Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan Gagal Ginjal

Akut (Acute Kidney Injury)

DIAH DWI PUTRI IRIANTO


14420201046
Definisi
• Gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury adalah kondisi ketika
ginjal berhenti berfungsi secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh gangguan aliran darah ke ginjal, gangguan pada
ginjal, atau masalah sumbatan pada saluran urine.
• Acute Kidney Injury (gagal ginjal akut) adalah penurunan fungsi
ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeostatis tubuh. Acute Kidney Injury juga
merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal mendadak dengan akibat terjadinya penimbunan hasil
metabolik persenyawaan nitrogen seperti ureum dan kreatinin.
Etiologi
Diyono & Mulyanti (2019), mengatakan bahwa berdasarkan etiologi dan
proses terjadinya Acute Kidney Injury (gagal ginjal akut), dapat diklasifikasikan
menurut tahapan kerusakan ginjal sebagai berikut :
1. Gagal ginjal akut pre renal : Acute Kidney Injury pre-renal merupakan
kelainan fungsional tanpa adanya kelainan histologik atau morfologik
pada nefron.
2. Gagal ginjal akut intrarenal : Acute Kidney Injury (gagal ginjal akut) yang
disebabkan oleh kerusakan atau penyakit primer dari ginjal yang
menyebabkan Acute Tubuler Necrosis.
3. Gagal ginjal akut post renal : Acute Kidney Injury post-renal adalah suatu
keadaan di mana pembentukkan urin sudah cukup, tetapi aliran urin di
dalam saluran kemih terhambat.
Faktor Risiko Gagal Ginjal Akut
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terserang gagal ginjal, yaitu:
1. Berusia 65 tahun ke atas
2. Sedang menjalani kemoterapi atau perawatan intensif lain
3. Menderita penyakit ginjal atau pernah mengalami gagal ginjal
sebelumnya
4. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
5. Menderita kanker atau sedang menjalani pengobatan kanker
6. Menderita diabetes, hipertensi, gagal jantung, penyakit liver,
penyakit arteri perifer atau obesitas
Patofisiologi
Ginjal berperan penting dalam regulasi tekanan darah berkat efeknya pada keseimbangan natrium,
suatu penentu utama tekanan darah. Konsentrasi natrium didalam tubuh dalam menilai tekanan darah.
Melalui kerja dua sensor, baik kadar natrium yang rendah atau tekanan perfusi yang rendah berfungsi
sebagai stimulasi untuk pelepasan renin. Renin yaitu suatu protease yang meningkatkan tekanan darah
dengan memicu vasokonstriksi secara langsung dan dengan merangsang sekresi aldosteron sehingga
terjadi retensi natrium dan air. Semua efek ini menambah cairan ekstrasel utuh kehilangan fungsi ginjal
normal akibat dari penurunan jumlah nefroen yang berfungsi dengan tepat. Bila jumlah nefron
berkurang sampai jumlah yang tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan homeostatis,
terjadi akibat gangguan fisiologis. Gagal ginjal melakukan fungsi metaboliknya dan untuk membersihkan
toksin dari darah selain itu gagal ginjal akut disebabkan dengan berbagai macam keadaan seperti
gangguan pada pulmoner yaitu nafas dangkal, kussmaul, dan batuk dengan sputum. Gangguan cairan
elektrolit dan keseimbangan asam dan basa. Gangguan pada kardiovaskuler seperti hipertensi, nyeri
dada, gangguan irama jantung dan edema. Edema merupakan tanda dan gejala yang umum pada
kelebihan volume cairan. Edema merujuk kepada penimbunan cairan di jaringan subkutis dan
menandakan ketidak seimbangan gaya-gaya starling (kenaikan tekanan intravaskuler atau penurunan
tekanan intravaskuler) yang menyebabkan cairan merembes ke dalam ruang interstisial. Edema akan
terjadi pada keadaan hipoproteinemia dan gagal ginjal yang parah.
Manifestasi Klinik
Gejala gagal ginjal akut bisa muncul dalam hitungan hari atau bahkan jam setelah gangguan pada ginjal terjadi.
Gejalanya berupa:
1. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
2. Kulit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin berbau urine (fetouremik)
3. Manifestasi system saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang)
4. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung darah
5. Edema atau pembengkakan pada tungkai akibat penumpukan cairan
6. Anoreksia (disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen)
7. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi (karena kehilangan kalsium dari tulang)
8. Sakit di perut dan punggung
9. Kelelahan akibat anemia
10. Demam
11. Tremor di tangan
12. Sesak napas
13. Kejang
14. Nafsu makan menurun
15. Hipertensi
Komplikasi
Gagal ginjal akut dapat menyebabkan kematian dan sejumlah komplikasi
berikut:
1. Asidosis metabolik (meningkatnya kadar asam dalam darah)
2. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Edema paru atau penumpukan cairan di paru-paru
4. Hiperkalemia
5. Penyakit jantung, seperti gagal jantung, serangan jantung, aritmia, atau
henti jantung
6. Gangguan pada sistem pencernaan, termasuk perdarahan saluran cerna
7. Kerusakan ginjal yang bersifat permanen
8. Gangguan saraf akibat penumpukan ureum atau uremia
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah : untuk mengukur kadar kreatinin dan urea nitrogen yang akan
meningkat pada gagal ginjal akut, serta unutk mengukur laju filtrasi
glomerulus (glomerular fitration rate) guna menilai tingkat keparahan
gagal ginjal akut
2. Tes urine : untuk mengukur kadar elektrolit dalam urine dan mengukur
volume urine yang keluar
3. Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI : untuk melihat kondisi ginjal
dan mendeteksi ada tidaknya tumor atau sumbatan pada saluran kemih
atau pembuluh darah ke ginjal
4. Biopsi ginjal : untuk mendeteksi ketidaknormalan pada jaringan ginjal
5. Arteriogram, dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab pre-renal,
misalnya oclusi arteri renalis
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan gagal ginjal akut adalah untuk mencapai dan mempertahankan keseimbangan natrium
dan air. Masukan natrium dibatasi hingga 60mmol/hari dan cairan cukup 500ml/hari di luar kekurangan hari
sebelumnya atau 30ml/hari di luar jumlah urin dikeluarkan perjam sebelumnya. Namun keseimbangan harus terus
diawasi.
1. Memberikan nutrisi yang cukup, bisa melalui suplemen tinggi kalori
2. Mencegah dan memperbaiki hiperkalemia. Dilakukan perbaikan asidosis, pemberian glukosa dan insulin
intravena, penambahan kalium, pemberian kalsium intravena pada kedaruratan jantung dan dialysis.
3. Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama di tujukan terhadap infeksi saluran nafas dan nosokomial.
Demam harus segera di deteksi dan di terapi.
4. Mencegah dan memperbaiki perdarahan dan saluran cerna. Feses di periksa untuk adanya perdarahan dan
dapat dilakukan endosktopi.
5. Diet tinggi kalori dan rendah protein
6. Diet rendah protein (20-40g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia.,
menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
7. Dialysis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum tinggi, hiperkalemia, atau terjadi
kelebihan cairan.
8. Monitoring nilai elektrolit darah, nilai BUN dan nilai kreatinin makanan, menimbang berat badan, monitoring
nilai elektrolit darah, nilai BUN dan nilai kreatinin.
Pencegahan GGA
Cara untuk mencegah gagal ginjal akut adalah dengan menjaga kesehatan ginjal dengan
melakukan beberapa langkah, yaitu:
1. Mengonsumsi makanan sehat
2. Membatasi asupan garam
3. Menjaga berat badan ideal
4. Mengontrol kadar gula darah
5. Mengontrol tekanan darah
6. Minum air putih dalam kadar yang cukup
7. Membatasi konsumsi obat pereda nyeri
8. Membatasi konsumsi minuman beralkohol
9. Berhenti merokok
10. Mengelola stres dengan baik
11. Berolahraga secara teratur
Prognosis
• Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat
gagal ginjal. Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek
prognosanya, adanya infeksi yang menyertai, perdarahan
gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk
prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%),
perdarahan terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%),
gagal nafas (15%), dan gagal multiorgan dengan kombinasi
hipotensi, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan GGA yang
menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%, karena
itu pencegahan, diagnosis dini, dan terapi dini perlu ditekankan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL GINJAL AKUT
Pengkajian
Pengkajian anamnesis Riwayat Kesehatan
Pada pengakajian anamnesis data yang 1. Keluhan utama
diperoleh yakni identitas klien dan Biasanya pasien dengan diagnose gagal ginjal akut sering
identitas penanggung jawab, identitas terasa sesak, mual, muntah dan terjadi penurunan
produksi miksi.
klien yang meliputi nama, usia, jenis
2. Riwayat penyakit sekarang
kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis.
Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing
Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat terasa sesak, mual dan muntah dan penambahan BB,
menyerang pria maupun wanita dari nyeri tekan pada abdomen dan anoreksia
rentang usia manapun, khususnya bagi 3. Riwayat penyakit dahulu
orang yang sedang menderita penyakit Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit
serius, terluka serta usia dewasa dan pada gagal ginjal akut sebelumnya. Penting untuk dikaji tentang
umumnya lanjut usia. Untuk pengkajian riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
identitas penanggung jawab data yang
5. Riwayat penyakit keluarga
didapatkan yakni meliputi nama, umur,
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga
pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
Pola Kesehatan Fungsional
Doenges (2014), mengatakan bahwa pola kesehatan fungsional pada Acute Kidney Injury (gagal ginjal akut)
ialah sebagai berikut :
1. Aktivitas dan Istirahat
• Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise. Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus.
2. Sirkulasi
• Tanda : Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi malignan, eklampsia/hipertensi akibat kehamilan),
disritmia jantung, nadi lemah, hipotomi ortostatik (hypovolemia), distensi vena jugularis, nadi kuat, oedema
jaringan umum (termasuk area periorbital, mata kaki, sacrum), pucat/kecenderungan perdarahan.
3. Pola eliminasi
• Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria (biasanya 12-21 hari),
polyuria (2-6 L/hari).
• Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya peningkatan frekuensi/polyuria (kegagalan dini), atau
penurunan berkemih/oliguria (fase akhir), dysuria, ragu-ragu, dorongan dan retensi (inflamasi/obstruksi,
infeksi), abdomen kembung, diare atau konstipasi, riwayat BPH (Benigna Prostat Hiperplasia), batu/kalkuli.
4. Makanan dan cairan
• Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembapan, oedema (umum, bagian bawah).
• Gejala : Peningkatan berat badan (oedema), penurunan berat badan (dehidrasi), mual, muntah, anoreksia,
nyeri ulu hati, penggunaan diuretik.
Lanjutan...
5. Neurosensori
• Tanda : Gangguan status mental contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/asam/basa).
• Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”.
6. Nyeri/Kenyamanan
• Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah. Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala.
7. Pernapasan
• Tanda : Nafas pendek.
• Gejala : Takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan Kussmaul);
nafas ammonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda (oedema paru).
8. Keamanan
• Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
• Gejala : Adanya reaksi transfusi
Diagnosa Keperawatan
Doenges (2014), mengatakan bahwa diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien dengan
Gagal Ginjal Akut (Acute Kidney Injury) adalah sebagai berikut :
1. Hipervolemia berhubungan dengan mempengaruhi mekanisme regulator (gagal ginjal) dengan
retensi (GFR), pemasukkan lebih besar dari pengeluaran, oliguria, oedema jaringan umum,
peningkatan berat badan, perubahan status mental, penurunan Hb/Ht, gangguan elektrolit,
kongestif paru pada foto dada.
2. Resiko penurunan curah jantung ditandai dengan faktor resiko meliputi kelebihan cairan,
perpindahan cairan, defisit cairan, ketidak seimbangan elektrolit, efek uremia pada otot jantung.
3. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor resiko meliputi katabolisme protein, peningkatan
kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah, ulkus mukosa mulut.
4. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet,
peningkatan kebutuhan energi
5. Resiko infeksi ditandai dengan faktor resiko meliputi depresi pertahanan imunologi (sekunder
terhadap uremia)
6. Resiko hipovolemia ditandai dengan faktor resiko meliputi kehilangan cairan berlebihan
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi
Intervensi Keperawatan
Doenges (2014), mengatakan bahwa rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut
(Acute Kidney Injury) berdasarkan diagnosa yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Hipervolemia berhubungan dengan mempengaruhi mekanisme regulator (gagal ginjal) dengan retensi (GFR), pemasukkan
lebih besar dari pengeluaran, oliguria, oedema jaringan umum, peningkatan berat badan, perubahan status mental,
penurunan Hb/Ht, gangguan elektrolit, kongestif paru pada foto dada.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
• Pemasukan lebih besar dari pengeluaran
• Oliguria
• Odema jaringan umum, peningkatan berat badan
• Perubahan status mental
• Penurunan Hb/Ht, gangguan elektrolit, kongestif paru pada foto dada
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan :
• Menunjukkan haluaran urin tepat dengan berat jenis mendekati normal, berat badan stabil, tanda vital dalam batas normal,
tidak ada oedema
Tindakan/intervensi :
• Mandiri:
1. Awasi denyut jantung, TD (Tekanan Darah) dan CVP (Central Venous Pressure)
Rasional : Takikardia dan hipertensi terjadi karena (1) kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urin, (2) pembatasan cairan
berlebihan selama mengobati hypovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguria gagal ginjal, dan/atau (3) perubahan pada
sistem renin-angiotensin.
2. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat
Rasional : Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggunaan cairan, dan penurunan resiko kelebihan cairan.
3. Awasi berat jenis urin
Rasional : Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin
4. Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembatasan multiple
Rasional : Membantu menghindari periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa
kekurangan dan haus.
5. Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaik
6. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk oedema
Rasional : Oedema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
7. Auskultasi paru dan bunyi jantung
Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan oedema paru dan CHF dibuktikan oleh terjadinya bunyi nafas tambahan, bunyi jantung
ekstra.
• Kolaborasi:
1. Perbaiki penyebab yang dapat kembali karena Acute Kidney Injury
Rasional : Mampu mengembalikan ke fungsi normal dari disfungsi ginjal atau membatasi efek residu.
2. Awasi pemeriksaan laboratorium
3. Berikan obat sesuai indikasi
4. Masukkan /pertahankan kateter tak menetap, sesuai indikasi
Rasional : Katerisasi mengelularkan obstruksi saluran bawah dan memberikan rata-rata pengawasan akurat terhadap pengeluaran urin
selama fase akut.
5. Siapkan untuk dialisis sesuai indikasi
Rasional : Dilakukan untuk memperbaiki kelebihan volume, ketidak seimbangan elektrolit, asam/basa, dan untuk menghilangkan toksin.
2. Resiko penurunan curah jantung ditandai dengan faktor resiko meliputi kelebihan cairan, perpindahan cairan, defisit cairan,
ketidak seimbangan elektrolit, efek uremia pada otot jantung
• Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan: Mempertahankan curah jantung dibutuhkan oleh TD (Tekanan Darah)
dan denyut jantung dalam batas normal pasien, nadi perifer kuat sama dengan waktu pengisian kapiler.
• Tindakan/intervensi:
• Mandiri :
1) Awasi TD dan frekuensi jantung
Rasional : Kelebihan cairan disertai dengan hipertensi (sering terjadi pada gagal ginjal) dan efek anemia.
2) Observasi EKG (Elektrokardiogram)
Rasional : Perubahan fungsi elektro mekanis dapat menjadi masalah pada respon terhadap berlanjutnya gagal ginjal kronik dan
toksik ketidak seimbangan elektrolit.
3) Auskultasi bunyi jantung
Rasional : Terbentuknya S3/S4 menunjukkan kegagalan fungsi
4) Kaji warna kulit, membran mukosa, dan dasar kuku
Rasional : Pucat mungkin menunjukkan vasokonstriksi
5) Perbaikan terjadinya nadi lambat, hipotensi, kemerahan, mual/muntah, dan penurunan tingkat kesadaran (depresi SSP
[sistem saraf pusat])
Rasional : Penggunaan obat (contoh antasida) mengandung magnesium dapat mengakibatkan hipermagnesemia, potensial
disfungsi neuromuskular dan resiko henti jantung.
6) Selidiki laporan kram otot, kebas/kesemutan pada jari, dengan kejang otot, hiperefleksia
Rasional : Neuromuskular indikator hipokalemia, yang dapat juga mempengaruhi kontraktilitas dan fungsi jantung.
7) Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat adekuat dan berikan bantuan dengan perawatan dan aktivitas yang diinginkan
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kerja jantung
• Kolaborasi:
1) Awasi pemeriksaan laboratorium
2) Berikan/batasi cairan sesuai indikasi
Rasional : Curah jantung tergantung pada volume sirkulasi (dipengaruhi oleh
kelebihan dan kekuarangan cairan dan fungsi otot miokardial
3) Berikan tambahan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardial untuk
menurunkan kerja jantung dan hipoksia seluler.
4) Berikan obat-obatan sesuai indikasi
5) Natrium polisitiren sulfonat (Kayexalate) dengan/tanpa sorbitol
Rasional : Pertukaran resin yang menukar natrium untuk kalium pada traktus
gastrointestinal untuk menurunkan kadar kalium serum.
6) Siapkan/bantu dengan dialisis sesuai indikasi
Rasional : Diindikasikan untuk disritmia menetap, gagal jantung kongestif yang tidak
responsif terhadap terapi lain.
3. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor resiko meliputi katabolisme protein, peningkatan kebutuhan metabolik, anoreksia,
mual/muntah, ulkus mukosa mulut
• Mandiri:
1) Kaji atau catat pemasukan diet
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi defesiensi dan kebutuhan diet.
2) Berikan makan sedikit dan sering
Rasional : Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
3) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan yang diizinkan dan dorong terlibat pada pilihan menu
Rasional : Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pemberianan diet.
4)Tawarkan perawatan mulut sering atau cuci dengan larutan (25%) cairan asam asetat.
Rasional : Membran mukosa menjadi kering dan pecah.
5) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Pasien puasa/katabolik akan secara normal kehilangan 0.1-0.5 kg/hari.
• Kolaborasi:
1) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, albumin serum, natrium dan kalium
Rasional : Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan dan efektifitas terapi
2) Kolaborasi dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi
Rasional : Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan, dan mengindentifikasi rute paling efektif dan produknya.
3) Berikan kalori tinggi, diet rendah atau sedang protein
Rasional : Jumlah protein eksogen yang dibutuhkan kurang dari normal kecuali pada pasien dialisis.
4) Batasi kalsium, natrium dan pemsukkan fosfat sesuai indikasi
Rasional : Pembatasan elektrolit ini diperlukan untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut, khususnya bila dialisis tidak menjadi bagian
pengobatan, dan/atau selama fase penyembuhan Acute Kidney Injury.
5) Berikan obat sesuai indikasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai