
terhadap perubahan
terkait dengan tubuhnya.
tampila fisik
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang positif) dan
ditingkatkan pada

44
skala 4 (sering
positif).

5. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Harga Diri Peningkatan Harga Diri
performa peran b.d keperawatan 2x 24 jam
4. Monitor frekuensi 4. Untuk mengetahui apakah
perubahan citra tubuh d.d diharapkan :
verbalisasi negatif terhadap klien masih merasa rendah
perubahan presepsi peran
Penampila peran (1501) diri. diri atau tidak.
5. Tentukan kepercayaan diri 5. Untuk mengetahui tingkat
4. Penampilan
pasien dalam hal penilaian kepercayaan diri klien.
perilaku peran
diri. 6. Untuk mengetahui apakah
ditempat kerja
6. Bantu pasien untuk yang membuat klien
dipertahankan pada
memeriksa persepsi mempunyai presepsi
skala 3 (cukup
negeatif terhadap diri. negatif.
adekuat)
ditingkatkan pada Peningkatan Efikasi Diri (5370) Peningkatan Efikasi Diri (5370)
skala 4 (sebagian
2. Eksplorasi presepsi individu 2. Mengetahui presepsi klien
besar adekuat).
mengenai kemampuanya terhadap keadaannya
5. Melaporkan
untuk melaksanakan sekarang dengan perilaku
kenyamanan dalam
perilaku-perilaku yang yang diinginkan.
peran yang
diinginkan.
diharapkan.

45
6. Melakukan peran
sesuai harapan.

3.3 Intervensi

46
47
48
49
50
51
52
53
3.4 Implementasi Keperawatan

No Dx Tanggal/ Paraf dan


IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF (HASIL/RESPON)
KEP Jam Nama

1 01/12/2019 Perawatan kulit : pengobatan Topikal (3584) 1. Terdapat gelembung-gelembung kecil Ǹ


pada telapak tangan pasien.
07.00 1. Memeriksa kulit setiap hari bagi pasien
2. Klien kooperatif saat diberikan obat
yang berisiko mengalami kerusakan kulit.
topikal.
2. Memberikan antiinflamasi topikal untuk
3. Terdapat warna kemerahan pada telapak
daerah yang terkena dengan tepat.
tangan klien.
4. Keluarga kooperatif saat diberikan
Pengecekan kulit (3590)
informasi mengenai tanda-tanda
3. Mengamati warna, kehangatan, bengkak, kerusakan kulit
pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada
ekstremitas.
4. Mengajarkan keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
dengan tepat.

54
2 01/12/2019 Manajemen Pruritus (3550) 1. Klien mengatakan sering berkontak Ǹ
dengan berbagai macam bahan kosmetik
07.10 1. Menentukan penyebab pruritus dari
saat bekerja.
terjadinya pruritus.
2. Klien mengatakan memakai baju tipis
2. Menginstruksikan pasien untuk
untuk menghindari panas yang
meminimalisir keringat dengan
berlebihan.
menghindari lingkungan yang hangat dan
3. Klien kooperatif saat diberikan krim
panas.
untuk mengurangi rasa gatal dan perih
3. Memberikan krim atau lotion yang
yang dirasakannya.
mengandung obat, sesuai dengan
4. Klien kooperatif sat diberikan
kebutuhan.
antiprirutik.
4. Memberikan antipruritik, sesuai dengan
5. Klien dan keluarga mengatakan akan
indikasi.
melakukan pencegahan sesuai yang
dianjurkan.
Manajemen Lingkungan (6480)

5. Mengedukasi pasien dan pengunjung


mengenai perubahan/tindakan pencegahan,
sehingga mereka tidak akan dengan
sengaja mengganggu lingkungan yang
direncanakan.

55
3 01/12/2019 Manajemen lingkungan kenyamanan (6482) 1. Klien dan keluarga mau untuk Ǹ
meningkatkan mengelola lingkungan
08.00 1. Menentukan tujuan pasien dan keluarga
yang nyaman.
dalam mengelola lingkungan dan
2. Klien mengatakan akan lebih berhati-
kenyamanan yang optimal.
hati terhadap bahan kosmetik yang
2. Menghindari mengekpos kulit atau selaput
berisiko tinggi menimbulkan iritasi.
lendir pada zat iritan.
3. Keluarga dan pasien kooperatif saat
3. Memberikan sumber-sumber edukasi yang
diberikan edukasi.
relevan dan berguna mengenai manajemen
penyakit dan cedera pada pasien dan
keluarga jika sesuai.

4 01/12/2019 Peningkatan citra tubuh (5220) 4. Klien mengatakan bahwa suaminya lah Ǹ
yang selalu mendukungnya dalam
08.10 1. Mengidentifikasi kelompok pendukung
keadaan apapun.
yang tersedia bagi pasien .
5. Klien akan mencoba tidak terlalu
2. Membantu pasien memisahkan penampilan
memikirkan penampilan fisiknya saat ini
fisik dari perasaan berharga secara pribadi,
dan berfokus pada penyembuhannya.
dengan cara yang tepat.
6. Klien mengatakan bagian tubuh yang
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
paling disukainya ialah rambutnya.
bagian dari tubuhnya yang memiliki
persepsi positif terkait dengan tubuhnya.

56
5 01/12/2019 Peningkatan Harga Diri 1. Klien sudah tidak terlalu sering berkata Ǹ
malu pada keadaannya.
08.30
1. Memonitor frekuensi verbalisasi negatif
2. Klien berkata masih berproses dalam
terhadap diri.
meningkatakn kepercayaan dirinya.
2. Menentukan kepercayaan diri pasien dalam
3. Klien bersedia mengatakan persepsi
hal penilaian diri.
negatif pada dirinya.
3. Membantu pasien untuk memeriksa
4. Klien mengatakan ingin kembali sering
persepsi negeatif terhadap diri.
berada di salon seperti sebelumnya.

Peningkatan Efikasi Diri (5370)

4. Mengeksplorasi presepsi individu


mengenai kemampuanya untuk
melaksanakan perilaku-perilaku yang
diinginkan.

57
Tanggal dan jam Diagnosa Evaluasi Paraf
03/12/2019 Kerusaka Integritas S : Klien mengatakan Ǹ
Kulit b.d agen cedera sudah tidak terasa panas
kimiawi d.d dan perih lagi.
kemerahan, area panas O : Kemerahan di kulit
lokal. tidak terlihat, gelembung-
gelembung kecil berisi air
sudah mulai mengering.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi.
03/12/2019 Hambatan Rasa S : klien mengatakan rasa Ǹ
Nyaman b.d gejala gatal yang dirasakannya
terkait penyakit d.d sudah jarang timbul.
kemerahan pada kulit O : kemerahan di kulit
dan rasa gatal. tidak terlihat lagi.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
03/12/2019 Insomnia b.d S : Klien mengatakan Ǹ
ketidaknyaman fisik sudah jarang terbangun
d.d penurunan kualitas karena gatal.
dan kuantitas tidur. O : Kemerahan kulit
sudah tidak tampak,
gelembung di tangan
sudah mulai mengering.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi.

58
03/12/2019 Gangguan citra tubuh S : Klien mengatakan Ǹ
b.d pnyakit d.d sudah mulai meningkat
perubahan pandangan kepercayaan dirinya.
tentang penampilan O : Klien nampak tidak
tubuh. malu-malu menunjukkan
tangannya yang terkena
dermatitis.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan Intervensi

03/12/2019 Ketidakefektifan S : klien mengatakan akan Ǹ


performa peran b.d kembali bekerja seperti
perubahan citra tubuh biasanya namun akan
d.d perubahan presepsi lebih berhati-hati.
peran O : klien nampak ceria.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan Intervensi.

3.5 Evaluasi Keperawatan (Evaluasi Somatif)

59
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., H.K Butcher., J.M. Dochterman., dan C.M. Wagner. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC). 6th Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Eliska, N., M.A. Thaha., dan C. Anwar. 2015. Faktor Resiko pada Dermatitis Atopik. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 2(1) : 143-149.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2018. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
& Classification, 2015–2017. 10nd ed. Jakarta : EGC.

Indrawan, I.A., A. Suwondo., D. Lestantyo. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Bagian Premix Di PT. X Cirebon. Jurnal
Kesehatan Masyarakat . 2(2): 110-118

Kemenkes RI. 2011. Program Pelatihan Penyuluhan Kesehatan Kulit Bagi Kader Posyandu.
Jakarta : Sekertariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.

Lestari, F., dan H.S. Utomo. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis
Kontak Pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Makara Kesehatan. 11(2): 61-68.

Lubis, R. 2014. Laporan Kasus Dermatitis Kontak Iritan di RS Indra. Bali


Moorhead, S., M. Johnson., M.L. Maas., dan E. Swanson.. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 6th Indonesian edition. Indonesia : Mocomedia.

Murlistyarini, Sinta dkk. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Malang: UB Press.

Thomsen, S.F. 2014. Atopic Dermatitis: Natural History, Diagnosis, and Treatment. ISRN
Allergy.

Wijaya, I.P.G.I., IGK. Darmada., L.M.M. Rusyati. 2016. EDUKASI DAN


PENATALAKSANAAN DERMATITIS KONTAK IRITAN KRONIS DI RSUP
SANGLAH DENPASAR BALI TAHUN 2014/2015. E-JURNAL MEDIKA. 5(8)

60

Anda mungkin juga menyukai