Anda di halaman 1dari 34

REVIEW DAN TELAAH KRITIS ARTIKEL

Judul Artikel: Effect of Dengue Vector Control Interventions on Entomological Parameters in


Developing Countries: A Systematic Review and Meta-Analysis
Penulis : T.E Erlanger, J.Keiser, J.Utzinger
Publikasi : 2008
Penelaah : Kelompok 7 Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent FKM
Universitas Airlangga
Tanggal Telaah: 29 September 2014
I. Deskripsi Artikel
1. Tujuan Utama Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek dari pengendalian vektor demam
berdarah yang berbeda yaitu pengendalian vektor secara biologi, kimia, kultural dan integrasi.
2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa studi pengendalian vektor secara biologi yang dilakukan di
Mexico dan Chiapas penggunaan ikan sebagai alat pengendalian vektor seperti Poecilia spp,
Ictalurus spp, Lepisostus spp., Brycon spp mampu mengeliminasi larva Aedes spp. Sedangkan
pengendalian vektor secara kultural pada umumnya dilakukan dengan penghapusan penggunaan
tempayan dan menutupi tempat penampungan air.
Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan pengendalian vektor secara integrasi, yaitu
mengkombinasikan pengendalian vektor secara kimia, biologi maupun kultural dengan program
edukasi yang berbasis masyarakat. Program ini lebih ditekankan pada penanggulangan sumber daya,
menutupi tempat penampungan air, dan pengolahan air dengan larvasidasi. 2
3. Kesimpulan Penelitian

Pengendalian vektor demam berdarah merupakan cara yang efektif untuk mengurangi jumlah
populasi vektor tersebut, terutama jika dalam melakukan pengendalian ini menggunakan pendekatan
terintegrasi, community-based yang menyesuaikan dengan eco-epidemiological dan sosiokultural
lokal dan ditambah dengan program edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman.
II. Telaah Artikel
A. Fokus Utama Penelitian

Fokus utama penelitian di dadasarkan pada efek intervensi pengendallian vektor demam dengan
parameter entomologis negara berkembang. Jadi peneliti disini lebih memfokuskan pada cara untuk
mengontrol vektor.
B. Elemen yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Suatu Penelitian
1. Gaya penulisan
a. Sistematika penulisan

Sitematika penulisan yang digunakan pada jurnal yang kita analisis sudah cukup bagus. Sudah
mencakup hal-hal yang harus ada pada sistem penulisan jurnal. Diantaranya judul artikel, nama
penulis, unit kerja dan alamat lengkap, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan
pembahasan, kesimpulan dan saran, serta yang terakhir daftar pustaka.
b. Tata bahasa

Tata bahasa yang digunakan pada penulisan jurnal yang berjudul Effect of Dengue Vector Control
Interventions on Entomological Parameters in Developing Countries ini sudah baik, karena pembaca
sudah bisa menangkap isi yang ditulis.
2. Penulis
a. Kualifikasi penulis

Penulis dalam jurnal ini sudah expert di bidangnya, terbukti dengan alamat yang disertakan
dibawahnya (Department of Public 3
Health and Epidemiology and Department of Medical Parasitology and infection biology, Swiss
Tropical Institute, Basel, Switzerland).
3. Judul
a. Kelebihan

Judul yang digunakan berbeda dengan jurnal lain dan jarang di pakai. Jadi, merupakan riset yang
tergolong masih baru.
b. Kekurangan

Judul yang digunakan bahasanya terlalu ilmiah. Jadi, tidak semua orang bisa mengerti.
4. Abstrak
a. Kelebihan

Abstrak yang ditulis jelas, karena sudah menunjukkan data dan range dari hasil penelitian. Selain itu,
abstrak ini mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca.
b. Kekurangan

Dalam abstrak ini belum dijelaskan secara mendalam tentang sebab dari masalah yang ditulis pada
artikel jurnal.
C. Elemen yang Mempengaruhi Kekuatan Suatu Penelitian
1. Masalah dan Tujuan Penelitian

a. Masalah Penelitian
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan topik bahasan, yaitu masalah
pengendalian vektor dengue di berbagai negara berkembang. Masalah dengan sangat jelas, spesifik
dan konkret dijabarkan di bagian introduction.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian telah sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu menilai efek
dari berbagai bentuk intervensi pengendalian vektor dengue di berbagai negara berkembang di dunia,
sehingga dapat direkomendasikan usulan intervensi yang paling efektif berdasarkan hasil meta-
analisis. Selain itu, tujuan 4
penelitian yang dijabarkan setelah pemaparan masalah di bagian introduction juga dirumuskan dalam
bentuk yang konkret, dapat diamati (observable), dan dapat diukur (measurable).
2. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan artikel penelitian ini cukup sistematis, runtut, dan padu. Hampir tidak ada
bagian yang terputus, karena antar bagian dalam artikel saling berhubungan satu sama lain. Penulisan
artikel penelitian ini juga telah memenuhi kriteria logis dan konsisten.
3. Kerangka teori

Artikel yang berisi hasil riset ini telah mengintegrasikan berbagai macam teori untuk membahas hasil
penelitian, sehingga hasil meta-analisis tentang upaya pengendalian vektor di berbagai negara
berkembang yang dibahas dalam riset ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Alur pikir
peneliti juga dengan cukup bagus dipaparkan dan diperkuat dengan beberapa teori dan riset
sebelumnya.
4. Sasaran

Sasaran pada penelitian sudah jelas yaitu ditujukan untuk berbagai negara-negara berkembang dan
dapat secara langsung diketahui oleh pembaca hanya dengan membaca judul pada review artikel
tersebut yaitu “Effect of Dengue Vector Control Interventions on Entomological Parameters in
Developing Countries: A Systematic Review and Meta-Analysis”. Sasaran penelitian juga lebih jelas
dijabarkan pada tujuan penelitian tersebut.
5. Pertimbangan etik

Pertimbangan Etik sudah tertera dengan jelas karena penelitian diawali dengan menjelaskan maksud
penelitian secara lisan maupun tulisan baru kemudian melakukan intervensi dan ketika intervensi
yang digunakan juga berbasis masyarakat, pendekatan terpadu, yang disesuaikan dengan eko-
epidemiologi lokal dan pengaturan sosial budaya dan dikombinasikan dengan program pendidikan
untuk 5
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang praktek terbaik dengan tujuan penelitian dalam
mengurangi populasi vector.
6. Definisi operasional

Dalam artikel, peneliti telah menjelaskan dengan baik mengenai material dan metode mulai dari
mencari strategi dan menyeleksi kriteria dari banyak publikasi tentang pengendalian vektor di dunia.
Selain itu juga telah dijelaskan mengenai cara ekstraksi data dan analisis statistik yang digunakan.
7. Metode
a. Desain penelitian

Peneliti dengan sistematis telah menggolongkan cara intervensi pengendalian vektor di sejumlah
negara berkembang dan endemis dengan menentukan beberapa kriteria yang kemudian dianalisis
secara terpisah sesuai jenisnya agar dapat dinilai.
b. Populasi dan sampel
1) Populasi

Semua penelitian yang diterbitkan untuk menyelidiki efektivitas intervensi kontrol terhadap vektor
demam berdarah termasuk kontrol kimia, kontrol biologi, manajemen lingkungan dan manajemen
vektor terpadu di negara berkembang.
2) Sampel

Dalam judul tertulis bahwa wilayah sasaran penelitian adalah negara berkembang, akan tetapi
peneliti telah memasukkan negara yang diluar kriteria karena negara tersebut adalah negara dengan
endemis demam berdarah. Seharusnya jika negara endemis walaupun bukan kriteria negara
berkembang tetapi masuk dalam sampel penelitian, seharusnya peneliti lebih fokus kepada negara
endemis dimana negara berkembang juga banyak yang termasuk negara dengan endemis demam
berdarah atau penyakit akibat vektor nyamuk sehingga hasil penelitian mampu mewakili populasi
yang juga telah disesuaikan, yaitu negara endemis.
3) Teknik
6
Peneliti hanya menjelaskan kriteria menentukan sampel, tidak ada perhitungan statistika yang jelas
mengenai jumlah populasi dan jumlah sampel yang diambil.
4) Penentuan besar sampel

Peneliti hanya menjelaskan 56 publikasi yang diteliti yang mewakili 61 macam intervensi
pengendalian vektor di 23 negara.
5) Kesesuaian teknik penentuan besar sampel dengan besar sampel yang dipakai

Secara teknik statistik penentuan besar sampel tidak sesuai, akan tetapi peneliti menggunakan kriteria
untuk mengambil sampel sehingga sesuai dengan besar sampel walaupun tidak relevan dengan judul
penelitian.
c. Variabel penelitian

Variabel yang menonjol dalam artikel antara lain variabel independen yaitu masing-masing cara
pengendalian vektor di masing-masing negara kemudian dianalisis apakah mempengaruhi secara
signifikan terhadap pengurangan populasi vektor nyamuk. Populasi vektor nyamuk merupakan
variabel dependen.
d. Instrumen yang digunakan

Penulis mencari secara sistematis media publik, web keilmuan, ilmu langsung, buletin demam
berdarah WHO dan daftar referensi dari artikel diambil pada intervensi pengendalian vektor demam
berdarah di negara-negara berkembang. Penulis mengambil data mengenai efektivitas pengendalian
vektor demam berdarah dan dihitung ukuran efektivitas relatif kemudian dikombinasikan dengan
interval kepercayaan 95 %.
8. Data analisis/hasil
a. Analisis statistik yang digunakan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi semua penelitian yang diterbitkan yang
menyelidiki efektivitas vektor dengue yang berbeda intervensi kontrol, termasuk kontrol 7
kimia, biologi kontrol, pengelolaan lingkungan di negara-negara berkembang. Pengelolaan
lingkungan terdiri dari tiga pendekatan utama, yaitu: (a) lingkungan modifikasi; (B) manipulasi
lingkungan, dan (c) modofikasi atau manipulasi tempat tinggal manusia untuk mengurangi kontak
dengan vector. Dalam penelitian ini ada beberapa kroteria dalam pengambilan data. Pertama
Penelitian ini hanya mengambil data dari from less dan medium developed countries dengan human
development index (HDI ) ≤0.8 berdasarkan laporan terakhir United Nation Development. Ada
beberapa pengecualian, pengecualian adalah: Kuba (HDI = 0,838), Meksiko (HDI = 0,829), Trinidad
dan Tobago (HDI = 0,814),dan Brasil (HDI = 0.800). Negara-negara ini memiliki sejarah wabah
demam berdarah dan sumber daya yang terbatas untuk kontrol, dan beberapa komunitas tidak
memiliki akses keamanan yang terpercaya dan persediaan air. Kedua, data diperoleh dari publikasi
yang melaporkan data yang diperoleh baik dari survei longitudinal atau cross-sectional survey.
Vector kontrol dilakukan di bawah laboratorium atau semi-field-conditions (penempatan misalnya
wadah air di atau sekitar perumahan). Ketiga, sampel hanya wadah air atau orang-orang yang
dipilihsecara acak. Keempat, hanya mempelajari dengan ukuran sampel yang dikenal dan dengan
data yang dapat ditransformasi menjadi indeks Breteau (BI), Indeks kontainer (CI), indeks rumah
(HI) atau termasuk insiden dengue. Tiga indeks tersebut dipilih karena mereka adalah yang paling
sering digunakan dalam penghitungan entomological untuk resiko penularan dengue.
BI menentukan jumlah kontainer dengan Aedes spp. larva per 100 rumah, CI-individu adalah
persentase wadah air positif bagi yang immature dan HI memberikan persentase rumah dengan
wadah air immature. Insiden dengue ini dimasukkan karena 8
merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur efektivitas program pengendalian.
b. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa studi pengendalian vektor secara biologi yang dilakukan di
Mexico dan Chiapas penggunaan ikan sebagai alat pengendalian vektor seperti Poecilia spp,
Ictalurus spp, Lepisostus spp., Brycon spp mampu mengeliminasi larva Aedes spp. Sedangkan
pengendalian vektor secara kultural pada umumnya dilakukan dengan penghapusan penggunaan
tempayan dan menutupi tempat penampungan air.
Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan pengendalian vektor secara integrasi, yaitu
mengkombinasikan pengendalian vektor secara kimia, biologi maupun kultural dengan program
edukasi yang berbasis masyarakat. Program ini lebih ditekankan pada penanggulangan sumber daya,
menutupi tempat penampungan air, dan pengolahan air dengan larvasidasi.
Untuk pengendalian vektor DBD, drainase, irigasi intermittentention dan pengelolaan air limbah
tampaknya kurang efektif strategi pengelolaan lingkungan dari mereka adalah untuk malaria
pengendalian vektor
Kesimpulannya, pengendalian vektor memang efektif terhadap kasus dengue, terutama ketika
intervensi didasarkan pada masyarakat luas, pendekatan terpadu, dan disesuaikan dengan eco- lokal
epidemiologi dan pengaturan sosial budaya. Ketika sumber daya memungkinkan, kegiatan
pengendalian vektor harus dikombinasikan dengan program pembelajaran sebagai sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan praktik yang baik berkaitan dengan penyimpanan air rumah tangga
9. Pembahasan temuan hasil penelitian
a. Kelebihan
9
Dalam penelitian ini hasil dari setiap penelitian dalam bentuk tabel telah dijelaskan secara rinci dan
sistematis. Penelitian telah jelas mengungkapkan populasi yang diteliti, kelompok pembandig dan
hasil akhir dari penelitian.
Isi dari artikel serta cara penulisannya sudah relevan dengan kaidah penulisan jurnal ilmiah.
Pembahasan dalam jurnal juga sesuai dengan tema yang diangkat.
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data resmi yang dikeluarkan pemerintah setempat
seperti media publik, web keilmuan, ilmu langsung, buletin demam berdarah WHO dan daftar
referensidariartikeldiambilpada intervensi pengendalian vektor demam berdarah dinegara-negara
berkembang.
b. Kekurangan

Dalam jurnal ini, terdapat beberapa referensi yang lebih dari 10 tahun.
10. Literature review/referensi

Untuk sebuah karya tulis ilmiah, daftar pustaka atau referensi tulisan sangatlah penting sebagai syarat
kelengkapan karya tulis. Referensi yang akan kami analisis adalah tentang referensi dalam sebuah
karya tulis yang berupa jurnal.
Berdasarkan referensi yang ditulis dalam jurnal yang berjudul “Effect of dengue vector control
interventions on entomological parameters in developing countries: a systematic review and meta-
analysis” bahwa gaya referensi yang digunakan adalah havard style.
Penulisan referensi dengan menggunakan havard style itu sudah baik dan memenuhi syarat penulisan
referensi jurnal internasional. Karena penulisan referensi jurnal internasional biasanya menggunakan
penulisan referensi dengan havard style atau vancouver style. Fungsi daftar pustaka atau referensi
dalam sebuah karya tulis adalah sebagai berikut:
a. Membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis,
10
b. Memberi informasi kepada pembaca untuk memperooleh pengetahuan yang lebih lengkap dan
mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh penulis, dan
c. Membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

Oleh karena itu, penulisan referensi dalam jurnal tersebut sudah termasuk baik. Dan referensi dalam
jurnal tersebut sudah memenuhi unsur-unsur dalam daftar pustaka atau referensi yang meliputi nama
penulis, tahun terbit karya ilmiah yang bersangkutan, judul dari sebuah karya ilmiah, dan data
publikasi yang berisi tempat (kota) dan nama penerbit karya yang dikutip.
11. Kesimpulan dan saran
a. Kelebihan

Dalam jurnal yang kami analisis dengan judul ”Effect of dengue vector control interventions on
entomological parameters in developing countries: a systematic review and meta-analysis”
kesimpulan dan saran dibuat sangat sesuai dengan hasil penelitian. Kesimpulan cukup mewakili hasil
meta-analisis, dan saran yang dipaparkan juga cukup konkret dan implementatif, meskipun tetap
membutuhkan penyesuaian di masing-masing negara.
b. Kekurangan

Jurnal yang berjudul ”Effect of dengue vector control interventions on entomological parameters in
developing countries: a systematic review and meta-analysis” tidak mencantumkan sub kesimpulan
dan saran secara khusus, namun disatukan dengan sub discussion, sehingga pembaca agak kesulitan
mencari keberadaan kesimpulan dan saran.
Berikut beberapa langkah dalam menyusun kesimpulan dan saran. Sebagai langkah pertama, penulis
menguraikan garis besar permasalahan dan kemudian memberi ringkasan tentang segala sesuatu yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Pada 11
langkah berikutnya, penulis harus menghubungkan setiap kelompok data dengan permasalahan untuk
sampai pada kesimpulan tertentu. Langkah terakhir dalam menyusun kesimpulan adalah menjelaskan
mengenai arti dan akibat-akibat tertentu dari kesimpulan-kesimpulan itu secara teoritik maupun
praktis.
Seusai menutup kesimpulan penulis dapat memberikan saran atau rekomendasi guna penelitian lebih
lanjut maupun saran-saran yang lebih praktis atau berfaedah secara riel. Seperti halnya Kesimpulan,
dalam menyusun Saran hendaknya penulis tidak menyarankan sesuatu yang tidak mempunyai dasar
atau keterkaitan dengan pembahasan yang dikemukakan. Dengan kata lain, Saran hanyalah berisi
alternatif yang diajukan penulis agar permasalahan yang ada dapat dipecahkan sebaik-baiknya di
waktu mendatang.
III. Kesimpulan

Kesimpulan dari telaah kritis terhadap artikel dengan judul Effect of Dengue Vector Control
Interventions on Entomological Parameters in Developing Countries: A Systematic Review and
Meta-Analysisini adalah bahwa artikel tersebut telah sesuai dengan kaidah penulisan artikel dalam
jurnal dan dapat digunakan sebagai acuan. Adapun rekomendasi terhadap artikel ini adalah:
1. Judul artikel sebaiknya dibuat dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, sehingga tidak hanya
kalangan akademis saja yang dapat memahami, namun dapat dipahami secara luas oleh siapapun
yang membaca.
2. Abstrak harus memuat penyebab masalah atau latar belakang masalah yang singkat, namun jelas.
3. Pengambilan sampel harus lebih dicermati sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang benar.
12
4. Referensi yang digunakan harus diperbaharui, dan minimalkan referensi yang umurnya telah lebih
dari 10 tahun.
5. Kesimpulan dan saran diletakkan di sub yang terpisah dengan bagian discussion, sehingga
pembaca mudah menemukan dan memahami isinya.

Sumber artikel jurnal:


http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2915.2008.00740.x/pdf
Telaah Kritis Jurnal Penelitian | Teori dan Model Bidang Studi

 13.46  Posted by Hidup Manis

BAB I: PENDAHULUAN

1. Identitas

Judul Artikel: Managerial Leadership for Total Quality Improvement in UK Higher


Education (Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi di Inggris).

Penulis Artikel: (1) Augustus E. Osseo‐Asare; (2) David Longbottom; (3)Pieris Chourides

Citation: Augustus E. Osseo‐Asare, David Longbottom, Pieris Chourides. 2007. "Managerial leadership for
total quality improvement in UK higher education", The TQM Magazine, Vol. 19 Iss: 6, pp.541 - 560
Publisher: Emerald Group Publishing Limited (ISSN: 0954-478X).

2. Pendahuluan

Pertimbangan penulis menelaah artikel ini dengan tema Managerial leadership for total quality
improvement in UK higher education adalah Manajerial kepemimpinan dalam manajemen mutu
implementasi total (TQM) memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi ataupun dalam lembaga.
Gerakan mutu terpadu (TQM) dalam pendidikan masih tergolong baru, hanya ada sedikit literatur yang
memuat referensi tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. Inisiatif untuk menerapkan metode ini
berkembang lebih dahulu di Amerika baru kemudian di Inggris, namun baru di awal 1990-an kedua
negara tersebut betul-betul dilanda gelombang metode ini. Ada banyak gagasan yang dihubungkan
dengan mutu juga dikembangkan dengan baik oleh institusi-institusi pendidikan tinggi dan gagasan-
gagasan mutu tersebut terus menerus diteliti dan diimplementasikan di sekolah-sekolah. Peningkatan
mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik
melalui usahanya sendiri. Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu
memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik.

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling
penting. Walaupun demikian, sebagian orang ada yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang
penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur.
Mutu dalam pandangan seseorang terkadang berbeda dengan mutu dalam pandangan orang lain.
Sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana
cara menciptakan institusi yang baik. Seseorang bisa mengetahui mutu ketika mengalaminya, tetapi
tetap merasa kesulitan ketika ia mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya. Satu hal yang bisa
diyakini adalah, mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya.

Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan
antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan
menjamin perkembangan sekolah dan meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan
yang kian bersaing. Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam
dunia pendidikan adalah; institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan
kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu
saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka.

Maka pada saat itulah dibutuhkan suatu system manajemen yang mampu memberdayakan institusi
pendidikan agar lebih bermutu, dengan meneliti artikel ini kita dapat mengetahui bagaimana manajerial
kepemimpinan dalam mutu implementasi total (TQM) di Inggris, dan untuk mengetahui tentang
bagaimana untuk mempertahankan praktek manajemen dan kepemimpinan terbaik untuk perbaikan
kualitas total dalam pendidikan tinggi.

Rincian fokus pada tema kali ini yang penulis kaji atau kritisi adalah; Kepemimpinan, Total Quality
Manajemen (TQM), Efisiensi dan Efektivitas, Originalitas, Sistematika, Bahasa, Metode Penelitian,
Implikasi dan Pandangan terhadap Kepemimpinan.

BAB II: GAMBARAN UMUM ARTIKEL

Tujuan dari penelitiannya adalah untuk meneliti hubungan antara derajat efisiensi dan efektivitas dalam
praktek manajemen mutu yang diadopsi oleh Inggris, bagaimana praktek manajemen mutu yang serta
hubungan antara “efisiensi manajemen" dan "efektivitas kepemimpinan" di Inggris. Serta hubungan
antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja
konseptual yang akan memungkinkan akademis dan praktis untuk mencerminkan kritis pada "efisiensi"
dan "Efektifitas" pengajaran serta keputusan penelitian peningkatan kualitas dan tindakan untuk
memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik juga mengevaluasi kepemimpinan manajerial
dalam pendidikan tinggi Inggris, dan merekomendasikan penguatan asosiasi antara kriteria melalui
perbaikan terus-menerus dalam efisiensi dan efektivitas pengajaran dan praktek peningkatan kualitas
penelitian.

Kepentingan dari penelitiannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting manajerial
kepemimpinan dalam implementasi total manajemen mutu (TQM) di Inggris pada lembaga pendidikan
tinggi, dan untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang bagaimana cara mempertahankan praktek
manajemen dan kepemimpinan terbaik untuk perbaikan kualitas total dalam pendidikan tinggi. Sebuah
tinjauan kritis terhadap literatur tentang kepemimpinan manajerial menyediakan ruang lingkup teoritis
yang menyebabkan penetapan penelitian.Tujuannya adalah dicapai melalui survei akademis dan non-
akademis yang bertanggung jawab untuk mengajar dan penelitian peningkatan kualitas pada sebuah
sampel dari 42 Perguruan Tinggi di Inggris antara periode 2000 dan 2005.

Drucker melihat "manajemen" sebagai fungsi serta kedudukan sosial dan otoritas dari orang-orang yang
debit. Sedangkan Drucker menekankan pada "perilaku" dari manajer dalam sebuah karya lingkungan
dapat dikaitkan dengan definisi Adair tentang "kepemimpinan" sebagai kombinasi persuasi dan paksaan.
"kepemimpinan manajerial" istilah seperti yang digunakan oleh Leithwood dan Mullins
mengintegrasikan "manajemen dan perilaku kepemimpinan", kecenderungan untuk menekankan
hubungan timbal balik antara "manajemen" dan "kepemimpinan" dan untuk melihat mereka lebih
sebagai sinonim. Mullins (2005) menjelaskan konsep "kepemimpinan manajerial "manajer dalam posisi
kepemimpinan diharapkan untuk "melakukan hal yang benar". Menurut Osseo-Asare  dari penjelasan
Mullinsini, menunjukkan hubungan fungsional yang ada antara "Kepemimpinan efektifitas" dan
"efisiensi manajemen".

Dalam konteks pendidikan, ditunjukkan bahwa, staf para pemimpinbertanggung jawab untuk


meningkatan kualitas pendidikan. Pertama, diharapkan keefektifan pemimpin dalam memutuskan
pengajaran yang tepat dan sasaran mutu penelitian. Kedua,  "efisien"manajer sebagai sumber untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kecenderungan, "manajemen" dan "kepemimpinan" mendasari
asumsi bahwa tidak ada kepemimpinan tunggal atau manajemen yang tepat untuk semua situasi, yang
menyebabkan perkembangan gaya model kepemimpinan situasional. Ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang baik atau gaya manajemen  yang baik adalah kombinasi dari hubungan perilaku dan
tugas perilaku yang dapatdidefinisikan oleh Mullins (2005) sebagai berikut: Hubungan perilaku sejauh
mana pemimpin terlibat dalam komunikasi dua arah dengan bawahan (mendengarkan mereka, dan
memberikan dukungan dan dorongan). Perilaku pemimpin dapat menugaskan dan memberikan
arahan kepada bawahan; menetapkan tujuan, peran, serta  membantu mereka (bawahan) dengan
carabagaimana untuk mencapai tujuan tersebut.

Keterkaitan antara "tugas" dan "hubungan” perilaku dari definisi-definisi tersebut,  maka Adair (1983)
menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan yang efektif dipertunjukkan ketika perilaku dimaksudkan
"fungsional". Beberapa penulis termasuk Drucker percaya bahwa kepemimpinan terdiri dari sifat
karakteristik tertentu yang terwariskan dan tidak dapat diajarkan atau dipelajari, dalam kontras
langsung ke fungsional atau kelompok. Pendekatan kepemimpinan mengasumsikan bahwa keterampilan
kepemimpinan dapat dipelajari dan dikembangkan, meskipun banyak jenis kepemimpinan.

Perilaku penelitian studi oleh Adair (1983) menunjukkan bahwa adanyakesepakatan umum dari "tugas"


dan "orang" sebagai dua fungsi utama dalam soal kepemimpinan manajerial.  Adanya kebutuhan bagi
mereka yang beradadalam posisi kepemimpinan untuk sengaja belajar dan menyempurnakan perilaku
hubungan yang tepat dalam memerintah untuk membuat mereka lebih efektif dalam mempengaruhi
perilaku tugas, dalam rangka mencapai peningkatkan hasil kinerja. Kebutuhan ini, ditambah dengan
kebutuhan untuk menggunakan bawahan Staf yang efektif, menyebabkan studi dari
modelkepemimpinan "transformasional"

Metode Penelitian Artikel

Dilakukan sebuah survei didasarkan dari 42 Lembaga (sampel n) Perguruan Tinggi di Inggris pada tahun
2000 sampai tahun 2005. Data-data melibatkan data dari petugas terkait dari bagian akademis untuk
mengajar peningkatan mutu riset di non-akademis.  Digunakan 126 kuesioner dan 25 wawancara semi-
terstruktur untuk mengeksplorasi dan menggambarkan sifat hubungan antara "efisiensi manajemen"
dan "Kepemimpinan efektif". Kuesioner administrasi diikuti oleh wawancara semi-terstruktur dalam
durasi 60-90 menit. Tujuan dari penggunaan campuran kuesioner dan wawancara dalam pengumpulan
data adalah untuk mendapat temuan-temuan yang berbeda dan banyak.

Dalam rangka untuk mempelajari sifat hubungan antara "efektivitas kepemimpinan" dan "efisiensi
manajemen", responden diwawancarai diminta untuk mengevaluasi  tugas mengajar mereka dan praktik
manajemen kualitas penelitian sejauh yang mereka anggap praktik di lembaga mereka sebagai "praktek
terbaik".

Hasil Temuan Artikel

Adanya delapan (8) kategori TQM praktek terbaik, penyebab kelemahan di "manajemen efisiensi"dan
"efektivitas kepemimpinan"yang berkaitan dengan kualitas manajemen praktek, yaitu:

- Hak keseimbangan antara pengajaran dan penelitian sulit dicapai ketika datang ke mengenai soal
alokasi pendanaan publik dan perekrutan staf;

- Komunikasi infrastruktur internal tidak didasarkan pada praktek-praktek terbaik.  Infrastruktur tidak
menyokong peningkatan kualitas kegiatan Pelaporan Sistem Terpadu yang tidak berhasil dilaksanakan;

- Motivasi dan saran kepada Staf pemberdayaan ditawarkan untuk meningkatkan kualitas akademik.  Staf


tidak diperbolehkan otonomi.

- Staf dukungan dan bawahan tidak diberikan umpan balik  sesuai tepat waktu. Staf tidak terlibat dalam
berbagi praktik yang baik. Staf tidak terlibat dalam mengurangi beban kerja dengan menyelaraskan
tanggung jawab staf dengan kebijakan peningkatan kualitas dan strategi dengan sistem penghargaan;

- Peningkatan kualitas kebijakan, strategi, tujuan dan sasaran didasarkan pada kebutuhan dan harapan
mahasiswa, pemerintah, pengusaha dan lainnya;

- Ada kurangnya kontinuitas dalam aliran sumber daya untuk manajer dan staf;

- Informasi untuk pengambilan keputusan tidak bersumber dari data, informasi yang relevan dan vallid
tapi keluar dari informasi yang tunggal, akibatnya dari kebijakan yang lemah mengenai pengumpulan
data, penyimpanan, pencarian, dan ketidakmampuan manajemen untuk mengurangi tingkat pergantian
staf, sehingga staf dengan keterampilan yang relevan mengambil tawaran yang lebih baik di lembaga
saingan; kurangnya departemen pemasaran khusus terpisah dari bisnis atau manajemen sekolah telah
menyebabkan pemasaran yang lemah;

- Mempertahankan kerangka proses yang tidak terdokumentasi dengan baik, adanya dasar yang
sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih tugas dan kegiatan untuk meningkatkan
kinerja proses, kurangnya pemantauan rutin kinerja proses tingkat staf, meningkatnya omset berarti staf
yang efektif dan relevan. Proses keterampilan manajemen tidak selalu ada, untuk mempertahankan
awal proses perbaikan tanpa harus restart. Staf pemberdayaan dan dukungan sebagian besar responden
diwawancarai mengakui bahwapemberdayaan staf sangat penting, namun menurutnya, dalam
lingkungan di mana sebagian besar akademisi membenci praktek resmi struktur kepemimpinan hirarki
dimaksudkan untuk memberdayakan staf hanya sebuah alat yang tidak efektif.

Kesimpulan Artikel

Dari review mengenai "kepemimpinan manajerial" dalam pendidikan tinggi, dapat disimpulkan  tiga hal
pokok, yaitu: pertama, mengkomunikasikan pernyataan yang jelas tentang "misi".  Kedua, keberhasilan
pelaksanaan "proses inti" dengan bantuan dari staf diberdayakan, dibantu oleh data tepat waktu,
informasi, intelijen dan pengetahuan tentang praktik terbaik, untuk memberikan  hasil baik bagi
mahasiswa, misalnya "Hasil kinerja kelembagaan yang Baik". Ketiga, mencerminkan konteks pendidikan
tinggi di Inggris dan menggabungkan faktor penentu keberhasilan ditemukan.

Dalam lingkungan ketidakpastian tentang tingkat dana alokasi dan kelangkaan sumber daya,
kepemimpinan manajerial disengaja mengadopsi pendekatan untuk meningkatkan efisiensi manajemen
dan efektivitas kepemimpinan. Kualitas manajer di posisi kepemimpinan karenanya harus secara pribadi
dan secara aktif terlibat dalam memutuskan "pengajaran-penelitian campuran"; menerapkan
sistem komunikasi terintegrasi, didasarkan pada "fakta" bukan "salah informasi", dan menggunakan
penuh potensi staf pada semua tingkat lembaga. Panggilan  ini untuk manajemen dan gaya
kepemimpinan berdasarkan pemberdayaan, motivasi, dukungan, dan dorongan daripada pemeriksaan
yang berlebihan dan pengendalian staf yang justru mengurangi staff ratio turnover, meningkatkan
semangat dan motivasi staf, mengurangi frustrasi, kerja-beban dan ketidakpuasan staf.

BAB III: TELAAH KRITIS

1. Kelebihan

Kelebihan dari hasil penelitian jurnal tersebut adalah penelitian ini menggunakan hasil survei penelitian
empiris yang dilakukan antara tahun 2000 s.d 2005 untuk menyelidiki sifat hubungan antara manajemen
efisiensi dan efektivitas kepemimpinan yang berkaitan dengan praktek manajemen mutu, dalam sampel
dari 42 lembaga perguruan tinggi di Inggris, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan memperdalam
pemahaman tentang peran strategis dari kepemimpinan manajerial dalam sukses implementasi TQM di
Inggris, dan untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang cara mempertahankan peningkatan
kualitas akademik melalui keberhasilan pelaksanaan manajemen dan kepemimpinan praktik terbaik.
Total Quality Managemen (TQM) merupakan salah  satu pola manajerial dalam upaya merespon
masyarakat yang cepat dan terus menerus(continue). Konsep ini menawarkan pendekatan baru dalam
mengelola lembaga pendidikan tinggi dan keutuhan dalam manajemen menjadi ciri utama
TQM. Sebenarnya, TQM dikembangkan dari pemikiran  (system thinking) yang muncul pada tahun 1950,
juga dimulai oleh dunia industri yang selanjutnya dijabarkan dan diaplikasikan menjadi TQM. Dalam
TQM tidak dikenal sistem pemisahan yang kaku antara  think (yang dilakukan oleh pihak manajemen)
dan action(yang diemban oleh karyawan).

TQM mengandung dua aspek kajian, pertama kajian dalam dataran konsep suatu pendekatan dalam
menjalankan bisnis atau usaha yang berupaya memaksimalkan daya saing melalui penyempurnaan
secara terus-menerus atas produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi atau lembaga, dan
kedua kajian mencakup cara penyampaiannya, yang mencakup pada sepuluh karakteristik dari TQM
yaitu berfokus pada pelanggan (internal  daneksternal); berobsesi tinggi pada kualitas; menggunakan
pendekatan ilmiah; menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan; pendidikan dan pelatihan;
menerapkan kebebasan yang terkendali; memiliki kesatuan tujuan; serta melibatkan dan
memberdayakan karyawan. Kedua aspek tersebut harus menjadi kesatuan yang utuh sehingga usaha
dalam mencapai tujuan dapat diperoleh secara optimal. Implementasi TQM dalam dunia pendidikan
(perguruan tinggi) memang belum banyak dilakukan, bahkan ada sementara kalangan yang meragukan
efektifitas TQM dalam dunia pendidikan.Sementara kalangan yang lain menganggap TQM sebagai suatu
harapan yang cerah bagi dunia pendidikan. Aplikasi TQM dalam dunia pendidikan (perguruan tinggi)
mengundang perdebatan. Beberapa pengamat mempertanyakan kelayakan dan kesesuaian konsep
TQM dengan karakteristik perguruan tinggi (Kotler Philip:  1980). Pengamat tersebut berargumen bahwa
TQM merupakan konsep yang sulit untuk dievaluasi dalam dunia pendidikan (pendidikan
tinggi). Sedangkan Holmes dan Drummond, H. (1992) berpendapat bahwa TQM mungkin cocok untuk
fungsi pendukung (support function), tapi kurang cocok untuk fungsi pengajaran dan pembelajaran yang
merupakan inti dari sebuah perguruan tinggi.Setidaknya ada empat bidang utama dalam perguruan
tinggi yang dapat mengadopsi prinsip-prinsip TQM.  Bidang pertama, penerapan TQM untuk peningkatan
fungsi administrasi dan operasi atau secara luas untuk mengelola universitas secara keseluruhan.  Kedua,
mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, ketiga, penggunaan TQM dalam pengajaran di kelas.  Keempat,
menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas riset universitas. Kehadiran TQM berdampak pada
perubahan manajemen konvensional. Demikian halnya dengan manajemen pada perguruan tinggi.
Terdapat lima tantangan pokok yang dikaji dan dikelola secara strategik dalam rangka menerapkan
konsep TQM dalam dunia perguruan tinggi yakni berkenaan dengan dimensi kualitas fokus pada
pelanggan, kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, manajemen berdasarkan
fakta.

Sebagai salah satu bentuk jasa yang melibatkan tingkat interaksi yang tinggi antara penyedia dan
pemakai jasa. Menurut Zethaml, Parasuraman, dan Barry dalam Kotler mengidentifikasikan lima dimensi
pelayanan yaitu; kehandalan, kepastian, berwujud fasilitas dan peralatan fisik serta penampilan
karyawan yang professional, empati – tingkat perhatian pribadi terhadap para pelanggan, dan kepekaan.
Lebih lanjut Fandy menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas
perguruan tinggi, yaitu; Pertama, keandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Pelanggan tidak ingin waktunya
dihabiskan hanya untuk menunggu. Karena waktu bagi pelanggan sangat berharga, setiap menitnya
memiliki makna yang berarti yang ingin dilaluinya dengan penuh senang hati. Beberapa contoh di
antaranya penawaran mata kuliah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan
keterampilan, profesi, dan dunia kerja); jadwal perkuliahan dan ujian yang akurat; proses perkuliahan
yang berlangsung lancar; penilaian yang fair dalam perkuliahan,dll. Kedua, daya tangkap
(responsiveness), yaitu kemampuan atau kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan layanan dengan tanggap. Membiarkan pelanggan menunggu untuk alasan yang tidak jelas
dapat menimbulkan persepsi yang negative terhadap kualitas.
Dengan demikian rektor, pembantu rektor, dekan, ketua jurusan, dan para pejabat struktural lainnya
harus mudah ditemui, begitu pula dengan dosen harus mudah ditemui mahasiswa untuk kepentingan
konsultasi, proses belajar mengajar hendaknya diupayakan intensif dan memungkinkan mahasiswa
untuk mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas pelayanan yang ada (perpustakaan, laboratorium,
ruang olah raga, dll) harus mudah diakses oleh setiap insan kampus; prosedur administrasi penerimaan
mahasiswa baru harus sederhana tidak birokrasi atau berbelit-belit dan lain-lain.

Kelebihan terakhir adalah bahasa yang digunakan dalam artikel ini,  ilmiah dan mudah dipahami.

2. Kekurangan

a. Kepemimpinan

Tinjauan literatur Literatur menunjukkan tidak ada definisi yang disepakati konsep "manajemen",
"Kepemimpinan", dan "kepemimpinan manajerial." Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu
mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum (Goetsch & Davis B., 2000). Pengertian ini
dipertajam oleh Dubrin bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan
dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
itu ada pada diri pemimpin/ manajer.  Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin
(leader) dengan karakteristik manajer. Luthans menegaskan bahwa karakteristik pemimpin di Abad XXI
adalah: Innovates(menciptakan sesuatu yang baru), dikatakan oleh Elsbree, dan Reutter sebagai ahli
administrasi pendidikan mengemukakan, syarat-syarat bagi seorang pemimpin (pendidikan) yang baik
harus memiliki: sifat-sifat personal dan sosial yang baik, kecakapan intelektual, latar belakang
pengetahuan yang sesuai, filsafat pendidikan dan bimbingan, kecakapan dan sikap terhadap pengajaran
dan teknik-teknik mengajar, pengalaman profesional dan nonprofesional, potensi untuk
mengembangkan profesinya, kesehatan fisik dan mental. Perlu dibedakan antara tipe dan gaya
kepemimpinan. Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe dan mungkin
setiap tipe bisa memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan lebih cenderung
kepada situasi. Seorang pemimpinadalah seorang yang memiliki salah satu tipe yang bisa menyesuaikan
diri dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kepemimpinannya.

b. Total Quality Manajemen (TQM)

Beberapa ahli managemen memberi definisi TQM (Total Quality Management) sebagai berikut: a)
Menurut Edward Sallis bahwa; Total Quality Management  is a philosophy and a methodologhy which
assits institutions to manage change and to set their oum agendas for dealing whit the pletbora of new
external pressures. Pengertian ini menekankan bahwa Total Quality Management merupakan suatu
filsafat dan metodologi yang membantu berbgai institusi, terutama industri, dalam mengelola
perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
b) Menurut Cafee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suatu filosofi
komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan
sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas dan mengurangi pembiayaan . c)
Hradesky; TQM is a philosophy, a set of tools, and a process whose output yield customer satisfaction
and continuous improvement(Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas yang diinginkan dengan
didasarkan pada kepuasan pelanggan), maka diperlukan manajemen yang tepat guna, yaitu Total Quality
Manajement (TQM). Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Manajement (TQM) adalah
continous improvement (perbaikan terus menerus) dan quality improvement (perbaikan mutu). Pada
dasarnya Managemen Kualitas (Quality Management), Manajemen Kulaitas Terpadu (Total Quality
Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus
(continuous formance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional
dari organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia . Dari
beberapa definisi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa  Total Quality Manajement (TQM)
memfokuskan pada suatu proses atau system pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai dari proses
perbaikan mutu, maka TQM diharapkan dapat mengurangi peluang membuat kesalahan dalam
menghasilkan produk, karena produk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi rancangan produk
diproses sesuai dengan prosedur dan tekhnik untuk mencapai harapan pelanggan.  Penggunaan metode
ilmiah dalam menganalisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan
mutu. Partisipasi semua pegawai digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi
dalam mencapai tujuan kepusan pelanggan.  Pengenalan pelaksanaan TQM tidak luput dari hambatan-
hambatan yang dialami, khususnya untuk sektor pendidikan. Kenyataannya, pelaksanaan TQM
merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan waktu lama untuk mengadakan perubahan budaya
untuk quality improvement. TQM membutuhkan suatu kepemimpinan dan merupakan tantangan dan
perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan.  TQM memerlukan waktu yang lama dan ketaatan
staf atau manajer senior dalam pelaksanaannya. Ketakutan terhadap metode atau cara baru merupakan
hambatan yang besar dalam penerapan filosofi TQM. Takut akan ketidaktahuan, takut mengerjakan
segala sesuatu dengan cara yang berbeda, takut percaya pada orang lain, takut membuat kesalahan, dan
sebagainya. Seluruh staf tidak akan dapat memberikan yang terbaik bila mereka tidak dipercaya dan
tidak didengarkan. TQM tidak dapat dipisahkan dari rencana strategis yang digunakan untuk mencapai
misi organisasi. Oleh karena berbagai kesulitan dan hambatan dalam penerapan TQM tersebut, ada
beberapa hal yang penting dan harus diperhatikan dalam menerapkan filosofi tersebut pada lembaga
pendidikan. Menurut Feigenbaum, A.V.  (1991), yang paling penting dapat untuk melaksanakan TQM di
lembaga pendidikan adalah Sebagai berikut: tanggung  jawab dan dukungan (commitment), pendidikan
dan pelatihan (education and training) , penerapan dan praktek (application and practice), standarisasi
dan pengenalan (standardization and recognition); Selanjutnya, prinsip TQM yang dapat diterapkan di
dunia bisnis dapat juga diterapkan di dunia pendidikan dan seringkali disebut dengan Total Quality
Education atau Total Quality School. Yang paling penting adalah bagaimana kepemimpinan di sektor
atau lembaga pendidikan tersebut memfokuskan pada sistem daripada mengejar masalah-masalah
manajemen secara mikro. Jadi, kepemimpinan yang tangguh tersebut digunakan sebagai kekuatan
dalam mengadakan perbaikan-perbaikan sistem. Menurut Fusco (1994), karak-teristik atau syarat agar
TQM dapat diterapkan di sektor atau lembaga pendidikan antara lain, lembaga pendidikan tersebut
harus mempunyai hal-hal sebagai berikut: kepemimpinan yang kuat, perbaikan-perbaikan sistem secara
berkesinambungan, metode statistik, memiliki visi dan nilai bersama.

c. Efisiensi dan Efektifitas


Pada artikel ini belum ada pengertian atau batasan dari pengertian efisiensi dan efektifitas yang peneliti
maksud. Teori efisiensi adalah suatu ukuran atau ketepatan sasaran dari suatu proses/ kegiatan yang
dilakukan. Efisiensi menurut K. Sengupta efisiensi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1) Dari segi tekhnikal/ efisiensi dalam produksi, adalah merupakan ukuran dari kesuksesan perusahaan/
lembaga pendidikan dalam kemungkinan menghasilkan hasil/ output yang maksimum dari beberapa
input yang diberikan.

2) Dari segi alokasi/ efisiensi biaya, adalah ukuran perusahaan/ lembaga pendidikan dalam pemilihan
sekumpulan input yang optimum dengan acuan dari harga pasar untuk input tersebut.

Hubungan antara efisiensi dan efektifitas sebagai berikut:

Efisiensi dilihat dari beberapa variabel seperti biaya rendah, waktu singkat dan sebagainya dimana
pencapaian hasil maksimum dari input-input yang ada.  Efektif adalah tepat guna mengenai sasaran.

3) Originalitas: pada penelitian ini terdapat originalitas yaitu menggunakan tingkat efisiensi dan
efektivitas sebagai kriteria untuk mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi
Inggris, dan merekomendasikan penguatan asosiasi antara kriteria melalui perbaikan terus-menerus
dalam efisiensi dan efektivitas pengajaran dan praktek peningkatan kualitas penelitian.

4) Sistematika: sistematika yang digunakan dalam jurnal ini juga lengkap serta sistematis, isi jurnal ini
mengemukakan beberapa teori terkait manajemen pendidikan,manajerial dan kepemimpinan serta
TQM, namun masih terbatas dan memerlukan tambahan teori untuk menguatkan penelitian, pada
penelitian ini juga memaparkan fakta/fenomena yang ada,  sehingga terjadi adanya kesenjangan atau
masalah yaitu: kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak dijumpai permasalahan-
permasalahan pada jurnal ini juga dipaparkan pentingnya masalah yang diajukan melalui penelitian,
yaitu: penelitian ini berupaya mengkaji lebih jauh  pada penelitian ini ditunjukkan fakta-fakta yang
mendukung baik yang berasal dari pengamatan, penelitian di 42 lembaga pendidikan perguruan tinggi
berdasarkan analisis tersebut, maka disimpulkan bahwa peneliti sudah sesuai dan benar dalam
mengungkapkan isi jurnal. Tujuan Penelitian sudah sesuai, karena pada tujuan penelitian dirumuskan
secara jelas dan dirumuskan secara konsisten dengan apa yang dikemukakan pada permasalahan yang
terjadi.

5) Hasil Temuan

Peneliti telah mengemukakan dengan benar paparan data. Temuan penelitian juga sudah sesuai dengan
penelitian, karena temuan penelitian yang dikemukakan tetap harus merujuk pada permasalahan yang
dituangkan dalam fokus penelitian yang telah disajikan pada penelitian.  Walau, adapun implikasi
penelitian ini memahami sifat hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen
mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan memungkinkan akademis dan praktis
untuk mencerminkan kritis pada "efisiensi" dan "Efektifitas" pengajaran dan keputusan penelitian
peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik,
sedangkan implikasi pada dunia pendidikan pada umunya, tidak hanya pada perguruan tinggi
diantaranya adanya TQM salah satu masalah penting di dalam dunia pendidikan adalah masih
rendahnya mutu keluarannya. Indikator yang menjadi acuan untuk menguatkan pernyataan tersebut
adalah Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang secara umum belum terlalu menggembirakan.  Upaya
meningkatkan mutu pendidikan telah lama diangkat oleh pemerintah sebagai salah satu kebijaksanaan
pembangunan pendidikan, dengan membuat empat kebijaksanaan strategis yang terdiri atas perluasan
kesempatan belajar, meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan relevansi, serta efisiensi, dan
efektivitas penyelenggara pendidikan. Kemudian mengadakan serangkaian kegiatan penataran guru,
pembentukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejenis (MGMP), didirikannya Pusat Kegiatan Guru
(PKG), Lembaga Balai Penataran Guru (BPG) dan lain sebagainya. Namun tidak serta merta persoalan
tersebut bisa terselesaikan. Lalu di manakah letak kesalahannya? Mengapa input yang begitu banyak
dan berharga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk pndidikan? Menurut Slamet PH
(2000), sumber penyebab rendahnya kualitas pendidikan tersebut adalah aspek pengelolaan atau
manajemen. Secara internal hal tersebut disebabkan oleh penerapan pendekatan input-output yang
keliru. Terlalu mengedepankan aspek input pada penyelesaian hampir semua kasus pendidikan di
sekolah.

Seakan-akan mutu pendidikan akan meningkat dengan sendirinya apabila sejumlah input ditambahkan.
Misalnya kekurangan guru, ditambah guru, membangun laboratorium, dan seterusnya. Ada satu faktor
yang terlupakan, yaitu bagaimana berbagai input tersebut dipertemukan dan berinteraksi di dalam
proses belajar-mengajar. Dalam pendidikan tinggi, TQM ini juga akan membantu meningkatkan moral,
mengurangi biaya, memperbaiki performansi organisasi, dan menanggapi kebutuhan pelanggannya.
Untuk itulah maka diperlukan efektivitas organisasi, partisipasi karyawan dalam penyelesaian masalah
dan pembuatan keputusan, komunikasi efektif staf senior dan bawahannya, pendidikan dan pelatihan
secara luas, desain yang baik dalam mengenal dan memberi penghargaan untuk memotivasi karyawan,
visi yang berorientasi kualitas, benchmarking sebagai alat dalam continuous improvement untuk
mewujudkan mahasiswa yang peduli, berpengetahuan, dan dapat melayani masyarakat, serta dukungan
dari pimpinan.

BAB IV: KESIMPULAN TELAAH KRITIS

Penelitian ini meneliti hubungan antara efisiensi dan efektivitas dalam praktek manajemen mutu yang
diadopsi oleh Inggris, bagaimana praktek manajemen mutu yang serta hubungan antara efisiensi
manajemen" dan "efektivitas kepemimpinan" di Inggris. Serta hubungan antara derajat efektivitas dan
efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan
memungkinkan akademis dan praktis untuk mencerminkan kritis pada efisiensi dan efektifitas
pengajaran dan keputusan penelitian dalam peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan
sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik serta mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam
pendidikan tinggi Inggris.

Dalam jurnal ini terdapat kelebihan dan kekurangan, kelebihan penelitian ini meneliti 42 lembaga
pendidikan tinggi di Inggris, dan sudah ada pembatasan 2000 dan 2005, sehingga dari hasil penelitian ini
dapat digunakan rujukan dari praktek TQM, walaupun 42 lembaga tersebut tidak dapat mewakili semua
lembaga yang berada di berbagai Negara.  Kekuranganya diantaranya teori/ kajian literatur yang
dipaparkan terkait kepemimpinan, Total Quality Manajemen, serta Efisien dan efektifitas masih terbatas
dan perlu adanya penambahan beberapa teori.  Adapun implikasi dalam dunia pendidikan TQM,
yang akan membantu meningkatkan moral, mengurangi biaya, memperbaiki performansi organisasi, dan
menanggapi kebutuhan pelanggannya.

Diperlukan efektivitas organisasi, partisipasi karyawan dalam penyelesaian masalah dan pembuatan


keputusan, komunikasi efektif staf senior dan bawahannya, pendidikan dan pelatihan secara luas, desain
yang baik dalam mengenal dan memberi penghargaan untuk memotivasi karyawan, visi yang
berorientasi kualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Drucker, Peter F. 1979. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Drummond, H. 1992.The Quality Movement – What Total Quality Management Is Really All
About. London: Kogan Page Limited.

Feigenbaum, A.V. 1991. Total Quality Control. (3rd edition). New York: McGraw-Hill.

Goetsch, David L., and Davis B. Stanley. 2000.  Quality Management: Introduction to Total Quality
Management for Production, Processing, and Services. Third Edition. Prentice-Hall. Inggris: New Jersey.

John E., Adair. 1983. Effective Leadership: A Self-development Manual. Pennsylvania State University.

Kotler, Philip. 1980. Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen Pemasaran, Analisis,
Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT.Prenhallindo. Mullins. 2005. Management and
Organizational Behavior. Edinburg Gate Harlow: Prentice Hall, Inc

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PERSALINAN


MELALUI OPERASI SECTIO CAESAREA”
Pendahuluan

 Metode pencarian literatur


Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui google scholar, yaitu pada
address http://scholar.google.co.id . Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal yang akan
ditelaah ini adalah “faktor – faktor tindakan persalinan sectio caesarea”. Setelah dimasukkan kata
kunci pada search engine keluar sekitar 128 hasil penelusuran 0,04 detik. Tidak ada kriteria inklusi
dan eksklusi yang digunakan.
 Abstrak (abstrak dari jurnal)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dilakukannya
persalinan melalui tidakan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI
Gemolong Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan
belah lintang, menggunakan data primer dari wawancara terpimpin dengan kuesioner serta data
sekunder dari rekam medis. Penelitian ini dilaksanakan di RS YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen
pada September-Oktober 2010. Populasi penelitian ini ialah seluruh ibu yang melahirkan di RSI
YAKSSI selama tahun 2009 sebanyak 792 responden. Sedangkan sampel pada penelitian ini
berjumlah 60 responden yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan (α< 0,05). Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan persalinan sectio caesarea
yaitu diantaranya; usia ibu (p 0,022), paritas (0,001) dan kejadian anemia (0,001).
Deskripsi artikel / jurnal

 Deskripsi umum
Judul                 : Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Persalinan Melalui Operasi
Sectio Caecarea

Penulis              : Isti Mulyawati, Mahalul Azam, Dina Nur Anggraini Ningrum

Publikasi           : Dipublikasikan oleh KEMAS 7 (1) (2011) 15-24, Jurnal Kesehatan


Masyarakat, http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas
 

Penelaah           : Dwi Maryani, NIM. P27224012057

Tanggal telaah  : 28 Juni 2012

 Deskripsi konten
 Tujuan Penelitian
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dilakukannya persalinan melalui tidakan
operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten
Sragen.

 Hasil penelitian
Sebagian besar responden yang melahirkan berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 29 responden
(48,3%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan umur ≤ 20 tahun yaitu dengan
jumlah 11 responden (18,3%). Tingkat pendidikan responden dengan frekuensi yang terbanyak yaitu
SMA dengan jumlah 46 responden (76,6%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan
tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu sejumlah 6 responden (10,0%). Responden yang tidak
bekerja berjumlah 27 orang (45%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan jenis
pekerjaan PNS berjumlah 2 responden (3%). Responden dikelompokkan menjadi dua yaitu responden
rujukan berjumalh 54 orang (90%). Sedangkan responden bukan rujukan sejumlah 6 orang (10%).
Sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat obstetri yaitu berjumlah 40 responden (66,7%).
Sedangkan responden dengan frekuensi terkecil yaitu yang mempunyai riwayat bayi lahir mati yaitu
sejumlah 2 responden ( 3,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji ” sher dan chi square (x2), perolehan nilai
probabilitas (nilai p) penentuan CC (contingency ce$ cient), tingkat signifikansi (α< 5%)chi square
diperoleh nilai chi square sebesar 4,693 (p = 0,030 < 0,05). Hal ini berarti dapat disimpulkan pada
tingkat signifikan 5% terbukti bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan persalinan operasi
sectio caesarea adalah usia ibu, paritas dan kejadian anemia. Sedangkan faktor yang tidak
berhubungan dengan persalinan operasi sectio caesarea adalah tinggi badan, jumlah pemeriksaan
kehamilan, kejadian Ketuban pecah dini, riwayat obstetri ibu, riwayat penyakit hipertensi, dan riwayat
penyakit asma.

  Kesimpulan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan operasi sectio
caesarea di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Sragen maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Ada hubungan usia ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam
YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilaip= 0,022, CC= 0,300),

(2) Ada hubungan paritas dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam
YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,001, CC= 0,420),

(3) Tidak ada hubungan tinggi badan ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di
Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 1,000, CC= 1,097),
(4) Tidak ada hubungan jumlah pemeriksaan kehamilan dengan operasi sectio caesarea pada
persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p=
0,526, CC= 0,065),

(5)  Ada hubungan kejadian anemia dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah
Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,001, CC= 0,432),

(6) Tidak ada hubungan riwayat obstetri ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di
Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,186, CC= 0,196),

(7) Tidak ada hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan operasi sectio caesarea pada persalinan
ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 1,000, CC=
0,061),

(8) Tidak ada hubungan riwayat penyakit hipertensi ibu dengan operasi sectio caesarea pada
persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p=
1,000, CC= 0,040),

(9) Tidak ada hubungan riwayat penyakit asma ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan
ibu di Rumah Sakit Islam YASSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun2010 (nilai p= 0,673, CC=
0,087).

3. Telaah / review

 Fokus penelitian
Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas
indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus
dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang,
2011). Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun
apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu
dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah
dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk dikerjakan (Akhmad, 2008;
Asamoah et.al., 2011). Angka persalinan melalui sectio caesarea di Amerika Serikat telah meningkat
empat kali lipat, dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada
tahun 1985.       Insidensi operasi sectio caesarea dalam masing-masing unit obstetrik bergantung
pada populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen
dari semua kelahiran, karena sectio caesarea telah ikut mengurangi angka kematian perinatal
(Hacker, 2001). Angka persalinan sectio caesarea yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada
berbagai upaya untuk menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et
al., 2010). Pada kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam,
disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan kerusakan organ
internal lebih tinggi pada persalinan sectio caesarea. Di Indonesia sudah ada peraturan yang
menerangkan tentang kriteria standar agar persalinan sectio caesarea dapat dilakukan. Walaupun
belum membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan sectio caesarea (Utomoand McDonald, 2009). Mengacu pada WHO, Indonesia mempunyai
kriteria angka sectio caesarea standar antara 15 – 20% untuk RS rujukan.
Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan akreditisasi Rumah Sakit (Gondo, 2010). Di Indonesia,
meskipun survei Demograf dan Kesehatan tahun 1997 dan tahun 2002-2003 mencatat angka
persalinan bedah sectio caesarea secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah total
persalinan, berbagai survei dan penelitian lain menemukan bahwa presentase persalinan sectio
caesarea pada rumah sakit-rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dan Bali berada jauh di atas
angka tersebut. Secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah
sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu
sekitar 30-80 % dari total persalinan.

 Gaya dan sistematika penulisan


Sistematika penulisan disusun dengan rapi, namun rumusan masalah belum tercantum dan tujuan
penelitian seharusnya dipisah dari pendahuluan agar lebih jelas dan. Tujuan penelitian merupakan hal
yang penting karena dengan adanya tujuan penelitian akan dapat diketahui arah dari penyusunan
sebuah karya ilmiah tersebut. Tata bahasa dalam penelitian ini mudah dibahami dan penulisan sudah
sesuai dengan kaidah.

 Penulis
Penulis dalam penelitian ini berasal dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Dan tidak ada keterangan lebih lanjut tentang
peneliti, seperti status peneliti sebagai mahasiswa atau sebagai staf.

 Judul penelitian
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PERSALINAN MELALUI
OPERASI SECTIO CAESAREA”
 

Judul tersebut sudah cukup jelas, dan tidak ambigu. Judul merupakan wajah yang dilihat terlebih
dahulu sebelum melihat isi menelitian, dengan melihat judul saja pembaca sudah dapat membuat
konsep pikiran apa saja yang dibahas dalam penelitian tersebut. Dalam karya tulis penelitian ini
judulnya belum dicantumkan tempat dan tahun penelitian.

 Abstrak
Kelebihan:
Abstrak merupakan ringkasan atau ulasan singkat mengenai isi karya tulis ilmiah/ skripsi, tanpa
tambahan penafsiran, kritik, maupun tanggapan penulis. Abstrak dalam penelitian ini sudah mencakup
masalah utama yang diteliti dan ruang lingkupnya, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh dan
kesimpulan utama serta saran yang diajukan sudah cukup baik.

Kekurangan:
Kata – kata yang ada dalam abstrak kurang dari 200 kata. Saran hanya ditujukan kepada dokter
Obgyn dan ibu hamil yang beresiko saja. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya belum dicantumkan.

 Masalah dan tujuan penelitian


Masalah dan tujuan dalam peneltian ini tidak Nampak karena memang kurang ditampakkan.

 Literatur / tinjauan pustaka


Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan
membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh
penulis. Terdapat  jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini dan buku –
buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan penelitian
ini.

 Hipotesis
Hipotesis seharusnya ada dalam penelitian, namun dalam penelitian ini tidak dicantumkan.

 Populasi dan sampel


Populasi penelitian ini ialah seluruh ibu yang melahirkan di RSI YAKSSI selama tahun 2009 sebanyak
792 responden. Sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden yang diambil
menggunakan teknik consecutive sampling.

 Pertimbangan etik
Dalam penelitian ini tidak terdapat etika yang dianut atau yang digunakan dalam penelitian yang
seharusnya ada dalam sebuah penelitian.

 Definisi operasional
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau menyayat.
Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan
bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Lia et al., 2010).

Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas
indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus
dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang,
2011). Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun
apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu
dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah
dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk dikerjakan (Akhmad, 2008;
Asamoah et.al., 2011).
 Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, yaitu data yang menyangkut variabel bebas
dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).

Jenis penelitian menggunakan Studi Korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua
variabel pada satu situasi atau sekelompok subyek (Notoatmodjo,2005).

 Data dan analisa data


Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan (α < 0,05).

 Hasil penelitian
Sebagian besar responden yang melahirkan berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 29 responden
(48,3%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan umur ≤ 20 tahun yaitu dengan
jumlah 11 responden (18,3%). Tingkat pendidikan responden dengan frekuensi yang terbanyak yaitu
SMA dengan jumlah 46 responden (76,6%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan
tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu sejumlah 6 responden (10,0%). Responden yang tidak
bekerja berjumlah 27 orang (45%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan jenis
pekerjaan PNS berjumlah 2 responden (3%). Responden dikelompokkan menjadi dua yaitu responden
rujukan berjumalh 54 orang (90%). Sedangkan responden bukan rujukan sejumlah 6 orang (10%).
Sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat obstetri yaitu berjumlah 40 responden (66,7%).
Sedangkan responden dengan frekuensi terkecil yaitu yang mempunyai riwayat bayi lahir mati yaitu
sejumlah 2 responden (3,3%).

 Pembahasan hasil penelitian


Hasil penelitian yang menunjukkan banyaknya kasus tindakan persalinan operasi sectio caesarea
dengan 47 responden yang mengalaminya. Hal ini tentunya berdasarkan alasan tertentu, yang pasti
dengan tindakan persalinan operasi caesar tersebut dijadikan solusi yang terbaik untuk keselamatan
ibu dan bayi. Sectio caesarea atau bedah sesar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika
jalan lahir normal tidak bisa lagi. Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa
komplikasi persalinan, namun masih banyak ibu- ibu memilih jalan operasi sectio caesarea dalam
persalinannya. Apapun yang menjadi kesulitan persalinan, penanganan selalu berpegang teguh pada
prioritas keselamatan ibu dan bayi (Akhmad, 2008). Penyebab persalinan dengan bedah caesar ini
bisa karena masalah di pihak ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah sectio caesarea,
pertama keputusan bedah sectio caesarea yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebabnya antara
lain bayi sungsang, sebagian kasus mulut tertutup plasenta, bayi kembar, kehamilan pada usia lanjut,
sesar sebelumnya, dan sebagainya. Kedua adalah keputusan yang diambil tiba-tiba karena tuntutan
kondisi darurat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan persalinan operasi
sectio caesarea pada ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Sragen dengan
nilai contingency coecient sebesar 0,420, yang artinya tingkat keeratan hubungan paritas ibu dengan
persalinan operasi sectio caesarea adalah cukup kuat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami komplikasi persalinan pada
kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Jumlah paritas lebih dari 4
keadaan rahim biasanya sudah lemah.

 Referensi
Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan
membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh
penulis. Tidak ada jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini, namun buku –
buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan penelitian ini

 Kesimpulan dan saran


Isi kesimpulan peneliti merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Kesimpulan ringkas, jelas dan
padat. Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan saran kepada peneliti selanjutnya dan hanya
ditujukan pada dokter Obsgyn dan ibu hamil yang beresiko saja.

4. Penutup

Walaupun penelitian ini masih banyak kekurangan yang ditemukan, namun penelitian ini telah
memberikan sumbangan yang positif bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang karya tulis ilmiah.

Nama : Dwi Maryani

Nim    : P27224012057

Kelas  : B

PENDAHULUAN

Metode Pencarian Literatur

                           Pada telaah jurnal ini reviewer menggunakan Google Scholer internasional dengan kata
kunci “estimation of fetal weight for measurement”. Dari kata kunci tersebut reviewer memperoleh
9120 literatur. Proses seleksi literature menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi antara lain :

1)         Kelengkapan data

2)         Sinkronisasi judul dengan isi

Abstrak

Pengukuran estimasi berat janin sangat penting dilakukan sebelum proses persalinan. Hal itu untuk
mengurangi resiko tinggi dalam proses persalinan. Tujuan penelitian adalah membandingkan akurasi 3
metode menghitung taksiran berat janin yaitu ultrasonografi, evaluasi prakteknya di klinik serta efek
penggunaannya.

Metode penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Sampel
yang digunakan adalah jumlah 62 pasien. Dalam studi ini, kriteria inklusi dipastikan untuk ibu bersalin.
Analisis statistik yang akan digunakan dipasangkan analisis uji t.

Dari analisis data, penelitian menunjukkan hasil bahwa estimasi berat janin dengan Ultrasonografi
adalah 3330 ± 445 gram. Nilai signifikansi dalam perhitungan statistik adalah 0,253 (p> 0,05). Penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara Johnson formula dan ultrasonografi.

 DESKRIPSI JURNAL

Deskripsi Umum
Jurnal yang akan ditelaah oleh reviewer berjudul “ Estimations Of Fetal Weight During Labor “. Jurnal ini
ditulis oleh Robert M Patterson MD kemudian di publikasikan pada tanggal 7 Mei 1984. Telaah dilakukan
oleh :

Nama                      : Niska Febian

NIM                        : P27224012073

Tanggal Telaah       : 28 Juni 2012

Tanggal Publikasi   : 29 Juni 2012

Deskripsi Content

1)         Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah membandingkan akurasi 3 metode menghitung taksiran berat janin yaitu
ultrasonografi, evaluasi prakteknya di klinik serta efek penggunaannya.

2)         Hasil Penelitian

Dari analisis data, penelitian menunjukkan hasil bahwa estimasi berat janin dengan Ultrasonografi
adalah 3330 ± 445 gram. Nilai signifikansi dalam perhitungan statistik adalah 0,253 (p> 0,05). Penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara Johnson formula dan ultrasonografi.

3)         Kesimpulan

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna antara taksiran berat janin (TBJ) Johnson dengan ultrasonografi.

TELAAH JURNAL

Fokus Penelitian

Hal pertama dalam telaah kritis adalah mengidentifikasi fokus penelitian yang terdiri dari latar belakang
penelitian dan masalah penelitian. Dalam suatu penelitian latar belakang penelitian harus jelas karena
latar belakang penelitian sangat menentukan kekuatan judul penelitian. Latar belakang harus tersusun
mengkerucut yaitu dari umum ke khusus sehingga dasar penelitian akan semakin kuat. Selain itu dalam
latar belakang harus muncul suatu masalah penelitian yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.
Penulis harus lebih menjabarkan latar belakang sehingga pembaca dapat dengan mudah mendapatkan
gambaran tentang isi penelitian. Penulis juga perlu menuliskan masalah penelitian. Peneliti belum
menuliskan data jumlah keefektivas metode Johnson Toshack dan data keefektivan metode dengan
Ultrasonografi.

Gaya dan Sistematika Penulisan


Gaya penulisan dan sistematika hasil penelitian merupakan hal terakhir yang harus dilakukan oleh
peneliti. Pada umumnya peneliti telah belajar secara intuitif cara-cara penulisan dalam bentuk makalah
untuk jurnal penelitian. Yang perlu diperhatikan dalam sistematika penulisan antara lain :

1)         Untuk siapa laporan penelitian ditujukan

2)         Bentuk umum laporan ilmiah

Gaya penulisan hasil merupakan bagian yang sentral pada laporan penelitian. Dalam penulisan hasil
tidak perlu diberikan ulasan, komentar dan lain-lain, kecuali pada karangan pendek yang
menggabungkan komponen hasil dan pembahasan. Meskipun demikian kalimat pengantar mutlak
diperlukan.

 Penulis

Dalam suatu penelitian nama penulis harus tertera dengan jelas untuk menghindari unsur plagiat.
Terkadang penelitian tanpa penulis atau nama penulis tertera kurang dapat terbaca membuat pembaca
lebih mudah untuk menjiplak. Umumnya penulis menuliskan nama di cover halaman depan dengan font
12. Adapula nama dengan huruf cetak tebal.

Judul Penelitian

Judul penelitian sebaiknya dibuat semenarik dan sejelas mungkin agar pembaca tertarik untuk membaca
dan tidak salah dalam menafsirkan judul. Judul yang kurang sinkron dengan content membuat pembaca
bingung. Selain itu jenis, tebal dan ukuran huruf juga harus diperhatikan. Perlu diperhatikan juga
panjang dan pendeknya judul.

Abstrak

Abstrak menggambarkan isi dari penelitian. Abstrak dapat dibuat dalam satu paragraf atau terstruktur.
Dari suatu abstrak pembaca dapat melihat sekilas tentang content dari penelitian. Reviewer
menemukan banyak kelebihan dari abstrak penelitian ini, abstrak penelitian ini sudah lengkap dan sudah
dapat menggambarkan isi dari penelitian. Namun gaya penulisan dan sistematika penulisan abstrak
kurang lengkap dan tidak sesuai dengan kaidah yang ada. Komponen yang harus ada pada abstrak
adalah IMRAD ( Introductions, Methods, Results dan Discussion). Jumlah kata seharusnya tidak lebih dari
200-250 kata.

Masalah dan Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian biasanya penulis menggunakan kalimat tanya untuk rumusan masalah. Tujuan
penelitian di rincikan dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Masalah belum dituliskan secara jelas oleh
peneliti. Belum terdapat tujuan khusus dari penelitian.

Literatur dan Tinjauan Pustaka


Dalam tinjauan pustaka harus diuraikan dengan mendalam berbagai aspek teoritis yang mendasari
penelitian. Hal yang disinggung dalam latar belakang masalah perlu dirici dan hubungan antar variabel
dibahas. Sumber pustaka seyogyanya cukup baru 5-7 tahun terakhir agar informasi yang dikemukakan
tidak kadaluwarsa. Masalah teknis penulisan harus diperhatikan benar. Kalimat terlalu panjang, kalimat
tidak bersubyek, ataupun ejaan yang tidak taat asas harus dihindarkan sementara alur pikiran yang logis
harus tetap dijaga. Penulisan rujukan harus diperhatikan dengan baik karena hal itu merupakan salah
satu kriteria tinjauan pustaka yang baik.

Hipotesis / Pertanyaan Penelitian

Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Survai atau studi eksploratif yang tidak mencari
hubungan antar variabel, jadi hanya bersifat deskriptif, tidak memerlukan hipotesis. Syarat hipotesis
yang baik adalah :

1)         Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana

2)         Mempunyai landasan teori yang kuat

3)         Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dari satu atau lebih variabel bebas.

4)         Memungkinkan diuji secara empiris

5)         Rumusan harus khas dan menggambarkan variabel-variabel yang diukur

6)         Dikemukakan a priori

Populasi dan Sampel

Bila seseorang melakukan penelitian, biasanya ingin menggeneralisasikan hasil penelitian kepada suatu
populasi yang luas. Namun peneliti tidak melakukan penelitian kepada seluruh populasi yang
dikehendaki, melainkan dengan cara mengambil contoh (sampel). Penggunaan sampel memiliki
berbagai keuntungan antara lain :

1)         Lebih murah

2)         Lebih mudah

3)         Lebih cepat

4)         Lebih akurat

5)         Mewakili populasi

6)         Lebih spesifik

Penulis harus menyertakan jumlah populasi, cara pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan
diambil.
Pertimbangan Etik

Salah satu yang penting dalam kode etik penelitian khususnya penelitian kesehatan adalah suatu
keharusan adanya informed consent dari manusia yang digunakan dalam penelitian. Peneliti hanya
dihimbau untuk mematuhi kode etik yang berlaku namun semua kebijaksanaan diserahkan pada
peneliti, tidak adanya keharusan adanya pihak lain yang mengawasi. Peneliti harus membuat keputusan
sendiri apakah penelitiannya menyimpang atau tidak dari norma-norma etik yang telah digariskan itu.
Karena tidak ada pengawasan dari pihak lain, pengertian peneliti tentang perbedaan suatu tindakan
sebagai pengobatan atau penelitian kadang tidak jelas, sehingga masih terjadi berbagai penyimpangan
norma-norma etik. Formulir persetujuan atau Informed Consent harus disertakan pada lampiran.

Definisi Operasional

Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang operasional.
Maksudnya adalah agar tidak ada makna ganda dari semua istilah yang digunakan dalam penelitian
tersebut. Oleh karena itu, semua konsep tersebut harus didefinisikan secara tegas supaya kerancuan
dalam pengukuran, analisis serta kesimpulan dapat dihindarkan.

Metode Penelitian

Setelah pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis diformulasi dan kerangka teori serta kerangka
konsep dirumuskan, maka peneliti melangkah pada suatu rencana pelaksanaan penelitian. Hal tersebut
mencakup : desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, estimasi
besar sampel, kriteria inklusi dan ekslusi, cara kerja, serta rencana pengumpulan data dan rencana
analisis yang hendak dipergunakan. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan menguji kesahihan hipotesis. Desain penelitian pada penelitian ini adalah menggunakan
desain penelitian cross sectional. Desain ini hanyalah merupakan salah satu jenis studi observasional
untuk menentukan hubungan antara faktor resiko dan penyakit. Penulis perlu melakukan pertimbangan
untuk mengambil desain penelitian ini karena kurun waktu pendek dan sampelnya pun akan terbatas.
Selain itu juga aakan sulit menentukan sebab dan akibat karena penngambilan data resiko dan efek
dilakukan pada saat bersamaan. Kemungkinan terjadinya bias prevalens atau bias insidens karena efek
suatu faktor resiko selama selang waktu tertentu disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.

Data dan Analisis data

Jenis analisa statistik yang akan digunakan dijabarkan set variabel yang akan dianalisis, dirinci cara
analisis yang akan dipakai untuk tiap set variabel tersebut. Ditentukan batas kemaknaan yang akan
dipakai serta interval kepercayaan akan disertakan dan tingkat kemaknaan statistika yang dipilih.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan kesimpulan penelitian tersebut. Pada studi cross sectional hasil penelitian
dinyatakan dalam rasio prevalens dengan membagi prevelens efek pada kelompok dengan faktor resiko
dengan prevelans efek pada kelompok tanpa faktor resiko.   Pada hasil penelitian hendaknya disertakan
tabel deskripsi subyek penelitian. Untuk uji perbandingan karakteristik subyek perlu dibandingkan
kesetaraannnya.

Pembahasan Hasil Penelitian

Semua hal yang dibahas dalam pembahasan harus relevan. Perlu juga disebutkan kesulitan,
keterbatasan dan penyimpangan dari protokol pada penelitian serta dampaknya terhadap hasil
penelitian. Yang tidak kalah pentingnya pembahasan dilakukan dengan menghubungkan teori dan hasil
penelitian serta pertanyaan penelitian. Dalam pembahasan kelebihannya penulis sudah berusaha
membandingkan teori dengan hasil penelitian namun masih kurang mendalam. Pembahasan masih
terlalu singkat selain itu sumber yang digunakan sebagai teori masih kurang kuat. Pembahasan lebih
banyak mengarah pada metode Johnson Toschack belum mengarah pada taksiran menggunakan
Ultrasonografi dalam artian teori mengenai menghitung taksiran denga Ultrasonografi masih terlalu
minim.

Referensi / Daftar Pustaka

Daftar pustaka harus disertakan dengan sistem yang dipilih dan dilakukan secara taat asas. Dalam
penulisan usulan penelitian daftar pustaka tidak hanya bersangkutan dengan substansi yang akan
diteliti, melainkan juga pada metodologi dan teknik statistika yang dipergunakan. Daftar pustaka
hendaknya disusun sesuai dengan aturan jurnal.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan harus benar-benar menggambarkan isi dari penelitian yang disusun secara padat, ringkas
dan jelas. Jika dalam kesimpulan terdapat hasil penellitian maka sudah seharusnya angka-angka hasil
dari penelitian pun harus disertakan meskipun tidak seluruhnya karena kesimpulan yang terlalu panjang
dan rumit menyulitkan pembaca dalam menganalisa. Saran dalam suatu kesimpulan hendaknya harus
mempertimbangkan kepada siapa saran tersebut dibuat. Selain itu kata-kata yang disusun haruslah kata-
kata yang sesuai dengan etika yang ada sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa tersinggung
ataupun dirugikan.

Kesimpulan reviewer dalam menelaah jurnal dilihat dari kelebihannya analisa data yang ditampilkan
sudah lengkap, sistematika penulisan juga sudah sesuai dengan kaidah penelitian. Perlu diperbaiki gaya
bahasa yang masih terlalu rumit selain itu juga tinjauan pustaka masih minim dan masih memakai
sumber dari blog, pada bagian analisa belum membandingkan secara mendalam antara hasil penelitian
dengan teori yang ada di dalam penelitian ini hanya disebutkan garis besarnya saja. Penulisan lambang-
lambang dan rumus dalam hasil penelitian masih menyulitkan pembaca karena terlalu rumit dan
penulisannya pun masih kurang rapi. Selain itu nama peneliti dan judul penelitian belum ditulis secara
benar. Abstrak yang dibuat masih belum sesuai dengan format yang ada. Sampel yang digunakan adalah
sampel batas minimal sehingga kesahihan penelitian belum kuat.

 PENUTUP
                        Adanya suatu penelitian memberikan  banyak manfaat untuk pembaca.dengan adanya
suatu penelitian akan timbul gagasan dan penemuan-penemuan baru. Oleh karena itu kemampuan
metodologi penelitian sangat penting dimiliki oleh penulis. Selain itu perlu diperhatikan pula sistematika,
gaya bahasa dan kaidah-kaidah penulisan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap isi dari penelitian.
Perlu diketahui bahwa penelitian merupakan proses rangkuman aktivitas intelektual yang mencakup
kemampuan untuk menciptakan ide, kreativitas, kemampuan metodelogi, penguasaan substansi,
pemahaman aplikasi statistika, kemampuan bahasa serta konsistensi berpikir logis.

Anda mungkin juga menyukai