Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

DASAR-DASAR TEORITIS PSIKOLOGI PROYEKTIF

Pengertian Proyeksi
Freud merupakan ahli pertama yang mengembangkan konsep proyeksi. Ia lebih
memfokuskan proyeksi pada bidang klinis, karena ia menemukan banyak gejala perilaku
proyeksi dari kasus-kasus klinis yaitu psikosa dan neurosa. Pada awal tahun 1894, Freud
mengemukakan istilah proyeksi untuk pertama kali dalam sebuah tulisanny yang berjudul
“The Anxiety Neurosis”. Dalam tulisannya tersebut, ia mengatakan bahwa “jiwa manusia
memiliki potensi untuk mengembangkan kecemasan yang neurosis di saat dirinya merasa
tidak mampu mengatasi rangsang-rangsang atau gairah-gairah seksual. Hal itu diartikan
bahwa jika bertindak seolah-olah telah memproyeksikan gairah-gairah ini ke dalam dunia
luar.
Kemudian pada tahun 1896 menyampaikan elaborasi secara eksplisit dalam
tulisannya yang berjudul “On The Defense Neuropsychosis”. Freud mengatakan bahwa
proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar dorongan-dorongan, perasaan-perasaan,
dan sentimen-sentimen yang ada pada diri individu ke orang lain atau dunia luar sebagai
proses yang sifatnya defensif dan individu tidak menyadari fenomena yang terjadi pada
dirinya ini.
Freud memberikan contoh elaborasi tersebut melalui kasus Schreber, yaitu seorang
penderita paranoid yang memiliki kecenderungan homoseksual. Karena terdapat tekanan
dari super ego yang tidak memperbolehkan pria mencintai pria, maka terjadi reaksi formasi
dalam bentuk mentransferkan suatu sikap “I love him”, menjadi “I hate him” (proyeksi
benci yang sebenarnya cinta). Kemudian “I hate him”, menjadi “He hates me”.

Dasar-dasar terjadinya proyeksi


Terdapat 3 hal yang mendasari terjadinya proyeksi yaitu:
1. Dasar mekanisme penolakan
Individu ingin meringankan beban psikis yang ada dalam dirinya kemudian
dimanifestasikan dalam perbuatannya dan perbuatan tersebut menolak keinginan-
keinginan yang ada dalam diri individu.
2. Usaha pendekatan
Yaitu usaha yang dilakukan individu untuk mengembalikan hubungan yang
sebenarnya sudah putus lalu berusaha mendekati kembali supaya hubungan terjadi
lagi.
3. Hubungan antara subyek dan obyek yang merupakan satu kesatuan
Hubungan ini bukan berdasarkan komunikasi, melainkan afeksi. Apa yang
dirasakan atau dialami obyek dirasakan pula oleh subyek.

Beberapa pandangan tentang proyeksi


Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli, berikut merupakan beberapa pandangan
mengenai proyeksi.
1. Proyeksi adalah setiap pengamatan yang normal yang berujud pemindahan,
penghayatan dari seseorang ke dunia luar yang kemudian mempengaruhi proses
pengamatan indvidu terhadap proses yang diamati.
2. Proyeksi merupakan gejala-gejala yang mengarah ke halusinasi. Dalam proyeksi
dapat terjadi sesuatu yang ada pada individu dipindahkan ke luar tapi dalam realita
apa yang diamati itu tidak ada.
3. Proyeksi juga mengarah pada ilusi yaitu dunia pengamatan individu dilibatkan dan
diorganisir berdasar prinsip-prinsip afek. Jadi pengamatan pada dunia luar
dipengaruhi harapan-harapannya menurut caranya sendiri.

Perkembangan psikologi proyektif


Pada awal kemunculannya, psikologi proyektif menentang aliran-aliran yanng telah
berkembang sebelumnya.
1. Aliran strukturalisme yang memandang individu sebagai kumpulan bagian-bagian
2. Aliran asosiasi yang memandang individu sebagai kumpulan tanggapan-tanggapan
3. Aliran behaviorisme yang memandang individu sebagai kumpulan tingkah laku
4. Aliran reflexiologi yang memandang individu sebagai kumpulan reaksi-reaksi
bersyarat
Psikologi proyektif sendiri dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh konsep-
konsep psikologi gestalt dan psikologi belajar, dan konsep-konsep psikoanalisa. Dan
pada masa perkembangannya, muncul dua cara pandang yang berbeda dalam
memahami kepribadian individu. Yaitu cara pandang behavioristis, yang banyak
dipengaruhi oleh aliran-aliran non psikoanalisa dan yang paling dominan adalah aliran
gestalt. Dan cara pandang fungsional, yang bertentangan dengan behavioristis dan lebih
banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisa.
BAB 2
APERSEPSI DAN DISTORSI APERSEPTIF

A. Pengertian Apersepsi
Apersepsi muncul karena Bellak yang tidak setuju dengan isitilah proyeksi
yang dikaitkan dengan masalah pengamatan. Menurutnya istilah proyeksi pada
proses pengamatan tidak sesuai jika ditinjau dari sejarah istilah proyeksi itu sendiri,
pengertian yang ada didalamnya, terlebih ditambah dengan aplikasi klinis saat ini.
Istilah persepsi pun menurut Bellak kurang melibatkan kepribadian secara
keseluruhan. Oleh karena itu ia mengajukan istilah apersepsi yang diartikan sebagai
proses dimana pengalam-pengalaman baru dilebur dan diubah oleh endapan
pengalaman masa lalu individu pada bentuk baru secara keseluruhan.

B. Pengertian Distori Aperseptif


Distorsi aperseptif adalah apersepsi yang subyektif, yaitu interpretasi
terhadap hasil persepsi yang sudah banyak dicampuri oleh hal-hal subyektif, kurang
rasional, dan kurang sesuai dengan kriteria umum.

C. Bentuk-bentuk Distorsi Aperseptif


1. Projection
Proyeksi merupakan distorsi aperseptif yang paling tinggi tingkat
penyimpangannya. Proyeksi sesungguhnya tidak hanya berhubungan dengan
proses pelampiasan keluar perasaan-perasaan, sentimen-sentimen, dorongan-
dorongan, yang berasal dari ketidaksadaran yang bersifat mekanisme pertahanan
diri, namun juga berhubungan dengan ego yang tidak dapat menerima apabila
perasaan-perasaan tersebut sampai muncul dalam kesadaran. Proyeksi di dalam
kasus ini sesungguhnya merupakan suatu proses yang kompleks, yang meliputi
4 langkah berikut ini:
a. Saya mencintai dia – suatu dorongan id yang tidak dapat diterima
b. Terjadi pembentukan reaksi – “Saya membenci dia”
c. Agresi tersebut tidak dapat diterima dan kemudian ditekan
d. Akhirnya diubah menjadi “Dia membenci saya”
Bellak menyebut proses tersebut dengan inverted projection. Langkah
pertama melibatkan bentuk mekanisme pertahanan diri lainnya, yaitu reaksi
formasi dan kemudia karena adanya distorsi aperseptif maka menghasilkan
pelampiasan sentimen yang subjektif ke dunia luar sebagai suatu bentuk simple
projection.
2. Simple Projection
Simple projection merupakan perbuatan yang dibayang-bayangi perasaan
bersalah, kecemasan, kekhawatiran akibat pengalaman-pengalaman negatif di
masa lalu.
3. Sensitization
Bicara mengenai sensitization, berarti bicara mengenai persepsi yang lebih
sensitif akan suatu stimuli. Didalam sensitization apabila suatu objek memiliki
pola-pola psikologis yang hampir sama dengan pola-pola yang dibentuk
sebelumnya, maka akan lebih mudah diterima daripada objek yang belum
pernah terbentuk sebelumnya.
4. Externalization
Interverted projection, simple projection, dan sensitization adalah proses
yang tidak disadari subjek. Sedangkan externalization adalah proses distorsi
aperseptif yang paling ringan dan berasal dari pra sadarnya.

D. Fenomena yang Dapat Digolongkan sebagai Distorsi Aperseptif


1. Hipnosa
Hipnosa adalah proses dimana apersepsi subjek diubah secara bertahap
sehingga terjadi penyimpangan yang diharapkan. Proses hipnosa dimulai dengan
terjadinya penurunan fungsi-fungsi kesadaran atau apersepsi subjek secara
bertahap dan akhirnya fungsi-fungsi ini menjadi terbatas pada suara hipnotis.
Proses ini serupa dengan seseorang akan tertidur. Dalam kondisi kesadaran yang
menurun apersepsi subjek mudah diubah dan timbul distorsi aperseptif.
2. Fenomena Psikologis pada Massa
Ketika individu menjadi anggota suatu kelompok, ia akan melihat dunia
melalui kacamata massa atau kelompoknya dengan dipengaruhi faktor dominan
ego dan super ego. Distorsi apersetif terjadi pada saat kontrol ego dan super ego
individu sebagai diri pribadi menjadi lemah.
3. Peristiwa Transference
Bellak mengartikan traansference sebagai hubungan emosional antara pasien
dengan psikoanalisanya. Distorsi aperseptif bisa terjadai di peristiwa
transference ketika klien memandang terapis secara berlebihan sebagai figur
otorita yang dapat membantu klien meringankan semua penderitaannya.
4. Psikosa
Pengalaman-pengalaman masa lalu telah mendesak sedemikian kuatnya
sehingga mempengaruhi terjadinya distrosi aperseptif pada dunia yang sekarang,
yang bercirikan adanya delusi dan halusinasi.
5. Terapi
Dalam psikoanalitik, tahapan-tahapan dalam terapi adalah:
a. Komunikasi
Komunikasi antara klien deengan terapis melalui asosiasi bebas.
Dalam komunikasi terapis berusaha mempelajari perilaku klien dalam
berbagai situasi untuk menemukan elemen-elemen terkecil penyebab
penyimpangan perilaku pasien yang disebut dengan common denominators.
b. Interpretasi
Interpretasi berarti bahwa terapis menunjukkan kepada pasien
common deminators di dalam pola-pola perilaku secara horisontal, vertikal,
dan dalam hubungannya dengan terapis. Pada ketiga cara tersebut, terapis
menemukan fakta bahwa pasien mengalami distorsi-distorsi aperseptif
dalam kehidupannya.
c. Insight
Dalam konteks psikoterapi dinamik insight diartikan sebagai
kemampuan klien untuk melihat hubungan antara simtom dengan distorsi
aperseptif yang tidak disadari sebelumnya yang mendasari simtomnya.
Secara lebih jelas dikatakan bahwa insight sebagai apersepsi pasien terhadap
common denominators dari perilakunya yang telah ditunjukkan oleh terapis.
d. Working Through
Tahap merealisasikan hasil yang diperoleh pada tahap insight. Ada 3
tahap; intelektual, emosional, dan behavioral.

E. Persepsi Kognitif Murni dan Aspek-aspek Lain dalam Hubungan Stimulus-


Respon
Persepsi kognitif murni merupakan proses yang berlawanan dengan distorsi
aperseptif. Persepsi kognitifmurni dapat dikatakan sebagai tingkah laku yang pada
umumnya rasional, sesuai stimulus yang ada, atau disebut sebagai perilaku adaptif.
Definisi tingkah laku adaptif menurut Allport adalah tingkah laku yang konsisten
dengan aspek-aspek objektif dan stimulusnya. Selain itu, Allport juga
mengemukakan konsep expressive behaviour. Allport mengatakan bahwa yang
menentukan penampilan tingkah laku individu bukan stimulusnya, namun karakter
individu.

F. Usaha-usaha Mengintegrasikan Konsep-konsep Distorsi Aperseptif dan


Konsep-konsep Dasar Psikoanalisa
Pembahasan secara sistematis mengenai distorsi aperseptif dengan berbagai
macam eksperimen telah dilakukan dan dapat disimpulkan bahwa dalam psikoanlisa
terdapat teori-teori yang banyak kesamaannnya dengan teori-teori proses belajar.
BAB 3
TEKNIK PROYEKTIF

A. Pengertian
Teknik Proyeksi adalah suatu alat yang memungkinkan untuk
mengungkap motif, nilai, keadaan emosi, need atau kebutuhan yang sukar
diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu memproyeksikan pribadinya
melalui obyek diluar individu.
Jika subjek dihadapkan pada materi/stimulus yang ambigu, kemudian subjek
diminta untukmemberi respon terhadap stimulus tersebut, subjek akan memberi
respon dengan cara memproyeksikan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya
dalam perbuatan yang biasanya melalui koreksi atau kerjasama dengan tuntutan
yang bersifat eksternal. Menurut Murray reaksi tersebut merupakan kerjasama
antara need dan press yang disebut thema.
a. Tes proyeksi dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Verbal : materi, komunikasi antara testee dengan tester,
respon subjek berwujud verbal (lisan dan tertulis)
2) Non verbal : wujud bukan dalam bentuk bahasa. Bahasa hanya
berperan untuk kominkasi antara testee dengan tester.
b. Kelebihan tes proyektif:
Banyak bidang yang dapat digunakan sebagai materi tes proyektif antara lain
pohon, oraang, tulisan, rumah.
c. Prinsip dasar tes proyektif:
1) Stimulusnya bersifat tidak berstruktrur yang memungkinkan
subjek mempunyai alternatif pilihan yang banyak
2) Stimulusnya bersifat ambigu yang memungkinkan subyek merespon
stimulus/materi tes dengan interpretasinya masing-masing
3) Stimulusnya bersifat kurang mempunyai obyektifitas relatif. Sifat
ini memudahkan mendapatkan individual differences karena masing-
masing subyek memiliki kesimpulan yang berbeda
4) Global approach yang artinya menuntut kesimpulan yang luas
d. Ciri tertentu tes proyektif yang hanyadimiliki beberapa tes tertentu seperti
TAT:
1) Polivalensi : mempunyai banyak kemungkinan
Kartu TAT terdiri dari berbagai kemungkinan yaitu:
1. Figur jelas – latar belakang kabur
2. Latar belakang kabur – figur jelas
3. Figur jelas – latar belakang jelas
4. Figur kabur latar belakang kabur
2) Polisemi : salah satu jelas, salah satu kabur
Maksudnya bisa figurnya yang jelas namun latar belakangnya kabur,
atau sebaliknya. Dalam merespon, subjekharus
mengidentifikasi/membuat kepastian pada stimulus yang dibuat
kabur.
3) Monosemi : baik figur maupun latar belakang keduanya
relatif jelas. Hal ini memungkinkan untuk didapatkannya respon
yang relatif sama dari para subjek.
4) Asemi : baik figur maupun latar belakang keduanya
kabur.
Stimulus atau materi demikian diyakini lebih mampu mengungkap
ketidaksadaran.

B. Klasifikasi Tes Proyeksi


1) Menurut Frank
a. Teknik Konstitutif (menyusun)
Subjek diberi materi yang belum berstruktur,kemudian dimintauntuk
memberi struktur.
Contoh : Wartegg, Rorschah, Finger printing
b. Teknik Konstruktif (membentuk)
Subjek diberikan materi yang belum berbentuk, kemudian diminta untuk
membentuk. Bedanya dengan teknik konstitutif adalah teknik ini
materinya lebih mentah dan lebih “free expression” atau bebas
mengekspresikan bagi subjek.
Contoh : Mozaic Test, sub tes dengan Block Design dan merakit
obyek (dalam WAIS)
c. Teknik Interpretatif
Subjek diberikan materi kemudian diminta untuk menginterpretasi
Contoh : TAT, CAT, Word Association Test (Misal SSCT)
d. Teknik Katartik
Tujuan atau fungsi dari teknik ini adalah pada saat subjek merespon akan
terjadi pengurangan hambatan-hambatan psikis.
Contoh : Play technique (dengan bermain, psikodrama), Lowenfeld
Mozaic.
e. Teknik refraktif / ekspresif (Tambahan dari SYMOND)
Subjek diberikan materi atau stimulus kemudian subjek diminta
mengekspresikan need atau kebutuhan, sentimen, dll yang ada pada
dirinya.
Contoh : Tes grafis, grafologi, Tes Bender Gestalt, Myokenetic
Diagnosis.
2) Menurut Lindzey
a. Teknik Asosiasi
Subjek diberi materi kemudian subjek diminta untuk merespon dengan
cara mengeluarkan atau menyampaikan apa yang pertama kali muncul
dalam pikirannya atas stimulus tersebut.
Contoh : Tes Rorschah, SSCT
b. Teknik Konstruksi
Subjek diminta untuk menyusun materi yang belum berbentuk menjadi
suatu cerita atau gambar, fokusnya pada hasil subjek.
Contoh : TAT, CAT, sub tes mengatur gambar (dalam WAIS)
c. Teknik Mengatur
Subjek diberi materi atau soal yang ada alternatif jawaban, kemudian
diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya atau
membuat urutan atas dasar pilihan jawaban yang ada
Contoh : Study of Value, Survey Interpersonal Value, tes-tes untuk
mengukur tingkat kebutuhan berprestasi, tes-tes untuk mengukur
kreatifitas.
d. Teknik Ekspresif
Hampir mirip dengan tes konstruksi,hanya saja materi yang harus
dibentuk sifatnya lebih mentah. Fokusnya adalah pada cara subjek
menyelesaikan materi.
Contoh : Finger printing test, project therapy, achievment motivation
training (AMT)

C. Sejarah Timbulnya Tes Proyektif Verbal


Berawal dari teknik Free Association dari Freud dan kemudian dikembangkan oleh:
1) Galton (1892)
 Berbentuk Word Technique
 Awalnya digunkan untuk mengetahui eksplorasi dan proses berpikir
seseorang menggunakan 75 kata yang masing-masing ditulis dalam 1
kartu.
 Penyajian : subjek disodorkan masing-masing kartu
danmenjawab apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya.
Jawaban boleh lebih dari 1.
 Hal yang pelru diperhatikan : ekspresi subjek dan bagaimana cara
menjawabnya
 Tujuan :
1. mengungkap ketidak sadaran (konflik, ketegangan, frustrasi)
2. mengukur aktivitas sosial dan minat individu
2) Wundt
 Tetap menggunakan 75 kata hanya saja dibatasi dengan 1 jawaban
 Tujuan : untuk lebih sempurna dalam mengungkap ketidaksadaran
subjek
 Hal yang perlu diperhatikan : ekspresi subjek saat menjawab dan
waktu reaksi (mengamati waktu reaksi berguna bagi tester untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hambatan-hambatan
dari subjek)
3) Rappaport
 Menggunakan 60 kata yang didasarkan pada teori psikoanalisa
 Tujuan : untuk mengungkapkonflik psikoseksual, kelemahan-
kelemahan dalam proses berpikir yang dihubungkan dengan konflik
internal.
 Hal yang perlu diperhatikann : waktu reaksi dan kontennya (apakah
populer atau original)
4) Kent & Risanoff
 Menggunakan 100 kata yang sifatnya umum dan netral dan
didasaekan pada teori psikoanalisa
 Tujuan : mengungkap gangguan emosi.
 Jawaban subjek dicocokan dengan standar yang ada. Bila diluar
standar subjek diperkirakan memiliki hambatan emosi
5) J. M. Sacks Sidzney Levy
 Menciptakan SCCT (Sack Sentence Completion Test)
 Tes tersebut terdiri dari 60 aitem (kalimat) yang belum selesai dan
subjek diminta untuk melengkapii atau menyelesaikan dengan
mengemukakan apa yang pertamakali muncul dalam pikiran
 SCCT secara umum mengungkap 4 hal yaitu:
1. Sikap individu terhadap keluarga
2. Sikap individu terhadap seks
3. Sikap individu terhadap hubungan interpersonal
4. Sikap individu terhadap konsep diri
D. Evaluasi Teknik Proyektif
Teknik proyektif tidak memiliki norma dan patokan yang sejelas teknik non-
proyektif. Hal ini disebabkan karena interpretasi teknik proyektif lebih menekankan
pada faktor-faktor internal subjek dibandingkan dengan performans eksternal yang
dirunjukkan. Oleh karena itu, instrumen yang didasarkan pada teknik proyektif
seringkali tidak memiliki indeks validitas maupun reliabilitas secara kuantitatif.
Kelebihan dan kekurangan teknik proyektif menurut Anastasi:
I. Rapport dan keleluasaan penggunaan
 Sebagian besar teknik proyektif dapat berfungsi sebagai ice
breaker selama terjalinnya hubungan antara tester dengan
testee.
 Tugasnya menarik dan tidak membosankan, bahkan
seringkali bersifat menghibur
 Teknik proyektif non verbal dapat digunakan untuk anak-
anak, orang yang buta huruf, dan orang dengan gangguan
bicara.
II. Faking
 Teknik proyektif dapat terhindar dari kecenderungan
terjadinya faking dibandingkan dengan self report. Tujuan
dari teknik proyektif seringkali kabur dan sulit ditebak.
 Namun penelitian yang dilakukan oleh Davids dan Pildner
menunjukkan bahwa subjek yang mengerjakan tes untuk
tujuan melamar pekerjaan menunjukkan hasil yang lebih
akurat dibandingkan dengan subjek yang mengerjakan tes
untuk penelitian.
III. Variabel Tester dan Situasi
 Sebagian besar tes proyektif lemah dalam standarisasi baik
administrasi maupun skoring
 Oleh karena itu, untuk hasil yang akurat faktor tester dan
situasi tes menjadi sangat penting. Kadang, sikap dan
perilaku tester dikesankan oleh testee sebagai menggurui,
mendikte. Hal tersebut akan mempengaruhu produktiitas
respon, defens, imajinasi dari klien,
 Tidak adanya pedoman skoring yang baku menyebabkan
subyektivitas tester memengaruhi hasil (interpretasi teknik
proyektif dapat terjebak dalam orientasi teoritik, hipotesis
yang menyenangkan, dan kepribadian idiosinkrasi dari tester
ketimbang dinamika kepribadian testee)
IV. Norma
 Kelemahan dalam teknik proyektif adalah data normatif.
 Sejumlah data mungkin sangat kurang atau meragukan. Hal
ini berpengaruh pada obyektivitas interpretasi.
 Kebanyakan paraklinisi akan menggunakan pengalaman
klinisnya dalam interpretasi, sehingga hasilnya menjadi bias
(dipenuhi prasangka)
V. Reliabilitas
 Teknik proyektif dianggap mempunyai skoring yang relatif
kurang terstandar, reliabilitas skorer atau penilai menjadi
sangat penting
 Reliabilitas skorer tiak sekedar memberikan skoring yang
obyektif, namun juga merupakan tahap memberikan penilaian
pada testee, untuk kemudian dilihat konsistensi hasil
skoringnya. Semakin konsisten hasilnya, menunjukkan
reliabilitas yang tinggi, begitupun sebaliknya.
VI. Validitas
 Studi validitas teknik proyektif yang banyak dilakukan adalah
concurrent criterion-relation validity, dengan cara
membandingkan performansi dari kelompok-kelompok
kontras seperi kelompok okupasional dengan kelompok
diagnostik, dengan menggunakan alat ukur lain yang
mengungkap hal yang sama.
BAB 4
PENGENALAN TES PROYEKTIF

Tes Proyektif Verbal :


EPPS
SSCT
MMPI
Kuder
Study of Value
Tes Proyektif Non-Verbal :
TAT
CAT
CATH
CATS
FAT
SAT
GPPT
Tes Szondy
Tes Proyektif Non-Verbal (goresan tangan)
Tes Grafis (grafologi, Baum, DAM, HTP)
Tes Wartegg
Goodenough – Harris Drawing Test
VMI
Bender Gestalt
Tes Proyektif Non-Verbal (bercak tinta)
Tes Rorschach
HIT
1. Edward Personality Preference Schedule (EPPS)
Power Test = tidak dibatasi waktu, penekanan pada penyelesaian tugas, yang
artinya dalam pengerjaannya semua aitem harus dijawab. Apabila ada satu aitem
terlewat, maka hasil tes tidak dapat diinterpretasikan secara akurat.
Bentuk tes EPPS berupa pasagan pernyataan berjumlah 225, dengan 15 pasang
pernyataan yg sama dgn tujuan untuk mengetahui kesungguhan/ keajegan testee.
Standar keajegan EPPS 14, di Indonesia 9 sudah dpt dikatakan ajeg. Tugas testee
memilih salah satu dari pernyataan yg sesuai dgn dirinya.
Latar belakang EPPS adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk
orang-orang yang normal. EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada
seseorang :
1) Need for achievement (berprestasi dan menghadapi tantangan)
2) Need for defference (mengambil posisi mengalah dan merasa kurang mampu)
3) Need for order (melakukan segala sesuatu dengan teratur)
4) Need for exhibition (menonjolkan diri, dipuji, pamer)
5) Need for autonomy (tidak tergantung pd orang lain)
6) Need for affiliation (bergabung dgn orang lain)
7) Need for intraception (menyesuaikan diri dgn pandangan & perasaan orang lain)
8) Need for succorence (mendapat perhatian lebih dari orang lain)
9) Need for dominance (lebih/menang atas orang lain)
10) Need for abasement (merasa kurang mampu/ merasa bersalah)
11) Need for nurturance (menolong orang lain)
12) Need for change (merasakan sesuatu yg baru)
13) Need for endurance (melakukan segala sesuatu sampai tuntas)
14) Need for heterosexuality (berhubungan dgn lawan jenis)
15) Need for aggression (menentang/ menyerang orang lain)
2. Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
Bentuknya berupa kalimat-kalimat yg belum lengkap sejumlah 60. Tugas testee
melengkapi kalimat yg belum lengkap secara spontan dengan apa yg pertama kali
muncul dalam pikirannya. Tujuan SSCT untuk mengungkap kegagalan2 penyesuaian
diri, arahnya adalah untuk bimbingan dan penyuluhan, serta terapi. SSCT mengungkap
4 aspek :
1) Sikap subjek terhadap keluarga (12 aitem)
2) Sikap subjek terhadap seks (8 aitem)
3) Sikap subjek terhadap hubungan interpersonal (16 aitem)
4) Sikap subjek terhadap konsep diri (24 aitem)
Administrasi SSCT :
 Dapat dilakukan secara individual maupun klasikal
 Dilakukan ditempat yg tenang
 Tester mengamati testee mengerjakan tes
 Testee diminta untuk melingkari aitem yg sulit dijawab
 Jawaban yg ditulis testee hanya boleh satu kata
 Testee sebatas mengartikan pernyataan yg sulit
 Tester menanyai testee terkait jawaban yang kurang jelas
 Batas waktu pengerjaan 20-40 menit
Skoring SSCT :
Nilai 2 apabila jawaban testee menunjukkan gangguan berat dan testee tidak mampu
mengatasi shg perlu bantuan
Nilai 1 apabila testee menunjukkan gangguan ringan dan dapat diatasi oleh testee
Nilai 0 apabila jawaban testee tidak mengindikasikan apapun (normal/wajar)
Nilai X apabila ada jawaban yg tidak dapat dinilai karena tidak jelas.
3. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Bentuk tes MMPI berupa pernyataan yg harus direspon testee sesuai dgn keadaan
yg ada pada dirinya. Ada 566 aitem, tiap aitem hanya ada 1 pernyataan. Tugas testee
memberikan pendapat apakah setiap aitem benar/ mendekati kebenaran, salah/
mendekati kesalahan, atau tidak dapat digolongkan benar/ salah.

4. Kuder
Kuder merupakan tes minat (memilih). Kegunaannya untuk mengetahui minat/
kesenangan dlm berbagai pekerjaan. Biasanya digunakan untuk seleksi karyawan.
Tes kuder berjumlah 168 aitem. Tugas testee memilih 1 option yang disenangi
dan 1 option yang tidak disenangi. Skoringnya menggunakan 10 kunci untuk
mengungkap minat subjek.
5. Study of Value
Dikemukakan Allport, Vernon, dan Lindzey
Kegunaannya untuk mengetahui nilai apa yang dominan pada diri seseorang,
didasarkan atas pengelompokan kepribadian Spanger : nilai ekonomis, nilai teoritis,
nilai estetis, nilai sosial, nilai politik, nilai agama.
Aitem tes dikelompokkan menjadi 2 bagian, keduanya mengungkap hal yang
sama. Bagian 1 terdiri 30 aitem yg setiap aitemnya ada 2 option. Bagian 2 terdiri dari
15 aitem yg setiap aitemnya ada 4 option. Tugas testee adalah mengurutkan option
berdasarkan angka yang paling disenangi.
6. Group Personality Projective Test (GPPT)
15 need yg diungkap oleh GPPT scr garis besar dikelompokkan menjadi :
personal needs, social needs, dan emotional needs. Kegunaan GPPT :
 Membedakan individu apakah tergolong maladjusted atau welladjusted
 Digunakan untuk membedakan orang-orang yg memiliki kecenderungan nakal
(delinkulen) atau tidak
 Mampu mengindentifikasi taraf kepemimpinan yg rendah
Bentuk tes GPPT : beberapa figur tentang aktivitas berjumlah 90. Ada 5
pernyataan disamping masing2 figur.
Administrasi : testee diminta memilih 1 dari 5 pernyataan yg tersedia, manakah
yg paling sesuai bagi dirinya. Waktu 40 menit apabila blm selesai tetap diakhiri.
Skoring, memakai 7 kunci. Masing-masing memiliki kegunaan sendiri.
Kunci 1 happines,
2 dejection,
3 nurturance,
4 withdrawl
5 neuroticism
6 affiliation
7 succorance
Interpretasi :
< P40 : emosi blm matang
P60 : maladjusted
P40 – P60 : welladjusted (normal)
7. Tes Szondy
Kegunaan :
 Mengungkap kepribadian
 Mengetahui struktur kepribadian
 Mengetahui aspek dinamis dari kepribadian
Bentuk tes : berupa foto-foto orang yang mempunyai kelainan jiwa.
Administrasi : dilakukan secara individual, testee diminta memilih figur2 yg telah
disediakan menjadi 2 kelompok (D) disenangi dan (TD) tidak disenangi. Penyajian foto
minimal 6 kali untuk menjaga validitas dan keajegan 10 kali, dengan jarak pengulangan
foto satu hari.
Skoring : berdasarkan foto yang dipilih, dibuat tabulasi untuk mengetahui
frekuensinya.
Interpretasi :
 Memilih foto homoseks : orang yg halus, suka mengalah, pasif, dan lemah.
 Memilih foto sadistis : orang agresif dan suka manipulasi
 Memilih foto epilepsi : perasa namun agresif
 Memilih foto hysteria : orang yg perasa (peka)
 Memilih foto katatonik : suka menentang diri sendiri & asocial
 Memilih foto paranoid : ekspansif tapi bersifat sosial
 Memilih foto depresif : pelit dan hati-hati (anal)
 Memilih foto maniac : senang berbicara & suka makan (oral)
8. Goodenough – Harris Drawing Test
Kegunaan : untuk mengukur kematangan intelektual. Bentuk tes berupa memfigur
tiga figur manusia yaitu laki-laki, wanita, dan diri sendiri.
Administrasi : subjek diminta memfigur 3 figur manusia yaitu laki-laki, wanita,
dan diri sendiri dgn sebaik-baiknya. Waktu penyajian tdk dibatasi, antara penyajian
ketiga figure boleh diselingi istirahat. Setelah subjek mengerjakan ketiga figure,
tanyakan lebih lanjut figure yg dibuat subjek.
Skoring : figure laki-laki ada 73 aspek, angka yg diberikan 0-1. Figure wanita ada
71 aspek, angka yg diberikan 0-1. Figur diri sendiri tergantung jenis kelaminnya.
Interpretasi : P.90 = tinggi, < P.50 = rendah
9. Visual Motoric Integration (VMI)
Kegunaan : memperkirakan keberhasilan seseorang dlm belajar & untuk
memahami hambatan-hambatan dlm belajar. Aspek yg dinilai : tingkat kematangan
visual motoric anak yg berupa persepsi dan koordinasi motoric. Tes ini bersifat bebas
budaya.
Bentuk tes : berupa 24 figur pola geometric yg disajikan dlm 8 kertas, masing2
berisi 3 pola. Dimulai dr gambar yg sederhana hingga semakin kompleks,
Administrasi : dpt dilakukan individu/ kelompok. Waktu pengerjaan tidak
dibatasi, menggunakan pensil, tidak boleh disediakan penghapus. Tidak boleh ada
pengulangan dlm pengerjaan. Bila gagal tiga kali beruturut-turut tes dihentikan.
Skoring : tujuannya untuk mendapatkan skor age equivalent yaitu tingkat
kematangan motoric. Skor mentah dapat dimasukkan table sesuai CA-nya kemudian
dilihat age norm yaitu kemampuan motoric pada usia tertentu.
Interpretasi : equivalent > norm berarti kematangan visual motoriknya tergolong
baik, age equivalent < norm berarti tingkat kematangan visual motoric dikatakan
terhambat atau lebih rendah.
10. Tes Bender Gestalt
Kegunaan : mengukur intelegensi, tes kesiapan sekolah (kematangan visual
motoric), mendeteksi kesulitan dlm belajar aritmatika, mengungkap gangguan emosi
dan kerusakan fungsi otak.
Bentuk tes : terdiri dari 9 kartu figure geometris (dibuku hal 44-45)
Administrasi tes : individu/ kelompok. Materi dpt diberikan lwt proyektor. Tugas
testee menyalin figure geometris kedlm selembar kertas. Peletakan figure yg dibuat
diserahkan kpd testee. Testee boleh mencoba bbrp kali menyalin figure geometris
namun diingatkan untuk menulis nomornya.
Skoring : dilihat dari mutu garisnya, ukuran figure yg dibuat, usaha testee saat
pelaksanaan tugas (dgn observasi), penambahan/ pengurangan yg dilakukan testee dr
stimulus yg ada, pengaturan figure.
Interpretasi : ada 7 hal yg merupakan tanda kerusakan syaraf/otak.
 Bila penyederhanaan figur2 pd anak yg mempunyai mental age di bawah umurnya.
 Bilaada tabrakan antar figure.
 Bila ada figure yg melebihi kertas yg disediakan/ ada bbrp figure yg difigur besar
(tidak semuanya)
 Ada pemutaran figure lebih dari 90 derajat
 Ada figur2 yg tidak lengkap
 Mutu garis yg tidak baik
 Pengubahan bentuk titik menjadi koma, atau menjadi bentuk2 lain.
11. Tes Rorschach
Mengungkap kepribadian secara utuh meliputi aspek intelektual (kapasitas &
efisiensinya), emosi, dan fungsi ego.
Bentuk tes : 10 kartu dgn masing2 kartu berisi bercak tinta yg simetris. Terdiri dr
kartu kromatis (berwarna) dan akromatis.
Administrasi : tahap performance proper = kartu disajikan kpd testee scr
berurutan. Tahap inqury = menanyakan lebih lanjut atas jawaban testee. Setiap kartu
boleh direspon lebih dari satu.
Skoring :
 Lokasi : bagian bercak yg dijadikan landasan jawaban
 Determinan : bentuk, gerakan, warna, dan shading
 Isi : apakah jawaban testee digolongkan jawaban obyek, kesenian, hewan, dsb
 Popular – original : respon umum atau spesifik
 Form level rating (flr) : nilai yg menyangkut kualitas jawaban testee
Hasil tes Rorschach dpt diinterpretasikan setelah dilakukan tabulasi dan
dituangkan kedalam psikogram sbg figuran mengenai subjek tsb. Interpretasi dilakukan
scr kualitatif.
12. Holtzman Inkbolt Test (HIT)
Penyempurnaan test Rorschach, tetapi testee hanya boleh memberikan satu
jawaban. Materi HIT berupa kartu2 yg berisi bercak tinta yg simetris & tidak simetris
serta dibagi mjd 2 seri. Setiap seri ada 47 kartu, 45 kartu utama, dan 2 percobaan. Total
kartu yg diberikan & harus direspon oleh testee adalah 94 kartu. Dalam skoring ada 22
aspek yg diungkap, namun penekanannya lebih pada mengungkap aspek kognitif,
afektif, dan konsep diri.
13. Thematic Apperception Test (TAT)
Merupakan tes daya khayal (bentuk tes kecerdasan) terdiri dari 31 kartu yg
dikelompokkan mjd :
 Netral
 Boy (B) subjek laki-laki <14 tahun
 Girl (G) subjek perempuan <14 tahun
 Female (F) perempuan >14tahun
 Male (M) laki-laki >14tahun
Administrasi tes : testee diminta menceritakan kejadian pada figure, penyebab
kejadian dan akhir (penyelesaian) dari figure/ kejadian itu. Semuanya berdasarkan pada
daya khayal testee saat melihat figure. Tahap 1 penyajian disajikan 10 kartu yg memuat
figure yg biasa2 saja & mencerminkan kehidupan sehari-hari. Tahap 2 penyajian
disajikan 10 kartu yg figurnya istimewa/ spesifik yg dapat menimbulkan respon khusus.
Interpretasi : tokoh/siapa yg sering dimunculkan pada setiap figure. Respon2 yg
sesuai dgn stimulus. Karakteristik tokoh. Need dan press nya. Pola pertahanan ego dari
testee. Integritas ego testee. Konflik yg dialami testee.
14. Children Apperception Test (CAT)
Hal yg hendak diungkap dlm CAT adalah : pemuasan kebutuhan oral (makan,
dsb). Situasi persaingan antar saudara. Agresivitas anak. Penerimaan lingkungan orang
dewasa terhadap anak.
15. Children Apperception Test Human Figures (CATH)
Stimulus sama dengan CAT, hanya figur2nya merupakan figure manusia yg jenis
kelaminnya tidak jelas (ambigu). Menurut pembuat CATH apapun bentuk stimulus
untuk pengembangan CAT (binatang/ orang) tidak akan mempengaruhi respon subjek.
Perbedaan stimulus hanya karena perbedaan dasar teori.
16. Children Apperception Test Suplement (CATS)
Fungsinya sebagai pelengkap CAT, digunakan untuk menggali data tambahan.
CATS biasanya digunakan untuk kasus-kasus yg sudah jelas masalahnya.
17. Family Apperception Test (FAT)
Digunakan untuk mengungkap problem-problem perkembangan anak maupun
emosi anak. FAT dapat digunakan untuk anak 3-10 tahun. FAT hanya dapat
mengungkap terbatas pada keluarga. Terdapat 7 kartu dalam FAT (0 sampai 6)
 Kartu 0 mengungkap keadilan orang tua dlm membagi kasih saying
 Kartu 1 mengungkap hubungan ayah-ibu, kedisiplinan anak, hub anak dgn anggota
keluarga lain, dan bagaimana sosialisasi keluarga thdp lingkungan.
 Kartu 2 mengungkap hal2 yg berkaitan dgn pembagian kasih saying dan
persaingan antar saudara
 Kartu 3 mengungkap tentang hukuman, kesepian, dan tipe otoritas orang tua.
 Kartu 4 mengungkap pertikaian orang tua/ keluarga, siapakah yg dominan dlm
pertikaian, status & posisi anak dlm pertikaian.
 Kartu 5 mengungkap kedisiplinan dan tingkat dominasi ayah
 Kartu 6 mengungkap pola hubungan orang tua dlm situasi berbeda dan kedudukan
anak dlm hubungan orang tua tsb.
18. Senior Apperception Test (SAT)
Merupakan pengembangan dari TAT, namun SAT untuk orang2 yg sudah tua
(manula). Hal –hal yg diungkap dalam SAT adalah ;
 Kemarahan2 yg dimiliki/ dipendam pada masa muda sampai tua
 Rasa ketidakberdayaan diri (belas kasihan pada diri sendiri)
 Penyesuaian diri, apakah masih semangat atau tidak
 Ketakutan2 yg berarti, misalnya merasa tak berarti karena menghadapi pensiun
 Ketakutan untuk terluka, misalnya ketakutan diabaikan anaknya
 Pendapatnya tentang kaum muda.
Jumlah kartu SAT ada 16 yaitu :
 Kartu 1 ; keinginan bersosialisasi ataukah mengasingkan diri dari hubungan lain
jenis (ada 2 jenis kartu)
 Kartu 2 ;rasa kesepian, tidak berdaya, tidak berarti
 Kartu 3 ; rasa kekeluargaan yg masih dimiliki dan persepsi thdp generasi
keturunannya
 Kartu 4 ; pola kehidupan di masa tua
 Kartu 5 ; sosialisasi & rasa tidak berdaya
 Kartu 6 ; tipe hubungan keluarga, rasa kesepian, dan seberapa jauh tingkat
sosialisasinya
 Kartu 8 ; ketidakberdayaan & pola kehidupannya
 Kartu 9 : tanggapan thdp orang muda & kesepian
 Kartu 10 ; ketidakberdayaan, ketakutan2 untuk terluka & tidak dibutuhkan
 Kartu 11 ; semangat/ gairah hidup, apakah masih mempunyai semangat mencari
pekerjaan
 Kartu 12 ; pola kedukaan/ latar belakang & seberapa jauh kedukaannya
 Kartu 13 ; ketidakberdayaan & persepsi thdp orang muda
 Kartu 14 ; konflik antara semangat & ketidakberdayaan
 Kartu 15 ; pola hubungan keluarga, seberapa jauh mutu hubungannya & persepsi
thdp generasi muda
 Kartu 16 ; kesepian & angan-angannya

Anda mungkin juga menyukai