Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Teori Kepribadian Karen Horney dan Erik Erikson


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu :
1. Deasy Christia Sera, S.Psi., M.Si
2. Eka Indah Nurmawati, S.Psi., M.Si
3. Lutfi Hidayati Fauziah, S.psi., M.psi., PsikologE

Disusun Oleh :
Kelompok I Psikoanalisa :
1. Ade Vindy Awalike Jeki (23090000007)
2. Via Andriani (23090000025)
3. Adja Junior Hermawan (23090000040)

FAKULTAS PSIKOLOGI
PRODI S1 PSIKOLOGI
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pemikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini dapat mengimplementasikan dan berguna dalam kehidupan sehari –
hari.
Makalah ini membahas tentang “Psikoanalisa menurut Karen Horney dan Erik
Erikson”. Makalah ini diketik dengan tujuan memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Psikologi Kepribadian. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
kami kelompok 1 serta bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa banyak kekurangan dalam penyusun
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Malang, 28 Maret 2024

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4

1.3 Tujuan..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Biografi ..................................................................................................4

2.2 Teori Psikoanalisa Menurut Tokoh.........................................................5

2.3 Struktur Psikoanalisa.............................................................................5

2.4 Contoh Kasus.........................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................15

3.2 Saran .................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................16

3
BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Teori psikoanalisis adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur – unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan
aspek - aspek internal lainnya. Ada beberapa perbedaan antara teori psikoanalisis Karen
Horney dan teori Erik Erikson antara lain: Karen Horney menekankan konsep konflik
internal, sedangkan Erikson menyoroti tahapan perkembangan dan identitas diri.

II. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari psikoanalisa menurut Karen Horney dan Erik Erikson?
2. Bagaimana struktur dari psikoanalisa menurut Karen Horney dan Erik Erikson?
3. Bagaimana dinamika psikoanalisa menurut Karen Horney dan Erik Erikson?

III. Tujuan
1. Mengetahui biografi dari Karen Horney dan Erik Erikson
2. Mengetahui definisi teori psikoanalisa dari Karen Horney dan Erik Erikson
3. Struktur psikoanalisa dari Karen Horney dan Erik Erikson
4. Mengetahui dan memahami dinamika dan contoh psikoanalisa dari Karen Horney
dan Erik Erikson.

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi
1) Karen Horney, yang memiliki nama asli Karen Denielson lahir di sebuah desa
kecil dekat humberg, jerman, 15 September 1885. Di tahun 1906, ketika Honrey
berusia 21 tahun, ia masuk ke sekolah kedokteran di Freiberg, Jerman. Disana ia
bertemu Oskar Horney seseorang mahasiswa fakultas ekonomi dari kampus lain.
Horney menikah dengan Oskar pada tanggal 31 Oktober 1909. Namun sayangnya
pernikahan mereka tidak pernah mengalami kebahagiaan, lalu perselingkuhan
dilakukan oleh Horney dan mereka sepakat bercerai.
Karen Horney adalah seorang psikolog terkenal di salah satu pemikir tentang
neurosis yang terbaik. Pendekatan psikologis Horney adalah Freudian. Ia
menekankan adanya hubungan yang jelas antara neurosis dengan kehidupan sehari
– hari yang dijalani penderita neurosis. Tetapi Horney berpendapat bahwa
sebenernya neurosisadalah cara yang digunakan manusia untuk menjalani
hubungan dengan manusia lainnya.
Prinsip – prinsip teori, dasar teori Karen Horney (Corey, 2013:32) di identifikasi
dengan teori – teori social psikologis yang dikembangkan sebagai reaksi melawan
orientasi yang mekanistik dan biologis dari freud. Horney percaya bahwa
psikoanalisa perlu dikembangkan keluar dari keterbatasan – keterbatasan
psikologi yang dilandaskan naluri – naluri.
2) Erik Erikson, lahir pada tanggal 15 juni 1902 di Frankfurt, Jerman. Ibu mudanya
yang Yahudi bernama Karla Abrahamsen, membesarkan Erik sendirian selama

4
beberapa waktu sebelum menikah dengan seorang dokter, Dr. Theodore
Homberger. Fakta bahwa Homberger bukanlah ayah kandungnya yang
disembunyikan dari Erikson selama bertahun – tahun. Ketika dia akhirnya
mengetahui kebenarannya, Erikson merasa bingung tentang siapa dirinya
sebenarnya. Pengalaman awal ini turut memicu minatnya terhadap pembentukan
identitas. Dia kemudian menjelaskan bahwa sebagai seorang anak dia sering
merasa bingung tentang siapa dirinya dan bagaimana dia menyesuaikan diri
dengan komunitasnya. Ketertarikannya pada identitas dikembangkan lebih lanjut
berdasarkan pengalamannya sendiri di sekolah. Di sekolah kuil Yahudi, dia diejek
karena dia adalah seorang laki – laki tinggi, bermata biru, berambut pirang, dan
berpenampilan Nordik yang menonjol di antara anak – anak lainnya. Bertahun –
tahun kemudian pada akhirnya, dia memegang posisi pengajar di universitas
California di Berkeley, Yale, Institut Psikoanalitik San Francisco, Austen Riggs
Center, dan Pusat Studi Lanjutan Ilmu Perilaku. Dia menerbitkan sejumlah buku
tentang teori dan penelitiannya, termasuk “Childhood and Society” dan “The Life
Cycle Completed.” Bukunya “Kebenaran Gandhi” dianugrahi hadiah Pulitzer dan
penghargaan Buku Nasional. Dua karyanya yang paling terkenal berkaitan dengan
perkembangan psikososial dan identitas.

B. Teori Psikoanalisa
1. Teori Dasar Psikoanalisa Karen Horney
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh sigmund freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusian. Pada
mulanya Horney merupakan pengikut Freud, yang kemudian terpengaruh oleh
Carl Gustav Jung dan Alfred Adler. Akhirnya dia mengembangkan pendekatan
kepribadian yang holistik.
Menurut Horney, Doktrin Freud yang terpenting adalah
1) Semua proses dan event psikis bersifat ditentukan (semua yang terjadikarena
alasan tertentu, dan bukan terjadi secara random)
2) Semua tingkah laku mungkin ditentukan oleh motivasi tidak sadar
3) Motivasi yang mendorong manusia adalah kekuatan yang bersifat emosional
dan nonrasional.
2. Teori Dasar Psikoanalisa Erik Erikson
Erik Erikson berfokus pada perkembangan sosial – emosional manusia, yang
dikenal sebagai dengan teori psikososial. Erikson mengatakan bahwa
perkembangan psikososial akan melewati masa kritis atau masalah yang akan
menentukan keberhasilan melewati tahapan tersebut dan pindah ke tahapan
berikutnya.
C. Struktur Psikoanalisa
1) Menurut Karen Horney prinsip kepribadan Karen Horney adalah kecemasan
dasar yang dirumuskan sebagai berikut : “….. perasaan ang terdapat pada anak
karena terisolasi dan berdaya dalam dunia secara potensial bermusyawarah.
Sejumlah besar faktor yang merugikan dalam lingkungan dapat menyebabkan
anak mereka tidak aman, yakni dominasi langsung atau tidak langsung. Sikap
masa bodoh, tingkah laku eratik, kurang menghargai kubutuhan – kebutuhan
pribadi anak, kurang sungguh – sungguh dibimbing, sikap – sikap meremekan
anak, terlalu membanggakan anak atau kurang membanggakannya, kurang

5
adanya kehangatan yang dapat diandalkan, harus berpihak dalam perselisihan
antara orang tua, tanggung jawab terlalu banyak atau terlalu sedikit, terlalu
dilindungi, terisolasi dari anak – anak lain, ketidak adilan, diskriminasi, janji –
janji yang tidak ditepati, suasana bermusuhan dan sebagainya. Kecemasan dasar
dan permusuhan dasar, kecemasan dasar dari takut suatu peningkatan yang
berbahaya dari perasaan berteman tak berdaya dalam dunia penuh ancaman.
Kecemasan dasar selalu dibarengi oleh permusuhan dasar, berasal dari perasaan
marah, suatu predisposisi untuk mengatisipasi bahaya dari orang lain dan untuk
mencurigai orang lain itu. bersama – sama, kecemasan dan permusuhan membuat
orang yakin bahwa dirinya harus di jaga untuk melindungi keamanan.
Kecemasan dan konflik menurut Horney semua orang mengalami creature
anxiety, perasaan kecemasan yang normal muncul pada masa bayi, ketika bayi
yang lahir dalam keadaan tak berdaya dan rentang itu dihadapkan dengan
kekuatan alam yang keras dan tidak bisa dikontrol. Bimbingan yang penuh kasih
sayang dan cinta pada awal kehidupan membantu bayi belajar menanganni situasi
bahaya itu. sebaliknya, tanpa bimbingan yang memadai akan mengembangkan
basic anxiety, bastic, hostility, dan terkadang neurotik distress.
a) Konflik interpersonal : kebebasan vs kesepian
Konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi
manusia, tidak dapat dihindari. Mengalami konflik tidak berarti neurotik.
Perbedaan konflik normal dan neurotik adalah taraf atau tinggi rendahnya.
Setiap orang memakai berbagai cara mempertahankan diri dengan penolakan,
permusuhan, dan persaingan dengan orang lain. Orang normal mampu
memakai bermacam – macam strategi pertahanan disesuaikan dengan
masalahnya, sedangkan orang neurotik secara kompulsif memakai strategi
pertahanan yang sama yang pada dasarnya tidak produktif. Horney
mengemukakan sepuluh kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan yang timbul
akibat dari usaha menemukan pemecahan – pemecahan masalah gangguan
hubungan antar manusia.
- Kebutuhan neurotic akan kasih sayang dan penerimaan diri (the
neurotic and need for affection and approval)
Dalam pencarian akan kasih sayang dan penerimaan diri orang – orang
neurotic berusaha dengan cara apapun untuk menyenangkan orang
lain. Mereka berusaha memenuhi harapan orang lain, cenderung takut
mengatakan dirinya benar serta cenderung kurang nyaman dengan
permusuhan/ pertengkaran orang lain dan rasa permusuhan dalam
dirinya.
- Kebutuhan neurotic akan rekan yang kuat (the neurotic need for a
powerful patner)
Kurangnya rasa percaya diri membuat orang – orang neurotic berusaha
mendekatkan diri mereka dengan pasangan yang lebih kuat atau
berpengaruh. Termasuk dalam kebutuhan ini adalah penilaian yang
terlalu tinggi terhadap cinta dan kekuatan jika sendirian atau
ditinggalkan.
- Kebutuhan neurotic untuk membatasi hidupnya dalam lingkup yang
sempit (the neurotic need to restrict one’s life within narrow borders)

6
Orang – orang neurotik sering kali berusaha untuk tidak menonjol,
berada di tempat kedua, dan merasa puas dengan stimulus yang sangat
sedikit. Mereka menurunkan kemampuan mereka ketingkat yang lebih
rendah dan takut membuat permintaan yang membebani orang lain.
- Kebutuhan neurotic akan kekuasaan (the neurotic need for power)
Kekuasaan dan kasih sayang mungkin merupakan dua kebutuhan
neurotic yang paling besar. Kebutuhan akan kekuasaan biasanya
dibarengi dengan adanya kebutuhan akan penghargaan sosial dan
kepemilikan yang menjelma dengan bentuk kebutuhan untuk mengatur
orang lain dan menhindari perasaan lemah atau tidak pintar.
- Kebutuhan neurotic untuk memanfaatkan orang lain (the neurotic need
to exploit others)
Orang – orang neurotic sering menilai orang lain berdasarkan
bagaimana orang – orang tersebut bisa digunakan atau dimanfaatkan
untuk kepentingan mereka, tetapi pada saat yang sama, mereka takut
dimanfaatkan orang lain.
- Kebutuhan neurotik akan penghargaan sosial atau gengsi (the neurotic
need for social recognition or prestige)
Beberapa orang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi
orang pertama, orang paling penting, atau menarik perhatian orang lain
agar tertuju pada dirinya.
- Kebutuhan neurotic akan kekaguman pribadi (the neurotic need for
personal admiration)
Orang – orang neurotic mempunyai kebutuhan untuk dikagumi atas
diri mereka dari pada atas apa yang mereka miliki. Harga diri mereka
yang tinggi harus terus menerus ditunjang dengan kekaguman dan
penerimaan dari orang lain.
- Kebutuhan neurotic akan ambisi dan pencapaian diri (the neurotic
need for smbition and personal achievement)
Orang – orang neurotic sering kali mempunyai dorongan kuat untuk
menjadi seperti terbaik sales terbaik boling terbaik atau kekasih
terbaik. Mereka harus mengalahkan orang lain untuk membuktikan
keunggulan mereka.
- Kebutuhan neurotic akan kemandirian dan kebebasan (the neurotic
need for self sefficiency and independence)
Banyak orang – orang neurotic yang mempunyai kebutuhan yang kuat
untuk menjauh dari orang lain, yang membuktikan mereka bisa
bertahan hidup tanpa orang lain.
- Kebutuhan neurotic akan kesempurnaan dan ketidak mungkinan untuk
salah (the neurotic need for perfection and unassailability)
Dengan berusaha semaksimal mungkin untuk sempurna, orang – orang
neurotic mendapat bukti atas harga diri dan keunggulan pribadi
mereka. Mereka takut membuat kesalahan dan mempunyai kelemahan
pribadi sehingga mereka selalu berusaha untuk menyembunyikan
kelemahan mereka dari orang lain.
b) Konflik intrapsikis

7
kecenderungan neurotic yang timbul dari kecemasan dasar, berkembang dari
hubungan anak dengan orang lain. Dinamika kejiwaan yang terjadi
menekankan pada konflik budaya dan hubungan antar pribadi. Dalam hal ini
Horney tidak mengabaikan faktor intrapsikis dalam perkembangan
kepribadian. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman
hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak mengabaikan faktor
interapsikis dalam perkembangan kepribadian. Menurutnya, proses intrapsikis
semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi, yang sudah terjadi
menjadi bagian dari sistem keyakinan, proses interapsikis itu mengembangkan
eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Ada 4 macam konsep diri
:
- Diri rendah (despised real self)
Konsep yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan dan
kemenarikan diri, yang didasarkan pada evaluasi orang lain yang
dipercayainya, khusunya orang tuanya. Evaluasi negative mungkin
mendorong orang untuk merasa tak berdaya.
- Diri nyata (real self)
Pandangan subjektif bagaimana dirinya yang sebenarnya, mencakup
potensi untuk berkembang, kebahagiaan, kekuatan, kemauan,
kemampuan khusus dan keinginan untuk realisasi diri, keinginan untuk
spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
- Diri ideal (actual self)
Pandangan subjektif mengenai diri yang seharunya, untuk usaha untuk
menjadi yang sempurna dalam bentuk khayalan, sebagai kompensasi
perasaan tidak mampu dan tidak dicintai
- Diri aktual (actual self)
Berbeda dengan real self yang subjektif, actual self adalah kenyataan
diri seseorang, fisik dan mental apa adanya, tanpa di pengaruhi oleh
persepsi orang lain.
Konflik instrapsikis yang terpeting adalah gambaran diri ideal atau
ideal self image dengan diri yang di pandang rendah atau despised real
self. Membangun diri ideal adalah usaha untuk memecahkan konflik
dengan membuat gambaran bagus mengenai diri sendiri. Diri rendah
adalah kecenderungan yang kuat dan irasional untuk merusak
gambaran yang nyata diri.
c) Struktur kepribadian
1. Diri Perfect (Perfect self)
Horney percaya bahwa makhluk hidup, jika diberikan sebuah
lingkungan dengan kedisiplinan dan kehangatan, akan
mengembangkan perasaan aman dan percaya diri serta kecenderungan
untuk memiliki pemahaman diri. Sayangnya pengaruh – pengaruh
negatif awal sering kali menghambat kecenderungan alami seseorang
memperoleh pemahaman diri atau mencapai realisasi diri, sebuah
situasi yang membuat mereka merasakan perasaan terpisah dan rendah
diri. Selain itu juga, terdapat perasaan pisah dari diri mereka yang
semakin berkembang. Karena merasa terpisah dari diri mereka sendiri,

8
maka seseorang merasa harus mendapatkan kepekaan akan identitas
(sense of character) yang stabil.

Pencarian keagungan Neurotik (psychotic Rummage around for


Eminence) adalah gambaran orang yang menganggap diri perfect itu
nyata, mereka memasukannya secara komprehensif kedalam semua
aspek hidupnya, menjadikannya sebagai acuan tujuan, konsep diri, dan
hubungannya dengan orang lain. Orang semacam itu membutuhkan
kesempurnaan (require for flawlessness), mempunyai ambisi yang
neurotik (hypochondriac aspiration) dan dorongan untuk menang
dalam balas dendam (drive toward a vindivtive triumph).
Kebutuhan kesempurnaan merupakan dorongan untuk menggabungkan
keseluruhan kepribadian ke dalam diri perfect. Neurotik tidak puas
dengan sedikit perubahan, tidak menerima yang belum sempurna. Ini
yang kemudian dinamakan oleh Horney tirani kebolehan (tyranny of
the ought to)

Ambisi neurotic adalah pencarian keagungan diri melalui dorongan


menjadi predominant yang kompulsif. Walaupun orang neurotic
mempunyai keinginan yang kuat mengungguli apapun, mereka secara
teratur menyalurkan energinya ke aktivitas yang withering berpeluang
sukses.

Dorongan untuk balas dendam merupakan aspek neurotic yang


berbahaya. Keinginan balas dendam ini mungkin disembunyikan
sebagai dorongan berprestasi – sukses, tetapi tujuan utamanya adalah
membuat orang lain malu, atau mengalahkan mereka melalui kelebihan
mereka, atau untuk memperoleh kekuatan, untuk membuat sengsara
orang lain – umumnya dengan melalui penghinaan. Sukses balas
dendam, tidak membuat dorongan balas dendamnya reda, bahkan
dorongan itu menanjak setiap kali ada kemenangan. Setiap kesuksesan
akan meningkatkan ketakutan akan kekalahan dan ini akan
meningkatkan perasaan keagungan, yang akan meningkatkan
keinginan untuk memperoleh kemenangan balas demam yang baru.

Penuntut yang neurotic meyakini bahwa ada yang salah dengan dunia
luar, mereka menganggap bahwa ada yang salah dengan dunia luar,
mereka menganggap bahwa diri mereka itu khusus sehingga berhak
diperakukan sesuai dengan gambaran ini perfect mereka sendiri. Para
penderita neurotik, kalau tuntutan mereka tidak terpenuhi, mereka
menjadi marah, bingung, dan tidak mampu memahami mengapa orang
lain tidak dapat memahami tuntutannya.

Kebanggan neurotik adalah kebanggaan yang semu bukan didasarkan


pada pandangan diri yang realistik, tetapi didasarkan pada gambaran
palsu dari diri perfect. Sebaliknya kebanggaan neurotik didasarkan
pada gambaran diri perfect dan biasanya diumumkan keras – keras

9
dalam rangka melindungi dan mendukung pandangan dan kebanggaan
pada diri sendiri. Orang neurotik memandang dirinya sebagai orang
yang mulia, hebat, dan sempurna, sehingga kalau orang lain tidak
memperlakukan mereka dengan pertimbangan khusus maka orang itu
akan sedih.

Menghina diri (loathe self) orang neurotik mencari keagungan tidak


pernah puas dengan dirinya sendiri, karena mereka akhirnya menyadari
bahwa diri nyata tidak cocok dengan diri ideal yang mereka dambakan.
Mereka kemudian mulai membenci dan memandang rendah dirinya
sendiri. Horney mengemukakan 6 cara orang mengekspresikan
kebencian diri itu :
a) menuntut kebutuhan kepada diri tanpa ukuran (relentless
requests on the self) orang memunculkan diri yang tidak
pernah berhenti. Bahkan ketika mereka mencapai
keberhasilan, mereka terus mendorong dirinya sendiri untuk
bergerak menuju kesempurnaan.
b) Menyalahkan diri tanpa ampun (coldblooded self-
accusation) orang neurotik yang terus menerus mencaci
maki dirinya sendiri. Menyalahkan diri bentuknya
bermacam – macam, mulai dari ekspresi luar biasa,
misalnya merasa bertanggung jawab terhadap bencana
alam, sampai menanyai secermat – cermatnya kebaikan dari
motivasinya sendiri.
c) Menghina diri (self contempt) diekspresikan dalam wujud
memandang kecil, meremehkan, meragukan, mencemarkan,
dan menertawakan diri sendiri. Menghina diri mencegah
yang bersangkutan dari perjuangan untuk maju atau
berprestasi.
d) Frustasi diri (self frustation) orang neurotik sering
membelenggu dengan tabuh untuk menentang kesenangan.
e) Menyiksa diri (self-torment) pada dasarnya semua
mekanisme diri rendah mengandung makna menyiksa diri.
Namun menjadi berubah apabila tujuan orang neurotik itu
membahayakan atau menyakiti diri sendiri. Banyak orang
memperoleh kepuasan masokhisme dengan mengalami
penderitaan akibat suatu keputusan, memperparah sakit
kepala, melukai diri dengan pisau, menantang berkelahi
dengan orang yang jauh lebih kuat atau mengundang
siksaan fisik.
f) Tingkah laku dan dorongan diri (self damaging activity and
impuls) bisa fisikal/psikologikal, disadari/ tidak disadari,
akut/ kronik, benar – benar dilakukan atau hanya dalam
imajinasi. Orang – orang neurotik juga merusak diri secara
psikologis, misalnya berhenti bekerja ketika karirnya mulai
memuncak, memutus hubungan persahabat yang sehat dan

10
memilik pergaulan yang neurotis, atau melakukan aktivitas
seksual promiskuitas.

2) Menurut Erik Erikson perkembangan psikososial dibagi menjadi 8 tahapan yaitu ;

a. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidak percayaan)


Terjadi pada usia 0-18 bulan pada tahap ini bayi sangat
bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada
ketergantungan dan kualitas dari pengasuh anak. Jika tahap ini
mengalami keberhasilan, maka kedepannya anak akan berhasil
membangun kepercayaan, dia akan selamat dan aman dalam dunia.
Sedangkan terjadi pola pengasuhan yang tidak konsisten, tidak
tersedia secara emosional atau menolak, dapat mendorong perasaan
tidak percaya diri pada anak yang diasuh. Kedepannya akan
mengalami kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan yang
akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak
konsisten dan tidak dapat ditebak.
b. Autonomi vs Shame Doubt (Atonomi vs Malu dan Ragu – ragu)
Terjadi 18 bulan - 3 tahun. Tahap ini terjadi selama masa awal
kanak – kanak dan berfokus pada perkembangan besar dan
pengendalian diri. Seperti teori Freud, Erikson percaya bahwa tolet
training merupakan bagian untuk belajar mengontrol fungsi tubuh
seseorang yang akan membawa kepada perasaan mengendalikan
dan kemandirian. Kejadian - kejadian ini meliputi pemerolehan
pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang
disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang bisa melewati
tahap ini akan merasakan aman dan percaya diri sementara yang
tidak berhasil akan merasa tidak cukup atau ragu – ragu terhadap
diri sendiri.
c. Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah)
Terjadi 3 – 5 tahun. Selama masa usia pra-sekolah mulai
menunjukan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui
permainan langsung dan interaksi sosialnya. Mereka lebih
tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka
dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam
tahap ini merasa mampu dan kopeten dalam memimpin orang lain.
Adanya peningkatan rasa tanggung jawa dan prakarsa. Mereka
yang gagal mencapai tahap ini merasakan perasaan bersalah, ragu –
ragu dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak
menyenangkan muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan
dibuat merasa sangat cemas. Erikson percaya bahwa rasa bersalah
dapat digantikan dengan cepat rasa berhasil.
d. Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)
Terjadi 5 – 13 tahun melalui interaksi sosial, anak mulai
mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan
kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh
orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya

11
dengan keterampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima
sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, teman
sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk
terlibat dengan pengalaman – pengalaman baru. Ketika beralih
pada masa pertengahan dan akhir kanak – kanak, mereka
mengarahkan energy mereka menuju penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada
tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rendah diri, perasaan
tidak kompeten dan tidak produktif. Erikson yakin guru memiliki
tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak –
anak.
e. Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan Peran)
Terjadi 13 – 21 tahun. Selama remaja ia mengeksplorasi
kemandirian dan membangun kepekaan dirinya. Jika remaja
menjajaki peran – peran semacam itu dengan cara yang sehat dan
positif untuk diikuti oleh orang tua, jika remaja tidak secara
memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif
tidak dijelaskan maka kebingungan peran atau identitas merajalela.
Dalam hal ini mereka akan cenderung kebingungan dalam memilih
sesuatu seperti cita – cita, pession/sesuatu yang ingin dilakukan
dimasa depan nanti.
f. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi/Keterkucilan)
Terjadi 21 – 39 tahun. Tahapan seseorang untuk membangun
hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.
Mereka yang berhasil ditahap ini, akan mengembangkanhubungan
yang berkomitmen dan aman. Erikson percaya bahwa identitas
personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang
intim. Penelitian telah menunjukan bahwa mereka yang memiliki
sedikit kepekaan diri cenderung memiliki kekurangan komitmen
dalam menjalin hubungan dan lebih sering terisolasi secara
emosional, kesendirian dan depresi. Jika mengalami kegagalan,
maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam berinteraksi
dengan orang lain.
g. Generativity vs Stagnatich (Generativitas/ bangkit dan stagnasi)
Terjadi 40 – 65 tahun. Selama masa ini, mereka melanjutkan
membangun hidupnya yang berfokus pada karir dan keluarga.
Mereka yang berhasil pada tahap ini, maka akan merasa bahwa
mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya didalam
rumah serta komunitas. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan
merasa tidak produktif dan tidak terlibat didunia ini.
h. Integrity vs Dospair (Integritas vs Keputusasaan)
Terjadi selama masa akhir dewasa 60 keatas selama fase ini
cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka
yang tidak berhasil dalam fase ini akan merasa bahwa hidupnya
percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu merasa
kepahitan hidup dan putus asa. Mereka yang berhasil melewati

12
tahap ini, berarti mereka dapat mencerminkan keberhasilan dan
kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai
kebijaksanaan meskipun saat – saat mengahadapi kematian.

D. Contoh kasus

1) Karen Horney :
Salah satu contoh kasus yang dapat dijelaskan dengan pendekatan
psikoanalisis menurut Karen Horney contoh Kasus ”Anna dan Konsep
Kecemasan Dasar”. Anna adalah seorang wanita muda yang datang ke
psikoanalis dengan keluhan tentang kecemasan yang berkepanjangan dan
masalah hubungan interpersonal yang kompleks. Dia menggambarkan dirinya
sebagai individu yang sering merasa tidak berharga dan tidak mampu
membangun hubungan yang stabil dengan orang lain. Dia memiliki ketakutan
yang mendalam akan penolakan dan rasa takut akan kesendirian. Dalam
menyelidiki kasus ini, seorang psikoanalis yang menganut pendekatan Karen
Horney akan mencoba memahami dinamika psikologis yang mendasari
kecemasan dan konflik yang dialami oleh Anna. Salah satu konsep utama yang
akan diperhatikan adalah konsep kecemasan dasar (basic anxiety) yang
dikemukakan oleh Horney.
Menurut teori Horney, kecemasan dasar adalah perasaan yang muncul ketika
individu merasa terasing, tidak diinginkan, atau tidak aman. Ini sering kali
berkembang dari pengalaman awal di masa kecil yang melibatkan kurangnya
cinta, perhatian, atau dukungan dari figur yang penting dalam hidup seseorang,
seperti orangtua atau pengasuh. Kecemasan dasar ini kemudian dapat
memengaruhi pola hubungan dan perilaku individu di masa dewasa. Dalam kasus
Anna, psikoanalis akan mencoba untuk menggali pengalaman masa kecilnya,
khususnya dalam hubungannya dengan orangtua atau pengasuhnya. Mungkin ada
kekurangan dalam perhatian atau dukungan emosional yang membuatnya merasa
tidak aman dan tidak berharga. Reaksi emosionalnya yang berlebihan terhadap
penolakan atau kesendirian bisa diinterpretasikan sebagai cara untuk melindungi
diri dari kecemasan dasar yang tidak terselesaikan.
Selanjutnya, psikoanalis akan bekerja dengan Anna untuk mengeksplorasi dan
memahami pola-pola pikir, perasaan, dan perilaku yang berkaitan dengan
kecemasan tersebut. Tujuannya adalah untuk membantu Anna mengatasi
kecemasan dasarnya dan mengembangkan hubungan yang lebih sehat dan
memuaskan dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dengan pendekatan
psikoanalisis Karen Horney, kasus seperti ini akan dilihat sebagai kesempatan
untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman masa kecil individu dapat
membentuk pola hubungan dan kecemasan di masa dewasa, serta bagaimana
pemahaman dan integrasi ulang terhadap pengalaman tersebut dapat membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang secara psikologis.

2) Erik Erikson :
Salah satu konsep sentral dalam teori psikoanalisis Erik Erikson adalah konsep
tahap perkembangan psikososial. Erikson percaya bahwa individu melewati
serangkaian tahap perkembangan yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi

13
dengan dunia dan orang-orang di sekitarnya. Setiap tahap ini memunculkan
konflik tertentu. Contoh Kasus: "David" dan Krisis Identitas vs. Peran
David adalah seorang pria muda berusia 20-an yang sedang mengalami masa
transisi dari masa remaja ke dewasa. Dia merasa kebingungan dan tidak yakin
tentang jalur hidupnya. David merasa tertekan oleh ekspektasi orang tua dan
masyarakat tentang apa yang seharusnya dia capai dalam hidupnya. Dia merasa
sulit untuk menemukan identitasnya dan merasa tidak memiliki arah atau tujuan
yang jelas.
Dalam kasus ini, seorang psikoanalis yang menggunakan pendekatan Erikson
akan melihat David sebagai individu yang sedang menghadapi krisis identitas
versus peran. Menurut teori Erikson, tahap perkembangan ini terjadi selama masa
remaja hingga awal dewasa (remaja hingga akhir 20-an) di mana individu
mencoba menemukan identitas mereka sendiri, termasuk nilai-nilai, tujuan, dan
peran yang sesuai.
David mungkin terjebak dalam krisis ini karena berbagai alasan, seperti
tekanan eksternal dari keluarga atau masyarakat, atau konflik internal yang
berkaitan dengan pencarian identitasnya. Mungkin dia merasa sulit untuk
menemukan peran yang sesuai dengan nilai-nilai dan minatnya sendiri, atau
mungkin dia belum memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai pilihan
yang tersedia baginya.
Psikoanalis yang menggunakan pendekatan Erikson akan bekerja dengan
David untuk membantu dia mengeksplorasi dan memahami nilai-nilai, minat, dan
tujuan hidupnya sendiri. Mereka juga akan membantu David mengatasi tekanan
eksternal yang mungkin mempengaruhi proses pencarian identitasnya. Melalui
pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri dan dukungan dalam
mengeksplorasi berbagai opsi, David dapat mengatasi krisis identitasnya dan
mencapai rasa diri yang lebih kokoh. Dengan pendekatan psikoanalisis Erikson,
kasus seperti ini dilihat sebagai kesempatan untuk membantu individu melewati
tahap perkembangan psikososial tertentu dan mencapai keseimbangan psikologis
yang lebih baik dalam pencarian identitas dan peran hidup.

14
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Psikoanalisis menurut Karen Horney dan Erik Erikson memiliki beberapa
perbedaan dalam pendekatan dan fokusnya, meskipun keduanya memiliki akar yang
sama dalam teori Freudian. Menurut Karen Horney sendiri, Horney mengembangkan
teori psikoanalisis yang berfokus pada aspek sosial dan budaya dalam pembentukan
kepribadian. Dengan mengenalkan konsep kebutuhan dasar, seperti kebutuhan untuk
cinta dan keamanan, dan bagaimana ketidakpuasan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini dapat menyebabkan konflik psikologis.
Sedangkan menurut Erik Erikson, Erikson sendiri mengembangkan teori
psikoanalisis yang menekankan pada perkembangan psikososial sepanjang rentang
hidup seseorang. Erikson menyoroti pentingnya identitas dalam perkembangan
individu dan bagaimana resolusi atau kegagalan dalam mengatasi konflik pada tahap-
tahap tertentu dapat memengaruhi identitas dan fungsi individu di masa depan.

2. Saran

Pada makalah diatas yang berjudul ”Teori Kepribadian menurut Karen Horney
dan Erik Erikson” pembaca dapat memahami tentang pembentukan kepribadian
dengan menempatkan lebih banyak penekanan pada faktor-faktor sosial dan budaya,
dan Perkembangan psikososial individu sepanjang rentang hidup.

15
Daftar Pustaka

16

Anda mungkin juga menyukai