Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

Canadian real-world study of access


and clinical results using dupilumab for chronic
rhinosinusitis with polyps

Artiana Rahmadini 112021209

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT


TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT HUSADA
PERIODE 15 Mei 2023 – 17 Juni 2023
IDENTITAS JURNAL

• Publikasi : Journal of Otolaryngology –


Head & Neck Surgery
• Tanggal Publikasi : 25 April 2022
• Contents lists available at BMC
• Journal homepage:
https://journalotohns.biomedcentral.com
/articles/10.1186/s40463-022-00570-0
PENDAHULUAN
Rinosinusitis kronis Penyakit inflamasi heterogen idiopatik yang umum pada hidung dan
dengan polip
(CRSwNP) sinus paranasal yang ditandai dengan gejala klinis sumbatan hidung,
rinore, dan kehilangan penciuman

Diagnosis CRSwNP  adanya gejala utama selama 8 minggu berturut-turut dengan temuan konfirmasi
(CT scan atau endoskopi hidung)

CRSwNP merupakan penyakit inflamasi tipe 2 dengan disfungsi barier mukosa, disregulasi imun
mengarah pada produksi sitokin IL-4, IL-5, dan IL-13 dan peradangan toksik berkelanjutan yang
menyebabkan perubahan mukosa dan gejala penyakit terkait
Dupilumab meruakan terapi antibodi monoklonal pertama yang disetujui di Kanada untuk pengobatan
CRSwNP pada pasien dengan gejala yang sulit dikenalikan.

Canadian Rhinology Working Group menghasilkan buku panduan dokter, baik di Kanada maupun
internasional, ketika mempertimbangkan terapi antibodi monoklonal untuk pasien dengan CRSwNP

Tujuan dari penelitian ini  untuk memberikan pengalaman tentang terapi dupilumab untuk pasien
dengan CRSwNP dan hasil penyakit spesifik sinonasal untuk pasien yang mendapat terapi dupilumab
dan untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menjelaskan kemanjuran-kefektifan, setelah
tahun pemberian obat untuk pasien yang dirawat di klinik rinologi perawatan tersier.
PASIEN DAN METODE
Sumber Data

• Data diagnosis, status aplikasi, dan karakteristik pasien diperoleh dari electronic medical record (EMR).
• EMR berisi informasi resep individu dengan dosis dupilumab, tanggal pemberian pertama kali dan lama
pemberian serta kejadian tidak diinginkan.
• Data dikumpulkan dan dikelola dalam spreadsheet excel (Microsoft, Seattle, WA, USA).

Populasi Studi

• Pasien dengan CRSwNP yang telah menjalani operasi sinus sebelumnya dan telah mendapat terapi steroid
topikal dengan atau tanpa steroid sistemik
• Pemberian terapi dupilumab antara18 Agustus 2020 dan 15 Sep 2021.
Hasil Referensi

• The Sinonasal Outcome Test-22 (SNOT-22)  alat yang divalidasi dan digunakan untuk menilai gejala
rinosinusitis kronis dengan polip
• SNOT-22 secara rutin diberikan kepada pasien untuk memantau perkembangan terapi yang diberikan untuk
mengobati CRSwNP.
Analisa Statistik

• Penelitian ini menyajikan analisis deskriptif karakteristik pasien dan perubahan skor SNOT-22 yang
dikumpulkan selama periode waktu tinjauan grafik ini.

Pernyataan Etis

• Studi ini disetujui oleh dewan etik penelitian dan dilakukan sesuai dengan standar etika deklarasi Helsinki
1964 dan amandemen selanjutnya atau standar etika yang sebanding.
HASIL
Karakteristik Dasar

Dari total 85 pasien, 43 pasien memulai


terapi dan 10 pasien menunggu keputusan
asuransi
Cakupan Asuransi Untuk Dupilumap

Dari 85 pasien, sebanyak 42 pasien (49%) %) pasien dapat memperoleh pertanggungan untuk
terapi yang diminta; satu pasien ditolak cakupannya tetapi memulai terapi dengan membayar
sendiri.

Alasan pasien tidak ditanggung oleh asuransi mereka tercantum dalam tabel berikut
Hasil dengan Terapi Dupilumap

Setelah 16 minggu pengobatan rata-rata skor SNOT-


22 menurun 37 poin menjadi 23,36; peningkatan ini
dipertahankan pada 28 minggu dengan rata-rata
SNOT-22 sebesar 23,47
• Rata-rata baseline SNOT-22 dari mereka
tanpa AERD adalah 57,44; pada 16
minggu dan 28 minggu rata-rata skor
SNOT-22 masing-masing adalah 22,28
dan 21,36.
• Rata-rata skor SNOT-22 pada awal, 16
dan 28 minggu pada kelompok ini
masing-masing adalah 66,11, 25,46 dan
26,78
Skor dasar SNOT-22 secara klinis tidak
berbeda pada mereka dengan dan tanpa
kepekaan terhadap tungau debu (58,25 vs
62,09). Rata-rata skor SNOT-22 selama 28
minggu secara klinis lebih tinggi pada
mereka yang alergi tungau debu.
Tabel berikut menunjukkan skor SNOT-22 dikelompokkan berdasarkan domain untuk semua titik
waktu.

Skor dasar SNOT-22 yang dikelompokkan berdasarkan domain menunjukkan bahwa domain gejala
rinologi memiliki skor tertinggi (rata-rata 20,4 SD 5,8) diikuti oleh domain disfungsi tidur (rata-rata 15,6
SD 6,7) dan domain rinologi ekstra-nasal domain gejala (rata-rata 8,7 SD 3,2).
Efek Samping Terkait Dupilumap

• Satu pasien melaporkan insiden tunggal eritema kulit di tempat suntikan yang berlangsung hingga
2 jam.
• Pasien kedua dilaporkan mengalami mata kering tetapi pasien memiliki riwayat penyakit mata
tiroid yang juga dapat dikaitkan dengan mata kering.
• Pasien ketiga melaporkan nyeri sendi bilateral khususnya di lutut dan pergelangan kaki yang
dimulai 3 bulan setelah dimulainya terapi dupilumab (saat ini dupilumab dihentikan dan pasien
dirujuk ke spesialis reumatologi)
• Satu pasien dilaporkan dirawat di rumah sakit selama 4 hari karena episode eksaserbasi asma saat
menjalani terapi dupilumab.
PEMBAHASAN
• Penelitian ini menyajikan pengalaman penggunaan dupilumab untuk pengobatan CRSwNP
• Peningkatan skor SNOT-22 terlihat pada penelitian ini setelah 28 minggu terapi.
• Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pasien klinis yang serupa melaporkan perbaikan
gejala dapat dicapai di luar lingkungan terkontrol uji klinis.

• Dari 85 pasien, 42 pasien menerima pertanggungan dan memulai terapi; satu pasien tambahan ditolak
cakupannya tetapi memulai terapi dengan membayar sendiri.
• Alasan utama yang diberikan oleh perusahaan asuransi adalah bahwa mereka tidak
mempertimbangkan pertanggungan untuk indikasi CRSwNP
• Skor rata-rata dasar SNOT-22 dari kelompok praktik (60,56, SD 21,63) melebihi MCID jika
dibandingkan dengan data dasar dari kelompok percobaan dupilumab (50,94, SD 20,66).
• Skor SNOT-22 24 minggu (23,89, SD 18,77) dari kelompok perlakuan dalam uji klinis SINUS-52
tidak berbeda dengan skor SNOT-22 waktu yang sama dari kohort klinis ini (23,36 SD 15,97).
• Hal ini menunjukkan bahwa tampaknya tidak ada kesenjangan efikasi-efektivitas saat
mempertimbangkan perbaikan gejala seperti yang dilaporkan oleh pasien yang menggunakan
kuesioner SNOT-22
• Canadian Rhinology Working Group merekomendasikan bahwa terapi biologis untuk rinosinusitis
kronis dipertimbangkan hanya untuk pasien yang gagal dengan terapi medis dan telah menjalani
operasi sinus yang cukup atau untuk pasien yang tidak dapat menjalani operasi sinus dan gagal
dengan terapi medis.
• Namun, terapi dengan dupilumab masih terbatas, hanya sebagian kecil dari mereka yang memiliki
asuransi swasta
• Pasien CRSwNP yang diobati dengan dupilumab mengalami peningkatan fungsi penciuman mereka.
• Dalam penelitian ini perbaikan ini dibuktikan dengan penurunan skor bau/rasa SNOT-22, namun efek
jangka panjang dupilumab pada fungsi penciuman memerlukan penelitian lebih lanjut
KESIMPULAN
Seperti halnya terapi baru, dokter berhak untuk mengevaluasi perbedaan efikasi-efektifitas antara
hasil uji coba dan praktik klinis. Studi saat ini, memberikan pandangan pertama untuk perbedaan
ini. Tidak ada kesenjangan efikasi-efektivitas yang terlihat dari hasil saat ini. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk mengevaluasi implikasi jangka panjang dari penggunaan terapi antibodi
monoklonal pada pasien dengan CRS yang tidak terkontrol meskipun terapi bedah dan medis
yang memadai.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai