disusun oleh
Kelompok 13/ B-2017
Nailatul Habibah 172310101072
Nadilla Putriadi 172310101079
Nanda Leoni Agustin 172310101084
3.1 Subyek
Subyek penerapan EBN ini adalah pasien dermatitis atopik, psoriasis dan vitiligo yang
menghadiri Departemen Dermatologi dari Jagiellonian University yang menjalanin Klinik
Rawat Jalan selama satu setengah tahun (dari bulan November 2016 sampai Mei 2018).
Sebelum memulai radiasi UV, setiap pasien telah diperiksa ophthalmologically dan setiap
kontraindikasi untuk fototerapi.
Kriteria Inklusi : Pasien dengan dermatitis atopik, psioriasis dan vitiligo yang
menjalani rawat klinik.
Kriteria Ekslusi : : usia dari <10 tahun dan usia >70 tahun dan kami menganalisis
hanya sejarah pasien dengan resolusi lengkap lesi kulit setelah akhir pengobatan.
a. Pengobatan lini pertama (pemberian obat topikal dan steroid) sudah tidak efektif.
b. Pasien dengan terapi PUVA. pasien PUVA mengambil 30-40 mg 8-methoxypsoralen
(8-MOP) secara oral dengan beberapa makanan yang mengandung asam lemak dua
jam sebelum sesi cahaya.
c. Para pasien dengan berat di bawah 60 kg mendapat dosis rendah dari 8-MOP (30 mg)
dan orang dengan berat lebih dari 60 kg mendapat dosis yang lebih tinggi dari 8-MOP
(40 mg).
d. Sesi fototerapi dilakukan 2-3 kali per minggu.
BAB IV
PEMBAHASAN
Fototerapi adalah rejimen terapi yang digunakan pada pasien dengan psoriasis, vitiligo
dan dermatitis atopik. Dermatitis atopik yang selanjutnya disingkat (AD) radiasi sinar UV
bertindak sebagai immunosuppressively, imunomodulasi dan antimicrobially yang fungsinya
meningkatkan penghalang kulit dan mengurangi kolonisasi S. aureus. Mekanisme
imunomodulator fototerapi terdiri: apoptosis sel-sel inflamasi, mengurangi hiperaktivitas
Langerhans sel dan modulasi produksi sitokin. Sehingga secara klinis mengarah ke remisi
dari lesi kulit dan pengentasan pruritus (Englert dkk, 2019).
Fototerapi (NB-UVB dan PUVA) merupakan pengobatan umum yang dipilih oleh
dermatologists untuk pasien atopik. Baru-baru ini diterbitkan survei nasional Inggris
menunjukkan bahwa 46% dari dokter memilih metode terapi ini sebagai pengobatan lini
pertama. NB-UVB lebih sering digunakan. Narrow Band UVB (NB-UVB dari 311-313 nm)
yang paling sering digunakan karena profil keamanan yang dapat diterima dengan risiko
minimal kanker kulit non-melanoma (karsinoma sel skuamosa, SCC dan karsinoma sel basal,
BCC). NB-UVB juga kurang erythemogenic dibandingkan dengan BB-UVB. UVA1 dosis
menengah adalah sama efektifnya dengan NB-UVB tapi akses ke perangkat UVA1 terbatas
dan hanya beberapa lembaga medis saja yang tersedia(Englert dkk, 2019).
Mekanisme tindakan yang menguntungkan dari fototerapi pada dermatitis atopik saat
ini sedang diselidiki. Apoptosis limfosit T helper (yang diduga generasi spesies oksigen
reaktif - ROS), penekanan Th-2 sitokin terkait seperti: Il-5, Il-13, Il-31, penipisan dan
hilangnya fungsi sel antigen-presenting dalam epidermis dan dermis adalah jalur biologis
utama. Terapi UVA juga mengambil bagian dalam perubahan ICAM1 ekspresi keratinosit.
Molekul ini sangat penting untuk retensi limfosit T di epidermis pada lesi atopik
kronis(Englert dkk, 2019).
Pasien dengan dermatitis atopik dan vitiligo yang diobati dengan NB-UVB di waktu
musim gugur / musim dingin secara signifikan diperoleh hasil (p = 0,05) dosis kumulatif
lebih tinggi dibandingkan terapi dimulai pada musim semi/ musim panas (Englert dkk, 2019).
Pada pasien dengan dermatitis atopik, psoriasis dan vitiligo, dosis kumulatif PUVA
secara signifikan lebih tinggi selama musim gugur / musim dingin daripada waktu musim
semi / panas. Dengan nilai p = 0,04 p = 0,03; p = 0,03 masing-masing pada pasien dengan
psoriasis, dermatitis atopik dan vitiligo(Englert dkk, 2019).
Dalam rangka meminimalkan kemungkinan efek samping dari fototerapi, pengobatan
topikal awal dengan emolien dan steroid harus diberikan pada pasien, baru melakukan
fototerapi jika pengobatan lini pertama tersebut tidak dapat mengatasi dermatitis. Efek yang
diinginkan dari terapi UV tergantung juga pada kepatuhan pasien karena indispensability sesi
reguler (3-5 kali per minggu selama 6-12 minggu). Para pasien dalam penelitian kami
menghadiri sesi fototerapi secara teratur, 2 sampai 3 kali per minggu(Englert dkk, 2019).
BAB 5
PENUTUPAN
DAFTAR PUSTAKA
Englert, K., A. Klosowicz., P. Pelc., M. Pastuszczak., dan A.W. Pelc. 2019. The Impact of
Therapeutic Modalities of Patient With Atopic Dermatities, Psorasis, and Vitiligo
Treated with Phototherapy in the Jagiellonian University Outpatient Clinic. Pol Med J.
273 : 125-129.