Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M.

KURNIA DENGAN RUPTUR TENDON


DI RUANG OPERASI RSU Dr.SLAMET GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Disusun oleh :

SITI ZENAB

NIM : KHGC18104

4B S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2021/2022
BAB 1

Ruptur Tendon

A. Definisi Ruptur Tendon

Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang disebabkan karena trauma
dimana dapat terjadi secara parsial maupun komplit. (William E. Prentice:2016).
Tendon adalah struktur anatomis dalam tubuh yang berfungsi menghubungkan otot ke
tulang. Otot yang bertanggung jawab untuk menggerakan tulang,dengan kata lain ototlah
yang menghasilkan gerak sehingga memungkinkan individu untuk melakukan aktivitas
seperti duduk, berdiri, berjalan, melompat, mengangkat, dan bahkan bergerak dalam
banyak kombinnasi ccara (kannus, 2000:312). Dengan kata lain, struktur anatomis yang
tepat akan menentukan fungsi tendon yang tepat (Bejamin, Kaiser & Milz,2008:211).
Ruptur tendon lengan bawah adalah robek atau terputusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) pada lengan bawah yang disebabkan oleh cedera akibat trauma
tajam. (arif muttaqin,2011 )

B. Etiologi
Mekanisme ekstensor pada tangan dan jari-jari adalah suatu struktur yang sangat
bergantung pada keseimbangan otot ekstrinstik dan instrinstik. Dua per tiga dari seluruh
cedera akut pada laserasi ekstensor tendon sangat berhubungan dengan cedera pada kulit,
Tulang dan sendi. Semua tendon ekstrinstik di pergelang tangan, pergelangan kaki, sisi
dorsal dari jari kesatu hingga jari kelima dipersarafi oleh nervus radialis. Tendon
ekstensor berada dalam enam kompartemen yang tersusun dalam suatu ruang yang di
bentuk oleh jaringan fibroosseus, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya efek
bowstring pada saat gerakan ekstensi dari pergelangan lengan tangan, kaki..

C. Patofisiologi
Ruptur traumatic tendon ekstremitas bawah dapat terjadi pada tendon
ekstensor, tendon fleksor , pronator dan abduktor akibat trauma tajam, seperti luka
bacok yang mengenai lengan baawah. Kondisi klinis rupture tendon lengan bawah
menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam dan hebat, kerusakan jaringan
lunak pasca-trauma, penurunan pungsi lengan dalam mobilisasi meningkatkan risiko
trauma dan menimbulkan respons ansietas pada klien. Intervensi medis berupa bedah
perbaikan (repair tendon ) menimbukkan nyeri pasca-bedah, risiko tinggi infeksi dari
luka pasca-bedah, risiko tinggi trauma, dan hambatan mobilisasi fisik

D. Karakteristrik dari Ruptur tendon


1. Terdapat dua tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking.
2. Memiliki struktur juncturae tendineum yang menghubungkan ekstensor digitorum dan
ekstensor digiti minimi.

Juncturae ini sangat penting dalam proses distribusi kekuatan dari tendon,laserasi
pada junturae akan menyebabkan subluksasi dari tendon pada area persendian
metacarpophalangeal ke arah sisi radial dan ulnar.
a. Sagital Band Struktur yang terletak pada level metacarpophalangeal joint yang
berfungsi memberikan efek sentralisasi pada ekstensor tendon dan struktur ini
melekat pada volar plate dan periosteum dari tulang phalanx proksimal.
Lateral Band Merupakan tempat bertemunya otot-otot instrinstik pada setiap
sisi dari jari, sisi terminal dari lateral band di stabilkan oleh triangular ligament yang
berinsersi pada area phalanx distal dari jari

E. Penatalaksanaan
Bedah perbaikan primer tidak boleh di coba jika luka terkontaminasi atau jika
ujung yang terpotong ditemukan dengan diseksi yang luas. Jahitan primer mungkin
dikontraindikasikan jika luka terkontaminasi, terdapat selang waktu yang lama antara
cedera dan perbaikan, banyak kehilangan kulit, atau fasilitas operasi tidak memadai.
Dalam keaadan ini, diperlukan perbaikan sekunder atau pencangkokan tendon. Pada
luka yang bersih dengan kulit penutup yang memadai, perbaikan primer tertunda
dapat dilakukan sampai 6 minggu setelah cedera, tetapi jauh lebih baik dalam 3
minggu pertama.

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ruptur tendon
adalah Laboratorium darah dan Radiologi.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Wawancara
1. Identitas klien : Nama, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku Bangsa, Alamat, Tanggal
Pengkajian, No RM, dan Diagnosa Medis.
2. Identitas Penanggung jawab : Nama, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku Bangsa,
Alamat, hubungan dengan klien
b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : keluhan yang paling dominan dirasakan klien
2. Riwayat kesehatan sekarang : informasi yang berkaitkan keluhan yang diuraikan
PQRST
3. Riwayat kesehatan keluarga : Kaji keadaan kesehatan keluarga, apakah ada orang
yang menderita penyakit menular atau menahun
c) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Pemeriksaan tanda -tanda vital
 Tekanan darah
 Respirasi
 Nadi
 Suhu

d) Pemeriksaan fisik Head To Toe : Kepala, rambut, mata, hidung, mulut, telingga,
leher, dada, abdomen, genetalia, ekstremitas atas dan bawah
e) Pemeriksaan Penunjang :
- Sinar X
- Ct scan
- Mri
- Pemeriksaan laboratorium
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: pasien mengatakan Ruptur Tendon Nyeri Akut
nyeri pada luka post op Ekstremitas bawah
dengan PQRST:

P: Luka post op Kerusakan


neuromuskular
Q: Sepeti tersayat-sayat

R: Pada Jari kaki Nyeri

S: Dengan skala 5

T: Setiap bergerak.

Do:
kesadaran:composmentis

-GCS : 15

-TTV:

TD: 162/100mmHg

Suhu : 36,7 C

RR : 20x/menit
Nadi : 70 x/menit
2. Ds: klien mengatakan sulit Nyeri Hambatan
untuk bergerak karena nyeri mobilitas fisik
Sulit bergerak
Do: keadaan umum klien
lemah
Hambatan mobilitas
- klien tampak meringis saat fisik
melakukan pergerakan

a
C. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
2. Hambatan mobilitas fisik dengan nyeri

D. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Pada klien dengan
berhubungan tindakan keperawatan 1x24 (tekanan darah, gangguan nyeri
dengan luka jam diharapkan nyeri pada respirasi, nadi, suhu) menyebabkan gelisah
post op klien berkurang atau hilang serta tekanan darah dan
2. Kaji skala nyeri klien (0-
dengan kriteria hasil: nadi meningkat
10)
1. Adanya penurunan 2. Skala nyeri dapat
3. Ubah posisi klien (sesuai
skala nyeri 1-3 berarti menunjukkan kualitas
dengan kenyamanan
nyeri ringan, skala nyeri yang dapat di
klien) kurangi aktivitas
nyeri 4-6 berarti nyeri rasakan klien
yang berat
sedang, skala nyeri 7-
3. Merelaksasikan oto dan
10 berarti nyeri berat. 4. Pengurangan kecemasan
mengalihkan perhatian
2. Tampak rileks/dapat 5. Pemberian obat dari sensasi nyeri,
beristirahat dengan meningkatkan
tepat kenyamanan dan
menurunkan distraksi
3. klien mengerti
tidak Menyenangkan
penyebab nyerinya
4. Menurunkan
4. Tanda-tanda Vital
kecemasan klien
dalam batas normal.
5. Untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan
klien
Hambatan Setelah dilakukan tindakan
2. 1. Anjurkan pada pasien 1. Mencegah terjadinya
mobilitas keperawatan selama 1x24 jam
untuk memulai kekakuan pada otot
fisik dapat melakukan mobilisasi
menggerakkan ekstremitas setelah post op
berhubungan Kriteria hasil:
bawah, mika miki, duduk,
dengan Nyeri 1. Pasien sudah mampu 2. Membantu
sampai jalan dalam jarak
Akut mika/miki melenturkan otot
dekat
2. Pasien mampu berjaaln ektremitas bawah
3. Pasien sudah berjalan 2. Motivasi pasien agar pasien agar kembali
dengan jarak 5-10
mau bergerak semula
meter

3. Batasi aktivitas pasien 3. Mencegah terjadinya


4. Kekuatan otot kembali
yang terlalu berat nyeri dan cedera
normal.

4. Bantu pasien dalam 4. Mengistirahatkan


melakukan aktivitas mandiri pasien decara optimal
pasien yang belum bisa dengan mencegah
dilakukan sendiri. terjadinya resiko jatuh

5. Kolaborasi dengan 5. Membantu


dokter dan tim medis dalam mempercepat proses
pemberian terapi kesembuhan pasien
farmakologi

Anda mungkin juga menyukai