Anda di halaman 1dari 19

1

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji sykur kehadirat Allah SWT, karena samapi saat ini kami penysusun masih

di berikan kesehatan dan kekuatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas

makalah ini tentang “ ANAK BERBAKAT ”. Dalam penyusunan tugas makalah ini,

penyusun banyak menemui kendala namun dengan tekad yang bulat dan niat yang

ikhlas, tugas ini dapat selesai tepat pada waktunya dan itu juga bantuan dari berbagai

pihak.

Ucapkan terima kasih kami sampaikan kepada, Dosen pembimbing mata

kuliah “Ibu Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd’ serta kepada semua teman-teman yang telah

membantu dalam penyusunan tugas makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh

kesempurnaan dan juga banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh kerana itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

tugas ini, di samping penyusun diberi kesempatan untuk belajar lagi.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penyusun

Kelompok VII

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................

C. Tujuan ...............................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................................

A. Pengertian Anak Berbakat ................................................................

B. Karakteristik Anak Berbakat ............................................................

C. Identifikasi Anak Berbakat ..............................................................

D. Membina Anak Berbakat ..................................................................

E. Lingkungan Yang Kondusif Dalam Pengembangan Kebakatan Dan

Sikap Inovatif Pada Anak Usia Dini ................................................

BAB III : PENUTUP ..........................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak berbakat itu laksana tanaman yang membutuhkan seseorang yang dapat

membimbing dan membantunya agar berkembang secara alamiah, menghilangkan

berbagai kendala yang ada di hadapannya, serta merintis jalan baginya. Anak

berbakatpun membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai

kelebihan dan bakatnya, atau orang yang mampu menggali minat dan bakatnya.

Berbagai observasi menunjukan bahwa cara berpikir anak berbakat berbeda

dengan cara berpikir anak-anak biasa pada umumnya. Pola pikir mereka kadang-

kadang membuat anda tercengang dan merasa terkalahkan. Namun, pikiran mereka

sendiri sering membuat mereka mengalai banyak kesulitan dan kelebihan.

Jika kita mencermati sistem pendidikan kita, nyaris kita tidak menemukan

perhatian atas aspek keunggulan. Perhatian kita hanya terfokus pada pahlawan

olahraga serta pemenang kompetensi reguler sepak bola dan permainan lainnya yang

bersifat individual atau tim, sehingga kita mengabaikan pembinaan perilaku dan

pengembangan intelektual anak-anak prasekolah. Karena itu, anak-anak yang

berintelegensi unggul atau yang berbakat menjadi “tawanan” tradisi sekolah sehingga

mereka hidup dalam dunia imajinasi.

Kita mencermati bahwa tidak adanya perhatian terhadap kebutuhan anak-anak

berbakat serta pemberian kesempatan yang selaras dan sepadan dengan kemampuan

mereka benar-benar akan membebani masyarakat dengan suatu tanggung jawab

karena telah mengabaikan pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial mereka

sekaligus menelantarkan bakat mereka. Sebagai orang tua, guru dan pendidik

hendaknya menyajikan beberapa kebutuhan anak-anak berbakat, cara memenuhi

4
kebutuhan tersebut, serta teknik-teknik pembinaan dan penguatan potensi mereka,

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan memperoleh manfaat drai

potensi tersebut. Peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting karena kesehatan

mental mereka tidak dapat dipahami secara terpisah dari keluarganya. Demikian pula

keluarga tidak dapat menjalankan fungsi dan kewajibannya tanpa memahami

problematika anak-anak dan kebutuhan psikologi mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi pokok rumusan masalah pada makalah ini anak

berbakat ini adalah :

A. Apa pengertan dari anak berbakat

B. Apa karakteristik dan ciri-ciri dari anak berbakat

C. Bagaimana mengidentifikasi anak berbakat

D. Bagaimana membina anak berbakat

E. Lingkungan yang kondusif dalam pengembangan kebakatan dan sikap

inovatif pada anak usia dini.

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk menyajikan beberapa kebutuhan anak-anak

berbakat serta teknik-teknik pembinaan dan penguatan potensi anak berbakat,

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan memperoleh manfaat dari

potensi tersebut. Disamping itu, peran orang tua, guru, atau pendidik sangatlah

penting didalam membina dan membimbing anak-anak yang berbakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT

Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu “Inherent” dalam diri

seseorang di bawa sejak lahir dan terkait erat dengan struktur otak. Secara genetis

struktur otak itu sangat ditentukan oleh caranya lingkungan berinteraksi dengan anak

manusia itu. Biasanya kemampuan itu di kaitkan dengan intelegensi. Kemampuan

intelektual merupakan ekspresi dari apa yang di sebut intelegensi dan dan kepada

kemampuan intelek ini juga kita bersandar menguasai dan memperlakukan perubahan

kebudayaan serta pembaruan teknologi di dalam masyarakat. Intelegensi merupakan

“kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman

terhadap hubungan yang kompleks, semua proses yag terlibat dalam berpikir abstrak,

kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah” dan kemam[uan untuk

memperoleh kemampuan baru” (Cattel dalm Conny Seniawan – 1997). Anak berbakat

adalah anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena memiliki kemampuan yag

unggul.

Para ahli dengan hasil penelitiannya ( Thomson, Berger, Bery, 1980, Krech,

1986, Maclean, 1979) menunjukan bahwa secara biologis memang ada perbedaan

struktur otak antara anak yang cerdas dan berbakat dengan anak normal. Anak ceerdas

dan berbakat mampu menfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan sebagai

alat berpikir dan seluruh fungsi-fungsi lain (rasa, pendirian dan intuisi) secara

terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif. Atas dasar pemikiran tersebut,

maka pemahaman murid cerdas dan berbakat harus bertolak dari pandangan bahwa

dia adalah seorang pribadi yang utuh dan selalu berada didalam interaksinya dengan

lingkungan. Pengembangan kebutuha pribadi ini yang saat ini dikenal dengan

6
pengembangan kecerdasan emosional (Daniel Golleman, 1995) seiring dengan

kecerdasan intelektual.

Anak berbakat menurut teori Ransley ada 3 unsur bakat yaitu :

1. Kecerdasan tinggi dalam aneka kemampua umum dan khusus

2. Ketekunan dan kesungguhan

3. Kreatif

Anak yag berbakat memiliki minimal satu dari 5 aspek, yaitu :

1. Kemampuan integensi umum

2. Kesanggupan belajar secara menonjol

3. Berpikir kreatif dan produktif

4. Kemampuan memimpin orang lain

5. Kemampuan dalam seni (drama, arsitek, musik)

Dari paparan di atas, jelaslah bahwa kecerdasan yang tinggi semata bukanlah

satu-satunya kriteria dalam menentukan bahwa seorang anak itu berbakat atau

superior. Para ahli lain berpandangan bahwa hanya ada dua jenis bakat, yaitu bakat

yang tampak dalam bidang pendidikan (disebut juga bakat sekolah) serta bakat

penciptaan dan kerativitas.

B. KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT

Clark (1983) mengemukakan secara kualitatif anak berbakat menunjukan

karakteristik yang berbeda dari anak normal dalam aspek kognitif, afektif, sensasi

fisik, intuisi dan kemasyarakatan. Dalam upaya mengembangkan model program

pendidikan yang kondusif bagi anak berbakat, perlu dilakukan analisis kebutuha dan

permasalahan perkembangan yang mungkin muncul dari aspek-aspek d isebutkan

diatas serta implikasinya bagi pengembangan program pendidikan.

7
a. Perkembangan Fisik

Melihat karakteristik dan kebutuhan fisik anak berbakat, maka program

pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangakan kebutuhan untuk data

sensoris, aspresiasi kapasitas fisik, menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan

kesenangan kepuasan, menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara

pikiran dan badan.

b. Perkembangan Kognitif

Anak berbakat mampu kedua belahan otak kiri dan kanan sebagai alat berfikir

dan seluruh fungsi-fungsi lain (rasa, pendirian, dan intuisi) secara terintegrasi

sehingga mewujudkan perilaku kreatif. Berbagai karakteristik perkembangan kognitif

anak berbakat ( Treffinger, 1980, Hoyle dan Wilks ( S.C Utami Munandar, 1982 )

menunjukkan kemudahan yanng dimilikinya dalam belajar. Namun hendaknya ciri itu

tidak m enjadikan kita berfikir bahwa anak berbakat akan selalu mudah untuk menjadi

peserta didik terpandai dikelasnya. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan

sebagaimana mestinya maka tak mustahil muncul masalah-masalah perkembangan

berupa, kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam

kelompok seusia, dipandang sombong oleh kawan sebayanya, sulit berkonformitas

pada kelompok, frustasi karena dia harus menjadi penunggu-penunggu dan masalah-

masalah sejenis yang pada dasarnya berkaitan dengan masalah penyesuaian diri.

c. Perkembangan Emosi

Karakteristik kemampuan kognitif yang tinggi pada anak berbakat dan

kepekaannya terhadap dunia sekitar menjadikan anak berbakat memiliki akumulasi

informasi yang banyak. Apabila dengan fungsi kognitifnya ia mampu mengolah

informasi dan menumbuhkan kesadaran akan diri dan dunianya akan menjadikan anak

8
berbakat menunjukkan perkembangan emosi kesadaran yang tinggi ini akan disertai

dengan perasaan berbeda dari yang lain, idealisme dan kesadaran akan keadilan yang

tumbuh lebih awal, dan tingkat perkembangan moral yang lebih tinggi.

Karakteristik kehidupan emosi anak berbakat seperti itu memang

menghendaki keseimbangan dengan pengembangan fungsi kognitif yang ada pada

dirinya untuk mengembangkan kesadaran akan dunianya. Jika tidak maka perilaku

bermasalah yang mungkin akan muncul adalah : rawan terhadap kritik orang lain,

kebutuhan untuk diakui yang berlebihan, bersikap sinis dalam menngkritik orang lain

yang akan menimbulkan gangguan antar pribadi, menentukan sendiri nilai-nilai yang

disepakati, tidak toleran terhadap kelompok, merumuskan tujuan-tujuan yang tidak

realistik., menarik dan mengisolasi diri, serta berperilaku masalah lain yang

menunjukkan inteloransi baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

d. Perkembangan Sosial

Clark ( 1988 ) menyimpulkan berbagai hasil studi yang dilakukan banyak ahli

tentang perkembangan sosial dan emosional anak berbakat sebagai berikut :

1. Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih

senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar

pribadinya.

2. Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih

baik daripada anak normal lainnya walaupun kecenderungan ini lebih erat

kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi daripada dengan kecerdasan.

9
3. Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkonformitas terhadap

pendapat sebayanya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan

dan lebih kompentitif.

4. Anak berbakat menunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat

dalam kegiatan dan kepedulian sosial.

5. Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki kesebayaan

usia intelektual daripada memilih kawan yang secara kronologis berada pada

usia yang sama.

Karakteristik perkembangan sosial anak berbakat seperti diuraikan diatas

dapat menimbulkan perilaku bermasalah, seperti frustasi atas perasaan-perasaan yang

tak tertantang, potensi kepemimpinan yang tak berkembang karena mungkin tidak

memperoleh kesempatan, kecenderungan mengambil pemecahan masalah secara

cepat tanpa memperhitungkan kompleksitas masalah.

Ciri-ciri anak berbakat yang menurut Martinson ( 1974 ) adalah :

a. Membaca pada usia lebih muda.

b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak.

c. Memiliki pembendaharaan kata yang luas.

d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.

e. Mempunyai minat yang luas.

f. Mempunyai inisiatif.

g. Dapat memberikan banyak gagasan.

10
h. Luwes dalam berfikir

C. IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT

Identifikasi anak berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sendiri mungkin

yaitu pada usia 1-2 tahun. Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual anak

akan tampak dengan mudah bila anak diberi rengasngan dengan tepat. Hasilnyapun

memiliki fungsi ganda yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya perkembagan

intelektual yang cepat dan tidak terbatas pada bidang-bidang bakat yang khas, serta

untuk mengetahui kemungkinan adanya kecacatan pada anak. Pada usia yang lebih

tua, yaitu 2-6 tahun indentifikasi anak cerdas dan berbakat dilakukan dengan lebih

rinci beserta nuansa yang lebih kaya. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan

mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya. Bakat anak akan tampak

dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan bebagai persoalan tanpa

mengalami kesulitan yang berarti, serta tidak banyak memerlukan bimbingan, karena

itu dalam usia dini, orang tua, guru, kelonpok bermain, dan TK tempat menjadi

pelaksanaan atau informasi sumber utama. Identifikasi anak berbakat tidak berhenti

pada usia 6 tahun melainkan terus berlanjuk sampai anak masuk jenjang sekolah

bahkan sampai keperguruan tinggi sekalipun. Pada masa sekolah informasi

keterbakatan bisa diperoleh dari orang tua terutama berkenan dengan bidang-bidang

yang disenangi, dari guru terutama bidang prestasi, dan dari teman sebaya terutama

bidang kepempinan, kreatifitas dan sosialisasinya. Pada dasarnya ada 2 pendekatan

untuk mengidentifikasi anak berbakat yaitu denga cara studi kasus dan melalui tes

atau penggabungan keduanya. Identifikasi disekolah dapat dilakukan melalui 2 tahap

yaitu :

1) Tahap penjaringan ( Screening )

11
Tahap penjaringan anak berbakat disekolah dapat dilakukan dengan

menganalisa data prestasi belajar, usia kronologis dan nominasi oleh teman sekelas,

orang tua dan guru.

2) Tahap seleksi ( Identificasion )

Tahap seleksi dilakukan terhadap anak telah lolos tahap penjaringan. Tahap

seleksi ini di saring dengan menggunakan tes, seperti ? Calour Progressive Matrice

( CPM ) Wechler Intelligence Scalefor Children ( WISC ). Sebagai contoh anak

berbakat adalah anak yang memiliki IQ diatas 120. Meskipun begitu, dia memiliki

bakat dalam aspek-aspek lain.

D. MEMBINA ANAK BERBAKAT

Jika kita orang tua, kita harus membantu sekolah dalam menghantarkan anak

berbakat mencapai tujuannya. Hal itu harus dilakukan sejak dini selaras dengan

kebutuhan anak, bukan selaras dengan tuntutan para pendidik. Pihak yang

bertanggung jawab dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memahami dan

memfasilitasi anak. Keluarga dan guru di tuntut untuk menyadari bahwa anak

berbakat memiliki kemampuan dan motivasi yang khas untuk mewujudkan

kepercayaan dirinya dan kepercayaan orang lain.

Pembinaan yang diberikan kepada anak berbakat, baik di rumah maupun

disekolah demikian pula pengertian dan penerimaan terhadap anak dan ide-idenya,

akan menciptakan benih bagi munculnya seorang peneliti, pemikir atau ilmuan masa

depan. Pembinaan itu akan membantunya untuk menerima dan menampilkan

kemampuan intelektualnya yang kelak akan sangat penting bagi pengabdian kepada

masyarakat.

12
Para orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam membina anak

berbakat. Meskipun sekolah telah menyiapkan program pengajaran dan metode

pendidikan, peran para orang tua tetap lebih besar daripada sekolah. Hal itu karena

perasaan dan perkembangan anak mulai mengkristal sejak usia dini, bahkan sebelum

dia masuk ke taman kanak-kanak. Pada umumnya, sifat yang mempengaruhi

kepribadiannya itu di peroleh sebelum usia 6 tahun. Namun sayang, pengamatan

menunjukan bahwa di sekolah-disekolah kita tidak ada program pengembangan

intelektual anak hingga sekarang. Kalaupun ada, hanyalah hasil pemikiran sekilas dari

para guru secara individual. Jika program itu ada, akan Sangay berguna bagi

pengembangan anak berbakat.

Yang harus dilakukan oleh orang tua, guru, dan pendidik untuk membina dan

membantu anak-anak berbakat adalah :

 Orang tua, guru dan pendidik anak, harus memandang anak dan

memperlakukannya dengan segala perasaan, pikiran, dan tindakan yang di

milikinya serta menganggapnya sebagai dunia yang terikat dengan bukan

bagian yang terpisah.

 Orang tua, guru dan pendidik jangan hanya memberikan penghargaan kepada

anak karena kemampuan intelektualnya dan prestasi belajarnya, tetapi juga

harus memperhatikan sifat-sifat anak lainnya yang dapat membantunya untuk

mengembangkan bakatnya.

 Orang tua, guru dan pendidik harus memotivasi anak agar terus-menerus

bekerja dan meneliti, meskipun kadang-kadang gagal. Janganlah

berpandangan bahwa semua usahanya harus berhasil, supaya dia percaya

kepada dirinya sendiri dan orang lain, serta nmemahami bahwa erhatian

13
mereka terhadap dirinya tidak berhenti meskipun gagal dalam melakukan

suatu pekerjaan.

 Orang tua, guru dan pendidik harus menjadi teladan yang baik dan contoh

yang ideal dalam hal memberi perhatian, kerjasama dan partisipasi aktif

supaya anak-anak dapat mempelajari pola-pola perilaku tersebut dari gurunya.

 Mengajarkan anak untuk mengharapkan keberhasilan.

 Menyesuaikan pendidikan anak dengan minat dan gaya belajarnya.

 Memberi pengertian kepada anak bahwa belajar memerlukan keuletan untuk

mencapai keberhasilan.

 Menanamkan kepada anak untuk belajar menghadapi kegagalan

E. LINGKUNGAN YANG KONDUSIF DALAM PENGEMBANGAN BAKAT

DAN SIKAP INOVATIF PADA ANAK USIA DINI

Lingkungan yang mendukung dalam pengembangan bakat dan sikap inovatif

pada anak usia dini antara lain :

a. Lingkungan keluarga

Pendidikan dalam keluarga merupakan awal pengembangan bakat anak usia

dini, oleh karena itu alangkah baikknya apabila dalam lingkungan keluarga,

khususnya orang menciptakan situasi yang kondusif dalam pengembangan bakat dan

sikap inovatif pada anak usia dini. Faktor penentu dalam mengembangkan kebakatan

dan sikap inovatif dilingkungan keluarga yaitu :

 Kebebasan ; Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada

anak cenderung mempunyai anak kreatif atau bersikap inovatif.

 Respek ; Orang tua menghormati sebagai individu, percaya akan kemampuan

anak dan menghargai keunikan anak.

14
 Kedekatan emosi yang sedang ; Bakat dan sikap inovatif anak akan terhambat

dengan suasana rasa permusuhan, penolakan, atau rasa terpisah. Tetapi emosi

yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan bakat dan sikap inovatif

anak.

 Menghargai prestasi anak ; Orang tua harus mendorong anak untuk berusaha

sebaik-baiknya dan menghasilkan karya yang terbaik, bukan terlalu

menekankan pada nilai tinggi.

 Orang tua aktif dan mandiri ; Bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri

amat penting karena orang tua menjadi model utama bagi anak. Oleh karena

itu orang tua harus percaya diri dan mempunyai kompetensi baik didalam

maupun di luar rumah.

 Menghargai kreativitas ; Dalam mengembangkan bakat anak, orang tua harus

mendorong anak untuk berbuat kreatif dan menghargai kreativitas anak

tersebut.

b. Lingkungan sekolah

Dalam lingkungan sekolah, yang berperan dalam pengembangan bakat dan

sikap inovatif anak terutama adalah guru. Usaha guru agar agar dapat

menciptakan lingkungan yang kondusif disekolah adalah :

 Menanamkan kepada anak bahwa belajar itu penting, guru harus menciptakan

situasi belajar yang menyenangkan.

 Guru harus menghargai anak sdan menyayanginya sebagai pribadi yang unik.

 Guru hendaknya menjadi fasilitator bagi anak.

 Guru hendaknya merangsang anak untuk mengungkapakan pendapat dan

memunculkan bakat serta sikap inovatifnya.

15
 Anak diberi kebebasan untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik

dengan guru maupun dengan teman sebayanya.

 Guru hendaknya menempatkan diri sebagai teman bagi anak usia dini dan

bersikap demokratis, bekerjasama serta memberi perhatian.

c. Lingkungan masyarakat

Suatu masyarakat yang berdasarkan hukum-hukum yang adil, memungkinkan

kodisi ekonomi dan psikologis yag paling baik bagi warga negaranya, merupakan

lingkungan yang kodusif dalam pertumbuhan bakat dan sikap inovatif. Studi dari

Gray (dikutip Arteri, 1976 dalam Utami Munandar, 2002) menunjukan baha

masyarakat yang sejahtera akan memupuk kreativitas dan keterbakatan. Masyarakat

hendaknya memberikan penghargaan dan penguatan bagi anak yang berbakat.

Masyarakat juga dapat menyediaka kursus, pelatihan, sanggar, dan lain-lain untuk

memupuk bakat dan talenta anak dalam berbagai bidang.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap anak didik mempunyai bakat yang berbeda-beda. Setiap guru pasti akan

merasakan tentang perbedaan mereka. Dibenak kita pasti akan terlintas pertanyaan

”apa sich sebenarnya bakat itu ? Bagi pendidik/guru, pertanyaan – pertanyaan ini

sangat penting. ”bakat” (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan

bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat

terujud. Berbeda dengan baka ”kemampuan” merupakan daya unutk melakukan suatu

tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemmapuan menunjukan bahwa

suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memrlukan

latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang.

Anak berbakat itu membutuhkan beberapa pihak yang dapat membimbing dan

membantunya agar berkembang secara alamiah. Pihak – pihak itu adalah pihak

internal dan eksternal. Bimbingan dari pihak internal adalah orang tua, sedangkan

eksternalnya adalah masyarakat dan sistem pendidikan. Untuk itu, sebagai orang tua,

guru dan pendidik harus menyajikan beberapa kebutuhan anank – anak berbakat, cara

memenuhinya, serta teknik – teknik pembinaan dan penguatan potensi mereka,

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan memperoleh manfaat dari

potensi tersebut.

B. SARAN

Kami dari kelompok VII semester VI sebagai mahasiswa Paud dan Pendidik

Paud berharap kiranya pembaca makalah ini khususnya mahasiswa dan pendidik Paud

dapat memperoleh pengetahuan yang akan membantunya dan melaksanaka misi

17
pendidikan, baik dalam kedudukannya sebagai orang tua, maupun pendidik dalam

menuntun anak – anak yang berbakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Sulaiman Ali (Anak Berbakat : bagaimana mengetahui dan membinanya)

Jakarta : Gema Insani Press 2001.

 Ekky. Psikolog 08. Blogspot. Com/2010/.....

 Paudkita. Blogspot . Com/2010/01/.....

 Makalah-ibnu. blogspot. Com/2008/10/9....

 Makalahku-makalahmu.wordpress.com/2008/10/9......

19

Anda mungkin juga menyukai