Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

Disusun Oleh :
Agatha Imelda Tambunan
202212001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


PROGRAM S1 KEPERAWATAN JALUR B KELAS A
JAKARTA PUSAT
2023
1. Patoflowdiagram

2. Defenisi
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang normal yang terjadi karena adanya
tekanan yang besar, dimana tulang tidak dapat menahan tekanan tersebut dan disertai
dengan perlukaan jaringan sekitarnya (Brunner danSuddart)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenisdan luasnya.
(SmeltzerdanBare, 2012)

Fraktur didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tulang (Huether&


McCance, 2019)

3. Etiologic dan Faktor Resiko

Menurut Purwanto (2016) penyebab terjadinya fraktur dibagi adalah :


a. Trauma langsung
Fraktur yang disebabkan terjadinya benturan pada tulang.
b. Trauma tidak langsung
Fraktur yang terjadi bukan pada tulang yang tekena benturan (ditempat lain), hal itu
terjadi saat kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
c. Kondisi patologis
Fraktur yang disebabkan karena adanya penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker
tulang).

4. Manifestasi dan Komplikasi


- Deformitas

- Pergerakan yang abnormal akibat fraktur

- Krepitasi

- Ecchymosis

- Spasme otot

- Nyeri

- Gangguan fungsi dan sensasi

- Edema sekitar luka

5. Tes Diagnostik dan Laboratorium


- X-Ray
- Laboratorium

6. Penanganan Medis

a. Reduksi (pembedahan)
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang.
Reduksi dibagi menjadi dua: Reduksi terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction
and Internal Fixation/ORIF). Merupakan upaya untuk memanipulasi fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimum. Dapat juga diartikan reduksi fraktur
(setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi
anatomis. Sedangkan Reduksi tertutup fiksasi eksterna (Open Reduction and Enternal
Fixation/ORIF), digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang melibatkan
kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas dipertahankan sementara dengan gips, bidai
atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas
untuk penyembuhan tulang.

b. Retensi (Imobilisasi)
Bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat
mengancam penyatuan Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan untuk
mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin.latihan rehabilitasi dibagi
menjadi tiga kategori yaitu :
- Gerakan pasif bertujuan untuk membantu mempertahankan rentang gerak sendi dan
mencegah timbulnya perlekatan atau kontraktur jaringan lunak serta mencegah strain
berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.
- Gerakan aktif dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan pergerakan.
- Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot. Biasanya
dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu setelah pembedahan
atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ekstremitas.

7. H. Komplikasi
- Perdarahan masif : hilangnya 50% jumlah darah dalam waktu kurang dari 3 jam
yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.
- Nyeri yang berkepanjangan
- Infeksi : Jika ada luka pada kulit atau fraktur yang dialami berjenis terbuka,
maka bakteri dapat masuk kedalam tubuh dan menginfeksi tulang atau sumsum
tulang.
- Nonunion : kondisi dimana tulang yang patah tidak dapat menyatu kembali.
- Malunion : kondisi terjadinya proses penyatuan tulang yang tidak tepat.
- Nekrosis avaskular : kematian jaringan.
- Cacat permanen
- Gangren : terjadi karena anggota tubuh tidak mendapat pasokan darah yang
cukup, sehingga menyebabkan kematian jaringan. Selain itu, gangren juga
disebabkan oleh adanya infeksi.
- Thromboembolic disease : penyakit bekuan darah di pembuluh darah vena yang
dapat menyebabkan aliran darah melambat sehingga daerah yang tersumbat
menjadi bengkak, merah, dan sakit.

8. Pengkajian Keperawatan
Ny. I (70 tahun) dirawat diunit Kasimo sejak 1 hari yang lalu dengan diagnosa medis
fraktur Hip dextra dan direncanakan akan menjalani operasi ORIF pasang moore
protesa besok pagi jam 08.00
Ku tampak sakit sedang, kesadaran CM, tampak berbaring lemah dan klien mengeluh
nyeri pada tungkai kanan dengan intensitas 7-8 serta tidak mampu untuk digerakkan.
Klien juga tampak terpasang traksi kulit pada tungkai kanan.
Klien mengatakan pasrah pada rencana operasi besok tetapi klien mengatakan tidak
atu apa saja persiapan operasinya dan apakah bisa berjalan lagi nantinya.
Hasil observasi : TD 160/100, N 90x/menit, S 36.7 C, P 18x/menit Hasil lab belum
ada
Hasil foto rontgen: Tampak fraktur complete os collum femur

9. Diagnosa Keperawatan

- Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


- Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri
10. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

DS:
1 Agen pencedera Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada fisik
tungkai kanan dengan intensitas
7-8 serta tidak mampu untuk
digerakkan.

- Pasien mengatakan nyeri pada


tungkai kanan dengan intensitas
7-8.

DO:

- TTV:

TD 160/100, N 90x/menit, S 36.7


C, P 18x/menit

PQRST
P = Pasien mengatakan nyeri
pada tungkai dextra
Q = pasien mengatakan nyeri
terutama bila
dimiringkan
R = tungkai dextra
S = skala nyeri 7-8/10
T = hilang timbul
- Pasien tampak mengantuk
saat pengkajian
- Pasien tampak lemah dan
pasrah, meringis kesakitan
karena nyeri di tungkai kanan
-
DS: Nyeri Gangguan Mobilitas
2
Fisik
Pasien mengatakan aktivitas
selama dirumah sakit dibantu
penuh oleh anak pasien, pasien
juga mengatakan tidak ada
keluhan sesak. Di rumah sakit
pasien merasakan lemas dan
mengeluh nyeri pada tungkai
kanan terutama bila digerakkan.
Pasien mengatakan aktifitas
ditempat tidur dan dibantu
penuh oleh anaknya
DO:

-Tampak lemas

-Gerakan terbatas

- TTV:

TD 160/100, N 90x/menit, S 36.7


C, P 18x/menit

11. Rencana Tindakan


Diagnosa Perawatan HYD Rencana Tindakan dan Rasional
Dilengkapi Data Penunjang DS
Dan DO

Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Observasi:


fisik d.d selama 2x24 jam, diharapkan 1. Monitor tanda-tanda vital
DS: nyeri akut menurun dengan R/memantau kondisi pasien
- Pasien mengeluh nyeri kriteria hasil: 2. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
pada tungkai kanan - Keluhan nyeri cukup intensitas nyeri
menurun menjadi 0-1/10
dengan intensitas 7-8 R/ Untuk mengetahui daerah nyeri,
- Meringis cukup menurun kapan nyeri dirasakan dan faktor
serta tidak mampu untuk (pasien tampak rileks) pencetus nyeri.
- Gelisah cukup menurun 3. Identifikasi skala nyeri
digerakkan.
- Kesulitan tidur menurun R/ Untuk mengetahui seberapa berat
- Pasien mengatakan nyeri nyeri yang dirasakan pasien
4. Identifikasi respon nyeri non verbal
pada tungkai kanan R/ Untuk mengetahui nyeri non
verbal
dengan intensitas 7-8.
Teraupetik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis
DO:
untuk mengurangi rasa nyeri
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri yang
- TTV: dialami pasien
2. Kontrol lingkungan yang
TD 160/100, N 90x/menit, S memperberat rasa nyeri (mis, suhu
ruangan dan kebisingan)
36.7 C, P 18x/menit R/ Lingkungan dapat berpengaruh
terhadap tingkat nyeri pasien
Edukasi:
PQRST 1. Anjurkan memonitor nyeri secara
P = Pasien mengatakan mandiri
R/ Memandirikan pasien dalam
nyeri pada tungkai mengatasi nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri R/
dextra Agar pasien dapat mengetahu strategi
meredakan nyeri
Q = pasien mengatakan Kolaborasi:
Berikan ketorolac 3x30 mg
nyeri terutama bila R/ terapi analgetik dapat mengurangi
dimiringkan nyeri

R = tungkai dextra
S = skala nyeri 7-8/10
T = hilang timbul
- Pasien tampak
mengantuk saat
pengkajian
- Pasien tampak lemah
dan pasrah, meringis
kesakitan karena nyeri di
tungkai kanan

Observasi:
Gangguan mobillitas fisik b.d 1. Identifikasi adanya nyeri dan keluhan
nyeri fisik lainnya
Setelah dilakukan intervensi R/ mengetahui lokasi dan waktu nyeri
DS: selama 3x24 jam, diharapkan yang dirasakan pasien
gangguan mobilitas fisik 2. Monitor keadaan umum sebelum
Pasien mengatakan menurun dengan kriteria hasil: melakukan mobilisasi
R/menentukan mobilisasi pasien
aktivitas selama dirumah - Pergerakan ekstremitas
sesuai keadaan pasien
cukup meningkat
sakit dibantu penuh oleh - 3. Monitor toleransi fisik melakukan
Nyeri cukup menurun pergerakan
anak pasien, pasien juga (skala 1-2/10) R/mengetahui keadaan pasien
- Kecemasan cukup Teraupetik:
mengatakan tidak ada menurun 1. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan gerakan
keluhan sesak. Di rumah - Kelemahan fisik cukup
R/agar bisa dilakukan sendiri oleh
menurun
pasien dan keluarga
sakit pasien merasakan 2. Fasilitasi aktivitas fisik dengan alat
lemas dan mengeluh nyeri bantu (mis kursi roda, tongkat)
R/membantu pasien dalam
pada tungkai kanan melakukan mobilisasi
Edukasi:
terutama bila digerakkan. 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Pasien mengatakan R/agar pasien mengerti dan
memahami tujuan mobilisasi setelah
aktifitas ditempat tidur dan
operasi
dibantu penuh oleh 2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukn (mis duduk ditempat
anaknya tidur atau disamping tempat tidur)
R/ memberikan mobilisasi pasien
DO: secara bertahap
Kolaborasi:
-Tampak lemas 3. Kolaborasi pemberian analgesik jika
perlu
R/ mengurangi nyeri sehingga
-Gerakan terbatas pasien dapat melakukan mobilisasi

- TTV:

- TD 160/100, N 90x/menit,
S 36.7 C, P 18x/menit

12. Discharge Planning


- Anjurkan pasien untuk tetap berkonsultasi ke dokter.
- Anjurkan pasien untuk menggunakan alat bantu/penyangga selama pemulihan.
- Ajarkan pasien latihan-latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak
terganggu dan memperkuat otot yang diperlukan untuk berpindah tempat dan untuk
menggunakan alat bantu (mis. Tongkat, dan alat bantu berjalan lainnya).
- Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alat bantu dengan aman.
- Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang daftar obat yang diresepkan,
jadwal/waktu yang ditentukan dan dosis yang diberikan pada pasien.
- Ingatkan pasien untuk rutin meminum obat (mis. Obat analgesic, obat antiinflamasi,
obat antibiotic).
- Anjurkan pasien untuk melakukan terapi fisik untuk pemulihan.
- Edukasi pasien untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berat (mis. mengangkat
beban berat, mengemudi) selama masa pemulihan.
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D untuk
membantu proses penyembuhan tulang.
- Beritahu pasien untuk mengistirahatkan area tulang yang mengalami fraktur sebanyak
mungkin.

Anda mungkin juga menyukai