Anda di halaman 1dari 17

Makalah Teori Eksistensialisme

Viktor Emil Frankl


Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian II

Dosen Pengampu :

Rooswita Santia Dewi, S.Psi , M.Psi, Psikolog

Muhammad Syarif Hidayatullah, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

Gusti Gina Madinatul Munawarni (I1C113080)

Wiwin Widayanti (I1C113220)

Dita Maulida (I1C113228)

Herlin (I1C113068)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Teori Viktor Frankl . Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini, baik secara moril maupun materil sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik, lancar, dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf apabila
ada kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini. Akhir kata penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan.

Banjarbaru, 9 April 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................iii

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................iii

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................iii

1.4 Metode Penulisan ......................................................................................iv

1.5 Sistematika Penulisan ...............................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Biographi Viktor Emil Frankl.................................................................

2.2 Konsep dasar dari teori eksistensialisme..................................................


2.3 Konsep tentang manusia menurut Viktor...............................................

2.4 Struktur dan dinamika kepribadian menurut Viktor.................................

2.5 Kodrat manusia yang sehat.........................................................................

2.6 Aplikasi dari teori eksistensialisme......................................................

2.7 Bagaimana mengenai psikopatologi menurut Viktor..........................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................32

3.2 Saran ........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................33

BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang

Fokus dari ilmu psikologi adalah perilaku manusia. Psikologi kepribadian merupakan cabang
dari ilmu psikologi yang membahas kepribadian manusia, sehingga psikologi kepribadian
membahas apa dan bagaimana kepribadian itu ada terbentuk pada diri manusia.

Dalam konsep psikologi kepribadian II, terdapat berbagai teori-teori yang mendasarinya,
yaitu teori classical conditioning, teori operant conditioning,teori stimulus respon, teori social
cognitive, pengantar aliran humanistik, dan teori holisme dan humanisme.

Pada teori sosial kognitif, dijelaskan mengenai tingkah laku manusia dari segi hubungan
timbale balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan.
Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik
(Bandura, 1977). Dalam teori ini, digunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan
penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain.
Di samping itu, pandangan dalam teori sosial kognitif tidak didorong oleh reinforcement dari
dalam dan juga tidak berasal oleh stimulus-stimulus lingkungan.

Teori sosial kognitif tidak hanya dikemukakan oleh Albert Bandura, ada tokoh lain yang
mengemukakan teori mengenai sosial kognitif, yaitu Walter Mischel. Karya pertamanya adalah
Personality and Assesment (1968). Dia menerangkan bahwa pada kondisi yang tepat orang
sanggup memprediksi perilaku mereka tanpa harus menjalani tes. Sifat adalah alat prediksi
perilaku yang sangat lemah karena situasilah yang mempengaruhi perilaku. Karya terbaiknya
adalah Introduction to Personality (1971) dan sudah direvisi ke-7 pada 2004.
1.2 Perumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, permasalahan yang diambil, yaitu:

1. Siapa itu Viktor Emil Frankl?

2. Apa konsep dasar dari teori eksistensialisme?

3. Bagaimana konsep tentang manusia menurut Viktor?

4. Bagaimana struktur dan dinamika kepribadian menurut Viktor?

5. Bagaimana kodrat manusia yang sehat?

6. Apa aplikasi dari teori eksistensialisme?

7. Bagaimana mengenai psikopatologi menurut Viktor?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:

- ntuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

- Untuk mengetahui beberapa hal di bawah ini:

1. Siapa itu Viktor Emil Frankl

2. Konsep dasar dari teori eksistensialisme

3. Konsep tentang manusia menurut Viktor

4. Bagaimana struktur dan dinamika kepribadian menurut Viktor

5. Bagaimana kodrat manusia yang sehat

6. Aplikasi dari teori eksistensialisme

7. Bagaimana mengenai psikopatologi menurut Viktor

1.4 Metode

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah menggunakan
metode studi pustaka yang mengambil sumber dari beberapa buku dan internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Pada bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Pada bab pembahasan terdiri dari biografi Viktor Frankl,
konsep dasar teori, konsep tentang manusia, struktur dan dinamika kepribadian, kodrat manusia
yang sehat, aplikasi teori, dan pembahasan mengenai psikopatologi. Pada bab penutup terdiri
dari kesimpulan dan saran.
BAB II

ISI

A. Biographi

Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi
kelas menengah masyarakat Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yudaisme berpengaruh kuat
atas diri Frankl. Pengaruh ini ditunjukkan antara lain oleh minat Frankl yang besar pada
persoalan spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Di tengah suasana kehidupan
keluarga yang memperhatikan hal-hal keagamaan itulah, Frankl menjalani sebagian besar hidup
dan pendidikannya, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of
Vienna Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International
University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina
(setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi.

Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930, dan Doktor filosofi
(Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga mendapatkan
gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari 120. Dia menjadi
pembicara terhormat pada United States International University di San Diego.

Selain itu, Frankl juga menjadi Profesor tamu di Harvard, Duquesne, dan Southern
Methodist Univercities. Dia menerima beberapa gelar kehormatan dari Loyola University di
Chicago, Edgecliff, Rockford College dan Mount Mary College, serta dari universitas-universitas di
Brazil, Venezuela, dan Afrika Selatan. Dia menjadi dosen tamu di berbagai universitas di seluruh
dunia. Dia juga menjabat sebagai presiden di Austrian Medical Society of Psychotherapy serta
anggota kehormatan di Austrian Academy of Sciences.

Dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman,
dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman
mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa
menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu
memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup.

Di kamp konsentrasi yang dibangun oleh Nazi itu, Frankl banyak belajar tentang makna
hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan. Ia pun mempraktekkan psikoterapi kelompok
bagi sesama tawanan guna membantu mereka dalam mengatasi kesia-siaan, keputusasaan,
keinginan bunuh diri dan berbagai kondisi patologis yang ia duga bersumber pada pengalaman
kegagalan menemukan makna. Bagi Frankl, pelajaran dan praktek di dalam kamp konsentrasi
memperkaya hasil studi formalnya dan menjadi bekal yang amat berharga dalam kehidupan
profesinya sebagai teoritisi dan praktisi psikoterapi di kemudian hari.

Setelah perang berakhir dan semua tawanan yang masih tersisa di bebaskan, Frankl
kembali ke Wina sebagai kepala bagian neurologi dan psikiatri di Poliklinik Hospital dan mengajar
kembali di The University of Vienna Medical School. Selanjutnya Frankl menyebarluaskan
pandangannya tentang logoterapi melalui artikel, buku dan ceramah-ceramah. Ia juga aktif
melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai universitas di seluruh dunia sebagai dosen tamu
atau pembicara, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International
Journal of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah
diterjemahkan dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina.

Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai
muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan, pendidik,
filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni kamp konsentrasi
ditulis dalam buku from
Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya diubah
menjadi Mans Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku
ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika
Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran
dalam psikologi atau psikiatri modern.

Mans Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death
Camp to Existensialism , yang terpilih sebagai Book of The Year oleh Colby College, Baker
University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Marys Dominian College.

Selain itu, buku ini telah terjual lebih dari 2 juta eksemplar, sebuah rekor penjualan yang
cukup spektakuler yang jarang bisa dicapai oleh buku nonfiksi. Sebagian besar bukunya telah
diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam berbagai bahasa, yang meliputi bahasa Inggris,
Belanda, Itali, Spanyol, Portugis, Swedia, Polandia, Jepang dan Korea.

Frankl memulai kegiatan menulisnya dengan penulisan artikel. Artikel pertamanya ditulis
untuk jurnal psikologi individual. Ia juga pernah menulis artikel untuk jurnal psikoanalisis atas
permintaan Freud.

The Will to
Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah
Meaning, The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism,
The Unconscious God, Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan
menggambarkan orientasi atau pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam
menangani berbagai masalah klinis maupun non klinis melalui logoterap. Selain dalam bentuk
artikel dan buku, karya-karya Frankl juga dapat dipelajari melalui film, rekaman dan kaset, serta
edisi braile untuk kaum tuna netra.

B. Konsep Dasar Psikologi Frankl

Hidup memiliki makna dalam semua keadaan

Motivasi utama untuk hidup yang akan kita menemukan makna dalam hidup.

Kebebasan untuk menemukan makna.

Landasan teori kepribadian Logoterapi bercorak eksistensial humanistik. Artinya


Logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkehendak
sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sesuai julukan
kehormatan bagi manusia sebagai the self determining being. Selain itu manusia
memiliki kualitas kualitas insani ( human qualities ), yakni berbagai potensi,
kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk makhluk lain, seperti
kesadaran diri, transendensi diri memahami dan mengembangkan diri, kebebasan
memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas,
humor dan tertawa, etika dan rasa estetika, nilai dan makna dan sebagainya.

Teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu ( past oriented ) seperti halnya
psikodinamik atau kini dan di sini ( here and now), seperti pada pandangan behavioral,
melainkan berorientasi pada masa mendatang ( future oriented ), karena makna hidup
harus ditemukan dan hidup bermakna benar benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan,
diraih, dan perjuangkan.
Logoterapi menggambarkan manusia sebagai kesatuan yang terdiri dari dimensi-
dimensi somatic (ragawi), psikis (kejiwaan), dan spiritual (kerohanian) : unitas bio-psiko-
spiritual. Hal penting dan orisisan pada logoterapi adalah secara eksplisit memasukkan
spiritualitas sebagai salah satu determinan dalam system dan struktur kepribadian.
Namun, di lain pihak Frankl tidak secara eksplisit memasukkan unsure sosial-budaya
sebagai determinan kepribadian. Diduga unsure ini dianggap secara implicit terangkum
dalam dimensi kejiwaan. Mengingat besarnya pengaruh kondisi lingkungan sosial dan
nilai-nilai budaya pada perkembangan kepribadian manusia.
Struktur teori kepribadian model logoterapi terdiri dari unsur-unsur internal,
eksternal dan transcendental yang saling berkaitan dan pengaruh-memperngaruhi.
Unsure internal adalah seluruh potensi (antara lain bakat dan kemampuan), sarana
(raga, jiwa, rohani), dan daya-daya pribadi (insting, daya piker, emodi), kualitas-kualitas
insane (human qualities) , dan kehendak untuk hidup bermakna ( the will to
meaning) serta kemmapuan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya ( self
determining being) yang ada pada diri manusia. Unsure eksternal yang berpengaruh
pada perkembangan kepribadian adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi
masyarakat serta norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di tempat
seseorang menjalani kehidupan sehari-hari. Unsur transcendental adalah kemmapuan
manusia untuk mnegtaasi kondisi kehidupan saat ini dan menentukan apa yang
diinginkan dengan memanfaatkan daya-daya imajinasi, will power , kemampuan
merencanakan, dan menetapkan tujuan, serta mengambil sikap baru atas kondisi (tragis)
saat ini.
C. Konsep Tentang manusia
Frankl menggunakan istilah analisis eksistensial sebagai persamaan kata dari logoterapi.
Kata logos dalam bahasa Yunani berarti makna ( meaning) dan juga rohani (spirituality) ,
sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.

Filsafat Logoterapi lahir dari kondisi yang suram dan tiada penghargaan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Suasana Perang Dunia II benar-benar telah mencampakkan harga diri kemanusiaan
sampai ke dasar terendahnya. Manusia tidak lagi dihargai sebagai entitas yang dapat mengambil
keputusannnya sendiri. Institusi negara dan ideologi-ideologi totaliter telah merontokkan
martabat manusia. Kita bisa melihat karya para filsuf eksistensialis yang sezaman dengan Frankl,
seperti Albert Camus dan Jean Paul Sartre yang frustasi akan masa depan umat manusia. Mereka
melihat kehidupan ini sebagai sesuatu yang ambigu dan dipenuhi dengan absurditas.

Tetapi Frankl tidak ingin terjebak dalam absurditas dunia. Dia berusaha melampauinya
melalui filsafat hidup Logoterapi. Filsafat Logoterapi mensiratkan sebuah harapan besar tentang
masa depan kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna. Teori tentang kodrat
manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan
yang lainnya saling menopang, yakni:

a. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)


Pandangan Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia
ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia
berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas
tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi
sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan
aspek kerohanian. Kebebasan manusia bukan merupkan kebebasan dari (freedom
from)bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk
menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab
terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan
demikian kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari dari persoalan yang sebenarnya harus
dihadapi.

b. Keinginan akan makna (will of meaning)


Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin
dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Frankl tidak
sependapat dengan prinsip determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku
terdorong mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya
sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.

c. Makna Hidup (meaning of life)


Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagai seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan (the purposein life) . Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang
merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan
bahagia (heppiness). Menurut Frankl makna hidup bersifat personal dan unik . Ini disebabkan
karena individu bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna.

Jadi penemuan dan penciptaan makna hidup menjadi tanggung jawab individu itu sendiri
dan tidak dapat diserahkan kepada orang lain, karena hanya individu itu sendirilah yang mampu
merasakan dan mengalami makna hidupnya.

Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Apabila hasrat makna hidup ini dapat
terpenuhi maka kehidupan dirasakan berguna, berharga dan berarti (meaningful) akan
dialami, sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak
bermakna .

Menurut Frankl mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu
kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi faktor realitas atau menyadari apa yang
bisa dilakukan dalam situasi tertentu.

Pengertian makna hidup menunjukan bahwa dalam makna hidup terkandung tujuan hidup,
yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Berdasarkan uraian diatas, kebermaknaan hidup
adalah kemampuan dan kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar dirinya dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh individu telah berhasil mencapai
tujuan-tujuan hidupnya untuk memberi arti terhadap kehidupannya.
1. Aspek-aspek kebermaknaan hidup.

Menurut James Crumbaugh & Leonard Maholick (dalam Koeswara, 1992), kebermaknaan
hidup individu dapat diidentifikasi melalui enam aspek dasar, yaitu :

a. Arti hidup; makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga bagi
kehidupan individu, memberi nilai yang spesifik, serta dapat dijadikan sebagai tujuan hidup bagi
individu tersebut.

b. Kepuasan hidup; Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang dijalaninya,
sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan segala aktivitas
yang telah dilakukannya.

c. Kebebasan; kebebasan adalah bagaimana individu merasa mampu untuk mengendalikan


kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.

d. Sikap terhadap kematian; sikap terhadap kematian adalah persepsi tentang kesiapan individu
terhadap kematian yang pasti akan dihadapi oleh setiap manusia.

e. Pikiran tentang bunuh diri; pikiran tentang bunuh diri adalah persepsi tentang jalan keluar dalam
menghadapi masalah hidup bahwa bunuh diri bukan merupakan solusi.

f. Kepantasan untuk hidup; kepantasan untuk hidup adalah evaluasi individu terhadap hidupnya
sendiri, sejauh mana ia merasa bahwa apa yang telah ia lalui dalam hidupnya merupakan sesuatu
yang wajar, sekaligus menjadi tolok ukur baginya tentang mengapa hidup itu layak untuk
diperjuangkan.

2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup

Frankl berpendapat bahwa secara hakiki manusia mampu menemukan kebermaknaan


hidup melalui trandensi diri. Salah satunya dengan mengambil ajaran-ajaran agama yang
diterapkan pada sebuah kehidupan. Namun Di Muzio berpendapat untuk menemukan makna
hidup tidak selalu berkaitan dengan personalan agama, melainkan bisa dan seringkali merupakan
filsafat hidup yang sifatnya sekuler, bahkan manusia dapat menemukan makna tanpa kehadiran
tuhan.

Manusia dapat menemukan makna melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang meliputi

a. Nilai-nilai kreatif

Menurut Frankl nilai-nilai kreatif adalah apa yang diberikan individu pada kehidupan. Nilai-
nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif, biasanya berkenaan dengan suatu
pekerjaan. Namun nilai-nilai ini dapat diungkap dalam semua bidang kehidupan. Makna
diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau
suatu ide yang tidak kelihatan, atau dengan melayani orang lain .

b. Nilai-nilai pengalaman

Nilai-nilai pengalaman menurut Frankl adalah apa yang diterima oleh individu dari
kehidupan. Misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Nilai-nilai pengalaman dapat
memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta. Ada kemugnkinan individu untuk memenuhi
arti kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif meskipun individu
tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif .
c. Nilai-nilai sikap

Nilai-nilai sikap adalah sikap yang diberikan individu terhadap kodrat-kodrat yang tidak
dapat diubah, seperti penyakit, penderitaan atau kamatian. Situasi-situasi buruk yang dapat
memberikan keputusasaan dan tanpa harapan dapat memberikan kesempatan yang sangat besar
bagi individu untuk menemukan makna hidupnya. Nilai-nilai sikap ini menerima dengan penuh
ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin
dihilangkan seperti kematian, bencana, sakit yang tidak dapat disembuhkan dan menjelang
kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.

Selain tiga hal di atas, ada pula sumber- sumber hidup bermakna lain, yaitu :

Self Preoccupation (sibuk dengan diri sendiri), makna hidup dapat diperoleh dengan jaminan
keuangan sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.

Individualism, makna hidup diperoleh melalui prestasi, aktivitas, dan waktu luang.

Collectivism, makna hidup dapat diperoleh melalui tradisi kebudayaan dan norma-norma sosial.

Self Transcendence, makna hidup dapat diperoleh dengan menghayati nilai-nilai ide-ide, aktivitas
keagamaan, dan menolong sesama.

D. Struktur dan Dinamika Kepribadian

Pandangan Frankl akan kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti.
Terangkum dalam sistem logoterapi. Logoterapi berasal dari kata yunani logos berarti arti.
Logotherapy berbicara tentang arti eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti, dan
juga teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Logoterapi
merupakan therapi psikologis bagi orang orang yang kehilangan arti kehidupannya.

Teori tentang kodrat manusia yang berasal dari logoterapi dibangun atas tiga tiang, yaitu
kebebasan, kemauan akan arti, dan arti kehidupan. Frankl sangat menolak pendirian dalam
psikologi dan psikiatri yang memberikan ciri pada kondisi manusia sebagai yang ditentukan oleh
insting biologis dan konflik masa kecil . manusia mempunyai kebebasan spiritual untuk
menentukan sikap terhadap keadaan dan nasib.

Kemauan dan arti akan kehidupan adalah kebutuhan kita yang terus menerus mencari
bukan diri kita melainkan suatu arti untuk memberi suatu maksud bagi eksistensi kita. Semakin
kita mampu mengatasi diri kita- memberi diri kita pada satu tujanatau kepada orang lain, maka
kita semakin menjadi manusia sebenarnya.

Hidup Tanpa Makna

Didalam ketidakberhasilan seseorang menemukan dan memenuhi makna hidup


biasanya menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna ( meaningless ), hampa,
gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan
apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat,
sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa.
Penghayatan penghayatan seperti digambarkan diatas mungkin saja tidak
terungkap secara nyata, tetapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan
kehendak yang berlebihan untuk : berkuasa (the will to power),bersenang bersenang
mencari kenikmatan ( the will to pleasure ), termasuk kenikmatan seksual ( the will to
sex), bekerja (the will to work ), dan mengumpulkan uang ( the will to money ).
Walaupun penghayatan hidup tanpa makna ini bukan merupakan suatu penyakit,
akan tetapi dalam keadaan intensif dan berlarut larut tak diatasi dapat menjelma
menjadi Neurosis Noogenik, Karakter Totaliter, dan Karakter Konformis.
- Neurosis Noogenik merupakan suatu gangguan perasaan yang cukup
menghambat prestasi dan penyesuaian diri seorang. Gangguan ini biasanya tampil
dalam keluhan keluhan serba bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan
minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali.
- Karakter Totaliter adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk
memaksakan tujuan, kepentingan dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima
masukan dari orang lain.
- Karakter Konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk
selalu berusaha mengikut dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya
serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri.
Karakter Konformis ini berawal dari kekecewaan dan kehampaan hidup sebagai akibat
tidak berhasilnya memenuhi motivasi utama, yaitu hasrat untuk hidup bermakna.
Nemurosis ini diakibatkan oleh 2 hal :
1. manusia kehilangan dorongan /instink alamiah dari alam. Karena itu kita harus secara aktif
memilih apa yang harus kita lakukan.

2. mulai hilangnya nilai-nilai agama dan adat yang kemudian menuntut kita untuk dapat bersandar
pada diri sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kta sendiri dan bertanggung jawab.

Logoterapi memberikan 3 cara bagaimana kita dapat memberi arti pada kehidupan

1. dengan menciptakan sesuatu

2. dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia dalam pengalaman

3. dengan sikap yang kita ambil dalam penderitaan

Didalam teori kepribadian membahas pula determinasi kepribadian, yaitu bawaan


( genetik ), kondisi psikis, dan situasi sosial budaya yang selalu saling berkaitan dan pengaruh
mempengaruhi.

Dengan demikian, teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu (past oriented)
seperti halnya psikodinamik atau kini dan- di- sini ( here and now ), seperti pada pandangan
behavioral, melainkan berorientasi pada masa mendatang ( future oriented ), karena makna
hidup harus ditemukan dan hidup bermakna benar benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan,
diraih, dan perjuangkan.

Neurosis noogenik berkaitan dengan inti spiritual kepribadian dan bukan menurut peran
serta agama, melainkan suatu dimensi eksistensi manusia, khususnya menunjuk pada konflik-
konflik moral . Neurosis noogenik dapat termanifestasikan dalam tampilan simptomatik yang
serupa dalam gambaran simptomatik neurosis psikogenik, seperti depresi, hiperseksualitas,
alkoholisme, obsesionalisme, dan tindakan kejahatan.

Pribadi yang mengatasi diri


Dalam pergulatan mencari jawaban atas eksistensinya, manusia dihadapkan pada
paradoks-paradoks, yang mencakup beberapa aspek: fisik vs nonfisik; kesadaran vs
ketidaksadaran; orientasi diri vs sesama manusia.

Fisik vs Spiritual

Secara lahiriah manusia terdiri dari aspek fisik (biologis). Konsekuensi dari aspek biologis
ini manusia terikat dengan hukum fisik seperti lapar, sakit, mencari kepuasan biologis, tertarik
pada dunia materi, dan sebagainya.

Di sisi lain, manusia juga terdiri atas aspek-aspek nonfisik, yaitu psikis, sosial, dan spiritual.
Aspek biologis dan aspek spiritual kita ketahui sebagai dua kutub yang berlawanan.

Sehubungan dengan kecenderungan manusia untuk mencari kepuasan biologis atau dunia
materi, Viktor Frankl, psikolog dari akhir abad XIX yang ikut mengembangkan psikoterapi,
menyatakan bahwa semakin seseorang memaksa mendorong dirinya ke arah kesenangan, ia akan
semakin kurang mampu menikmati kesenangan. Kendati terdapat kecenderungan mencari
kesenangan, di sisi lain usaha untuk itu justru akan menghalangi seseorang mencapai kepuasan
(kebahagiaan).

Salah satu teknik yang relevan untuk mengatasi kecenderungan orang mencari kesenangan
biologis atau dunia materi, menurut logoterapi (terapi yang berorientasi pada penemuan makna
hidup, dikembangkan oleh Frankl) adalah bimbingan rohani. Bimbingan rohani diterapkan
sebagai teknik terapi karena sesuai dengan pemikiran dasar Frankl tentang spiritualitas.
Spiritualitas merupakan sisi transendensi pada manusia, yang mengatasi dunia fisik dan sosial,
berfungsi memberikan makna hidup.

Dengan mengembangkan spiritualitas (merealisasi nilai-nilai kehidupan berdasarkan suara


hati), seseorang akan menemukan makna dari keberadaan (eksistensi) dirinya sebagai pribadi. Ini
merupakan sumber rasa tentram. Spiritualitas yang terintegrasi dalam kepribadian seseorang
akan sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek fisik, psikis, maupun sosial yang seringkali
bersifat menjebak.

Yang dimaksud Frankl dengan spiritualitas yang terintegrasi dalam kepribadian seseorang
akan sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek fisik, psikis, maupun sosial, bukan berarti
bahwa aspek fisik, psikis, dan sosial manusia diabaikan. Kataterintegrasi menunjukkan ada
penyatuan dari beberapa aspek itu, dan membentuk keseimbangan pribadi secara total.

Kesadaran vs Ketidaksadaran

Manusia memiliki dimensi kesadaran dan ketidaksadaran. Tiap-tiap orang memiliki bagian
kepribadian yang tidak disadari (personal unconscious), yang berkembang di luar pengalaman
sadar karena telah ditekan: dorongan-dorongan amoral, dorongan-dorongan seksual yang tidak
dapat diterima, kebutuhan-kebutuhan egoistik, ketakutan, harapan-harapan irasional,
pengalaman yang memalukan, dan motif-motif keji.

Bagian kepribadian yang tidak disadari (karena ditekan) itu dalam kenyataan selalu
mendesak untuk dipuaskan. Namun, dalam alam sadar, pemuasan terhadap dorongan bawah
sadar tersebut tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma masyarakat.

Orang yang sehat secara psikologis, sedikit demi sedikit telah berhasil menggali bagian
kepribadiannya yang tidak disadari, dan mengintegrasikan sisi gelap (shadow) dengan bagian
kepribadian yang disadari. Dengan jalan ini, seluruh komponen kepribadiannya dapat bekerja
sama membentuk kesadaran penuh, diri (self) yang penuh tujuan.

Orientasi Diri vs Sesama

Sekalipun semua kebutuhan fisiologisnya terpuaskan, manusia tetap mengalami


keterpisahan dari dunia sekitarnya. Rasa keterpisahan itu harus didobrak dengan menemukan
ikatan-ikatan baru dengan sesama manusia, menggantikan ikatan-ikatan lama yang didorong
oleh insting.

Ada beberapa cara mencari dan mencapai kesatuan dengan sesama. Salah satunya lewat
jalan kepatuhan kepada seseorang, kelompok, institusi, dan Allah.

Dengan menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar, lebih berkuasa
darinya, manusia mengalami identitasnya dalam hubungan dengan kekuatan pribadi atau
lembaga yang dipatuhinya. Cara yang lain, dengan jalan berkuasa, menjadikan orang lain bagian
dari dirinya (dominasi). Namun, sungguh ironis bahwa perwujudan hasrat kepatuhan total
ataupun dominasi ini tidak pernah membuahkan kepuasan.

Hanya ada satu syarat yang memuaskan kebutuhan manusia untuk mempersatukan dirinya
dengan dunia, dan pada saat yang sama untuk memperoleh rasa integritas dan individualitas,
yaitu cinta.

E. Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat


Hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor, yaitu : spiritualitas, kebebasan,
dan tanggung jawab.
1) Spiritualitas
Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Spiritualitas tidak dapat
direduksikan. Bahkan, spiritualitas tidak dapat diterangkan dengan istilah-istilah material.
Meskipun spiritualitas dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun ia ada tidak
disebabkan atau dihasilkan oleh dunia material itu, dapat diartikan sebagai roh atau jiwa.
2) Kebebasan
Mengenai faktor kebebasan, kita tidak di dikte oleh faktor-faktor nonspiritual, semacam
insting, warisan nilai yang khusus, atau kondisi-kondisi dari lingkungan kita. Karena kita
memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan
bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis. Orang-orang yang tidak
mengalami kebebasan ini adalah mereka yang kadang-kadang berprasangka karena
kepercayaan determinisme atau mereka yang sangat neurotis. Orang-orang neurotis
akan menghambat pemenuhan potensi-potensi mereka sendiri, dengan demikian
menganggu perkembangan kemanusiaan mereka yang penuh.
3) Tanggung jawab
Seseorang tidak cukup hanya merasa bebas untuk memilih, tetapi harus juga menerima
tanggung jawab terhadap pilihannya. Orang-orang yang sehat akan memikul tanggung
jawab ini, menggunakan waktu keseharian mereka dengan kegiatan-kegiatan
bermanfaat, dengan penuh tanggung jawab agar karya-karya mereka tetap berkembang
meskipun kodrat kehidupan manusia singkat dan fana.
Untuk mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab
tergantung pada kita. Tanpa ketiga-tiganya tidak mungkin seseorang menemukan arti
dan maksud dalam kehidupannya. Pilihan benar-benar tergantung hanya pada kita saja.
Orang yang sehat secara psikologis telah bergerak ke luar atau melampaui fokus
pada diri. Menjadi manusia sepenuhnya berarti mengadakan hubungan dengan
seseorang atau sesuatu di luar diri sendiri. Pendirian Frankl berlawanan dengan ahli-ahli
teori yang mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia yang
penuh ialah pemenuhan atau aktualisasi diri. Frankl menolak perjuangan manusia untuk
membangun setiap keadaan atau kondisi di dalam diri, entah itu kekuasaan, kenikmatan,
atau aktualisasi. Frankl mengemukakan bahwa pandangan serupa itu menggambarkan
orang sebagai sistem yang tertutup, yang tidak menyangkut interaksi dengan dunia
nyata atau dengan orang lain, tetapi hanya dengan diri. Frankl juga percaya bahwa
mengejar tujuan semata-mata dalam diri adalah merusak diri.
Frankl menyatakan bahwa semakin banyak kita dengan sengaja berjuang untuk
kesenangan maka mungkin semakin kurang kita menemukannya. Semakin kita berpusat
pada kebahagiaan sebagai tujuan, maka semakin juga kita tidak akan melihat
pertimbangan yang sehat untuk berbahagia. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan
ditangkap, ia biasanya timbul secara spontan dari pemenuhan arti, dari mencapai tujuan
di luar diri.
Hal yang sama terjadi pula jika seseorang mengejar aktualisasi diri. Semakin
banyak kita berjuang secara langsung untuk aktualisasi diri, maka kita mungkin semakin
kurang mencapainya. Aktualisasi diri berlawanan dengan transendensi diri dan dapat
dicapai hanya sebagai akibat sekunder dari penemuan arti dalam kehidupan. Jadi,
menurut Frankl, cara satu-satunya untuk mengaktualisasi diri ialah melalui pemenuhan
arti di luar diri.
Menjadi sehat secara psikologis adalah bergerak ke luar fokus pada diri,
kemudian mengatasinya, menyerapinya dalam arti dan tujuan seseorang. Maka dengan
demikian diri akan dipenuhi dan diaktualisasikan secara spontan dan wajar.
Ada tujuh sifat yang bisa ditampakkan oleh orang berkepribadian sehat, yaitu :
1) Mereka bebas memilih langkah tindakan mereka sendiri.
2) Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan
sikap yang mereka anut terhadap nasibnya.
3) Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya.
4) Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka.
5) Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka.
6) Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-
nilai sikap.
7) Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri.

Logoterapi sebagai Salah Satu Metode Konseling

Dalam logoterapi pasien dibantu untuk menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan
filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang logoterapis tidaklah mengobati
gejala-gejala yang tampak pada pasien atau klien secara langsung, akan tetapi mengadakan
perubahan sikap neurotik pasien terlebih dahulu. Pasien bertanggungjawab pada dirinya sendiri
dan logoterapis memberikan dorongan untuk memilih, mencari dan menemukan sendiri makna
konkrit dari eksistensi pribadinya. Seorang logoterapis membantu klien untuk menyusun 3
macam nilai yang akan memberi arti pada eksistensi, yaitu : creative values, experiental
values, dan attitudinal values.
Dalam proses terapi, klien diperlihatkan bagaimana membuat hidup menjadi penuh arti
dengan the experience of love . Pengalaman ini akan membuatnya mampu menikmati
ketulusan, keindahan dan kebaikan dan mampu mengerti akan manusia dengan keunikan-
keunikan pribadinya. Dengan demikian, diharapkan klien dapat melihat bahwa penderitaan
mungkin sangat berguna untuk membantunya dalam mengubah sikap hidup. Tujuan dari
logoterapi adalah membangkitkan kemauan untuk bermakna dalam individu tersebut, yang
bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang.

Logoterapi merupakan suatu pendekatan eksistensial khsusus yang meliputi 2 prosedur re-
edukatif yang berbeda, yaitu :

Paradoxical Intention

Memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan


mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical
intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional).
De-reflection.

Memanfaatkan kemampuan transendensi diri ( self-transcendence) yang dimiliki


setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri
dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan
mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas tentang
manusia yang dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka
pengembangan diri.

F. Aplikasi Logoterapi

1. Aspek Klinis

Penerapan logoterapi sebagai salah satu corak psikologi eksistensial telah banyak
diterapkan dalam berbagai kehidupan. Dalam bidang klinis logoterapi cukup membantu dalam
menyembuhkan pasien-pasien obsessive-compulsive, gangguan
kecemasan, alcoholism, insomnia, dan kasus-kasus kehampaan eksistensialis.

Dalam rangka menangani manusia dengan ketiga dimensinya (fisik, psikis, spirit) logoterapi
setidaknya mengembangkan metode terapi: Medical Ministry untuk gangguan-gangguan
perasaan yang terkait gangguan ragawi; Paradoxical Intention dan Dereflection untuk
penanganan kasus-kasus berkenaan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis;
danExistential Analysis yaitu untuk menangani gangguan yang disebabkan karena tidak
terpenuhinya hasrat hidup bermakna atau gangguan neurosis noogenik (Bastaman,
2007;98).
2. Logoterapi Sebagai Metode Pengembangan Diri

Saat ini telah banyak pelatihan-pelatihan psikologi dalam rangka meingkatkan kualitas diri
dan pengembangan diri. Pelatihan-pelatihan ESQ, AMT, Brain Gym, Brain
Fitness, Quantum Teaching dan bentuk pelatihan psikologi lainnya sudah banyak
berkembang. Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas
tentang manusia juga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka
pengembangan diri. Dalam aplikasinya dalam bentuk pengembangan diri, setidaknya
terdapat Logoanalysis dan Panca Cara Temuan Makna.

G. Psikopatologi
Frankl memerinci asal mula berbagai bentuk psikopatologi. Sebagai contoh,
beragam neurosis kecemasan berawal dari kecemasan eksistensial. Seorang individu
yang tidak memahami bahwa kecemasannya muncul karena dia merasa tidak mampu
memikul tanggung jawab dan tidak menemukan makna kehidupan akan menggunakan
rasa cemas dalam menghadapi setiap kesulitan hidup.

Orang yang obsesif kompulsif adalah orang yang tidak memiliki rasa puas
sebagaimana yang dimiliki orang lain. Karena kesempurnaan dalam setiap hal adalah
mustahil, maka orang obsesif-kompulsif akan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal
yang pernah mendatangkan masalah di masa lalu. Seorang terapis harus membantu
pasiennya agar bisa santai dan tidak melawan dorongan-dorongan pikiran dan
tindakannya. Selanjutnya, yang diperlukan pasien adalah menyadari bahwa keinginan
segala sesuatunya akan berjalan dnegan sempurna itu merupakan tindakan bodoh.
Kemudian di perlahan-lahan didorong belajar menerima sedikit ketidakpastian. Akhirnya,
orang yang obsesif kompulsif dan orang neurotic kecemasan pun pasti dapat
menemukan makna kehidupan mereka.
Sama seperti psikolog eksistensial lainnya, Frankl juga menyadari pengaruh
factor genetic dan fisiologis terhadap psikopatologi. Dia menganggap depresi,
misalnya, sebagai akibat kurangnya vitalitas tubuh. Pada level psikologis, dia
mengaitkan depresi dengan perasaan ketimpangan yang kita rasakan ketika berhadapan
dengan tugas-tugas yang berada di luar kemampuan fisik atau mental kita. Pada level
spiritual, Frankl melihat depresi sebagai ketegangan antara seseorang sebagaimana
adanya dengan bagaimana dia seharusnya.
Skizofrenia juga dipahami Frankl sebagai gangguan mental yang berawal dari
persoalan fisiologis. Skizofrenia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami
dirinya lebih sebagai objek, bukan sebagai subjek. Biasanya, ketika kita punya ide, kita
menyadari bahwa ide tersebut dating dari pikiran kita sendiri. Kitalah yang memilikinya.
Tetapi pada orang skizofrenik, karena alasan-alasan yang belum diketahui, mereka
cenderung mengambil perspektif pasif terhadap ide tersebut dan menganggapnya
begaia suara-suara dari luar. Dia seolah-olah sedang menonton dirinya dan
mencurigainya. Dia merasakan dirinya secara pasif sebagai objek yang dia lihat dan
hakimi.
Daftar Pustaka

Jamest, Coleman, C. Abnormal Psychology and Moder Life Serent Edition


Scott, (Foresman and Comani, London-England, 1985). Hawari, Dadang, Al-Qur,an; Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997).
Khan, Hazrat, Inayah, The Hearth of Sufisme , (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002). Raleigh,
Drake, Abnormal Psychology , (Utt Lefield dan Co. Patterson, New Jersey, 1962).

Baihaqi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Bastaman, Hanna Djumhana. 2007. Logoterapi: Psikologi


Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup
Bermakna. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Boeree, C. George. 2009. Personality Theories. Yogyakarta : Primasophie

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian . Malang: UMM Press.


Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika.

Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafmada Persada.

Anda mungkin juga menyukai