Anda di halaman 1dari 8

The Cognitive Phenomenological Theory of Stress and Coping

A. Stres harus dipahami sebagai proses kognitif yang bersifat subyektif.


B. Stres adalah proses kognitif yang terdiri atas :
1. Penilaian Primer (Primary Appraisal) Individu melakukan penilaian terhadap
stressor yang dihadapinya.
2. Penilaian Sekunder (Secondary Appraisal) Individu melakukan asesmen terhadap
sumber daya yang dimilikinya
3. Strategi Penanggulangan Stress (Coping Strategy) Mengatasi ancaman yang
dihadapi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
4. Derajat Stres (Stress Level) Tingkatan stres yang dialami oleh individu sebagai hasil
dari strategi coping yang dilakukan.

1. Penilaian Primer (Primary Appraisal)


 An evaluation of meaning and significance of a situation à individu melakukan
penilaian terhadap situasi yang dihadapinya.
 Depending on the individual and the situation, a problematic social event may be
seen unharmful, while for others it may seen as being very stressful à individu
menyimpulkan apakah situasi tersebut tidak bermakna, bermakna netral (irrelevant),
bermakna positif-menantang (benign-positive) atau mengancam dirinya (stressful).
 Can occur in relation to anything important to you : a friendship, a part of your body,
your property, your finances, or your self-esteem.
 Primary appraisal is there a potential threat?
 if stressful, evaluate further:
 Harm-loss – amount of damage already caused.
 Threat – expectation for future harm.
 Challenge – opportunity to achieve growth, etc
2. Penilaian Sekunder (Secondary Appraisal)
3. Secondary appraisal (cognitive appraisal) is an appraisal of personal resources
and environmental resources to cope with loss, threat, and challenges à Individu
mengevaluasi sumberdaya yang dimilikinya untuk mengatasi atau menyesuaian
diri terhadap situasi berbahaya yang dialaminya.
R An evaluation of one’s coping resources prior to deciding how to deal with a stressful
event à individu menetapkan strategi penanggulangan (coping strategy) yang dianggap efektif
untuk mengatasi situasi yang dirasakan mengancam tersebut.
R If they judge the situation to be within their control
R They make an evaluation of available coping resources:
o physical (health, energy, stamina)
o social (support network)
o psychological (skills, morale, self-esteem)
o material (money, tools, equipment)
o time.
R They consider the options and decide how to deal with the stressor à Do I have resources or skills
to handle event? Do I have the resources to deal effectively with this challenge or stressor?

B. Strategi Penanggulangan Stres (Coping Strategy)

1. Strategi Coping Berfokus Problem (Problem Focused )


R Bertujuan untuk menimbulkan perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial terhadap hal
yang menimbulkan masalah.
R Berorientasi pada pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
R Individu melakukan identifikasi terhadap masalah, mengumpulkan alternatif pemecahan masalah
serta mempertimbangkan alternatif yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan memperhitungkan kemampuan dirinya.

2. Strategi Coping Berfokus Emosi (Emotion Focused)

R Individu tampil seolah-olah tidak ada bahaya yang mengancam yang dapat menimbulkan
masalah.
R Individu mengelabui diri sendiri dan mengalami penyimpangan penilaian terhadap
realitas.

(Lazarus & Folkman,1984; Sumintardja, 1993)

3. Strategi Coping Berfokus Religius (Religious/Spiritual Focused)


R Merupakan pikiran-pikiran, keyakinan dan kegiatan keagamaan dari individu untuk mengatasi
situasi yang mengancam dirinya.
R Berdasarkan pada persepsi individu bahwa Tuhan akan memberikan dukungan dan bimbingan
pada saat mengalami kesulitan.
R Pemecahan masalah dilakukan dengan mendekatkan diri pada Tuhan, individu mengatasi masalah
dengan berdoa, zikir, melakukan ritual agama, meditasi, dll.
R Dalam teori merupakan bagian dari emotion focused.

C. Derajat Stress (Stress Level)

R The level of stress they feel is largely a function of :


o whether resources are adequate to cope with the threat
o How severely those resources will be taxed in the process.

III. ANALISIS KASUS

Analisis terhadap kasus ini ditinjau berdasarkan teori “stress dan strategi coping” dari Lazarus &
Folkman ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Proses Stress Fakta-Fakta Kondisi/Peristiwa/Kejadian

1. Penilaian Primer Kondisi yang ‘irrelevant’ :


(Primary Appraisal) ¥ Berasal dari keluarga ‘broken home’, karena
ternyata ia beberapa kali memiliki kesempatan
untuk meningkatkan keberhasilan usaha
warung/jualannya di Ciamis dan Serang tetapi
akhirnya gagal karena tidak mampu
mempertahankannya.
¥ Ada orang yang tidak suka melihat usaha
dagangnya maju. Anggapan ini sebaiknya tidak
perlu ia kembangkan, karena dalam berbisnis pasti
ada pesaing dan orang yang tidak suka dengan
keberhasilan kita. Sebaiknya ia memusatkan
perhatian pada apa saja kekurangan pada usaha
dagangnya dan bagaimana upaya
meningkatkannya.
Kondisi yang ‘good’ (benign-positive) :
¥ Perasaan sayang dan kerinduan mendalam kepada
anak ketiga yang berusia 3 tahun, membuatnya
terpacu untuk bersungguh-sungguh mencari
pekerjaan.
Kondisi yang ‘stressful’ :
¥ Kondisi tidak bekerja (menganggur), tidak
memiliki penghasilan untuk memenuhi seluruh
kebutuhan keluarganya yang saat ini ditanggung
oleh ibu mertuanya.
¥ Bulan Juli mendatang kontrak tahunan rumah harus
segera dibayar. Listrik, PAM dan SPP anak
sekolah sudah 2 bulan belum dibayar.
¥ Kondisi fisik yang kurang memadai (menderita
sakit hernia) sehingga ia tidak sanggup bekerja
berat (narik angkot, jadi kuli, dll) lagi.
¥ Biaya berobat/operasi untuk penyembuhan penyakit
‘hernia’ terlalu mahal baginya.
¥ Isteri dan ibu mertua yang kurang perhatian
terhadap kondisinya yang sedang sakit.
¥ Hubungan suami-isteri yang sedang tidak harmonis
– sudah 3 bulan pisah ranjang.

2. Penilaian Sekunder ¥ Memiliki ketrampilan dan pengalaman sebagai


(Secondary Appraisal) supir angkot dan supir pribadi, meskipun saat ini
belum dapat dimanfaatkan karena sakit hernia.
¥ Memiliki ibu mertua yang memiliki usaha warung
nasi yang membantu seluruh kebutuhan hidup dan
sekolah keluarganya (anak-anak dan isterinya) dan
masih memberinya kesempatan untuk membantu
menjaganya warungnya.
¥ Memiliki kepandaian dalam mengaji (membaca Al-
Quran).
¥ Memiliki ketrampilan dalam menggambar dan
bermain gitar.
¥ Mudah bergaul dilingkungannya, memiliki banyak
teman dan senang menolong orang lain yang
sedang kesulitan.
¥ Memiliki saudara-saudara yang masih mungkin
memberikan bantuan materil maupun dukungan
moril.
¥ Cukup taat beribadah dan memiliki kepasrahan diri
kepada Allah serta yakin Allah akan
menolongnya.
3. Strategi Penanggulangan Problem Focused :
Stress ¥ Subyek terlebih dahulu hendaknya tetap melakukan
(Coping Strategy) upaya-upaya untuk menyembuhkan atau
mengurangi penyakit ‘hernia’nya, misalnya
dengan mencari informasi tentang bantuan
pengobatan/operasi untuk keluarga miskin
(Gakin), pengobatan tradisional yang dapat
‘dipertanggung jawabkan’, meminta bantuan
keuangan kepada saudara-saudara yang mungkin
membantu untuk pengobatan atau operasi
hernianya, dan lainnya.
¥ Subyek untuk sementara waktu hendaknya lebih
meningkatkan peranan dan kontribusinya dalam
membantu usaha warung nasi ibu mertuanya yang
selama ini mampu menghidupi keluarganya,
misalnya dengan cara lebih teratur/disiplin, tidak
boros (mengurangi merokok), menata warung agar
lebih menarik perhatian pengunjung, dll. Dengan
besarnya peranan subyek maka diharapkan
‘perhatian’ ibu mertua dan isterinya kepadanya
menjadi lebih besar dan hal ini ‘mengobati’
perasaan tidak suka kepada mereka.
¥ Subyek hendaknya tetap berusaha menjajagi
kemungkinan-kemungkinan melakukan sesuatu
yang dapat memberikannya penghasilan namun
tidak menuntut tenaga atau fisik yang berat,
misalnya sambil menjaga warung ia dapat
berjualan benda/barang yang hanya butuh modal
kecil dan resikonya juga kecil namun tetap ada
keuntungannya meskipun juga kecil.
Emotion Focused :
¥ Penghasilan yang diperoleh dari usaha-usaha yang
dilakukan sendiri meskipun jumlahnya kecil akan
dapat menumbuhkan kembali kepercayaan dan
harga dirinya untuk tidak semakin jatuh terpuruk
yang dapat menggiringnya untuk berpikiran lebih
baik mati saja (bunuh diri).
¥ Berkonsultasi dengan orang-orang yang berhasil
setelah sebelumnya mengalami kegagalan-
kegagalan, agar kondisi emosinya tetap terjaga
dari perasaan putus asa dan dapat memunculkan
perasaan optimis serta semangat baru untuk
mencoba lagi.
¥ Subyek hendaknya tetap berusaha menghibur diri
dengan jalan apapun, misalnya tetap mengikuti
kegiatan-kegiatan keagamaan di mushala/mesjid
(merawat mushalla/mesjid, menjadi imam shalat,
guru mengaji, dll), mengunjungi tetangga yang
sakit, membantu mengurus tetangga yang
meninggal, bahkan aktivitas-aktivitas lain yang
memanfaatkan potensi kemahirannya dalam
menggambar dan bermain gitar. Diharapkan hal-
hal tersebut dapat mengurangi tingkat stress yang
dialaminya.
Spiritual Focused :
¥ Apa-apa yang kita harapkan belum tentu kita gapai
atau terwujud. Begitu pula sebaliknya. Apa-apa
yang kita tak kehendaki bisa terjadi. Kita hanya
manusia biasa yang cuma bisa berusaha dan
berdoa untuk mewujudkan sesuatu yang kita
kehendaki, akan tetapi Tuhan juga yang
menentukan.
4. Derajat Stress ¥ Sakit ‘hernia’, yang apabila kambuh badan panas-
(Stress Outcomes) dingin (meriang), badan pegal-pegal dan sakit
kepala.
¥ Tidak bisa lagi bekerja berat (narik angkot dan
sejenisnya).
¥ Pikiran yang kalut (ruwet), batin terguncang,
menjerit dan menangis, serta perasaan putus asa
(ingin mati saja), bila teringat ketidak
mampuannya dalam memenuhi kebutuhan
keluarga hidup keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Wilman. 2006. Bahan Kuliah Stress dan Strategi Coping, Program Pascasarjana
Fakultas Psikologi UI Kekhususan PIO-NR.

Montgomery, Cameron. 1999. Student Teachers’ Stress and Social Problem Solving
Skills. Faculté Saint-Jean University of Alberta.

http://www.garysturt.free-online.co.uk/theostre.htm. 28 Mei 2006. Gary Strurt. Theories of


Stress.

http://web.fu-berlin.de/gesund/publicat/ehps_cd/health/stress.htm. 28 Mei 2006. Ralf


Schwarzer. Stress and Coping Resources: Theory and Review.

http://www.stresstips.com. 28 Mei 2006. Wood and Wood. The World of Psychology: Health
and Stress (Chapter 14).

http://www........................ 28 Mei 2006. Ogden Health Psychology: Stress (Chapter 10, pp


233-250)
Posted in: Kasus Stress,Makalah,Others,Teori Lazarus & Folkman

Anda mungkin juga menyukai