Anda di halaman 1dari 5

“ Pengaruh Pola Hidup Manusia yang Menyebabkan Gangguan /Penyakit pada

Sistem Ekskresi (Ginjal) serta Teknologi pada Sistem Ekskresi Manusia ”

Sistem ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. Sisa-sisa metabolisme ini berupa senyawa-senyawa yang bersifat
toksik (racun) sehingga jika tidak dikeluarkan dapat menyebabkan terganggunya fungsi organ-
organ di dalam tubuh. Organ-organ yang berperan dalam sistem ekskresi pada manusia
meliputi kulit, ginjal, paru-paru, dan hati. Salah satu organ pada sistem ekskresi adalah Ginjal.

Ginjal

Ginjal merupakan komponen utama penyusun sistem ekskresi manusia yaitu urin. Manusia
memiliki sepasang ginjal berukuran sekitar 10 cm. Letak ginjal di rongga perut sebelah kiri dan
kanan ruas-ruas tulang pinggang. Ginjal berfungsi untuk menyaring zat-zat sisa metabolisme dari
dalam darah, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mengeskresikan gula darah yang
melebihi kadar normal dan mengatur keseimbangan kadar asam, basa, dan garam di dalam
tubuh.
Ada beberapa pengaruh pola hidup manusia yang menyebabkan gangguan/penyakit pada
ginjal serta beberapa teknologi untuk menangani gangguan/penyakit tersebut.

Pengaruh Pola Hidup Manusia yang Menyebabkan Gangguan/Penyakit pada Ginjal

Dengan begitu banyaknya peran ginjal bagi tubuh, kesehatan ginjal haruslah mendapat
perhatian lebih. Ini karena jika sudah terjadi kerusakan ginjal yang kronis, maka sifatnya
akan irreversible (menetap) dan progresif (terus bertambah berat). Bahkan, pada kasus yang
lebih lanjut, dimana fungsi ginjal sudah sangat menurun, seseorang harus menjalani terapi
pengganti ginjal secara rutin. Salah satunya adalah hemodialisa (cuci darah) yang menjadi hal
menakutkan bagi kebanyakan orang.

Banyak orang yang sehari-harinya tanpa sadar melakukan berbagai kebiasaan yang dapat
Penggunaan berdampak buruk terhadap kesehatan ginjal. Berikut ini adalah beberapa
kebiasaan tersebut.

1. obat penghilang rasa sakit (painkiller) dalam jangka waktu lama

Penggunaan beberapa jenis obat penghilang rasa sakit dalam jangka waktu lama,
terlebih dalam dosis tinggi, berdampak buruk terhadap jaringan dan struktur ginjal.
Baik obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di pasaran maupun obat resep dokter
dapat merusak dan menurunkan aliran darah ke ginjal. Obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) adalah “tersangka” utamanya. Sebanyak 1-3 persen kasus baru gagal ginjal
kronis kemungkinan disebabkan oleh penggunaan obat penghilang rasa sakit secara
berlebihan.

Selain NSAID, sejumlah obat diketahui dapat merusak ginjal, seperti aminoglikosid, zat
kontras radiografi, analgesik seperti parasetamol, dan beberapa jamu pegal linu
dan rematik. Dilansir dari laman Liputan6, konsultan ginjal dan hipertensi dari
Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dr. Tunggul Situmorang, SpPD-
KGH mengatakan bahwa obat-obatan dapat memicu reaksi intraseluler yang dapat
mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran sel terhadap air.

Menurutnya, tiap obat berbeda reaksinya, tergantung grade dari obat itu sendiri. Jika
sering dikonsumsi, maka akan memicu reaksi intraseluler yang dapat menyebabkan
pembentukan kristal atau reaksi imunologis yang menjadikan toksik pada ginjal.

2. Merokok

Ada banyak studi mengenai dampak buruk merokok terhadap kesehatan paru-paru dan
jantung. Namun, ada juga beberapa studi yang menunjukkan bahwa orang-orang yang
merokok lebih cenderung memiliki protein dalam urine, yang merupakan tanda
kerusakan ginjal. Beberapa penyakit yang memengaruhi ginjal, seperti diabetes dan
tekanan darah tinggi, dapat semakin parah karena kebiasaan merokok. Tak hanya itu,
para perokok cenderung lebih memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
Merokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi. Dengan ini, merokok secara tidak langsung dapat menjadi cikal bakal terjadinya
gangguan ginjal. Sebuah studi tahun 2012 menyebutkan bahwa berhenti merokok dapat
mengurangi risiko karsinoma ginjal sebesar 40 persen.

Sementara itu, National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, AS,
menyebut merokok bisa meningkatkan risiko kanker dan penyakit ginjal. Merokok bisa
mengurangi monoamine oxidase B (MAO-B), enzim yang mempromosikan kesehatan
seluruh tubuh. Dalam studi yang dilakukan oleh Brookhaven National Laboratory di
New York, AS, tingkat MAO-B pada ginjal rata-rata antara 33-46 persen lebih rendah
dari perokok.

3. Terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula

Donat sebagai sarapan, semangkuk cokelat dan permen untuk menemani kerja, atau apa
pun makanan dan minuman tinggi gula lainnya dapat meningkatkan risiko Anda
mengalami diabetes dan obesitas. Kedua kondisi tersebut merupakan faktor risiko
terjadinya gangguan ginjal. Bahkan, menurut data dari Indonesian Renal Reggistry pada
tahun 2010, diabetes menyumbang 25 persen penyebab penyakit ginjal.

Mengurangi asupan gula dalam pola makan Anda dapat menurunkan risiko
diabetes, obesitas, dan penyakit ginjal. Selain itu, jika Anda memangkas konsumsi gula
olahan, Anda juga dapat mengurangi kalori, berbagai zat kimia, dan sodium. Jika lingkar
pinggang dan kedua ginjal Anda dapat berbicara, mereka akan mengucapkan terima
kasih.

4. Mengonsumsi makanan tinggi sodium

Makan makanan yang mengandung sodium tinggi dapat meningkatkan tekanan darah.
Tekanan darah yang tinggi dapat merusak ginjal dari waktu ke waktu dan dapat
menyebabkan gagal ginjal. Sodium dapat membuat ginjal kerja lebih keras. Bila ada
kelebihan sodium dalam aliran darah, tubuh perlu mengeluarkannya. Hal ini
menyebabkan banyak tekanan pada ginjal dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
berbagai masalah kesehatan.

Menurut dr. Karin Wiradarma, makan makanan asin dapat meningkatkan kadar
sodium di dalam urine. Akibatnya, dapat menghambat penyerapan kalsium ke dalam
tubuh. Oleh karena itu, kalsium akan menumpuk di dalam urine dan dapat
menyebabkan terbentuknya batu kalsium pada saluran kemih.

Saran dari dr. Karin, hindari makanan yang mengandung tinggi garam seperti keripik,
makanan kaleng, makanan yang diproses (sosis, ham, bacon), kecap asin, serta makanan
yang mengandung pengawet dan MSG.
5. Sering menahan buang air kecil

Hampir setiap orang pernah menahan buang air kecil, entah karena sedang tidur,
bekerja, berkendara, atau karena malas ke kamar mandi. Jika kebiasaan ini sering
dilakukan, ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan.

Dikatakan oleh dr. Nadia Octavia, menahan kencing dapat membuat Anda berpotensi
terkena infeksi saluran kemih. Semakin lama urine tertahan di kandung kemih, maka
kandung kemih Anda berpotensi untuk menjadi sarang bakteri yang baik.

Lebih jauh lagi, infeksi saluran kemih akibat bakteri dapat menimbulkan berbagai gejala,
seperti keinginan kencing jadi lebih sering, nyeri saat kencing, hingga bisa
mengakibatkan demam. Selain itu, infeksi bakteri tersebut juga dapat menyebar ke
ginjal dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi.

6. Kurang minum air

Kurang minum memicu dehidrasi. Tubuh yang mengalami dehidrasi akan memiliki
waktu yang lebih lama untuk menjaga tekanan darah. Ginjal adalah salah satu organ
yang sangat sensitif terhadap aliran darah.

Menurut dr. Anita Amalia Sari, kurangnya konsumsi air dapat menyebabkan ginjal
harus bekerja lebih keras. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan ginjal seperti
infeksi saluran kemih, batu ginjal, hingga gagal ginjal.

Teknologi untuk Menangani Gangguan/Penyakit pada Ginjal

1. Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal pasien dengan ginjal lain yang
berasal dari orang yang hidup atau yang sudah meninggal. Transplantsi ginjal menjadi
terapi pilihan untuk sebagian besar pasien yang menderita gagal ginjal dan penyakit ginjal
stadium akhir dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Tapi kamu tidak
bisa sembarangan memilih ginjal untuk dicangkok, lho. Ada serangkaian tes yang harus
dilewati pasien untuk memastikan tubuhnya cocok dengan ginjal dari pendonor. Selain
itu, pasien juga dianjurkan untuk berhenti merokok, membatasi minuman beralkohol,
berolahraga sesuai anjuran dokter, rutin berkonsultasi dengan dokter, dan mengonsumsi
obat-obatan dan makanan sesuai dengan saran dokter.

2. Hemodialisis
Kamu sudah pernah dengar istilah hemodialisis? Hemodialisis ini sering juga disebut
dengan istilah cuci darah. Proses cuci darah ini sendiri bertujuan untuk membersihkan
darah dari zat-zat sisa metabolisme melalui proses penyaringan yang terjadi di luar
tubuh. Umumnya, hemodialisis dilakukan untuk menolong penderita gagal ginjal.
Hemodialisis menggunakan alat yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Alat tersebut
namanya dialiser, yang berisi membran selektif permeabel dan cairan dialisat.
Pada mesin juga terdapat alat pencatat serta pengontrol aliran darah, suhu dan tekanan.
Obat anti pembekuan darah (heparin) juga diberikan pada pasien, untuk mencegah
pembekuaan darah selama proses pencucian darah.
Untuk menyaring seluruh darahnya, umumnya setiap orang memerlukan waktu 9-12 jam
dalam seminggu. Pencucian darah dibagi menjadi tiga kali pelaksanaan, sehingga
diperlukan waktu 3-5 jam untuk sekali cuci darah. Meskipun demikian, hal tersebut
tergantung pada tingkat kerusakan ginjal. Untuk penderita gagal ginjal kronis, apabila
tidak ingin melakukan cuci darah terus menerus, alternatif lainnya adalah dengan
melakukan cangkok ginjal.

Anda mungkin juga menyukai