Anda di halaman 1dari 48

Kelompok 9 Kls D

1. Nurul Hidayah 16-144


2. Fahrur Rosi 16-152
3. Dwi Wahyuni 16-174
4. Maida Krismonica 16-182
5. Try Nurhayati 16-188
2. Epidemiologi

Dalam sebuah studi di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kasus


dislokasi sendi bahu berupa 95% dislokasi anterior, 4% dislokasi
posterior, 0,5% dislokasi inferior, serta kurang dari 0,5% dislokasi
superior dan didapatkan sebanyak 71,8% dislokasi sendi bahu
dialami oleh laki - laki dan hanya 29,2% pada perempuan dimana
46,8% penderita berusia antara 15-29 tahun, 48,3 % terjadi akibat
trauma seperti pada kegiatan olahraga.
1. Definisi

Dislokasi  pergeseran secara total dari permukaan sendi.

Tanda  bongkol sendi atau kepala sendi keluar dari mangkok sendi
Perlu pengobatan dari rumah sakit untuk mengembalikan bentuk anatomi
yang normal dari bahu tersebut.

Jarang menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan penderitaan


fisik, stress mental, dan kehilangan banyak waktu.
Dislokasi bahu: suatu kerusakan yang terjadi saat bagian atas
tulang humerus tidak menempel lagi dengan
skapula.
Faktor penyebab (Apley, 1995)
1. Dangkalnya mangkuk sendi glenoid
2. Besarnya rentang gerakan
3. Keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang longgar
atau displasia glenoid
4. Mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang penuh
tekanan pada tungkai atas
2. Etiologi

Dari segi Etiologi, Dislokasi dapat disebabkan oleh (Sufitmi, 2004) :

a. Cedera olah raga. Contohnya : sepak bola dan hoki, bermain sky, senam,
volley.

b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan


keras pada sendi saat kecelakaan motor.

c. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

d. Patologis : terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang


merupakan kompenen vital penghubung tulang.
3. Patofisiologi
- Dislokasi terjadi karena kekuatan yang
menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan ekstensi
sendi bahu.
- Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau
menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-
kadang bagian posterolateral kaput hancur.
4. Klasifikasi

1. Dislokasi anterior

2. Dislokasi posterior
3. Dislokasi Inferior

4. Dislokasi dengan Fraktur (Multidirection)

Biasanya adalah dislokasi tipe anterior


dengan fraktur 90% kasus dislokasinya
anterior (ke depan).
5. Tanda & Gejala (Ardi, 2011).
a. Sendi bahu tidak dapat digerakakkan;
b. Penderita mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang
lainnya;
c. Penderita tidak bisa memegang bahu yang berlawanan;
d. Kontur bahu hilang;
e. Bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya;
f. Lengkung bahu hilang;
g. Tidak dapat digerak-gerakkan;
h. Lengan atas sedikit abduksi;
i. Lengan bawah sedikit supinasi
6. Prosedur Diagnosis

Diagnosis kasus dislokasi bahu anterior ditegakkan melalui


1. Anamnesis (autoanamnesis atau alloanamnesis),
2. Pemeriksaan fisik
a. Nyeri
b. Terdapat tonjolan pada bagian depan bahu
c. posisi lengan abduksi – eksorotas
d. Tepi bahu tampak menyudut
e. Adanya gangguan gerak sendi bahu

3. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini dapat
menggunakan tanda cemas (apprehension sign).
8. Penatalaksanaan Medis

1. Reduksi tertutup (perbaikan posisi bahu)  dibantu melakukan


gerakan perlahan untuk mengembalikan ke posisi yang benar.
a. Metode hipokratik Penarikan (traksi) lengan dengan sudut 45
derajat, kemudian bahu akan diputar perlahan hingga kembali ke
tempat asalnya.
Di sini lengan ditempelkan pada
tubuh dan ditekuk sampai 90
derajat. Lengan kemudian
diputar ke arah luar secara
perlahan.
c. Teknik Stimson

Pasien dibaringkan pada posisi telungkup,


kemudian lengan pasien diletakkan
bergantung di sisi tempat tidur, lalu
beban seberat 2-10 kg dipasangkan
pada siku atau pergelangan tangan.
d. Reduksi cepat
- Metode ini dilakukan pada kasus
dislokasi bahu anterior tanpa disertai
fraktur.
- Gerakan awal yang dilakukan adalah
dengan sedikit menjauhkan lengan dari
tubuh (abduksi) dan secara bersamaan
memutar lengan ke arah dalam. Bahu
kemudian dipasang penyangga
(sling) untuk meminimalkan gerakan.
2. Operasi

Tindakan ini mungkin dilakukan jika pasien memiliki sendi bahu atau
ligamen yang lemah. Di sini dokter akan membuat irisan kecil dan
memasukkan arthroscope (selang kecil yang dilengkapi kamera dan
lampu).
3. Obat-obatan

Obat pereda sakit atau pelemas otot agar penderita merasa nyaman saat
bahu masih dalam proses penyembuhan.

4. Penyangga

tujuan : untuk meminimalkan gerakan

waktu pemakaian : 2-3 minggu (tergantung respon pasien)

5. Rehabilitasi

Untuk mengembalikan jangkauan gerakan, kekuatan, dan stabilitas sendi bahu.


Syarat: perkembangan pengobatan baik dalam beberapa minggu.
9. Pathway
Tn.M usia 47 tahun datang dari UGD ke Ruang Edelweis Rumah Sakit Soebandi pada
tanggal 20 April 2018 pukul 07.00 WIB dengan keluhan nyeri pada bahu dan sebagian
lengan atas. Nyeri dirasa setelah pasien mengalami kecelakaan lalu lintas motor vs
motor pada tanggal 20 April pukul 06.30 WIB dengan posisi jatuh tengkurap dan
lengan kanan menopang badan. Pasien mengatakan nyeri secara terus menerus dan
bertambah saat ekstermitas sebelah kanan digerakkan. Pasien juga mengatakan
bahu dan sebagian lengan atasnya tidak dapat digerakkan seperti biasanya sehingga
gerakan menjadi terbatas. Terdapat pembengkakan pada bahu kanan klien dan nyeri
apabila ditekan. Pasien tampak pucat dan meringis kesakitan saat mengungkapkan
skala 6 dari 10. Pasien trauma dengan kecelakaan yang dialaminya serta takut
apabila tidak dapat pulih seperti semula. Dalam melakukan aktivitasnya pasien
dibantu oleh istrinya. Setelah dilakukan pengkajian GCS klien E4V5M6 dan hasil TTV
didapat TD 110/70 mmHg, nadi 68x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,3 C.
Identitas Klien
• Nama : Tn.M
• Umur : 47 Tahun
• Pekerjaan : TNI AD
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Status Perkawinan: Menikah
• Agama : Islam
• Tanggal MRS : 20 April 2018
• No.RM : xxxxx
• Pendidikan : SLTA
• Tgl Pengkajian : 20 April 2018
• Alamat : Jalan Jawa No.56 Jember
• Sumber Informasi : Klien dan keluarga
Riwayat Kesehatan
• Diagnosa medik : Dislokasi bahu
• Keluhan utama : Datang dari IGD dengan keluhan utama
nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan attas
• RPS :
a. Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas dirasa
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas motor vs motor
pada tanggal 20 April 2018 pukul 06.30 WIB dengan posisi
jatuh tengkurap dan lengan kanan menopang badan.
b. Nyeri dirasakan terus-menerus
c. Nyeri disertai adanya pembengkakan , terasa nyeri ketika
ditekan dan gerakan terbatas
• RPD : Riwayat trauma akibat kecelakaan lalu lintas
• Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki alergi baik terhadap
makanan, minuman, obat, maupun plester.
• Imunisasi:
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarga tidak mengetahui imunisasi yang pernah
diberikan kepada klien.
• Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien bekerja di KODAM jember yang bertugas untuk operasi pertahanan aktif di
darat. Klien setiap hari rajin dalam berolahraga dan juga selalu menggunakan helm
saat berkendara.
• Obat-obatan yang digunakan:
Belum melakukan pengobatan sebelum masuk rumah sakit
• Obat-Obatan yang digunakan : -
• RPK : Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami dislokasi bahu
• Pemeriksaan Fisik
TTV
TD :110/70 mmHg
nadi :68x/menit
RR : 22x/menit
suhu : 36,3 C.
No. Data Etiologi Masalah

1. DS: Adanya Trauma Nyeri akut


a. Klien mengatakan nyeri pada bahu
dan sebagian lengan atas Pergeseran fragmen tulang
b. Klien mengatakan nyeri secara
terus menerus dan bertambah saat Dislokasi Sendi
ekstermitas sebelah kanan
digerakkan Nyeri
DO:
a. Pasien tampak pucat dan meringis
kesakitan
b. TD 110/70 mmHg,
Nadi 68x/menit,
RR 22x/menit,
Suhu 36,3 C
No. Data Etiologi Masalah

2. DS: Adanya trauma Hambatan Mobilitas


Pasien mengatakan bahu dan sebagian Fisik
lengan atasnya tidak dapat digerakkan Pergeseran Fragmen
seperti biasanya sehingga gerakan Tulang
menjadi terbatas
DO: Dislokasi Sendi
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
secara mandiri Nyeri

Gangguan Fungsi Gerak

Kerusakan mobilitas fisik


No. Data Etiologi Masalah

3. DS: Ansietas
Pasien mengatakan trauma dengan Gangguan citra tubuh
kecelakaan yang dialaminya serta takut
apabila tidak dapat pulih seperti semula Konflik Interpersonal
DO: -
Ansietas
No. Data Etiologi Masalah

4. DS: Gangguan citra tubuh


- Klien bertanya-tanya Adanya trauma
tentang keadaannya
- Klien mengatakan susah Pergeseran Fragmen
bergerak Tulang
DO:
Klien terlihat cemas Deformitas tulang

Gangguan struktur tubuh


• Nyeri b.d terputusnya kontinuitas tulang d.d nyeri pada bahu dan
sebagian lengan atas dengan skala 6

• Hambatan mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas tulang d.d bahu dan
sebagian lengan atas pasien tidak dapat digerakkan seperti biasanya
sehingga gerakan menjadi terbatas

• Ansietas b.d stressor d.d pasien trauma dengan kecelakaan yang


dialaminya serta takut apabila tidak dapat pulih seperti semula

• Ganggguan citra tubuh b.d deformitas tulang d.d klien mengatakan


susah bergerak terkait dengan struktur tubuhnya.
HARI/
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
NO TANGGA INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN HASIL
L/ JAM
1. Jumat, 20 Nyeri b.d Setelah dilakukan asuhan - Manajemen nyeri : Ns. Yuni
April terputusnya keperawatan 2x24 jam Kontrol - Monitor ttv
2018 kontinuitas tulang nyeri dapat dipertahankan - Observasi nyeri komprehensif yanng meliputi
pukul d.d nyeri pada bahu pada poin 3 ditingkatkan ke lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
07.00 dan sebagian poin 5 dengan indikator : kualitas intensitas atau beratnya nyeri serta
lengan atas 1. Mengenali kapan nyeri faktor pencetus
terjadi - Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
2. Nyeri berkurang dengan seperti relaksasi ketika melakukan aktivitas
menggunakan yang menimbulkan nyeri sebelum nyeri terjadi
manajemen nyeri atau meningkat, dan bersamaan dengan tindakan
3. Melaporkan perubahan penurunan rasa nyeri lainnya.
terhadap gejala nyeri - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
pada profesi kesehatan - Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya untuk memilih tindakan
penurunan nyeri non farmakologi sesuai
kebutuhan.
- Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol
nyeri berdasarkan respon pasien
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
HARI/ TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO TANGGAL KRITERIA INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
/ JAM HASIL
2. Jumat, 20 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Perawatan tirah baring : Ns. Yuni
April 2018 fisik b.d terputusnya asuhan keperawatan 1. Tempatkan matras atau kasur terapeutik
pukul 07.00 kontinuitas tulang 2x24 jam dengan cara yang tepat
d.d bahu dan Pergerakan 2. Posisikan sesuai body alignment yang
sebagian lengan atas dipertahankan pada tepat
pasien tidak dapat poin 3 ditingkatkan 3. Gunakan alat ditempat tidur untuk
digerakkan seperti ke poin 5 dengan melindungi pasien
biasanya sehingga indicator : 4. Ajarkan latihan ditempat tidur dengan
gerakan menjadi 1. Gerakan sendi cara yang tepat
terbatas 2. Bergerak 5. Monitor komplikasi tirah baring
dengan mudah
3. Kinerja
pengaturan
tubuh
HARI/
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO TANGGAL/ INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
JAM
3. 20 April 2018 Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan Pengurangan kecemasan : Ns. Yuni
pukul 07.00 stressor d.d pasien keperawatan 1x24 jam 1. Gunakan pendekatan yang
trauma dengan Tingkat kecemasan dapat tenang dan meyakinkan
kecelakaan yang dipertahankan pada poin 3 2. Memberikan informasi faktual
dialaminya serta ditingkatkan ke poin 5 terkait diagnosis, perawatan
takut apabila tidak dengan indicator : dan prognosis
dapat pulih seperti 1. Perasaan gelisah 3. Bantu klien mengidentifikasi
semula 2. Rasa cemas yang situasi yang memicu
disampaikan secara kecemasan
lisan 4. Dorong keluarga untuk
3. Rasa takut yang mendampingi klien dengan
disampaikan secara cara yang tepat
lisan 5. Kaji tanda verbal dan non
verbal kecemasan
HARI/
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO TANGGAL/ INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
JAM
4. 20 April 2018 Ganggguan citra tubuh Setelah dilakukan Peningkatan Citra tubuh Ns. Yuni
pukul 07.00 b.d deformitas tulang asuhan keperawatan 1. Bantu pasien menentukan
d.d klien mengatakan 1x24 jam Citra tubuh keberlanjutan dari perubahan
susah bergerak terkait dapat dipertahankan perubahan bagian tubuh disebabkan
dengan struktur pada poin 3 adanya penyakit atau pembedahan
tubuhnya. ditingkatkan ke poin 5 dengan cara yang tepat
dengan indikator : 2. Gunakan bimbingan antisipasif
1. Gambaran menyiapkan pasien terkait dengan
internal diri perubahan-perubahan citra tubuh yang
2. Deskripsi bagian telah di prediksikan
tubuh yang 3. Identifikasi dampak dari budaya pasien,
terkena dampak agama, ras, jenis kelamin dan usia
3. Penyesuaian terkait dengan citra tubuh
terhadap 4. Monitor frekuensi dari pernyataan
perubahan tubuh mengkritisi diri
akibat cidera
IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi Respon Pasien TTD

20 April 1. Memonitor tanda-tanda vital pasien setiap Ns. Yuni


Nyeri b.d 1. TTV pasien: TD 110/70
2018 2 jam sekali
08.00 terputusnya mmHg, nadi 68x/menit, RR
2. Melakukan observasi nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, 22x/menit, suhu 36,3 C
kontinuitas
onset/durasi, frekuensi, kualitas intensitas 2. Pasien mengalami nyeri
tulang d.d nyeri atau beratnya nyeri serta faktor pencetus
pada ekstremitas kanan
3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen
pada bahu dan
nyeri 3. Pasien dan keluarga
sebagian 4. Mengajarkan klien dan keluarga terkait mengatakan mengerti
penggunaan teknik non farmakologi untuk
lengan atas setelah diajarkan teknik
mengontrol nyeri
dengan skala 6 5. Berkolaborasi dengan pasien, orang manajemen nyeri non
terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk farmakologi
memilih tindakan penurunan nyeri non
4. Pasien mengatakan nyeri
farmakologi sesuai kebutuhan.
6. Memodifikasi tindakan pengontrol nyeri berkurang setelah diberi
berdasarkan respon pasien analgesik dan melakukan
7. Mengontrol lingkungan yang dapat
teknik manajemen nyeri
mempengaruhi suhu ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan.
8. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
7. Mengontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
suhu ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan.
8. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri.

20 April Hambatan 1. Menempatkan matras atau 1. Pasien mengatakan terasa Ns. Yuni
2018
mobilitas fisik b.d kasur terapeutik dengan cara nyaman setelah
09.30
terputusnya
yang tepat diposisikan sesuai body
kontinuitas tulang
2. Memposisikan pasien sesuai alignment yang tepat
d.d bahu dan
body alignment yang tepat 2. Pasien mengatakan sudah
sebagian lengan
atas pasien tidak 3. Menggunakan alat ditempat mengerti cara mobilisasi
dapat digerakkan tidur untuk melindungi pasien di tempat tidur untuk
seperti biasanya 4. Mengajarkan latihan ditempat mencegah komplikasi tirah
sehingga gerakan tidur dengan cara yang tepat baring
menjadi terbatas
5. Memonitor komplikasi tirah
baring
20 April Ansietas b.d 1. Menggunakan pendekatan 1. Pasien dapat Ns.
2018 stressor d.d yang tenang dan menerima perawat Yuni
10.00 pasien trauma meyakinkan 2. Pasien mulai dapat
dengan 2. Memberikan informasi mengidentifikasi
kecelakaan faktual terkait diagnosis, pemicu kecemaannya
yang perawatan dan prognosis 3. Keluarga mengatakan
dialaminya 3. Membantu pasien mengerti dan
serta takut mengidentifikasi situasi bersedia
apabila tidak yang memicu kecemasan mendampingi klien
dapat pulih 4. Mengajak keluarga untuk sampai sembuh
seperti semula mendampingi klien dengan 4. Tanda non verbal
cara yang tepat pasien terlihat tidak
5. Mengkaji tanda verbal nyaman dan cemas
dan non verbal kecemasan dengan keadaannya
20 Ansietas b.d 1. Menggunakan pendekatan 1. Pasien dapat menerima Ns.
April stressor d.d yang tenang dan perawat Yuni
2018 pasien trauma meyakinkan 2. Pasien mulai dapat
10.00 dengan 2. Memberikan informasi mengidentifikasi pemicu
kecelakaan faktual terkait diagnosis, kecemaannya
yang perawatan dan prognosis 3. Keluarga mengatakan
dialaminya 3. Membantu pasien mengerti dan bersedia
serta takut mengidentifikasi situasi mendampingi klien
apabila tidak yang memicu kecemasan sampai sembuh
dapat pulih 4. Mengajak keluarga untuk 4. Tanda non verbal
seperti semula mendampingi klien dengan pasien terlihat tidak
cara yang tepat nyaman dan cemas
5. Mengkaji tanda verbal dan dengan keadaannya
non verbal kecemasan
EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI PARAF
20 April 2018 Nyeri b.d terputusnya S : Ns. Yuni
kontinuitas tulang d.d nyeri Pasien mengatakan bahwa
pada bahu dan sebagian rasa nyeri berkurang dan
lengan atas dengan skala 6 dapat menontrol nyeri
dengan teknik relaksasi

O:
Tanda-tanda vital
TD 110/70 mmHg, nadi
68x/menit, RR 22x/menit,
suhu 36,3 C

A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi,
Lanjutkan intervensi 2,3
Hambatan mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas S : Ns. Yuni
tulang d.d bahu dan sebagian lengan atas pasien tidak Klien mengatakan sudah dapat melakukan
dapat digerakkan seperti biasanya sehingga gerakan mobilisasi meskipun masih terbatas
menjadi terbatas Ansietas b.d stressor d.d klien bertanya-
tanya terkait keadaannya dan terlihat cemas O:
Pasien tampak mulai melakukan aktivitasnya
tanpa dibantu oleh istrinya
A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
1. Mengajarkan latihan ditempat tidur dengan
cara yang tepat

Ansietas b.d stressor d.d pasien trauma dengan S : Ns. Yuni


kecelakaan yang dialaminya serta takut apabila tidak Pasien mengatakan sudah tenang dan tidak
dapat pulih seperti semula cemas lagi dengan keadaannya

O : Pasien tampak tenang

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
Ganggguan citra S: Ns. Yuni
tubuh b.d Klien mengatakan
deformitas tulang sudah paham
d.d klien mengenaai
mengatakan susah keadaannya dan
bergerak terkait tidak cemas lagi
dengan struktur O:
tubuhnya. Klien tampak tidak
cemas lagi dengan
keadaannya
A : Masalah teratasi
P :Hentikan
Intervensi
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi
pergeseran secara total dari permukaan sendi. Dislokasi ditandai
dengan keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau
keluarnya kepala sendi dari mangkoknya.
Dari kasus dislokasi dapat diangkat diagnosa keperawatan
antara lain Nyeri b.d terputusnya kontinuitas tulang, Gangguan
mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas tulang, Ansietas b.d
hubungan interpersonal, Ganggguan citra tubuh b.d deformitas
tulang. Dengan adanya diagnose tersebut maka perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan melalui tahap intervensi dan
implementasi yang diakhiri dengan dokumentasi evaluasi.
Dislokasi sendi bahu merupakan gangguan cedera yang
banyak beresiko di Indonesia terutama pada para atlet
olahragawan. Dislokasi juga memungkinkan dialami pada kasus
kecelakaan dan terjatuh sehingga dalam upaya untuk
mengurangi angka kejadian dislokasi sendi bahu maka perawat
harus memberikan prevensi dan promosi kesehatan terkait hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah dislokasi sendi bahu.
Perawat harus dapat memberi edukasi kepada masyarakat untuk
segera melakukan penatalaksanaan secara medis untuk proses
pembedahan. Setelah post operasi perawat berkewajiban untuk
memberi edukasi terkait masalah manajemen nyeri, manajemen
mobilisasi, manajemen pola makan dan aktivitas dan lain
sebagainya sehingga akan mempersingkat proses rehabilitasi.
Apley, A. G dan S. Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.

Ardi, E. P., M. S Zuhdi., T. Wahyu P., S. Y. Er. 2011. Dislokasi Pada Sendi Bahu. Digitasl Library USU.

Cook, T. S., J. M. Stein, et al. 2011. Normal and Variant Anatomy of The Shoulder on MRI. Magn Reson Imaging Clin
N Am. 19 (3) : 581-94.

Crenshaw. AH:Dislocation in Campbell’s Operative Orthopaedics,8th ed. Vol II 1992.Mosby Year Book, St.Louis
Baltimore Boston Chicago London Philadelphia Sydney Toroto.

Handoll, H. 2004. Surgical Versus Non-Surgicaltreatment for Acute Anterior Dislocation. From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14974064.

Koval, K. J., Zuckerman, J. D. 2006. Upper Extremity Fractures and Dislocations. Handbook of Fractures. 3: 148-164.

Legiran, Lubis N. R., Kasyfi F. A. 2015. Dislokasi Sendi Bahu: Epidemiologi Klinis dan Tinjauan Anatomi. Anatomi
Bedah Orthopedi Fakultas Kedokteran. Universitas Sriwijaya.

Liavaag, S. et al. 2011. Epidemiology of Shoulder Dislocation in Oslo. Scandinavian Journal of Medicine and Science
in Sport. 21 (6) : e334-e340.

Nan-Ping Y. et al. 2011. Epidemiological Survey of Orthopedic Joint Dislocations Based on NationwideInsurance
ddta in Taiwan, 2000-2005. BMC Musculoskeletal Disorder. From http://www.biomedcentral.com/1471-2474/12/253
Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga, Jakarta: PT.Yarsif
Watampone (Anggota IKAPI).

Robinson, C., M. et al. 2011. The epidemiology : Risk of Recurrence, and


Functional Outcome After an Acute Traumatic Posterior Dislocation of The
Shoulder. Bone Joint Surgery.

Salter R., B. 1999. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal


System, 3rd-ed. Baltimore: Williams & Wilkins.

Sufitni. 2004. Cedera pada Extremitas Superior. Anatomi Fakultas Kedokteran.


Universitas Sumatera Utara.

Subagyo. 2013. Dislokasi Sendi Shouldher. Jakarta : Klinik Jakarta Orthopedic

Zachilli, M. A., Owens, B. D., 2010. Epidemiology of shoulder dislocation. Bone


Joint Surgery, from www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20194311
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai