Anda di halaman 1dari 6

Pengantar

Awalnya gangguan ini diidentifikasi oleh Kraepelin pada tahun 1883, dan disebut
dementia praecox, kondisinya dianggap sebagai kondisi yang progresif dan terus memburuk,
tanpa ada peluang untuk pemulihan. Lalu sekitar 25 tahun kemudian didefinisikan ulang oleh
Bleueler sebagai 'skizofrenia' ,secara harfiah berarti pikiran yang terpecah. saat itulah
gangguan ini dianggap melibatkan ambivalensi, gangguan asosiasi serta mood, dan
ketidakmampuan untuk membedakan antara fantasi dan realita.Skizofrenia ditandai dengan
gangguan pikiran serta presepsi, dan tanda yang paling jelas adalah terjadinya:
a.Delusi: keyakinan kuat dan tak tergoyahkan namun tidak rasional termasuk:
(1) kontrol atas orang lain atau dikendalikan oleh orang lain
(2) keagungan, entah bagaimana merasa menjadi seorang yang istimewa atau terkenal
(3) referensi, percaya perilaku orang lain berhubungan langsung dengan diri sendiri
b.Halusinasi: pengalaman perseptual anomali, yang mungkin mempengaruhi semua indra, tapi
paling sering indra pendengaran. Dapat muncul dengan suara individu atau orang lain, dan hal
yang didengar itu bisa berupa sesuatu yang baik , buruk atau membahayakan dan suatu perintah.
Table Simtom yang sering terjadi pada penderita skizofrenia

Simtom Presentase Kasus


Kurangnya insight 97
Halusinasi auditori 74
Ideas of Referance 70
Flatenned affect 66
Kecurigaan berlebih 66
Delusi persekusi 64
Though Alienation 52
Gangguan ini bersifat episodik.,usia episode pertama biasanya antara 20 dan 35 tahun,
kondisinya memiliki prognosis yang buruk dan risiko kambuh tinggi. Sekitar setengah dari
mereka yang mengalami episode pertama skizofrenia akan mengalami signifikan tingkat
pemulihan selama 5 tahun atau lebih. Namun, hanya 12 persen yang benar-benar sembuh
(Robinson et al., 2004), dan sebagian besar akan mengalami episode psikotik lebih lanjut dan
penurunan fungsi kognitif secara bertahap, sebagian dikararenakan konsekuensi dari gangguan
itu sendiri, sebagian karena perawatan medis yang mungkin mereka terima. Namun tentu
pengobatan dini dan dukungan sosial yang baik memaksimalkan kesempatan untuk pemulihan
berkelanjutan.
Tantangan Diagnosis

Untuk diagnosis skizofrenia yang akan dilakukan, DSM-5 memerlukan berbagai gejala di
antaranya paling sedikit satu gejala antara lain terjadinya delusi, halusinasi atau pembicaraan
yang tidak terorganisir. Hal lain yang mungkin terjadi adalah perilaku katatonik, dan gejala
negatif lain dimana aktivitas menjadi sangat minim,seperti sikap apatis, kurangnya motivasi
,keenganan untuk berbicara atau sikap menarik diri.

Masalah utama pada kriteria diagnostik DSM untuk skizofrenia adalah diagnosis yang
sama bisa diberikan kepada individu yang memiliki pengalaman dan permasalahan yang sangat
berbeda.Hal ini bertentangan dengan gagasan tentang kelainan yang memiliki satu mekanisme
mendasar : jika terdapat suatu khasus tertentu, Semua orang yang mengalaminya harus hadir
dengan kelompok gejala yang sama.Hal ini terkait dengan penanganan atau pengobatan yang
akan diberikan nantinya.Bentall (1993: 227) menyatakan bahwa: " skizofrenia " nampaknya
merupakan penyakit yang tidak memiliki gejala tertentu, tidak ada rincian alur, dan tidak ada
perawatan khusus. Atas dasar ini, dia menyarankan alih-alih mencoba jelaskan beberapa
sindrom, upaya masa depan harus berfokus pada penjelasan pengalaman atau perilaku tertentu ,
yang artinya masing-masing dari berbagai gejala 'skizofrenia' harus dipertimbangkan menjadi
sebuah kelainan tersendiri, dengan penyebab dan perawatan yang berbeda.

Isu relevansi lebih lanjut di sini adalah bahwa pengalaman orang-orang yang didiagnosis
dengan skizofrenia tidaklah eksklusif. Banyak orang yang tidak memperhatikan layanan
kejiwaan padahal mereka juga mendengarkan suara-suara atau delusi. Yang membedakan
antara mereka dan orang-orang yang mencari bantuan untuk 'masalah' mereka adalah perbedaan
respon terhadap suara-suara tersebut dan kemampuan untuk mengatasinya. Strategi
penanggulangan positif terhadap suara-suara tersebut mencakup penetapan batasan waktu yang
dihabiskan mendengarkan suara, berbicara kembali kepada mereka, dan mendengarkan secara
selektif suara yang lebih positif (Romme dan Escher 2000).

Keanekaragaman pendapat ini menghadirkan tantangan saat menulis tentang ganguan


tersebut. Penjelasan biologis cenderung berfokus pada on board diagnosis dari
skizofrenia,sementara penjelasan psikologis berfokus pada penjelasan yang lebih diskrit tentang
halusinasi dan delusi. Lalu sebagian besar penelitian intervensi juga telah dilakukan, beberapa
telah menargetkan secara spesifik pengaruh dan dampak emosional dari pikiran delusional.
Penjelasan Psikososial

Bagian ini berfokus pada faktor psikososial yang mempengaruhi risiko gangguan pada
masa dewasa. Seperti Banyak masalah kesehatan mental, risiko tinggi dikaitkan dengan stres
psikososial. Hal ini paling lazim terjadi diantara mereka yang memiliki status sosio-ekonomi
rendah. Sekitar 25 persen episode disebabkan oleh stres hidup akut (L. Phillips dkk., 2007),
walaupun tekanan ,stress dengan tingkat yang lebih rendah atau 'kerepotan sehari-hari' mungkin
juga memicu psikotik pada individu yang rentan (Norman dan Malla 1994).

Kemungkinan faktor risiko terkuat untuk episode psikotik yang kambuh melibatkan
dinamika keluarga yang bermasalah. Emosi yang diungkapkan dengan negatif (Negative
Expressed Emotions) ditandai dengan tingginya tingkat kritik dan kenegatifan lain dalam
keluarga terhadap individu yang terkena dampak,hal ini diidentifikasi pertama kali oleh Vaughn
dan Leff (1976), dan dinamika ini sekarang telah terbukti secara signifikan meningkatkan risiko
kambuh bagi penderita di banyak negara dan budaya (Miklowitz 2004)

Menjelaskan Halusinasi Dan Delusi

Model psikosis psikologi yang lebih spesifik terhadap gejala berfokus pada proses atensi
dan teori pikiran. Premis sentral model atensi adalah bahwa psikosis mencerminkan
ketidakmampuan untuk mengidentifikasi dan menyaring rangsangan lingkungan yang tidak
relevan. Sehingga, Individu yang terkena dampak diliputi oleh pengalaman sensoris yang
belebihan. Hemsley (1996), misalnya, menyatakan bahwa orang yang mengalami halusinasi dan
delusi memiliki dua kekurangan signifikan dalam pengolahan informasi:
penurunan dalam kecepatan dan penilaian otomatis dari input sensori
Kerusakan hubungan antara memori yang tersimpan dan masukan sensori saat ini.

Hemsley berhipotesis bahwa kita memilih rangsangan yang ingin kita perhatikan sebagai
hasil dari pengalaman sebelumnya. Kita akan memilih menyimpan apa yang nantinya mungkin
akan berkaitan dengan diri kita. Ini memungkinkan kita untuk merespon konteks yang familiar
atau berkaitan itu dengan tepat, dan untuk menentukan apa yang penting dan tidak penting
untuk diperhatikan. Menurut Hemsley, proses otomatis ini bermasalah pada penderita psikosis,
dimana individu tidak dapat memusatkan perhatian mereka secara tepat. Mereka memperhatikan
segala sesuatu di lingkungan mereka, dan menjadikan mereka kewalahan oleh informasi-
informasi sensorik itu. Dua Masalah utama yang timbul dari serangan sensorik ini
Halusinasi akibat kegagalan menyaring informasi dan semua rangsangan diberi respon yang
sama berat.Lebih parah lagi ,Pikiran individu tidak bisa dibedakan dari rangsangan eksternal, dan
dianggap sebagai suara eksternal.
Delusi terjadi saat mereka mencoba memaksakan untuk mengerti makna pada serangan dari
stimulus luar dan dalam yang membingungkan.

Hughdahl dkk. (2013) mengatakan bahwa masalah pemrosesan lebih lanjutmungkin saja
terjadi. Sekali seseorang mulai mengalami delusi mereka akan mengalami kesulitan melepaskan
diri dari hal tersebut. Sebagai konsekuensinya, individu mungkin mencoba mengurangi
kelebihan persepsi dan kognitif mereka melalui penarikan diri atau membungkam diri

Teori penjelasan pikiran tentang psikosis (Frith dan Corcoran 1996) didasarkan pada
Premis bahwa agar berhasil dalam situasi sosial, kita perlu memahami pikiran dan perasaan
orang-orang dengan siapa kita berinteraksi. Untuk mencapainya, kita butuh untuk memahami
pemikiran dan perasaan kita sendiri terlebih dahulu. Menurut Frith, kekurangan utama penderita
psikosis adalah kegagalan untuk mengembangkan pemahaman ini. Sebagai konsekuensi,
Individu dengan gangguan ini memiliki kesulitan mendasar dalam interaksi sosial dan
pemahaman proses kognitif mereka sendiri. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam
memahami harapan mereka, dan merasa tidak mampu mengendalikan keputusan dan tindakan
mereka sendiri. Mereka mungkin juga percaya pikiran orang lain masuk ke dalam pikiran mereka
atau sebaliknya. Akhirnya, kurangnya pemahaman tentang motif dan tindakan orang lain dapat
menyebabkannya perasaan paranoia Sebagai konsekuensi kebingungan ini, mereka mungkin
menarik diri ke dalam isolasi sosial

Menjelaskan Delusi Persekusi

Delusi merupakan suatu pikiran yang ekstrim ,aneh,tidak mungkin yang jauh berbeda
dari pemikiran biasanya dan tidak sesuai dengan kenyataan . Dalam sebuah model yang
menguraikan proses ini, Freeman dkk. (2002) mengemukakan bahwa delusi persekusi adalah
hasil dari beberapa proses:
(1) kejadian lingkungan,
(2) proses psikotik,
(3) keyakinan yang sudah ada sebelumnya, dan
(4) kepribadian dan emosi.

Menurut model ini, awal delusi dipicu oleh 'presipiterator' (stres, penyalahgunaan obat-
obatan, dll.). yang mengakibatkan meningkat gairah dan kesulitan tidur . kombinasi ini pada
individu yang rentan memicu pengalaman anomali seperti mendengar suara-suara, anomali
perseptual, dan melakukan tindakan yang tidak disadari. Sebagai tanggapan, individu mencari
makna: mengapa hal itu terjadi, mengapa begitu? Jika individu memiliki pandangan negatif
sebelumnya tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia, mereka cenderung
mengembangkan delusi persekusi yang kuat. Hal ini dapat diperparah Jika individu biasanya
cemas dan tidak siap mengantisipasi ancaman. Risikonya pengambilan kesimpulan yang tidak
tepat semacam itu juga tinggi sebagai akibat dari kecenderungan untuk mengambil kesimpulan
terlalu cepat.

Pendekatan alternatif untuk memahami keyakinan persekusi, berdasarkan pada model


yang lebih humanistik dikembangkan oleh Bentall (misalnya Bentall et al 2001). Dia
mengatakan bahwa banyak orang dengan skizofrenia memiliki citra diri yang buruk dan
memiliki perbedaan signifikan terhadap ideal-self mereka dengan bagaimana mereka
mengambarkan diri mereka yang sebenarnya saat ini. Hal ini mungkin juga karena bias atribusi
(hal baik yang terjadi pada saya merupakan sesuatu yang tidak disengaja dan tidak
layak,sementara hal buruk adalah kesalahan saya sendiri) dan bisa berakibat rendahnya mood
atau depresi. delusi persekusi mungkin saja bertindak sebagai pertahanan psikologis melawan
proses ini. Dengan menghubungkan keyakinan negatif mereka sendiri kepada orang lain
('Mereka mungkin tidak berpikir baik tentang saya, tapi saya pikir saya baik-baik saja'), Individu
mungkin bisa mengurangi perasaan ketidakmampuan mereka.

Rumusan kasus

John adalah seorang pria berusia 23 tahun yang tinggal bersama tiga orang lainnya di
sebuah apartemen sewaan di pinggiran kota dari Birmingham dia mengalami masa kecil yang
buruk karena orang tua yang melakukan kekerasan satu sama lain dan mengabaikan anak
mereka. Dia telah dipindahkan dari rumah, dan jauh dari saudara kandungnya, ke rumah asuh
sebagai konsekuensinya masalah-masalah ini. Dia cukup senang di rumah asuh dan sekolah, dan
mendapatkan nilai tinggi. Namun, setelah meninggalkan rumah untuk kuliah, ia memulai
menggunakan narkoba dan alkohol, dan telah putus kuliah di tahun pertamanya. Sejak itu, dia
memiliki sejumlah pekerjaan santai jangka pendek, dan tidak satupun yang jangka panjang. Dia
terus menjadi pecandu narkoba, termasuk ganja, amfetamin, dan kokain selama bertahun-tahun.
Untuk mempertahankan penggunaan narkoba, dia terlibat dalam kejahatan kecil dan kadang-
kadang berkaitan dengan narkoba.

Anda mungkin juga menyukai