Anda di halaman 1dari 18

CASE BASED DISCUSSION (CBD)

ABORTUS IMINENS

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSI Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:

Mira Ramdian Ningsih


30101306994

Penguji:
dr. H. M. Taufiqy Setyabudi , Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
RSI SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
2018

A. IDENTITAS PASIEN
 No RM : 01-29-92-44
 Nama : Ny. S
 Usia : 35 tahun
 Pendidikan : SMA
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Swasta
 Status : Menikah
 Alamat : Sembungharjo RT.08/ RW.02 Genuk, Semarang
 Ruang : B. Nisa 2
 Kelas : BPJS Non PBI kelas II

B. ANAMNESA
Dilakukan autoanamnesis tanggal 8 Maret 2018 Pukul 14.00 WIB.
 Keluhan utama
Pasien wanita G4P1A2 usia 35 tahun hamil 10 minggu keluar darah dari jalan lahir
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien G4P1A2 usia 35 tahun hamil 10 minggu, datang ke Poli Klinik Obsgyn dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah
yang keluar sedikit, hanya flek-flek saja, tidak ada prongkolan yang keluar. Keluhan
pasien dirasakan saat pasien pulang bekerja, saat itu pasien berkeliling menggunakan
motor dari genuk sampai tembalang untuk bekerja sebagai sales. Sebelumnya pasien
tidak mengalami trauma atau jatuh, tidak minum jamu, tidak dipijat dan tidak
melakukan hubungan suami istri selama kehamilan. Pasien juga mengeluh mual (+),
muntah (-), nyeri perut bagian bawah (+) seperti mules. Pada kehamilan sebelumnya,
pasien juga mengalami keguguran pada kehamilan pertama karena terjatuh dari kamar
mandi dan keguguran pada kehamilan ketiga karena kelelahan bekerja di pabrik.

 Riwayat Haid
- Menarche : 14 tahun
- Siklus : 28 hari
- Lama : 7 hari
- Dismenorrhea : (+)
- Leukorrhea : (-)
- Menopause : (-)
 Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah sebanyak 1 kali.
- Menikah saat usia : 21 tahun
- Lama menikah : 14 tahun
 Riwayat Obstetri
- G4P1A2
- G1 : Abortus saat hamil 12 minggu , Curetage
- G2 : Laki-laki, berat badan 3500 gram, ditolong bidan, spontan, umur 8 tahun,
sehat
- G3 : Abortus saat hamil 11 minggu, curetage
- G4 : Hamil ini
- HPHT : 27-12-2017
- HPL : 3-10-2018
- UK : 10 minggu 4 hari
 Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan
sekali, terakhir dilakukan ANC pada 2 minggu yang lalu, diberikan vitamin dan
suplemen besi.
 Riwayat KB
Riwayat KB : suntik KB 3 bulan
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Keluhan serupa : 8 bulan yang lalu
- Riwatat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Keluhan serupa : disangkal
- Riwatat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang karyawan swasta, suami pasien bekerja sebagai karyawan
swasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBI.

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS PRESENT (08/03/2018)
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 160
BB : 63 kg
BMI : 24 (Normoweight)
Vital Sign
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 RR : 18 x / menit
 Suhu : 36,5 0C

Status Internus

 Kepala : Mesocephale
 Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
 Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
 Telinga : Discharge (-)
 Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
 Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
 Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
 Mamae : Simetris, membesar, kencang (+), hiperpigmentasi aerola
mamae, papila mamae menonjol
 Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Tidak dapat ditentukan batas – batasnya karena terhalang
oleh mamae yang membesar
 Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
 Paru :
 Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+) bekas
operasi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) di daerah simfisis (skala nyeri 3)
 Perkusi : tidak dilakukan
 Extremitas :
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

b. Status Obstetri
 Abdomen
 Inspeksi : Perut sedikit cembung, striae gravidarum (+),linea nigra (+)
bekas operasi (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (+) di daerah simfisis (skala nyeri 3)
Leopold I : Belum dapat dilakukan

Leopold II : Belum dapat dilakukan

Loepold III : Belum dapat dilakukan

Leopold IV : Belum dapat dilakukan

 Auskultasi : Belum didapatkan denyut jantung janin dengan menggunakan


fetal phone
 HIS : (-)
 TFU : Belum teraba
 TBJ :-

 Genitalia
 Externa
Inspeksi : terdapat darah (+) pada jalan lahir, massa (-), jaringan (-).
 Interna
- VT : permukaan vagina licin, massa (-), nyeri goyang portio (-),
adneksa kanan dan kiri tidak teraba perbesaran, cavum
douglass tidak menonjol, OUE menutup, ppv (+)
- Inspekulo : Dinding vagina kanan dan kiri licin, portio sebesar jari jempol ,
permukaan nya licin, erosi (-), mioma geburt (-), OUE tertutup,
discharge yang keluar berupa darah segar sedikit.

D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Urine (8 Maret 2018) : gravindex (+)
 Darah rutin ( 8 Maret 2018)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Hemoglobin 12,8 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 37,9 33-45 %
Leukosit 10,77 3.6-11.0 ribu/uL
Trombosit 293 150-440 ribu/Ul
Golongan Darah/Rh AB/Positif
APTT/PTTK 20,7 21,8 – 28,0 Detik
Kontrol 26,2 21,1 – 28,5 Detik
PPT 8,7 9,3 – 11,4 Detik
Kontrol 11,0 9,3 – 12,5 Detik
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif -
KIMIA
GDS 76 76-110 mg/dL

 USG Kandungan ( 8 Maret 2018)


- Tampak janin tunggal intra uterin
- FM (+), FHM (+), HR 151 bpm
- Biometri janin : CRL = 3,72 cm, sesuai hamil 10 minggu 4 hari
- Kesejahteraan janin masih cukup baik.
E. Ringkasan/Resume
Pasien G4P1A2 usia 35 tahun hamil 10 minggu, datang ke Poli Klinik Obsgyn dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah yang
keluar sedikit, hanya flek-flek saja, tidak ada prongkolan yang keluar. Keluhan pasien
dirasakan saat pasien pulang bekerja, saat itu pasien berkeliling menggunakan motor dari
genuk sampai tembalang untuk bekerja sebagai sales. Sebelumnya pasien tidak mengalami
trauma atau jatuh, tidak minum jamu, tidak dipijat dan tidak melakukan hubungan suami
istri selama kehamilan. Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-), nyeri perut bagian
bawah (+) seperti mules. Pada kehamilan sebelumnya, pasien juga mengalami keguguran
pada kehamilan pertama karena terjatuh dari kamar mandi dan keguguran pada kehamilan
ketiga karena kelelahan bekerja di pabrik.
 Riwayat Kehamilan
 HPHT : 27 – 12 - 2017
 HPL : 3 – 10 - 2018
 UK : 10 minggu 4 hari
 Status Present
 Keadaan umum : Baik
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 RR : 18 x / menit
 Suhu : 36,5 0C

 Status Internus
Dalam Batas Normal
 Status Obstetri
 Abdomen
 Inspeksi : Perut sedikit cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
bekas operasi (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (+) di daerah simfisis (skala nyeri 3)
Leopold I : Belum dapat dilakukan

Leopold II : Belum dapat dilakukan

Loepold III : Belum dapat dilakukan

Leopold IV : Belum dapat dilakukan

 Auskultasi : Belum didapatkan denyut jantung janin dengan menggunakan


fetal phone
 HIS : (-)
 TFU : Belum teraba
 TBJ :-
 Genitalia
 Externa
Inspeksi : terdapat darah (+) pada jalan lahir, massa (-), jaringan (-).
 Interna
- VT : Permukaan vagina licin, massa (-), OUE tertutup, nyeri goyang
portio (-), adneksa kanan dan kiri tidak teraba perbesaran,
cavum douglass tidak menonjol, ppv (+)
- Inspekulo : Dinding vagina kanan dan kiri licin, portio sebesar jari jempol ,
permukaan nya licin, erosi (-), mioma geburt (-), OUE tertutup,
discharge yang keluar berupa darah segar sedikit

F. DIAGNOSA
Wanita 35 tahun, G4P1A2,hamil 10 minggu, janin tunggal hidup intrauterin dengan
Abortus Iminens.

G. TATALAKSANA
a. Segera rawat di Rumah Sakit
b. Tirah baring (bed rest total)
c. Pengawasan : KU, vital sign, Hb, nyeri abdomen.
d. Infus RL 20 tpm
e. Dupaston 2x1
f. Kalnex 3x1 tab
g. Asam folat 1x1tab
h. Sulfas Ferosus 1x1 tab
i. Vitamin C 1x1 tab
j. Vitamin B kompleks 1x1 tab

H. PROGNOSA
Kehamilan : dubia ad bonam

I. EDUKASI
 Memberitahu kepada pasien untuk rawat inap dan tirah baring
 Memberitahu kepada pasien dan keluarga bahwa pasien tidak boleh
menggunakan motor terlebih dahulu dan tidak boleh terlalu lelah
 Memberitahu kondisi ibu dan janin pada keluarga
 Memberitahu tujuan terapi serta kemungkinan terjadinya komplikasi
 Memberi tahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari RS
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ABORTUS
- Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn
Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai
1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
- Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari
ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore,
2001).

B. DEFINISI ABORTUS IMMINENS


- Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada setengah awal
kehamilan.
- Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks
tertutup.
C. ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat,
penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana
kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus,
disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa,
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan
uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.

D. KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada
beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya
datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales
ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,
warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak disertai mules-mules.
2. Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam
hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
3. Abortus incompletus (keguguran tidak lengkap)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang - kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum.
4. Abortus complet (keguguran lengkap)
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di keluarkan
dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa
dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
5. Missed abortion (retensi janin mati)
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di
dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih. Missed abortion
biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang
secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang,
mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes
kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
6. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut - turut tiga kali atau
lebih.

E. PATOGENESIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus
desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak
dalam, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka
disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan
tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan
dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti
daging. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena
cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas
perkamen atau fetus papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang
meninggal tidak dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak
menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya janin
tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin
telah mati lama disebut missed abortion.

F. MANIFESTASI KLINIS ABORTUS IMMINENS


Tanda dan gejala dari abortus imminens adalah:
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih berada
dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
3. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
4. Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, tes kehamilan
positif.
5. Perdarahan implitasi biasanya sedikit warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak
disertai mules-mules.

a. Perdarahan : Berlangsung ringan sampai dengan berat. Perdarahan pervaginam


pada abortus imminens biasanya ringan berlangsung berhari-hari dan warnanya
merah kecoklatan.
b. Nyeri : "Cramping pain", rasa nyeri seperti pada waktu haid di daerah
suprasimfiser, pinggang dan tulang belakang yang bersifat ritmis.
c. Febris : Menunjukkan proses infeksi intra genital, biasanya disertai
lokia berbau dan nyeri pada waktu pemeriksaan dalam.(Fitria.2007)

- Pemeriksaan dalam : serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada
kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah, serta reaksi
silang analisis gas darah, kultur darah, terresistensi.
2. Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
3. Pemeriksaan dopler
4. USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
5. Pemeriksaan kadar fibrinogen.

H. KRITERIA DIAGNOSIS
Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu. Perdarahan pervaginam,
mungkin disertai jaringan hasil konsepsi. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas
simpisis.
1. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan
melalui ostium uteri eksternum disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sebesar tuanya kehamilan, servik masih menutup, dan test kehamilan
positif.
2. Juga didukung dengan pemeliksaan USG untuk membedakan dengan kasus blighted
ovum.

I. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatif, meliputi:
1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.
2. Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti .
3. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
4. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
5. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan tiap empat
jam bila pasien panas.
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
7. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
8. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Mansjoer Arif, 1999)

Medikamentosa :
1. Progestogen
Merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau memiliki efek
progesteron,diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus imminens.Progesteron
merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus
untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan.Sekresi progesteron
yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran
sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat
mencegah keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi
korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
2. hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan kehamilan.
Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan.
Namun, hasil tiga penelitian yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada
cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada abortus imminens untuk
mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak terdapat laporan efek samping penggunaan
hCG pada ibu dan bayi, diperlukan penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang
pengaruh hCG pada keguguran.
3. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal vagina.
Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan tiga dari tujuh
wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri abdomen dan perdarahan
vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai terapi
dan tidak manimbulkan anomali bayi.
J. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan
gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih
jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat
(syok endoseptik).

DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrawinata S. Ilmu kesehatan reproduksi obstetri patologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2004.h.1-9.
2. Hadijanto B. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Pendarahan pada kehamilan
muda. Edisi ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2014.h.461-74.
3. Sucipto N. Abortus imminens: upaya pencegahan, pemeriksaan, dan penatalaksanaan.
CDK-206. Volume 40 no.7; 2013. Diunduh
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_206Abortus%20Imminens-Upaya%20Pencegahan
%20Pemeriksaan%20dan%20Penatalaksanaan.pdf . 29 October 2014.
4. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC; 2007.h. 396-400.

Anda mungkin juga menyukai