Anda di halaman 1dari 12

SEORANG LAKI-LAKI USIA 68 TAHUN DENGAN NYERI

LENGAN KANAN ATAS


A 68-Year-Old Man with Upper Right Arm Pain

Nico Andrian', Farhat2


' Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Pembimbing, Departemen Ortopedi dan Traumatologi, RSUD Harjono S. Ponorogo
Korespondensi: Nico Andrian. Alamat email: aominedaikki06@gmail.com
ABSTRAK
Fraktur adalah hilangnya kontinuinitas tulang yang disebabkan oleh trauma dan non trauma.
Mungkin berupa retakan atau pecahnya korteks; namun lebih sering berupa patahan komplit. Sebagian
besar patah tulang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan (overloading), bisa
disebabkan oleh cidera langsung (direct injury) maupun cidera tidak langsung (indirect injury). Fraktur
humerus relatif umum, mewakili sekitar 1% hingga 5% dari semua fraktur. Insiden tahunan berkisar
antara 13 hingga 20 per 100.000 orang dan telah ditemukan lebih tinggi dengan usia. Fraktur humerus
dapat diklasifikasi menjadi proksimal, shaft, dan distal. Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat
trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas, nyeri tekan, krepitasi,
gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas atau keutuhan tulang, dan gangguan
neurovaskuler. Pemeriksaan penunjang radiografi polos cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis dan
rencana tatalaksana untuk fraktur humerus. Anteroposterior (AP) dan radiografi lateral diperlukan untuk
memvisualisasikan dan membuat penilaian lengkap dari fraktur. Tambahan radiografi bahu dan siku
sangat dianjurkan dalam kasus di mana ada dugaan cedera pada ini sendi (nyeri di sekitar bahu atau
siku). Terapi fraktur secara umum memerlukan prinsip “empat R”, yaitu : rekognisi, reduksi atau
reposisi, retaining atau imobilisasi, dan rehabilitasi. Berikut beberapa metode dan alat yang digunakan
pada terapi konservatif: Hanging cast, Coaptation splint, Thoracobranchial immobilization (velpeau
dressing), dan Shoulder spica cast.
Kata Kunci: Fraktur, Humerus, 4R, Konservatif
ABSTRACT
Fracture is a loss of continuity of bone caused by trauma and non-trauma. It may be a crack or
rupture of the cortex; but more often in the form of a complete fracture. Most fractures are caused by
sudden and excessive force (overloading), which can be caused by direct injury or indirect injury.
Fractures of the humerus are relatively common, representing about 1% to 5% of all fractures. The
annual incidence ranges from 13 to 20 per 100,000 people and has been found to be higher with age.
Humeral fractures can be classified as proximal, shaft, and distal. The classic symptoms of a fracture are
a history of trauma, pain and swelling in the fractured bone, deformity, tenderness, crepitus, impaired
musculoskeletal function due to pain, broken bone continuity or integrity, and neurovascular disorders.
Plain radiographs are sufficient to confirm the diagnosis and treatment plan for a humeral fracture.
Anteroposterior (AP) and lateral radiographs are required to visualize and make a complete assessment
of the fracture. Additional radiographs of the shoulder and elbow are highly recommended in cases
where there is suspected injury to these joints (pain around the shoulder or elbow). Fracture therapy
generally requires the "four R's" principles, namely: recognition, reduction or repositioning, retaining or
immobilization, and rehabilitation. The following are some of the methods and tools used in conservative
therapy: Hanging cast, Coaptation splint, Thoracobranchial immobilization (velpeau dressing), and
Shoulder spica cast.
Keywords: Fracture, Humerus, 4R, Conservative

PENDAHULUAN trauma dan non trauma. Mungkin berupa

Fraktur adalah hilangnya retakan atau pecahnya korteks; namun lebih

kontinuinitas tulang yang disebabkan oleh sering berupa patahan komplit. Sebagian

1
ISSN : 2721-2882
besar patah tulang disebabkan oleh penyakit dahulu berupa hipertensi dan
kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan trauma pada lokasi yang sama tahun 2019
(overloading), bisa disebabkan oleh cidera dan sudah menjalani operasi. Pasien
langsung (direct injury) maupun cidera makan terakhir 5 jam SMRS. Event
tidak langsung (indirect injury). Fraktur surrounding injury menurut keterangan
humerus relatif umum, mewakili sekitar pasien adalah Peristiwa terjadi 2 jam
1% hingga 5% dari semua fraktur. Insiden SMRS. Pasien sedang mencari rumput
tahunan berkisar antara 13 hingga 20 per saat hujan kemudian terpeleset lengan
100.000 orang dan telah ditemukan lebih atas jatuh ketanah terlebih dahulu dan
tinggi dengan usia. Fraktur humerus dapat tertimpa badan pasien. Setelah itu pasien
diklasifikasi menjadi proksimal, shaft, dan mengeluhkan nyeri. Nyeri semakin
distal. Tujuan penulisan karya ilmiah ini memberat ketika digerakkan. Nyeri
adalah untuk meningkatkan pemahaman berdenyut (+), memberat ketika kaki di
secara komprehensif tentang fraktur gerakkan. Nyeri yang bersifat tajam (-),
humerus dan tugas ilmiah stase bedah. kelainan bentuk tulang sejak lama (-),

nyeri yang memberat saat malam hari (-),


LAPORAN KASUS
nyeri bersifat menyeluruh (-), nyeri yang
Seorang laki-laki berusia 68
terjadi saat awal gerak kemudian
tahun datang ke IGD RSUD Harjono S.
membaik saat jalan (-), kesemutan disertai
Ponorogo pada tanggal 26 Juli 2022 jam
kelemahan otot (-). Riwayat penyakit
17.00 dengan keluhan nyeri lengan kanan
keluarga disangkal. Anamnesis sistemik
bagian atas. Survei primer yang terdiri
terdapat hambatan gerak pada ekstremitas
dari Airway, Breathing, Circulation, dan
atas dekstra.
Dissability dalam batas normal. Exposure
Keadaan umum tampak sakit
tampak bengkak pada lengan atas tangan
sedang. Kesadaran compos mentis GCS
kanan. Survei sekunder berupa riwayat
E4V5M6. Tanda vital pasien yaitu
alergi dan pengobatan disangkal. Riwayat

2
ISSN : 2721-2882
tekanan darah 176/107 mmHg, frekuensi Motorik : fleksi dan ekstensi, m.
nafas 22x/menit, frekuensi nadi flexor digitorum superficialis
83x/menit reguler, isi dan tegangan proksimal digiti II (+), ekstensi distal
cukup, suhu 37.2O C, dan SpO2 98%. digiti II (-)
Status generalis pasien dalam batas 4. N. Ulnaris :
normal. Sensorik : volar phalanx distal digiti
Status lokalis yaitu lokasi trauma V (+)
regio brachii dekstra. Pada Look tidak Motorik : fleksi, ekstensi, abduksi m.
ditemukan edema, bula, vulnus, dan bone Flexor digitorum profundus
exposure. Terdapat deformitas angulasi proksimal digiti V, (+), ekstensi distal
anterolateral dan translasi dengan rincian digiti V (-)
anatomical length 22/24 cm maka Limb 5. N. Radialis
Length Discraepancy 2 cm. Pada Feel Sensorik : di daerah anatomical snuff
nyeri tekan diakui dengan skor VAS 6. box
Akral hangat dan CRT < 2 detik. Fungsi Motorik : very high : ekstensi elbow
inervasi yaitu : m. Triceps (+), high : ekstensi wrist
1. N. Axilaris m. Ekstensor carpi radialis longus
Sensorik : badge area (+) brevis dan m. ekstensor pollicis
Motorik : abduksi shoulder m. longus (EPL) (+), low : ekstensi m.
Deltoid (+) ekstensor digitorum communis
2. N. Muskulokutaneus proksimal digiti I, (+), ekstensi distal
Sensorik : medial brachii (+) digiti I (-).
Motorik : fleksi elbow m. Bicep (+) Pulsasi A. Radialis (+) reguler, sama kuat
3. N. Medianus antara kanan dan kiri. Pada Move
Sensorik : volar phalanx distal digiti didapatkan krepitas, false movement, dan
II (+) nyeri gerak. Range of Motion terbatas

3
ISSN : 2721-2882
karena nyeri. menunjukkan leukositosis 13.7x103/µL.

Xray AP thorak pada gambar 2.

Gambar 2. Xray AP Thorak

Deskripsi :

1. Airway
Gambar 1. Foto pasien saat sampai di Tidak ditemukan deviasi trachea
bangsal Flamboyan. Tampak angulasi ke
2. Breathing
arah anterolateral
tidak ditemukan peningkatan corakan
Berdasarkan dari anamnesis dan
bronkovaskuler, tidak ditemukan
pemeriksaan fisik Clinical assessment
bayangan opak maupun semi-opak pada
pada kasus ini adalah Closed Fracture
kedua lapang paru.
Regio Brachii dekstra dengan diagnosis
3. Circulation
banding dislokasi sendi cubiti.
CTR 48%, Pinggang jantung terlihat,
Planning diagnosis yang
dan Conus pulmonalis tidak menonjol
dilakukan adalah pemeriksaan
4. Diaphragma
laboratorium darah lengkap, Xray AP
Bentuk domeshaped, Sudut
Thorak, dan Xray AP/L regio brachii
costophrenicus dekstra et sinistra tajam
dekstra. Hasil darah lengkap
5. Everithing else

4
ISSN : 2721-2882
Tidak ditemukan soft tissue swelling Soft tissue swelling (+)
Kesimpulan : thorak normal Kesimpulan : Fraktur 1/3 Distal Os.
Xray AP/L regio brachii dekstra Humerus Dekstra dengan Fragmen Distal
pada gambar 3. mengarah ke anterior dengan plate and

screw fixation

Osteoporosis.

Berdasarkan Planning Diagnosis

maka diagnosis kerja pada kasus ini adalah

Closed Fracture Complete 1/3 Distal Os.

Humerus Dekstra dengan fiksasi internal.

Planning terapi yang dilakukan

terdiri dari medikamentosa dan non-

medikamentosa. Medikamentosa berupa

injeksi Ketorolac 30 mg/ml 3x1 ampul dan


Gambar 3. Xray AP/L regio brachii injeksi Cefoperazone 2x1 g. Non
Deskripsi :
medikamentosa berupa imobilisasi dengan
1. Alignment
spalk, konsul dokter ortopedi dan
Tampak diskontinuitas tulang pada 1/3
traumatologi usul aff plate dan Plating
distal Os. Humerus Dekstra dengan
humerus.
fragmen distal mengarah ke anterior,
Planning monitoring yang
Terpasang fiksasi internal
dilakukan adalah Observasi tanda nyeri,
2. Bone
vital sign, compartment syndrome, dan
Densitas tulang berkurang
tanda klinis.
3. Cartilage
Planning edukasi adalah Latihan
Tidak ditemukan dislokasi sendi
rentang gerak untuk tangan dan
4. Soft tissue
pergelangan tangan harus dimulai segera

5
ISSN : 2721-2882
setelah operasi. operasi dilakukan Xray AP/L regio
Tindakan Operasi dilakukan pada brachii dekstra ulang. Berikut ini
tanggal 27 Juni 2022. Jenis tindakan Aff hasilnya.
Plate dan Plating humerus. Berikut ini

dokumentasi durante operasi.

Gambar 5. Xray AP/L post

operasi

Deksripsi :

1. Alignment

Terdapat diskontinuitas pada 1/3

distal Os. Humerus Dekstra,

Terpasang plate and screw fixation

2. Bone

Densitas tulang berkurang.

3. Cartilage

Tidak ditemukan dislokasi sendi

Gambar 4. Foto durante operasi. Foto atas 4. Soft Tissue swelling (+)

adalah proses pelepasan plate. Foto Kesimpulan : Kesimpulan : fraktur 1/3


bawah adalah prosese plating humerus. distal Os. Humerus Dekstra dengan
Setelah dilakukan tindakan
fiksasi internal

6
ISSN : 2721-2882
Setelah operasi dilakukan follow radiografi polos cukup untuk
up pada hari ke-1 sampai hari ke-5. mengkonfirmasi diagnosis dan rencana
Keluhan berupa nyeri saat digerakkan. tatalaksana untuk fraktur humerus.
Planning terapi yang diberikan setelah Anteroposterior (AP) dan radiografi
operasi adalah Injeksi Ketorolac 30 mg lateral diperlukan untuk
3x1 ampul, Injeksi Ranitin 50 mg 2x1 memvisualisasikan dan membuat
ampul, dan rawat luka post operasi. penilaian lengkap dari fraktur. Tambahan

radiografi bahu dan siku sangat


PEMBAHASAN
dianjurkan dalam kasus di mana ada
Kasus ini menggambarkan
dugaan cedera pada ini sendi (nyeri di
presentasi klinis pada pasien fraktur 1/3
sekitar bahu atau siku).
distal humerus. Diagnosis fraktur 1/3
Perdarahan dari patah long bone
distal os. Humerus ditegakkan
dapat menjadi penyebab terjadinya syok
berdasarkan hasil pemeriksaan xray yaitu
hipovolemik. Pasien harus dievaluasi
terdapat diskontinuitas paa 1/3 distal
dengan holistik dan lengkap. Ekstremitas
humerus. Gejala fraktur adalah rasa nyeri
harus di imobilisasi untuk mencegah
dan edema di bagian tulang yang patah,
kerusakan jaringan pada area yang cedera.
deformitas, tenderness, krepitasi, range
Terapi fraktur secara umum
of movement terbatas akibat nyeri, adanya
memerlukan prinsip “empat R”, yaitu :
diskontinuitas, dan gangguan
recognition, reduction, retaining, dan
neurovaskuler. Apabila gejala tersebut
rehabilitation.
ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat
1. Recognition
ditegakkan walaupun jenis frakturnya
Merupakan penegakkan diagnosis
belum dapat ditentukan. Pemeriksaan
yang benar sehingga dapat membantu
radiologi dilakukan untuk menentukan
managemen fraktur supaya planning
jenis dan fragmen fraktur.
therapy dapat diterapkan secara
Pemeriksaan penunjang

7
ISSN : 2721-2882
maksimal. perlu dilakukan open reduction diikuti
2. Reduction dengan internal fixation (Solomon,
merupakan tindakan menata Warwic & Selvadurai, 2018).
fragmen-fragmen tulang yang fraktur Reduction dan imobilisasi yang
semirip mungkin dengan posisi normal. baik sangat dibutuhkan; tambahan beban
3. Retaining pada lengan dengan cast cukup untuk
Merupakan tindakan imobilisasi mereduksi fragmen ke midline. Hanging
fragmen dalam posisi reduksi selama cast dapat dipakai mulai dari bahu hingga
proses penyembuhan. Metodenya bisa pergelangan tangan dengan posisi siku
dengan pemasangan gips dengan metode fleksi 90° dan bagian lengan bawah
U Slab dan hanging cast. digantung dengan sling pada leher pasien.
4. Rehabilitation Cast (pembalut) dapat diganti setelah 2-3
Merupakan latihan untuk minggu dengan pembalut pendek (short
mengembalikan fungsi dari tulang yang cast) dari bahu hingga siku atau
fraktur. Tujuannya untuk mencegah functional polypropylene brace selama ±
bengkak, joint stiffness, mengembalikan 6 minggu (Solomon, Warwic &
fungsi muskulus dan pasien dapat Selvadurai, 2018).
kembali menjalani aktivitas normal. Wrist dan jari pasien harus dilatih
Sebagian besar, terapi fracture gerkannya segera setelah imobilisasi.
shaft humerus dapat diterapi secara Latihan gerak dengan pendulum pada
closed reduction karena mampu bahu dimulai dalam 1 minggu perawatan,
menolerir deformitas berupa angulasi, tetapi gerakan abduksi aktif harus ditunda
shortening serta rotation. Toleransi hingga patah tulang mengalami union.
angulasi fragmen mampu mencapai 30 Union spiral fracture terjadi sekitar 6
derajat, ditinjau dari segi fungsi dan minggu, tetapi ada yang sekitar 4-6
kosmetik. Open fracture dan non-union minggu. Sekali mengalami union, hanya

8
ISSN : 2721-2882
sling yang dibutuhkan hingga fragmen minggu setelah trauma. Dengan metode
tulang yang fraktur bersatu dan kuat ini lebih dari 96% dilaporkan mengalami
(Solomon, Warwic and Selvadurai, union (Agol, Koval & Zuckerman, 2015).
2018). b. Coaptation splint
Terapi konservatif terkadang Memiliki stabilisasi yang lebih
tidak bisa memuaskan pasien karena besar dan mengalami gangguan lebih
harus dirawat dengan durasi yang lama. kecil daripada hanging arm cast. Lengan
Maka dari itu pada fracture shaft bawah digantung dengan collar dan cuff.
humerus harus dilakukan operasi dan Coaptation splint diindikasikan pada
pemasangan internal fixation yang fraktur shaft humerus akut dengan
kokoh. minimal shortening dan untuk jenis
Berikut beberapa metode dan alat fraktur oblik pendek dan transversa yang
yang digunakan pada terapi konservatif: dapat bergeser. Kerugian coaptation
a. Hanging cast
splint meliputi inflamasi pada aksilla dan
Indikasi penggunaan meliputi berpotensi lepas karena licin. Splint dapat
pergeseran mid shaft fracture humerus diganti dengan fuctional brace pada 1-2
dengan deformitas shortening, terutama minggu pasca trauma (Agol, Koval and
fraktur spiral dan oblik. Penggunaan pada Zuckerman, 2015).
fraktur transversa dan oblik menunjukkan c. Thoracobranchial immobilization
kontraindikasi relatif karena berpotensi (velpeau dressing)
terjadi gangguan dan komplikasi pada Digunakan pada pasien yang
saat recovery. Pasien harus melakukan lebih tua dan anak-anak yang tidak dapat
elevasi lengan penuh atau setengah ditoleransi dengan metode terapi lai..
sepanjang waktu dengan posisi cast terapi konservatif ini diindikasikan untuk
terfiksasi untuk efektivitas. Kemudian fraktur dengan pergeseran yang minimal
diganti dengan fuctional brace 1-2 atau fraktur yang tidak bergeser yang

9
ISSN : 2721-2882
tidak membutuhkan reduksi. Latihan edukatif dan tidakmampu untuk
pasif pendulum bahu dapat dilakukan mempertahankan toleransi reduksi. Collar
dalam 1-2 minggu pasca trauma (Agol, dan cuff dapat digunakan untuk
Koval & Zuckerman, 2015). menopang lengan bawah; aplikasi sling
d. Shoulder spica cast
dapat menghasilkan angulasi varus
Diindikasikan pada jenis patah (kearah midline) (Agol, Koval and
tulang yang diharuskan melakukan Zuckerman, 2015).
gerakan abduksi dan eksorotasi Pasien terkadang mengeluhkan
ektremitas atas. Dampak negatif teknik hanging cast tidak nyaman dan
ini meliputi kesulitan mengaplikasikan membosankan. Pasien bisa merasakan
cast, terlalu longgar, inflamasi kulit, fragmen bergerak. Hal penting yang perlu
ketidaknyamanan dan kesusahan diingat bahwa tingkat komplikasi setelah
memposisikan ektremitas atas (Agol, internal fiksasi pada humerus cukup
Koval and Zuckerman, 2015). tinggi dan sebagian besar fraktur humerus
e. Functional bracing mengalami union tanpa tindakan operatif
Teknik ini dapat memberikan (Solomon, Warwic and Selvadurai, 2018).
efek penekanan hidrostatik pada jaringan Meskipun demikian, terdapat beberapa
lunak dan mempertahankan aligment indikasi untuk dilakukan tindakan bedah,
fraktur ketika melakukan gerakan pada yaitu:
sendi yang berdekatan. Brace biasanya a. Multiple fracture berat
dipasang selama 1-2 minggu pasca b. Open fracture
trauma setelah pasien diberikan hanging c. Fraktur segmental
arm cast atau coaptation splint dan
d. Fraktur ekstensi intra-artikuler
bengkak berkurang. Kontraindikasi
yang bergeser
metode ini meliputi luka yang massif e. Fraktur patologis
pada jaringan lunak, pasien kurang f. Floating elbow – fraktur regio

10
ISSN : 2721-2882
antebrachii dan humerus yang berhubungan dengan lesi neurovaskuler,
fragmennya tidak stabil serta humerus non-union.
bersamaan
SIMPULAN DAN SARAN
g. Palsi saraf radialis (radial
Kasus ini menggambarkan fraktur
nerve palsy) setelah manipulasi
pada 1/3 distal akibat pasien jatuh kembali.
h. Non-union (Solomon, Warwic
Meskipun demikian tidak terjadi komplikasi
and Selvadurai, 2018)
fatal pada pasien. Luaran pada kasus ini
Fiksasi dapat berhasil dengan;
baik. Kasus ini menekankan pada
a. Fungsi kompresi dan fiksasi
pentingnya untuk mengedukasi kepada
plate and screws
pasien untuk tetap berhati-hati ketika
b. Interlocking intramedullary
melakukan aktivitas.
nail

c. External Fixation
DAFTAR PUSTAKA
Platting menjadikan reduksi dan
Agol, A. K., Koval, J. K. and Zuckerman, J.
fiksasi menjadi lebih baik dan
D. (2015) Handbook of Fracture fifth
edition. Philadelphia: Lippincott
menambahkan dampak positif tambahan
Williams & Wilkins.
bahwa tidak mengganggu fungsi bahu Attum, B. and Thompson, J. H. (2021)
Humerus Fractures Overview.
dan siku, namun membutuhkan irisan Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
luas dan proteksi pada nervus radialis. NBK482281/ (Accessed: 12 January
2022).
Platting diindikasikan pada fraktur
Drake, R., Vogl, W. and Mitchell, A. (2012)
humerus dengan canalis medullaris yang Gray’s Basic Anatomy. Singapore:
Elsevier Churcill Livingstone.
berukuran kecil, fraktur shaft humerus
Gallusser, N., Barimani, B. and Vauclair, F.
distal dan proksimal, fraktur humerus (2021) „Humeral shaft fractures‟,
EFORT Open Reviews, 6(1), pp. 24–
dengan ekstensi intraartikuler, fraktur 34. doi: 10.1302/2058-
5241.6.200033.
yang memerlukan eksplorasi untuk
Paulsen, F. and Waschke, J. (2013) Sobotta
evaluasi dan perawatan yang Atlas Anatomi Manusia: Anatomi
Umum dan Muskuloskeletal. 15th
edn. Jakarta: EGC.

11
ISSN : 2721-2882
Raza, M. and Iossifidis, A. (2021) Available at:
„Paediatric Humeral Shaft Fractures: www.journal.uta45jakarta.ac.id.
An Overview and Modern
Management Approach‟, Solomon, L., Warwic, D. and Selvadurai, N.
International Journal of (2018) Apley And Solomon Concise
Orthopaedics, 8(2), pp. 1441–1446. System Of Orthopaedics Trauma 10th
edition. Thompson, J. (2010) Netter’s
Schoch, B. S. et al. (2017) „Humeral shaft Concise Orthopaedic Anatomy. 2nd
fractures: national trends in edn. Philadelphia: Elsevier Saunders.
management‟, Journal of
Orthopaedics and Traumatology, Wisnu Satiti, R. D., Sahputra, R. E. and
18(3), pp. 259–263. doi: Silvia, R. (2020) „Profil Kejadian
10.1007/s10195-017- 0459-6. Fraktur Humerus Pada Anak Di
RSUP Dr. M. Djamil Padang‟, Jurnal
Sjamsuhidajat, R. and De Jong, W. (2017) Ilmu Kesehatan Indonesia, 1(2). doi:
Buku Ajar Ilmu Bedah Sistem Organ 10.25077/jikesi.v1i2.54.
dan Tindak Bedahnya (2), Egc.

12
ISSN : 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai