Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit


yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah
lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare
adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah
apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap
anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare
dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau
berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi
kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World
Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian
nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur.
Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap
tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar
jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen
penderita mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460
balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang
tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di
bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan
orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,
kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan

1
merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food,
Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan
memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,
ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang
dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di
udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita
dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia
mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita.
Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB
(kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,
terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan
perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus
yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena
banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950
Jiwa. (yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini
bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa
membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan
disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman,
makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan

2
perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit
tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Gastroenteritis ( GE )

Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat
Suraatmaja.2005).

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang


disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen
(Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan


diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan
Mayers,1995 ).

Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar,


dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau
virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan
konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

4
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di
seluruh permukaan bumi.

B. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :

1. Faktor Infeksi
v Infeksi Virus
Ø Retavirus
· Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai
dengan muntah.
· Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
· Dapat ditemukan demam atau muntah.
· Di dapatkan penurunan HCC.
Ø Enterovirus
· Biasanya timbul pada musim panas.
Ø Adenovirus
· Timbul sepanjang tahun.
· Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
Ø Norwalk
· Epidemik
· Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).

v Bakteri
Ø Stigella
· Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
· Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
· Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
· Muntah yang tidak menonjol
· Sel polos dalam feses

5
· Sel batang dalam darah
Ø Salmonella
· Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
· Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
· Mungkin ada peningkatan temperatur
· Muntah tidak menonjol
· Sel polos dalam feses
· Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
· Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
Ø Escherichia coli
· Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan
entenoksin.
· Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
Ø Campylobacter
· Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi
dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
· Kram abdomen yang hebat.
· Muntah / dehidrasi jarang terjadi
Ø Yersinia Enterecolitica
· Feses mukosa
· Sering didapatkan sel polos pada feses.
· Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
· Diare selama 1-2 minggu.
· Sering menyerupai apendicitis.

2. Faktor Non Infeksiosus


v Malabsorbsi
Ø Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,maltosa, dan sukrosa ),
non sakarida ( intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
· Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
· Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.

6
v Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n
milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
v Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.

C. Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus,


Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit ( Biardia Lambia,
Cryptosporidium ).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat
pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan
air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan-
gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi oleh bakteri,
maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan

7
kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB
dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertai
elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri
dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak toxin, kemudian
terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit
kemudian terjadi dehidrasi.

D. Tanda dan Gejala

1. Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-
kadang mengandung lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4
hari dengan gejala sakit kepala, nyeri dan perut kembung.

2. Kuman Escherichia Coli


Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.

3. Kuman Vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi, akan
berubah menjadi cairan putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila diare akan
berubah menjadi campuran-campuran putih, mual dan kejang pada otot kaki.

4. Kuman Disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan, suhu
badan bervariasi, nadi cepat.

5. Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung selama 2-
3 hari.

8
6. Gastroenteritis Choleform
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual,
bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.

7. Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir
yang disebut sindroma desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang
sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia, mual dan
muntah.

E. Manifestasi Klinis

 Nyeri perut ( abdominal discomfort )


 Rasa perih di ulu hati
 Mual, kadang-kadang sampai muntah
 Nafsu makan berkurang
 Rasa lekas kenyang
 Perut kembung
 Rasa panas di dada dan perut
 Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
 Diare.
 Demam.
 Membran mukosa mulut dan bibir kering
 Lemah
 Diare.
 Fontanel Cekung

F. Komplikasi.

a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik

9
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

G. Tingkat Derajat Dehidrasi


Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun
dan mata cekung, minum normal, kencing normal.

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat
haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan
minum normal.

c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan
darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek,
ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.

Atau yang dikatakan dehidrasi bila:

10
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.

Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:

1. Pada bayi dan anak-anak.


Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari BAB,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali perhari BAB.

2. Pada orang dewasa.


Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2 jam
BAB.

Jenis-jenis diare:

1. Diare cair akut


Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir kurang dari 14
hari.

2. Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces sedikit-sedikit.

3. Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau disentri.

H. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :


1. Pemeriksaan Tinja

11
· Makroskopis dan mikroskopis.
· pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
· Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2. Pemeriksaan Darah
· pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
· Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )


Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

I. Penatalaksanaan Medis.

a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.


b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.

c. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.


d. Obat-obatan.
Berikan antibiotik.

e. Koreksi asidosis metabolik.

12
BAB II
ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan


penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assessment.

Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :


A. Identitas klien.
B. Riwayat keperawatan.
a. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
C. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
D. Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.

E. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.

13
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.

F. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh
tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
§ Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
§ Perkusi : adanya distensi abdomen.
§ Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
§ Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat
badan menurun.

d. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan.
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

14
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.

3. Intervensi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi


Kriteria hasil :
§ Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
§ Mukosa mulut.
§ Bibir lembab.
§ Cairan seimbang.

Intervensi :
§ Observasi tanda-tanda vital.
§ Observasi tanda-tanda dehidrasi.
§ Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
§ Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per hari.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab
elektrolit.
§ Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual dan muntah.

Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi


Kriteria hasil :
§ Intake nutrisi klien meningkat
§ Diet habis 1 porsi yang disediakan

15
§ Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
§ Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
§ Timbang berat badan klien.
§ Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
§ Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
§ Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
§ Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang


berlebihan.

Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi


Kriteria hasil :
§ Integritas kulit kembali normal
§ Iritasi tidak ada
§ Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
§ Ganti popok anak jika basah.
§ Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
§ Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
§ Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan : Nyeri dapat teratasi.


Kriteria hasil :
§ Nyeri dapat berkurang / hilang.
§ Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
§ Observasi tanda-tanda vital.
§ Kaji tingkat rasa nyeri.

16
§ Atur posisi yang nyaman bagi klien.
§ Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit, prognosis dan pengobatan.

Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat


Kriteria hasil :
§ Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
§ Ekspresi wajah tenang
§ Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
§ Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
§ Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
§ Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
§ Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
§ Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

4. Implementasi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.


b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan
pemeriksaan lab elektrolit.

17
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual dan muntah.

a. Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.


b. Menimbang berat badan klien.
c. Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d. Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
e. Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang


berlebihan.

a. Mengganti popok anak jika basah.


b. Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c. Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d. Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai
indikasi.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.


b. Mengkaji tingkat rasa nyeri.
c. Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
d. Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai
indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit, prognosis dan pengobatan.

18
a. Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.
b. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c. Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d. Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
e. Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

5. Evaluasi
1) Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3) Integritas kulit kembali normal.
4) Rasa nyaman terpenuhi.
5) Pengetahuan kelurga meningkat.
6) Cemas pada klien teratasi.

19

Anda mungkin juga menyukai