Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TIPOLOGI BIOLOGIS (HANS EYSENCK)


MATA KULIAH: PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
DOSEN PENGAMPU:Ade Imun Romadan, M. Pd

Irna Irawan (2022010061)


Haeratun Nisa (2022010035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-KHAIRIYAH
TAHUN AKADEMIK 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahkan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah
dengan judul “TIPOLOGI BIOLOGIS (HANS EYSENCK)”.
Tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari sisi
materi maupun penulisanya .Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi
seluruh pembaca .

Cilegon, 16 April 2024

Tim Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Teori Sifat

Teori trait faktor dari Eysenck (dan cattel) merupakan contoh penelitian
kepirbadian yang dengan pendekatan yang sangat empirik . Teori itu di
kembangkan melalui pengumpulan data dari responden yang jumlahnya sangat
besar, mengkorlasian skor-skor yang di peroleh, dilakukan analisis faktor terhadap
matriks korelasinya , dan memakai simpulan faktornya sebagai aspek penting
dalam psikologi. Dengan kata lain , teori trait – faktor mendasarkan diri kepada
psikometrik alih – alih penilaian klinik . Beberapa pakar , pada dasarnya telah
menyadari dan menyakini adanya hubungan antara kepribadian dengn sistem
neurologis manusia , namun baru Eysenck yang mencoba menunjukkan bentuk
hubungannya secara nyata dengan konsep CAL dan ANS. Ini menjadi awal dari
Psikobiologi dan Neurokimia yang menjadi topik topik kontemporer .

A. Biografi Eysenck

Hans Jurgen Eysenck lahir di Berlin,pada tanggal 4 Maret 1916. Eysenck


merupakan anak tunggal dari keluarga yang berkecimpung didalam teater. Ibunya
Ruth Wernerseorang bintang pada saat Eysenck lahir kemudian menjadi bintang
film bisu Jerman dengan nama panggung Helga Molander, dan ayah Eysenck
Anton Eduard Eysenck merupakan seorang komedian,penyanyi dan aktor.
Eysenck jarang bertemu orang tuanya semenjak perceraian Eysenck berusia 4
tahun kemudian dia tinggal bersama nenek dari pihak ibunya yang berkecimpung
pada opera teater dan berhenti akibat kecelakaan yang melumpuhkannya, nenek
Eysenck merupakan seorang yang agamis,namun tidak satupun orang tua Eysenck
yang religius dan Eysenck tumbuh menjadi anak tanpa mempunyai komitmen
religius yang kurang, sedikit kedisplinan serta minimnya kontrol ketat atas
perilakunya. Eysenck menderita Depriviasi seperti kebanyakan warga Jerman
akibat Perang Dunia I. Ia memutuskan untuk tetap mempelajari fisika di
University of Berlin saat Hilter memegang kekuasaan dan Eysenck diberitahu
bahwa dia harus bergabung dengan polisi rahasia Nazi dan Eysenck memutuskan
untuk meninggalkan Jerman dan menetap di Inggris .

Saat dia berusia 18 tahun Eysenck menetap di Inggris dan melanjutkan


belajarnya di Universitas of London jurusan psikologi yang dia pilih karena faktor
kebetulan departemen psikologi universitas tersebut berporos paa pro-freudian
dan penekanan yang kuat pada psikometri Charles Spearman. Eysenck menerima
gelar sarjana pada tahun 1938 dan langsung menikahi Margaet Davies, seoran
wargawan Kanada yang merupakan sarjana matematika, Eysenck lulus dengan
gelar Ph.D. Karena Eysenck merupakan warga negara Jerman, dan dianggap
sebagai musuh dia tidak dibolehkan untuk memasuki angakatan Royar Air Force
maupun cabang lain dalam militer. Kemudian ia bekerja di Mill Hill Emergency
Hospital merawat pasien yang menderita beragam gejala psikologis dengan
mengemukakan dua faktor utama kepribadian neurotisme atau stabilitas emosinl
ekstraversi dan introversi yang dapat menjelaskan keseluruhan kelompok
diagnostik tradisonal, gagasan tersebut menjadi latar belakang terbit buku
pertamanya "Dimension of Personality"(Eysenck,1947).

Setelah perang Eysenck menjabat sebagai Direktur Departemen Psikologi


di Maudley Hospital dan pengakar psikologi di University of London. Eysenck
berpergrian ke Amerika Utara untuk menguji program psikologi Amerika Serikat
dan Kanada yang diaanggap tidak akurat dan tidak ilmiah (Eysenck,1980,1997b).
Pada saat kembali ke Inggris Eysenck bercerai dengan Margaet Davies dan
menikahi Silby Rostal seorang psiklog kuantitatif yang menjadi rekan penulisnya
di beberapa buku, anak dari pernikahan pertamanya Michael seorang penulis
artikel dan buku-buku psikologi. Kemudian saat dia kembali dari Amerika Utara
Eysenck mendirikan departemen psikologi kklinis di University of London dan
menjadi profesor psikolgi pada tahun 1995 dan menulis "The Structure of Human
Personality" (1952b) mengenai kemampuan analisis faktor untuk menjadi metode
terbaik yang mempresentasikan fakta-fakta tentang kepribadian manusia. Eysenck
mungkin penulis yang paling produktif di psikologi, ia menerbitkan 800 artikel
jurnal atau bab dalam buku dan lebih dari 75 buku beberapa judul buku yang
cukup populer seperti: Uses and Abuses of Psychology (1953),The Psychology of
Politics (1954,1999),Sense and Nonsense in Psychology (1956), Know Your Own
IQ (1962),Fact and Fiction in Psychology (1965), Psychology is About
People(1972), You and Neurosis (1977),Sex,Violance, and The Media (dengan
D.K.B Nias,1978),Smoking,Personality and Stres (1991d) Genius The Natural
History of Creativity (1955) dan Intelligence: A New Look (1998).

Eysenck tidak takut untuk mengambil pendirian yang tidak populer pada
pembelaanya atas kritik Arthur Jensen yang berpendapat bahwa Skor IQ tidak
bisa ditingkatkan secara signifikan memlalui program sosial, karena lebih banyak
ditentukan oleh faktor genetis. Buku Eysenck The IQ Argument (1971)sangat
kontoversial dan mendapat kecaman apabila ada yang menyebarkan.Pada tahun
1983 Eysenck pensiun sebagai profesor di University of London dan Psikiater di
Maudsley and Betlehem Royal Hospital kemudian Eysenck meninggal pada
tanggal 4 September 1997 akibat kanker. Selama beerapa tahun kemudian
penelitiannya berlanjut dan direfleksikan beragam topik, termasuk kreavitas
(Eysenck,1993,1955;Frois&Eysenck,1995). Intervensi perilaku terhadap kanker
dan penyakit jantung (Eysenck,1991d,1996,Eysenck&Grossarth-Marticek,1991)
dan kecerdasan(1998,a).

Penghargaan yang didapat oleh Eysenck antara lain; Distinguished


Contributions Awards dari International Society for The Study Of Individual
Differences (1991). Distinguished Scients Awards oleh APA (1988), Presidential
Citation for Scientific Contribution (1993),William James Fellow Award (1994)
dan Centennial Award for Distinguished Contributtions to Clinical Psychology
(1996).

B. Teori Faktor Eysenck


 Kriteria Dalam Mengidentifikasi Faktor
1) Kriteria Dalam Mengidentifikasi Faktor

- Bukti psikometrik untuk eksistensi faktor harus ditemukan.

2) Kesimpulannya adalah bahwa faktor harus reliabel dan dapat direplikasi

- Faktor harus mempunyai sifat kewarisan dan harus sesuai dengan model
genetis yang sudah dikenal sebelumnya.

3) Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang harus dipelajari, seperti


kemampuan mengintimitasi suara-suara dari orang-orang terkenal.

- Faktor masuk akal saat dipandang dari segi teoritis.

4) Eysanck menggunakan teori deduktif dalam melakukan investigasi,


dimulai dengan satu teori, kemudian mengumpulkan data yang konsisten
secara logis dengan data tersebut.

- Faktor harus mempunyai relevansi sosial.


Faktor yang didapatkan secara matematis harus mempunyai hubungan dengan
variabel sosial, seperti kecanduan obat”an, perilaku psikotik, kriminalitas, dll.

 Hierarki Organisasi Perilaku

Ada 4 level dalam pengorganisasian perilaku (Eysanck : 1947,1994) :

Kognisi atau tindakan spesifik, perilaku atau pikiran individual yang mungkin
ataupun tidak merupakan karakteristik dari seseorang. Contoh, seorang murid
yang menyelesaikan tugas membaca merupakan salahsatu contoh dari respon
spesifik. Tindakan atau kognisi yang umum, respon yang terjadi secara ulang
dalam kondisi serupa. Contoh: seorang siswa bertahan dengan suatu tugas sampai
tugas tersebut selesai.
Respon umum yang berhubungan akan membentuk suatu sifat . Contoh, murid
akan memiliki sifat tekun apabila mereka mengerjakan tugas kelas dan terus
bekerja pada tugas lain sampai benar” selesai. Tipe (types) atau superfaktor, suatu
tipe yang terdiri atas beberapa sifat yang saling berhubungan. Contoh, ketekunan
dapat berkaitan dengan penyesuaian emosional yang buruk,sifat pemalu secara
sosial, dll, yang semuanya dapayt membentuk tipe introversi.

C. Dimensi Kepribadian

Eysenck mengekstrak tiga superfaktor umum. Ketiga dimensi kepribadian


Eysenck adalah ekstraversi (extraversion- E), neurotisme (neuroticism N), dan
psikotik (psychoticism-P), walaupun ia menegaskan “ada kemungkinan bahwa
dimensi lain dapat ditambahkan”. Eysenck menilai ketiga faktor ini sebagai
bagian dari struktur kepribadian normal. Ketiganya bersifat bipolar, dengan
ekstraversi berada dalam salah satu kutub dari faktor E dan introversi menempati
kutub sebaliknya. Faktor N meliputi neurotisme pada satu kutub dan stabilitas
pada kutub lainnya, dan faktor P mempunyai psikotik dalam satu kutub dan
fungsi superego dalam kutub lainnya.
Eysenck berargumen bahwa setiap faktor memenuhi empat kriteria yang ia
berikan untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian. Pertama, psikometrik yang
kuat harus ada dalam setiap faktor, terutama faktor E dan N. Faktor P (psikotik)
muncul belakangan. Kedua, dasar biologis yang kuat terdapat dalam masing-
masing superfaktor. Pada saat yang bersamaan, ia menyatakan bahwa sifat seperti
keramahan dan kesadaran, yang merupakan bagian dari taksonomi lima faktor,
tidak mempunyai landasan biologis. Ketiga, tiga dimensi kepribadian Eysenck
masuk akal secara teoretis. Keempat, berulang kali memperlihatkan bahwa ketiga
faktor berkaitan dengan isu sosial, seperti penggunaan obat-obatan terlarang,
perilaku seksual, kriminalitas, pencegahan kanker dan penyakit jantung, serta
kreativitas.
1. Ekstraversi
Ekstraversi dan introversi dipakai pertama kali oleh Jung. Menurut Jung,
ekstraversi adalah orang yang pandangannya objektif dan tidak pribadi, introversi
adalah orang yang pandangannya subjektif dan individualis. Ekstraversi
mempunyai sembilan sifat, yaitu: tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak
fikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut. Perbedaan antara ekstraversi dengan
introversi adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level),
kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL adalah gambaran
bagaimana korteks mereaksi stimulasi indrawari. CAL tingkat rendah artinya
korteks tidak peka, reaksinya lemah. CAL tingkat tinggi, korteks mudah
terangsang untuk bereaksi.
Orang introvers memilih aktivitas yang miskin rangsangan sosial, seperti
membaca, olahraga soliter (main ski, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif.
Orang ekstravers memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta hura-hura,
olahraga beregu (sepakbola, arung jeram), minum alkohol. Eysenck
menghipotesakan ekstrovers melakukan hubungan seksual lebih awal dan lebih
sering, dengan lebih banyak pasangan, dan dengan perilaku seksual yang lebih
bervariasi.

2. Neurotisme

Eysenck melaporkan beberapa penelitian yang menemukan bukti dasar


genetik dari trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, hysteria, dan obsesif
kompulsif. Juga ada keseragaman antara orang kembar identik lebih dari kembar
fraternal dalam hal jumlah tingkah laku antisocial dan sosial seperti kejahatan
orang dewasa, tingkah laku menyimpang pada anak-anak, homoseksual, dan
alkoholisme. Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai
kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal
sesudah emosinya meningkat. Mereka sering mengeluh dengan simptom fisik,
seperti sakit kepala, sakit pinggang dan permasalahan psikologi yang kabur
seperti khawatir dan cemas. Dasar biologis dari neurotisme adalah kepekaan
reaksi sistem syaraf otonom (ANS= Automatic Nervous System Reactivity). Orang
yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah
merespon secara emosional sehingga mengembangkan gangguan neurotik.

3. Psikotisisme

Orang yang skor Psikotisismenya yang tinggi memiliki trait agresif, dingin,
egosentrik, tak pribadi, implusif, antisocial, takempatik, kreatif, keras hati.
Sebaliknya orang yang skor Psikotisismenya rendah memiliki trait merawat/baik
hati, hangat, penuh perhatian, akrab, tenang, sangat sosial, empatik, kooperatif,
dan sabar. Orang yang variable psikotisismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi
mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress yang rendah, skor P yang
tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang
berat, orang menjadi psikotik yang ketika setress yang berat itu sudah lewat,
fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.

D. Mengukur Kepribadian

Eysenck mengembangkan empat inventori kepribadian yang mengukur


superfaktor yang digagasnya. Inventori pertama adalah Maudley Personality
Inventory (MPI) yang hanya mengkaji E dan N, serta menghasilkan beberapa
korelasi dari kedua faktor tersebut. Untuk alasan ini, Eysenck kemudian
mengembangkan tes lainnya, yaitu Eysenck Personality Inentory (EPI). Alat tes
EPI memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan. Tetapi
yang terpenting, tes tersebut mengukur ekstraversi dan neuritisme secara
independen, dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N. Eysenck
Personality Inventory kemudian diperluas untuk anak-anak berusia 7-16 tahun
oleh Sybil B. G. Eysenck (yang mengembangkan junior EPI).
Alat tes EPI masih merupakan inventori dua faktor, sehingga Hans
Eysenck dan Sybil Eysenck menerbitkan tes kepribadian yang ketiga, yang
dinamakan Eysenck Personality Questionnaire (EPQ), yang memasukkan skala
Psikotik (P). Alat tes EPQ yang mempunyai versi dewasa maupun anak-anak
adalah revisi dari EPI yang sampai sekarang masih juga diterbitkan. Kritikan
terhadap adanya skala P dalam EPQ kemudian berujung pada revisi lainnya, yaitu
Eysenck Personality Questionnaire-Revised.
Jadi, empat inventori yang pengaruhnya luas, dalam arti dipakai oleh
banyak pakar untuk melakukan penelitian atau untuk memahami klien, maupun
dalam arti menjadi ide untuk mengembangkan tes yang senada.
1. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi
anatara keduanya.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), mengukur E dan N secara
independen.
3. Eysenck Personality Questionnaire (EPQ), mengukur E, N, P (merupakan
revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap
dipublikasikan).
4. Eysenck Personality Questionnaire – Revised (EPQ-R) merupakan revisi
dari EPQ.

E. Dasar Biologis Kepribadian

Menurut Eysenck, faktor kepribadian P. E, dan N sama-sama


mempunyai determinan biologis yang kuat. Ia memperkirakan hampir tiga
perempat varians dari ketiga dimensi kepribadian tersebut dapat dijelaskan oleh
hereditas, dan hampir seperempatnya oleh faktor lingkungan. Dalam teori
kepribadian Eysneck, psikotik, ekstraversi, dan neurotisme sama-sama memiliki
anterseden maupun konsekuensi. Anteseden bersifat genetis dan biologis,
sementara konsekuensi meliputi variabel eksperimental, seperti pengalaman
pengondisisan, sensitivitas, dan ingatan, juga perilakusosial seperti kriminalitas,
kreativitas, psikopatologidan perilaku seksual.

F. Kepribadian sebagai Prediktor


 Kepribadian dan Perilaku
Menurut Eysenck model yang di gagas ada psikotik, ekstraversi, dam
neurotisme. Teori eysenk memiliki asumsi bahwa ekstraversi adalah produk dari
tingkat rangsangan kortikal yang rendah, oleh karena itu, dibanding dengan orang
ektrover, orang introver seharusnya lebih sensitif pada beragam stimulus dan
kondisi pembelajaran.
Eysenck beragumen bahwa banyak penelitian psikologi telah mencapai
kesimpulan yang salah karena tidak menghiraukan faktor kepribadian. Eysenck
yakin bahwa penelitian tidak mempertimbangkan bahwa anak ekstrover lebih
menyukai dan memberi perfoma yang lebih baik dalam pembelajaran aktif,
sementara anak introver lebih menyukai dan memberi perfoma yang lebih baik
dalam pembelajaran yang bersifat reseptif.
Eysenck memiliki hipotesis bahwa psikotik berhubungan dengan
kreativitas dan kecerdasan. Namun, hubungan yang ada tidak sederhana karena
banyak anak mempunyai kemampuan kreativitas, tidak mudah menyesuaikan diri,
dan punya ide-ide yang tidak biasa. Eysenck menemukan bukti bahwa orang-
orang ini tidak memiliki kegigihan yang dimiliki oleh orang-orang dengan skor P
tinggi. Anak – anak dengan potensi kreativitas yang sama, dan skor P nya tinggi
mampu untuk menolak kritikan dari orang tua dan guru-guru dan tumbuh menadi
dewasa yang kreatif.
Eysenck juga menyatakan bahwa orang – orang yang punya skor P dan E
yang tinggi biasanya merupakan anak yag sering mencari masalah dimasa kecil.
Eysenck sangat yakin bahwa para psikolog dapat kehilangan arah apabila mereka
tidak mempertimbangkan beragam kombinasi dimensi kepribadian dalam
penelitian.

 Kepribadian dan Penyakit


Eysenck mengemukakan penelitian tersebu dan penelitian lainnya yang
berfokus pada hubungan antara kepribadian dan penyakit, tidak membuktikan
bahwa fakta psikologis menyebabkan kanker atau penyakit jantung. Menurut
Eysenck merokok tidak mampu menyebabkan kanker, tetapi ketika
dikombinasikan dengan stres dan faktor kepribadian, maka akan berkontribusi
pada kematian akibat kedua penyakit.

G. Penjelasan Biologis dari Sifat-Sifat Kepribadian

Aspek penting dari banyaknya teori kepribadian dapat digambarkan dari sifat
alamiah manusia diformulasikan oleh masing-masing ahli teori. Masing-masing
ahli teori mempunyai konsepsi alamiah manusia yang dituangkan pada beberapa
pertanyaan dasar yang ada, yaitu :

1. Keinginan bebas (free will) vs determinasi

Apakah kita langsung sadar dengan segala tindakan kita, atau tindakan kita
diatur oleh kekuatan lain?

Eysenck lebih menekankan pada determinasi biologis, karena menurut Eysenck,


faktor kepribadian seperti Psikotisme, Neurotisme, Ekstroversi semuanya
mempunyai kekuatan determinasi biologis. Dia juga memperkirakan bahwa
sekitar ¾ variasi dari 3 dimensi kepribadian dapat dihitung degan hereditas dan
sekitar 1/4 dengan faktor lingkungan.

2. Alamiah (herediter/nature) vs Lingkungan (Nurture)?

Apakah kita lebih dipengaruhi oleh herediter (nature) atau lingkungan kita
(nurture)?

Sudahlah jelas bahwa menurut Eysenck kepribadian manusai lebih banyak


dipengaruhi oleh hereditas sebesar 80 persen dan hanya 20 persen dari
lingkungan.

3. Masa lalu (past) vs masa sekarang (present)

Apakah kepribadian kita ditetapkan oleh peristiwa awal dalam kehidupan kita
atau dapat dibentuk oleh pengalaman pada masa dewasa?
Konsep trait kepribadian lebih kepada bentuk yang konsisten dari cara individu
berprilaku, merasa dan berpikir. Dalam peneleitian telah menunjukkan bahwa trait
dan dimensi Eysenck mengusulkan masih stabil sepanjang rentang kehidupan dari
permulaan masa anak-anak sampai akhir dewasa, meskipun ada perbedaan
pengalaman sosial dan lingkungan yang berbeda pula. Jadi, cukuplah jelas bahwa
trait kepribadian menurut Eysenck ditetapkan melalui peristiwa awal kehidupan
kita, walaupun 20%-nya ditentukan oleh pengaruh sosial dan lingkungan.

4. Keunikan (Uniqueness) vs Kesamaan (Universality)?

Apakah kepribadian masing-masing manusia adalah unik, atau ada kesamaan


yang luas dari bentuk kepribadian beberapa orang yang sesuai?

Sudah pasti ada kesamaan yang luas dari bentuk kepribadian dari beberapa
wilayah di dunai (orang yang sama atau sesuai). Hal ini berkaitan dengan teori
trait Eysenck, yang menyatakan bahwa hampir 80% trait kepribadian manusai
dipengaruhi oleh pewarisan sifat atau herediter.

5. Keseimbangan (Equilibrium) vs Pertumbuhan (Growth)?

Apakah kita dengan mudah terdorong untuk mempertahankan keseimbangan


fisiologis atau dalam keadaan seimbang atau apakah dorongan tumbuh dan
berkembang membentuk perilaku kita?

Menurut Eysenck, cukuplah jelas bahwa akan terjadi keseimbangan fisiologis


dalam pembentukan perilaku, karena trait ditentukan secara herediter dan
merupakan pembagian tugas kepribadian yang semi-permanent. Artinya trait yang
diturunkan secara herediter ini, berada pada bagian tengah dalam organisasi
perilaku menurut Eysenck.

6. Keputusasaan (Pesimism) vs Harapan Baik (Optimism)

Apakah dasarnya kita baik atau jahat?


Pada dasarnya kita adalah baik, sesuai dengan supertrait Psikotisme vs Fungsi
Superego. Eysenck juga setuju dengan teori Abraham Maslow yang
mengemukakan bahawa kesehatan mental berawal dari aktualisasi diri (score P
yang rendah) sampai schizoprenia dan psikosis (score P yang tinggi).

H. Kritik terhadap Teori Eysenck yang Didasarkan pada Biologis


1. Apakah teori yang didasarkan Eysenk menghasilkan penelitian? Dalam
kriteria ini, teori Eysenk diberikan nilai yang tinggi. Gambar pada subbab
Dasar Biologis Kepribadian menunjukkan tingkat komprehensif
(menerima dengan baik) teori kepribadian Eysenck. Bentuk kotak ditengah
mempresentasikan sifat psikometri teori Eysenck, yaitu psikotik,
ekstaversi, dan neurotisme. Landasan genetis dan biologis dari perilaku
direpresentasikan oleh kedua kotak disisi kiri, sementara beberapa
konsekuensi atau hasil dari penelitian Eysenck dapat ditemukan dalam 2
kotak di sisi kanan. Arean penelitian dalam perilaku sosial ditunjukkan
dalam kotak yang berada diujung kanan meliputi topik, seperti
kemampuan bersosialisasi, kriminalitas, kreativitas, psikopatologi, dan
perilaku seksual. Eysenck dan rekan-rekannya melaporkan jumlah
penelitian yang cukup signifikan dalam ranah penelitian ini dan yang
lainnya.
2. Apakah teori sifat dan faktor dapat dikaji ulang? Dalam kriteria ini, teori
sifat dan faktor mendapatkan nilai menengn hingga tinggi. Kebanyakan
hasil dari penelitian Eysenck‒misalnya, penelitiannya akan kepribadian
dan penyakit‒belum pernah direplikasi oleh peneliti lainnya. Oleh karena
teori biologisnya merupakan prediksi yang spesifik maka teorinya dapat
dikaji ulang. Namun hasilnya bervariasi, beberapa prediksi konfirmasi
(contohnya, kegairahan optimal) dan beberapa tidak dikonfirmasi
(contohnya, kecepatan pemprosesan kognitif).
3. Teori sifat dan faktor dinilai tinggi dalam kemampuannya mengorganisasi
pengetahuan. Karena model kepribadian Eysenck adalah satu dari sedikit
teori yang benar-benar mempertimbangkan aspek biologis maka teori
Eysenck adalah satu dari satu-satunya teori yang dapat menjelaskan
observasi bahwa individu berbeda dalam hal perilaku ketika lahir dan
faktor genetik kurang lebih berperan pada sebagian besar variabilitas
dalam perbedaan individu.
4. Teori yang bermanfaat mempunyai kekuatan untuk mengarahkan tindakan
praktisi, dan dalam kriteria ini, teori biologis emndapatkan peringkat yang
rendah. Meskipun teori ini menjelaskan asal dari perbedaan kepribadian
dengan baik, teori ini tidak mampu memberikan panduan praktis bagi
guru, orang tua, dan bahkan konselor.
Apakah teori sifat dan faktor konsisten secara internal? Penilaiannya
belum mempunyai suara yang bulat. Teori Eysenck dan pendukung Lima
Besar, masing-masing adalah suatu model megenai konsistensi, namun
kedua teori dilihat bersamaan akan menjadi tidak konsisten.
Ketidakkonsistenan ini memunculkan masalah, terutama karena analisis
faktor adalah prosedur matematis yang pasti dan teori faktor sangat
empiris.
5. Kriteria terakhir dari teori yang bermanfaat adalah kesederhanaan. Seperti
model Lima Faktor MrCrae dan Costa, model keporibadian Eysenck juga
didasarkan pada analisis faktor, dan dengan demikian, teori Eysenck
memiliki penjelasan kepribadian yang sangat ringkas. Memang hanya 3
aspek utama, model eysenck secara umum lebih ringkas dibandingkan
pendekatan Lima-Faktor.
BAB IIII PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.


Feist, J; Feist, G. J; & Roberts, T.-Ann. 2017. Teori Kepribadian (Edisi 8).
Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai