Anda di halaman 1dari 10

HIPERTENSI

A. Defenisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
didalam arteri yang abnormal dan diukur paling kurang pada tiga
kesempatan yang berbeda. Seseorang dikatakan terkena hipertensi
mempunyai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah
diastoltik ≥90mmHg. (Bruunner & Suddarth. 2002)
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik


(mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan >180 >105
berat
Hipertensi sistolik >140 <90
terisolasi
Hipertensi sistolik 140-160 <90
perbatasan

Hipertensi adalah salah satu faktor resiko untuk terjadinya stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama terjadinya gagal
jantung kronis. Sejalan dengan bertambahnya usia hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan darah sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun, sedangkan tekanan darah diastolic terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan/bahkan menurun drastis. Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolic, dan hipertensi
campuran. Hipertensisistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolic
dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut
jantung), tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar. Hipertensi diastolik (diastolik hypertension)
merupakan peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan
tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi diastolic terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah
yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah
diastolic berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik. Berdasarkan penyebabnya
hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya,disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar
95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkaran, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system renin-
angiotensin, efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko ,seperti
obesitas, alkohol, merokok.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiper
aklosteronisme primer, dan cushing feokromositoma, koartasio
aorta,hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,dan lain-lain.

B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakan gejala. Institut Nasional Jantung, paru
dan darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak
sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien
harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan
kondisi seumur hidup. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi,
lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer),
dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder),
seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkhin ginjal, berbagai
obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertensi jenis ini hanya
sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%. Beberapa penyebab hipertensi,
antara lain:
1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika sesorang memiliki orang tua
atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan
ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar.
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penilitian menunjukkan bahwa
seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat.
3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkat tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes,
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua.
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam
darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding
pembuluh darah.
5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas
30% berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita
tekanan darah tinggi.
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil
juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
7. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan
tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan
risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
8. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.
9. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur
mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun jangan melakukan
olahraga yang berat jika menderita tekanan darah tinggi.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang
akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan
vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat,
gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan
angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti
hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta
dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh
darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan,
yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat
zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
D. Manifestasi Klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun, gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Sebagian besar
manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan
berupa:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang di sertai mual dan
muntah, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak
nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
dan mimisan akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.
4. Nokturia yang di sebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
E. Komplikasi
1. Retinopati hipertensif
Reninopati merupakan kondisi rusaknya retina yang disebabkan
oleh tingginya tekanan intraocular akibat hipertensi yang tidak
terkontrol. Tekanan darah yang tinggi merusak pembuluh darah
kecil retina sehingga menyebabkan penebalan pada dinding
pembuluh darah. Penebalan tersebut menyebabkan penyempitan
lumen pembuluh darah yang berdampak pada penurunan aliran
darah yang melaluinya. Akibatnya adalah suplai darah ke retina
tersebut. Gejala yang dapat dirasakan oleh penderitya adalah
penglihatan ganda,penurunan daya lihat, nyeri kepala hingga
kebutaan.
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita hipertensi
ini adalah penyakit jantung coroner dan penyakit jantung
hipertensif. Penyakit jantung koroner terkait dengan berbagai
gejala yang muncul akibat terganggunya suplai darah ke otot
jantung sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari iskemia,
cedera, hingga kematian otot jantungnya.
`Peregangan yang berlebihan pada dinding pembuluh darah ini
akan menyebabkan luka kecil pada endothelium yang dikenal
dengan luka mikroskopik. Meskipun demikian, luka tersebut sudah
dapat memicu respon pembekuaan sehingga pada akhirnya
terbentuk thrombus pada area tersebut. Jika thrombus tersebut
terkupas, maka akan menyisakan dinding pembuluh darah yang
tipis. Seiring perjalanan waktu penipisan dinding pembuluh darah
tersebut dapat memicu aneurisma yang penonjolan dinding
pembuluh darah seperti kantong. Aneurisma ini sangat retan untuk
pecah yang dapat berakibat fatal. Selain itu tingginya resistensi
sistemik pada hipertensi membuat jantung harus berkerja lebih
keras lagi supaya aliran darah dapat tetap terjaga. Jika hal ini
berlangsung lama,akan menyebabkan pembesaran otot jantung
( hipertrofil miokard) yang menyebabkan penurunan fungsi
jantung.
3. Hipertensi serebrovaskular
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling penting
penyakit stroke baik karena pendarahan maupun emboli. Resiko
stroke akan semakin bertambah dengan semakin tingginya tekanan
darah. Tingginya renggangan pada dinding pembuluh darah akan
menyebabkan luka mikroskopik yang dapat terjadi pemicu
terbentuknya thrombus pada area tersebut.trombus yang terbentuk
menyebabkan penyempitan pada lumen pembuluh darah sehingga
bisa menurunkan aliran darah sentral. Demikian pula ketika
thrombus terlepas dan ikut bersama aliran darah, maka akan
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah yang diameter yang
lebih kecil. Penurunan aliran darah ini akan menyebabkan iskemia
hingga kematian sel-sel otak. Kondisi ini dini di kenal dengan
stoke hemoragik.
4. Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan sindrom yang ditandai oleh
perubahan neurologis secra mendadak akibat peningkatan tekanan
darah arteri. Sindrom tersebut akan hilang jika tekanan darah dapat
diturunkan kembali. Gejala yang sering muncul biasanya berupa
nyeri kepala hebat, bingung, lamban, mual muntah, dan ganguan
pengelihatan. Gejala ini umumnya bertambah berat dalam waktu
12-48 jam, pasien dapat mengalami kejang, penurunan kesadaran,
hingga kebutaan. Kondisi ini sering terjadi hipertensi maligna yang
mengalami peningkatan tekanan darah secara cepat.
5. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal yaitu nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

6. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi.


Ventrikel dapat menyebabkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan
darah.

DAFTAR PUSTAKA
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien DenganGangguanSistem
Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Bruunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai