Disusun Oleh :
Agatha Imelda Tambunan
202212001
2. Defenisi
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang normal yang terjadi karena adanya
tekanan yang besar, dimana tulang tidak dapat menahan tekanan tersebut dan disertai
dengan perlukaan jaringan sekitarnya (Brunner danSuddart)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenisdan luasnya.
(SmeltzerdanBare, 2012)
- Krepitasi
- Ecchymosis
- Spasme otot
- Nyeri
6. Penanganan Medis
a. Reduksi (pembedahan)
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang.
Reduksi dibagi menjadi dua: Reduksi terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction
and Internal Fixation/ORIF). Merupakan upaya untuk memanipulasi fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimum. Dapat juga diartikan reduksi fraktur
(setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi
anatomis. Sedangkan Reduksi tertutup fiksasi eksterna (Open Reduction and Enternal
Fixation/ORIF), digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang melibatkan
kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas dipertahankan sementara dengan gips, bidai
atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas
untuk penyembuhan tulang.
b. Retensi (Imobilisasi)
Bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat
mengancam penyatuan Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan untuk
mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin.latihan rehabilitasi dibagi
menjadi tiga kategori yaitu :
- Gerakan pasif bertujuan untuk membantu mempertahankan rentang gerak sendi dan
mencegah timbulnya perlekatan atau kontraktur jaringan lunak serta mencegah strain
berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.
- Gerakan aktif dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan pergerakan.
- Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot. Biasanya
dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu setelah pembedahan
atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ekstremitas.
7. H. Komplikasi
- Perdarahan masif : hilangnya 50% jumlah darah dalam waktu kurang dari 3 jam
yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.
- Nyeri yang berkepanjangan
- Infeksi : Jika ada luka pada kulit atau fraktur yang dialami berjenis terbuka,
maka bakteri dapat masuk kedalam tubuh dan menginfeksi tulang atau sumsum
tulang.
- Nonunion : kondisi dimana tulang yang patah tidak dapat menyatu kembali.
- Malunion : kondisi terjadinya proses penyatuan tulang yang tidak tepat.
- Nekrosis avaskular : kematian jaringan.
- Cacat permanen
- Gangren : terjadi karena anggota tubuh tidak mendapat pasokan darah yang
cukup, sehingga menyebabkan kematian jaringan. Selain itu, gangren juga
disebabkan oleh adanya infeksi.
- Thromboembolic disease : penyakit bekuan darah di pembuluh darah vena yang
dapat menyebabkan aliran darah melambat sehingga daerah yang tersumbat
menjadi bengkak, merah, dan sakit.
8. Pengkajian Keperawatan
Ny. I (70 tahun) dirawat diunit Kasimo sejak 1 hari yang lalu dengan diagnosa medis
fraktur Hip dextra dan direncanakan akan menjalani operasi ORIF pasang moore
protesa besok pagi jam 08.00
Ku tampak sakit sedang, kesadaran CM, tampak berbaring lemah dan klien mengeluh
nyeri pada tungkai kanan dengan intensitas 7-8 serta tidak mampu untuk digerakkan.
Klien juga tampak terpasang traksi kulit pada tungkai kanan.
Klien mengatakan pasrah pada rencana operasi besok tetapi klien mengatakan tidak
atu apa saja persiapan operasinya dan apakah bisa berjalan lagi nantinya.
Hasil observasi : TD 160/100, N 90x/menit, S 36.7 C, P 18x/menit Hasil lab belum
ada
Hasil foto rontgen: Tampak fraktur complete os collum femur
9. Diagnosa Keperawatan
DS:
1 Agen pencedera Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada fisik
tungkai kanan dengan intensitas
7-8 serta tidak mampu untuk
digerakkan.
DO:
- TTV:
PQRST
P = Pasien mengatakan nyeri
pada tungkai dextra
Q = pasien mengatakan nyeri
terutama bila
dimiringkan
R = tungkai dextra
S = skala nyeri 7-8/10
T = hilang timbul
- Pasien tampak mengantuk
saat pengkajian
- Pasien tampak lemah dan
pasrah, meringis kesakitan
karena nyeri di tungkai kanan
-
DS: Nyeri Gangguan Mobilitas
2
Fisik
Pasien mengatakan aktivitas
selama dirumah sakit dibantu
penuh oleh anak pasien, pasien
juga mengatakan tidak ada
keluhan sesak. Di rumah sakit
pasien merasakan lemas dan
mengeluh nyeri pada tungkai
kanan terutama bila digerakkan.
Pasien mengatakan aktifitas
ditempat tidur dan dibantu
penuh oleh anaknya
DO:
-Tampak lemas
-Gerakan terbatas
- TTV:
R = tungkai dextra
S = skala nyeri 7-8/10
T = hilang timbul
- Pasien tampak
mengantuk saat
pengkajian
- Pasien tampak lemah
dan pasrah, meringis
kesakitan karena nyeri di
tungkai kanan
Observasi:
Gangguan mobillitas fisik b.d 1. Identifikasi adanya nyeri dan keluhan
nyeri fisik lainnya
Setelah dilakukan intervensi R/ mengetahui lokasi dan waktu nyeri
DS: selama 3x24 jam, diharapkan yang dirasakan pasien
gangguan mobilitas fisik 2. Monitor keadaan umum sebelum
Pasien mengatakan menurun dengan kriteria hasil: melakukan mobilisasi
R/menentukan mobilisasi pasien
aktivitas selama dirumah - Pergerakan ekstremitas
sesuai keadaan pasien
cukup meningkat
sakit dibantu penuh oleh - 3. Monitor toleransi fisik melakukan
Nyeri cukup menurun pergerakan
anak pasien, pasien juga (skala 1-2/10) R/mengetahui keadaan pasien
- Kecemasan cukup Teraupetik:
mengatakan tidak ada menurun 1. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan gerakan
keluhan sesak. Di rumah - Kelemahan fisik cukup
R/agar bisa dilakukan sendiri oleh
menurun
pasien dan keluarga
sakit pasien merasakan 2. Fasilitasi aktivitas fisik dengan alat
lemas dan mengeluh nyeri bantu (mis kursi roda, tongkat)
R/membantu pasien dalam
pada tungkai kanan melakukan mobilisasi
Edukasi:
terutama bila digerakkan. 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Pasien mengatakan R/agar pasien mengerti dan
memahami tujuan mobilisasi setelah
aktifitas ditempat tidur dan
operasi
dibantu penuh oleh 2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukn (mis duduk ditempat
anaknya tidur atau disamping tempat tidur)
R/ memberikan mobilisasi pasien
DO: secara bertahap
Kolaborasi:
-Tampak lemas 3. Kolaborasi pemberian analgesik jika
perlu
R/ mengurangi nyeri sehingga
-Gerakan terbatas pasien dapat melakukan mobilisasi
- TTV:
- TD 160/100, N 90x/menit,
S 36.7 C, P 18x/menit