A. ATTENDING
Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa attending
adalah cara yang menunjukkan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap
atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga
klien merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor.
Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian
klien, yaitu:
1. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending
memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka
merasa harga diri meningkat
2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien,
karena klien merasa ada orang yang bisa dipercaya, teman untuk berbicara,
dan merasa terlindungi secara emosional
3. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor
adalah tempat untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya
B. EMPATI
Menurut Stewart (1986) empati sebagai kemampuan untuk menempatkan
diri di tempat orang lain supaya bisa memahami dan mengerti kebutuhan dan
perasaannya. Tujuan seorang konselor berempati terhadap kondisi klien adalah
agar konselor mampu memasuki dunia dalam klien melalui ungkapan-ungkapan
empati yang menyentuh perasaan klien dan klien akan terbuka dan mau
mengungkapkan dunia dalamnya lebih jauh yang berbentuk perasaan,
pengalaman, dan pikiran.
Contoh:
C. REFLEKSI
Rekleksi adalah sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien kemudian merefleksikan kepada klien kembali. Hal ini harus
dilakukan oleh konselor sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Teknik ini merupakan keterampilan konselor untuk merespon keadaan perasaan
klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Kemampuan ini akan mendorong
dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan masalah yang sedang dihadapinya. Merefleksi perasaan klien
merupakan suatu teknik yang ampuh, karena melalui tindakan keterampilan
tersebut akan terwujud suasana keakraban dan sekaligus pemberian empati
dari konselor kepada klien. Esensi dari keterampilan ini adalah untuk
mendorong dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana
perasaan tentang situasi yang sedang dialami. Untuk meyakinkan apakah
respon yang diberikan konselor tepat atau tidak, konselor hendaknya
melakukan pengecekan kembali dengan cara mengamati jawaban dan ekspresi
klien setelah respons itu disampaikan.
Dalam Refleksi ini, konselor mampu menangkap isi pikiran, perasaan, dan
pengalaman klien yang kita amati baik dari segi bahasa lisan maupun bahasa
tubuh, kemudian memantulkan (merefleksikan) kembali hasil pengamatan kita
tersebut kepada klien. Refleksi merupakan suatu hal yang sulit dilakukan
karena menyangkut persepsi kita terhadap keadaan klien dari setiap tutur kata
maupun gerakan yang dilakukan klien. Kita harus berusaha mengetahui isi
pembicaraan klien, sekaligus membaca apa yang sejujurnya sedang ia katakan
kepada kita. Dengan kata lain, upaya refleksi merupakan upaya
menggambarkan kembali isi komunikasi seseorang secara menyeluruh.
Kesulitan mempersepsi ini dapat terjadi karena tidak jarang klien mengatakan
suatu hal tetapi bahasa tubuhnya menyertakan hal yang bertentangan.
Misalnya klien menyatakan bahwa ia dalam keadaan yang baik-baik saja, tetapi
matanya berkaca-kaca, atau menarik napas dalam, atau hidungnya kembang-
kempis.
Jadi dengan demikian, dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan
bahwa refleksi adalah teknik untuk menentukan kembali kepada Klien tentang
perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbalnya dan refleksi dapat tercapai jika dalam klien terdapat
keterbukaan, kerelaan, tidak ada ketegangan, kedekatan, dan objektivitas.