Tanda bongkol sendi atau kepala sendi keluar dari mangkok sendi
Perlu pengobatan dari rumah sakit untuk mengembalikan bentuk anatomi
yang normal dari bahu tersebut.
a. Cedera olah raga. Contohnya : sepak bola dan hoki, bermain sky, senam,
volley.
c. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
1. Dislokasi anterior
2. Dislokasi posterior
3. Dislokasi Inferior
3. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini dapat
menggunakan tanda cemas (apprehension sign).
8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan ini mungkin dilakukan jika pasien memiliki sendi bahu atau
ligamen yang lemah. Di sini dokter akan membuat irisan kecil dan
memasukkan arthroscope (selang kecil yang dilengkapi kamera dan
lampu).
3. Obat-obatan
Obat pereda sakit atau pelemas otot agar penderita merasa nyaman saat
bahu masih dalam proses penyembuhan.
4. Penyangga
5. Rehabilitasi
3. DS: Ansietas
Pasien mengatakan trauma dengan Gangguan citra tubuh
kecelakaan yang dialaminya serta takut
apabila tidak dapat pulih seperti semula Konflik Interpersonal
DO: -
Ansietas
No. Data Etiologi Masalah
• Hambatan mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas tulang d.d bahu dan
sebagian lengan atas pasien tidak dapat digerakkan seperti biasanya
sehingga gerakan menjadi terbatas
20 April Hambatan 1. Menempatkan matras atau 1. Pasien mengatakan terasa Ns. Yuni
2018
mobilitas fisik b.d kasur terapeutik dengan cara nyaman setelah
09.30
terputusnya
yang tepat diposisikan sesuai body
kontinuitas tulang
2. Memposisikan pasien sesuai alignment yang tepat
d.d bahu dan
body alignment yang tepat 2. Pasien mengatakan sudah
sebagian lengan
atas pasien tidak 3. Menggunakan alat ditempat mengerti cara mobilisasi
dapat digerakkan tidur untuk melindungi pasien di tempat tidur untuk
seperti biasanya 4. Mengajarkan latihan ditempat mencegah komplikasi tirah
sehingga gerakan tidur dengan cara yang tepat baring
menjadi terbatas
5. Memonitor komplikasi tirah
baring
20 April Ansietas b.d 1. Menggunakan pendekatan 1. Pasien dapat Ns.
2018 stressor d.d yang tenang dan menerima perawat Yuni
10.00 pasien trauma meyakinkan 2. Pasien mulai dapat
dengan 2. Memberikan informasi mengidentifikasi
kecelakaan faktual terkait diagnosis, pemicu kecemaannya
yang perawatan dan prognosis 3. Keluarga mengatakan
dialaminya 3. Membantu pasien mengerti dan
serta takut mengidentifikasi situasi bersedia
apabila tidak yang memicu kecemasan mendampingi klien
dapat pulih 4. Mengajak keluarga untuk sampai sembuh
seperti semula mendampingi klien dengan 4. Tanda non verbal
cara yang tepat pasien terlihat tidak
5. Mengkaji tanda verbal nyaman dan cemas
dan non verbal kecemasan dengan keadaannya
20 Ansietas b.d 1. Menggunakan pendekatan 1. Pasien dapat menerima Ns.
April stressor d.d yang tenang dan perawat Yuni
2018 pasien trauma meyakinkan 2. Pasien mulai dapat
10.00 dengan 2. Memberikan informasi mengidentifikasi pemicu
kecelakaan faktual terkait diagnosis, kecemaannya
yang perawatan dan prognosis 3. Keluarga mengatakan
dialaminya 3. Membantu pasien mengerti dan bersedia
serta takut mengidentifikasi situasi mendampingi klien
apabila tidak yang memicu kecemasan sampai sembuh
dapat pulih 4. Mengajak keluarga untuk 4. Tanda non verbal
seperti semula mendampingi klien dengan pasien terlihat tidak
cara yang tepat nyaman dan cemas
5. Mengkaji tanda verbal dan dengan keadaannya
non verbal kecemasan
EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI PARAF
20 April 2018 Nyeri b.d terputusnya S : Ns. Yuni
kontinuitas tulang d.d nyeri Pasien mengatakan bahwa
pada bahu dan sebagian rasa nyeri berkurang dan
lengan atas dengan skala 6 dapat menontrol nyeri
dengan teknik relaksasi
O:
Tanda-tanda vital
TD 110/70 mmHg, nadi
68x/menit, RR 22x/menit,
suhu 36,3 C
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi,
Lanjutkan intervensi 2,3
Hambatan mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas S : Ns. Yuni
tulang d.d bahu dan sebagian lengan atas pasien tidak Klien mengatakan sudah dapat melakukan
dapat digerakkan seperti biasanya sehingga gerakan mobilisasi meskipun masih terbatas
menjadi terbatas Ansietas b.d stressor d.d klien bertanya-
tanya terkait keadaannya dan terlihat cemas O:
Pasien tampak mulai melakukan aktivitasnya
tanpa dibantu oleh istrinya
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Mengajarkan latihan ditempat tidur dengan
cara yang tepat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Ganggguan citra S: Ns. Yuni
tubuh b.d Klien mengatakan
deformitas tulang sudah paham
d.d klien mengenaai
mengatakan susah keadaannya dan
bergerak terkait tidak cemas lagi
dengan struktur O:
tubuhnya. Klien tampak tidak
cemas lagi dengan
keadaannya
A : Masalah teratasi
P :Hentikan
Intervensi
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi
pergeseran secara total dari permukaan sendi. Dislokasi ditandai
dengan keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau
keluarnya kepala sendi dari mangkoknya.
Dari kasus dislokasi dapat diangkat diagnosa keperawatan
antara lain Nyeri b.d terputusnya kontinuitas tulang, Gangguan
mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas tulang, Ansietas b.d
hubungan interpersonal, Ganggguan citra tubuh b.d deformitas
tulang. Dengan adanya diagnose tersebut maka perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan melalui tahap intervensi dan
implementasi yang diakhiri dengan dokumentasi evaluasi.
Dislokasi sendi bahu merupakan gangguan cedera yang
banyak beresiko di Indonesia terutama pada para atlet
olahragawan. Dislokasi juga memungkinkan dialami pada kasus
kecelakaan dan terjatuh sehingga dalam upaya untuk
mengurangi angka kejadian dislokasi sendi bahu maka perawat
harus memberikan prevensi dan promosi kesehatan terkait hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah dislokasi sendi bahu.
Perawat harus dapat memberi edukasi kepada masyarakat untuk
segera melakukan penatalaksanaan secara medis untuk proses
pembedahan. Setelah post operasi perawat berkewajiban untuk
memberi edukasi terkait masalah manajemen nyeri, manajemen
mobilisasi, manajemen pola makan dan aktivitas dan lain
sebagainya sehingga akan mempersingkat proses rehabilitasi.
Apley, A. G dan S. Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.
Ardi, E. P., M. S Zuhdi., T. Wahyu P., S. Y. Er. 2011. Dislokasi Pada Sendi Bahu. Digitasl Library USU.
Cook, T. S., J. M. Stein, et al. 2011. Normal and Variant Anatomy of The Shoulder on MRI. Magn Reson Imaging Clin
N Am. 19 (3) : 581-94.
Crenshaw. AH:Dislocation in Campbell’s Operative Orthopaedics,8th ed. Vol II 1992.Mosby Year Book, St.Louis
Baltimore Boston Chicago London Philadelphia Sydney Toroto.
Handoll, H. 2004. Surgical Versus Non-Surgicaltreatment for Acute Anterior Dislocation. From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14974064.
Koval, K. J., Zuckerman, J. D. 2006. Upper Extremity Fractures and Dislocations. Handbook of Fractures. 3: 148-164.
Legiran, Lubis N. R., Kasyfi F. A. 2015. Dislokasi Sendi Bahu: Epidemiologi Klinis dan Tinjauan Anatomi. Anatomi
Bedah Orthopedi Fakultas Kedokteran. Universitas Sriwijaya.
Liavaag, S. et al. 2011. Epidemiology of Shoulder Dislocation in Oslo. Scandinavian Journal of Medicine and Science
in Sport. 21 (6) : e334-e340.
Nan-Ping Y. et al. 2011. Epidemiological Survey of Orthopedic Joint Dislocations Based on NationwideInsurance
ddta in Taiwan, 2000-2005. BMC Musculoskeletal Disorder. From http://www.biomedcentral.com/1471-2474/12/253
Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga, Jakarta: PT.Yarsif
Watampone (Anggota IKAPI).