Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI

TERHADAP KREATIVITAS ANAK


Wisnu Widyantoro1, Nur Setya Pertiwi2
Stikes Bhamada, Slawi
Oominyu@gmail.com

ABSTRAK
Kegiatan bermain penting bagi pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, sosial, emosi,
intelektual, dan spiritual anak. Kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seseorang ditengah
pengalaman hidupnya untuk mengembangkan dirinya kearah yang positif. Perkembangan
kreativitas antara anak yang satu dengan yang lain berbeda baik jenis maupun derajatnya
sehingga perlu dirangsang dan dikembangkan sejak anak usia dini. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap pengembangan kreativitas di TK
Dewi Masyithoh Plus Kalikangkung.
Penelitian dengan model true eksperiment desain ini dengan jumlah populasi adalah 20 anak
sedangkan sampel yang digunakan adalah total sampling dimana seluruh populasi dijadikan
sampel. Pemberian gambar ayam untuk mewarnai sedangkan rubrik penilaian verbal untuk
kreativitas.
Analisis uji hipotesis menggunakan uji t (T-test) dihasilkan pada kelompok perlakuan terdapat
suatu hubungan tingkat perbedaan nilai skor dan kesimpulan nilai kreatif dan tidak kreatif.
Kondisi awal siswa kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Secara statistik hasil
uji t dengan hasil t hitung -0,896 dan signifikan 0,394 artinya kedua kelas tidak ada perbedaan.
Hasil uji T pada nilai post test kelas eksperimen dan kelas kontrol dipeorleh nilai t hitung sebesar
2,762 dan signifikan 0,022. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf
signifikan 5% adalah 2,22 sehingga t hitung lebih besar dari t tabel. Artinya hipotesis diterima
bahwa ada pengaruh signifikan pembelajaran dengan terapi mewarnai terhadap kreativitas anak.
Kesimpulan terdapat pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap kreativitas di TK Dewi
Masyithoh Plus Kalikangkung.
Kata kunci: terapi bermain, mewarnai, kreativitas di taman kanak-kanak
1.

PENDAHULUAN
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,
sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak. Bermain dapat mengenal lingkungan, berinteraksi
serta mengembangkan emosi dan imajinasi anak dengan baik. Anak tidak merasa terpaksa untuk
bermain tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan,
imajinasi, dan motivasi bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk
anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya bagi anak. Bermain dapat mengembangkan fisik,
motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreatifitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan,
melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.
Menumbuh kembangkan kreativitas pada anak-anak khususnya di Sekolah Taman Kanak kanan
dapat dapat menstimulasi daya kreativitas dan juga berpengaruh terhadap peningkatan
kreativitasnya (Karmila, dkk,. 2011).
Bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi
dan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan. Dibawah ini adalah beberapa
fungsi bermain menurut Supartini dkk, (2004)
Pembelajaran anak pada usia dini dibutuhkan berbagai macam teknik dan cara karena
peserta didik yang merupakan anak usia dini lebih sangat aktif dan mereka lebih susah diatur,
maka pembelajaran dalam anak usia dini sangatlah dibutuhkan sebuah metode dan teknik yang
mampu membuat mereka lebih aktif dalam hal yang positif dan tidak merasa bosan dalam
pembelajaran yang disampaikan. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat
untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis

menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan menggunakan alat mewarnai seperti crayon
atau pensil warna, akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya. Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan
kesempatan anak untuk bebas berekspresi serta sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh).
Anak dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara mewarnai gambar ini bagi anak merupakan
suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Wowiling, dkk, 2014).
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dikhususkan dan diperuntukan bagi
anak-anak yang mempunyai jenjang umur antara 3-5 tahun. Hakekatnya adalah siswa yang
berumur 3-5 tahun mempunyai sifat dan sikap yang aktif dan cenderung susah diatur, maka
sebagai perawat atau guru yang diterjunkan pada lembaga tersebut ialah mereka yang mempunyai
skills dan tingkat kesabaran yang tinggi. Berbagai macam sistem dan cara pembelajaran di
pendidikan anak usia dini ialah siswa dituntut untuk aktif dan kooperatif (Zulfa, 2010).
Terapi bermain adalah hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis
yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan dan memfasilitasi materi
permainan sehingga tercipta hubungan yang aman bagi anak untuk mengekspresikan dan eksplorsi
dirinya melalui media bermain (Landreth, 2005).
Terapi bermain adalah terapi kejiwaan, namun dalam pelaksanaanya faktor ekspresi gerak
menjadi titik Tumpuan bagi analisa terapeutik dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan
yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tidak ada unsur paksaan serta
menimbulkan motivasi dalam dirinya sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela, dan mempunyai
pola aturan yang tidak mengikat (Sukinah, 2007).
Terapi bermain mewarnai merupakan cara ataupun teknik alternatif pembelajaran yang
mampu menjawab semua keraguan serta semua tantangan para tenaga pengajar di kalangan tenaga
pengajar Taman Kanak - kanak, karena dengan menerapkan terapi bermain mewarnai pada
pembelajaran siswa atau peserta didik akan merasa lebih aktif dan mereka secara tidak langsung
akan mengikuti pembelajaran yang nyaman dan mengasyikan. Dengan menerapkan terapi bermain
tersebut tenaga pengajar akan mudah dalam mengatur serta memberikan pengetahuan secara real
(nyata) karena siswa akan berinteraksi dan berimajinasi langsung untuk mewarnai sesuai daya
pikir mereka(Hermawan, 2010).
Mewarnai sebagai salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas
berekspresidan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan
perasaannya dengan cara mewarnai gambar, ini berarti mewarnai gambar merupakan suatau cara
untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Suparto, 2004).
Pemilihan jenis permainan untuk anak usia preschool salah satunya adalah mewarnai,
dimana anak mulai menyukai dan mengenal warna serta mengenal benda-benda disekelilingnya.
Mewarnai memiliki manfaat untuk kegiatan menyenangkan sekaligus melatih saraf motorik,
kreativitas, dan daya imajinasi anak, fungsi warna dan bentuk yang berbeda dalam bermain dapat
memberikan stimulus perkembangan anak (Ranuhandoko N, 2008).
Proses pendekatan dengan melalui pemberian terapi bermain merupakan metode yang tepat
dan efektif guna menurunkan ketegangan anak dan dapat mengubah perilaku negatif anak dalam
bermain. Bermain dapat meningkatkan hubungan antar anak dan meningkatkan kemandirian,
dapat mengekspresikan rasa tertekan, serta dapat membina perilaku kooperatif yang positif
(Suriadi, 2006).
Kreativitas merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang ditengah-tengah pengalaman
hidupnya untuk mengembangkan dirinya kearah yang positif. Kreativitas anak bersifat
ekspresionis hal Ini dikarenakan pengungkapan ekspresi merupakan sifat yang dilahirkan dan
dapat berkembang melalui latihan-latihan. Kreativitas merupakan gejala pemikiran baru, cara,
pemahaman/model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan (Ulfah,
2008).
Perkembangan kreativitas antara anak yang satu dengan yang lain berbeda-beda baik jenis
maupun derajatnya, karena perkembangan kreativitas muncul dalam setiap tahapan perkembangan
manusia dari bayi sampai tahap perkembangan lanjut usia. Kreativitas merupakan kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali
baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya (Barron,
2005).

Kreativitas perlu dirangsang dan dikembangkan sejak anak usia dini. Pengembangan
kreativitas ini harus sesuai dengan tahapan individu. Oleh karena itu rangsangannya perlu
disesuaikan dan jangan dipaksa. Karena pemaksaan kreativitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan justru akan membebani individu, sehingga individu tersebut tidak berkembang
normal. Tugas perkembangan anak yang mendukung kreativitas adalah anak harus mampu
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, anak diharapkan dalam berlatih dan
pengembangan keterampilan baru harus sesuai dengan perkembangan umurnya. Sebaliknya anak
yang tidak mampu mengembangkan kreativitas atau ketrampilan akan menunjukan sikap mudah
putus asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut memperlihatkan usahausahanya. Maka, kreativitas mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan
manusia, karena anak yang dapat menyalurkan kreativitasnya akan mempunyai makna pada tahap
pekembangannya. Perkembangan kreativitas bisa ditampilkan secara dini dalam kehidupan anak
dan terlihat pada saat ia bermain. Puncak kreativitas dapat diraih pada usia 30 tahunan dan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap munculnya ekspresi kreativitas (Akbar, 2006).
Anak pada usia pre-school senang bermain dengan warna. Mewarnai bisa menjadi alternatif
untuk mengembangkan kreativitas anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak
selama dirawat. Salah satu karakteristik perkembangan motorik halus pada anak pre-school adalah
mampu mengenali warna. Permainan mewarnai menjadi salah satu media bagi perawat untuk
mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis menggambarkan
bahwa selama mewarnai, anak akan mengekspresikan imajinasinya dalam goresan warna pada
gambar sehingga untuk sementara waktu anak akan merasa lebih rileks. Karena sistem
pembelajaran yang menjenuhkan bagi anak, maka teknik terapi bermain mewarnai sangat
diperlukan yaitu untuk melatih anak mengenal aneka warna, melatih konsentrasi anak, stimulasi
daya imajinasi dan kreativitas. Daya tarik seni mewarnai sangat universal secara visual dan secara
dekoratif terutama pada anak anak pre-school yang dianggap penuh misteri dan teka teki.
Mengembangkan pertanyaan - pertanyaan yang kompleks diperlukan untuk menuju pendidikan
antar ilmu pendidikan dapat mengungkap jawaban yang menjelaskan dorongan kreatif pada anakanak (Kelly, 2004).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap
pengembangan kreativitas anak usia pre-scholl.
Penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Suryanti, dkk, 2012, yang berjudul pengaruh terapi
bermain mewarnai dan origami terhadap tingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasi pada anak
usia pra sekolah di rsud dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga dari hasil penelitian tersebut
menyatakan terdapat pengaruh antara terapi bermain mewarnai dan origami terhadap penurunan
tingkat kecemasan.
Penelitian yang kedua yang ditulis oleh Sukatmi, 2013, yang berjudul peningkatan
kreativitas anak melalui pencampuran warna dengan media cat air pada kelompok a TK Kartika
Rungkut Surabaya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata persentase tingkat
ketercapaian pada kemampuan kreativitas anak. Merujuk pada data hasil perbandingan tersebut
dapat dikatakan bahwa kemampuan daya kreativitas anak pada saat pembelajaran dengan materi
pengembangan pencampuran warna cat air telah mengalami peningkatan dalam arti anak mampu
terlibat dalam proses pembelajaran serta mampu menemukan sendiri warna baru berdasarkan
pengalamannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Atisina, 2015, untuk pemberian terapi bermain mewarnai
gambar dan tingkat koperatif anak usia prasekolah didapatkan bahwa terdapat pengaruh terapi
bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah yang menjalani
perawatan di ruang perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa
terapi mewarnai gambar yang merupakan salah satu terapi permainan kreatif untuk merubah
perilaku anak selama di rawat di rumah sakit serta dapat meningkatkan komunikasi pada anak.
Dengan mewarnai gambar, anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat
mengembangkan kreativitasnya melalui permainan warna.

2.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian true experimental design, sampel penelitian
dipilih dalam rancangan ini adalah dua sampel. Sampel A diberi perlakuan mewarnai (eksperimen)
dan sampel B tidak diberikan perlakuan (kontrol), keduanya kemudian diobservasi selama pre dan
post test. Pengumpulan data menggunakan alat ukur tes kreativitas verbal dengan media gambar
yang diberikan kepada responden yang masing-masing mendapat dua gambar yang berbeda.
Kemudian responden akan diarahkan untuk mengucapkan beberapa perbedaan yang ada pada
gambar yang sudah disediakan. Semua responden ditunjukkan gambar yang sudah disediakan bila
mana responden dapat membedakan gambar tersebut maka dikatakan kreatif tapi ditentukan
dengan rubrik penilaian verbal. Sebelum tindakan dilakukan peneliti menjelaskan tentang
pelaksanaan terapi mewarnai dan menanyakan kesediaan menjadi responden dalam penelitian
(informed consent). Sumber didapat dari TK Dewi Masyithoh Plus Kalikangkung dengan jumlah
20 anak, dimana 10 anak kelompok perlakuan (kelas ekseprimen) dan 10 anak kelompok non
perlakuan (kelas kontrol). Data dianalisis dengan rumus uji t (T-test).
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari pre test pengembangan kreativitas dari kelompok perlakuan 4 anak mendapat
nilai kreatif dan 6 anak tidak kreatif, pada kelompok non perlakuan mendapat 3 anak nilai kreatif
dan 7 tidak kreatif. Hasil tersebut menunjukan tidak ada perbedaan dari nilai pre test kedua kelas.
Pada post test pengembangan kreativitas dari kelompok perlakuan terdapat 8 anak mendapat nilai
kreatif dan 2 anak mendapat nilai tidak kreatif, hal ini menunjukan adanya peningkatan jumlah
anak nilai kreatif dan penurunan jumlah anak nilai tidak kreatif.
Tabel 1. Pengembangan kreativitas pre dan post test kelas kontrol dan kelas eksperimen
Eksperimen
Frekuensi

Pengembangan kreatifitas
Pre Test
- Kreatif
- Tidak Kreatif
Post Test
- Kreatif
- Tidak Kreatif

Kontrol
Frekuensi

4
6

40.0
60.0

3
7

30.0
70.0

80
20

4
6

40
60

Hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung pada hasil post test kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 2,762 dengan signifikan 0,022. Hasil tersebut t hitung lebih
besar dari pada t tabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,228 sehingga artinya hipotesis diterima
bahwa ada pengaruh signifikan terapi bermain mewarnai terhadap kreativitas di TK Dewi
Masyithoh Plus Kalikangkung. Hasil uji T dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. hasil uji T

Mean

Pair

eksperimen
kontrol

1,700

Paired Samples Test


Paired Differences
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation Error
Interval of the
Mean
Difference
Lower
Upper
1,947

,616

,308

3,092

2,762

df

Sig.
(2tailed)

,022

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia pre-school atau usia 3-5 tahun mempunyai
kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah
menjadi lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan
temannya semakin meningkat. Pada penelitian bahwa anak anak yang kreativitasnya meningkat
setelah diterapi bermain yaitu anak usia rata-rata 5 tahun. Semakin matang atau bertambahnya usia
pada anak maka tingkatan kreativitas anak tersebut semakin bertambah (Baron, 2005).
Terapi bermain mewarnai adalah terapi permainan yang kreatif untuk meningkatkan
komunikasi pada anak. Terapi bermain mewarnai juga dapat memberikan kesempatan pada anak
untuk bebas berekspresi. Pemberian terapi bermain mewarnai pada anak dilakukan selama 3 hari
berturut-turut dimana pada hari pertama dilakukan pre test terlebih dahulu sebelum dilakukannya
terapi bermain. Setelah pre test dilakukan terapi bermain dan sesudah terapi bermain dilakukan
selama 3 hari dilakukan post test untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak dari hasil post
test.
Keberhasilan dari terapi bermain adalah kesiapan orang yang mau melakukan terapi,
antusiasnya klien yang akan ikut terapi, lingkungan yang nyaman dan dapat meminimalisir
rangsangan dari luar ruangan khususnya terapi yang akan dilakukan pada anak-anak. Keberhasilan
dari perlakuan terapi bermain ini kepada anak pre school adalah dari antusiasnya anak-anak untuk
mengikuti terapi bermain, kegemaran anak untuk bermain sebagai salah satu prioritasnya
mendukung terapi bermain ini. Antusias anak untuk mengikuti terapi bermain selama 3 hari
menjadi faktor penting dalam keberhasilan menjalankan terapi bermain. Selain itu faktor
pengganggu lain juga harus diperhatikan seperti anak yang tidak fokus untuk terapi ini. Seperti
pada penelitian ini yang dibantu oleh ibu guru mereka bertujuan agar anak mau fokus terhadap
terapi bermain ini.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Moyles (2005). Bermain adalah suatu proses yang
diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa Bermain adalah suatu upaya anak untuk
mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dan melepaskan segala keinginannya yang tidak
dapat tersalurkan seperti : keinginan untuk menjadi presiden, raja, permaisuri dan lain-lain. Maka
dari itu dalam proses terapi bermain mewarnai ini perlu menjaga adanya kefokusan dari anak-anak
yang sedang melakukan terapi bermain, karena pada dasarnya rangsanganpermainan dari luar
ruangan akan sangat mengganggu proses dari terapi bermain ini.
Anak yang belum memiliki sikap baik dalam pelaksanaan terapi bermain disebabkan
kurangnya motivasi dalam melaksanakan terapi bermain akan menyebabkan penilaian menjadi
tidak kreatif. Faktor yang paling berperan adalah anak itu sendiri untuk dapat terlaksananya terapi
bermain dengan baik (Agustina dan Sitohang, 2012).
Permainan edukatif kreatif dapat bersumber dari lingkungan alam sekitar peserta didik
karena lingkungan merupakan media yang sangat tepat untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi
anak. Permainan tersebut berupa bahan mentah atau benda yang sudah siap pakai digunakan
menjadi media permaianan edukatif maupun yang harus dibuat baru atau dimodifikasi/dilengkapi.
Permaianan edukatif kreatif berfungsi sebagai sumber pengetahuan, ketrampilan yang baru bagi
anak sekaligus sebagai medium pengembangan nalar dan kreatifitas anak seperti berfikir,
menganalisa, memecahkan masalah sendiri serta berbuat secara sistemik dan logik (Sugiharto,
2010).
Aspek penting dalam melakukan terapi bermain adalah melakukan hubungan yang
kontinyu selama proses berlangsung kemampuan anak untuk membuat dan memelihara kontak
yang baik selama proses terapi. Hubungan selama pengambilan data adalah aspek penting dalam
setiap sesi. Anak akan merasa sulit untuk mempertahankan kontak dengan terapis untuk itu fokus
terapi awalnya bisa untuk membantu mereka merasa nyaman sehingga mereka dapat membuat dan
memelihara kontak. Selama proses terapi pembuatan kontak yang baik dengan menarik perhatian
anak akan memudahkan selama pemberian terapi. Anak yang terus menerus berbicara, atau yang
tidak bisa bermain sendiri dan selalu membutuhkan orang untuk bermain dianggap sebagai anakanak yang tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi. Keterampilan membuat kontak dengan
anak lain dapat dianggap sebagai cara melakukan pertemanan. Keterampilan ini meliputi
menyentuh, melihat, mendengarkan dan mendengar, rasa, bau, bicara, suara, postur tubuh, bahasa
dan gerakan (Blom, 2006).

Prinsip dasar saat anak anak akan diberikan terapi atau sebuah prosedur penilaian
adalah harus mengutamakan kepentingan mereka terlebih dahulu dan meminimalkan kerugian
yang ditimbulkan. Pemberian terapi bermain harus dapat dipastikan merupakan kepentingan
terbaik yang harus menjadi perhatian utama dalam membuat keputusan yang mungkin
mempengaruhi mereka. Prinsip ini meliputi hak etika anak - anak yang mempunyai kecemasan
sehingga bisa diminimalkan dan dikelola secara efisien atau dimana ketidaknyamanan dapat
dihindari. Persiapan yang cukup dapat meminimalkan kerugian tersebut (Delany dan Conwell,
2012).
4.

KESIMPULAN
Hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung pada hasil post test kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 2,762 dengan signifikan 0,022. Hasil tersebut t hitung lebih
besar dari pada t tabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,228 sehingga artinya hipotesis diterima
bahwa ada pengaruh signifikan terapi bermain mewarnai terhadap kreativitas di TK Dewi
Masyithoh Plus Kalikangkung.
5.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pengajar TK Dewi Masyithoh Plus
Kalikangkung serta rekan sejawat yang telah bersedia membantu selama dalam pengambilan dan
pengolahan data penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Ika, dan Stitohang, Nur Asnah, 2012, Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
terapi bermain, Jurnal Keperawatan Klinis Vol 3, No 1.
Akbar, Inayah, R. 2006, Tingkat kreativitas anak serta dampak dampak negatif yang dapat
menghambat kreativitasnya. Bandung: Ghalia Indonesia
Alya, Zulfa. 2011, Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Ar. Raudhoh Pustaka
Aristina, Arif Firmanto J, 2015, Terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif
anak usia prasekolah di ruang perawatan anak rumah sakit prof. dr. h. aloei saboe kota
gorontalo, http://eprints.ung.ac.id/12154/ diakses pada 5 Agustus 2015.
Barron, 2005, Meningkatkan kreativitas anak dengan cara penalaran eksternal. Jakarta: Pelita
Bangsa
Blom, Rinda, 2006, The Handbook of Gestalt Play Therapy Practical Guidelines for Child
Therapists, London: Jessica Kingsley Publiser.
Delany, Clare dan Conwell, Melati, 2012, Ethics and teamwork for pediatric medical imaging
procedures: insights from educational play therapy, Pediatr Radiol 42:139-146
Hermawan, 2010, Pengaruh Terapi bermain terhadap peningkatan motivasi belajar anak. Jakarta:
Bumi Aksara
Karmila, Mila dan Suharno, Agus, Purwadi, 2011, Pengaruh metode pembelajaran permainan
bahasa peningkatan kreativitas anak, Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. 1.
Wowiling, dkk, 2014, Pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan
pada anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi di Ruangan Irina E BLU RSUP. Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado, Jurnal Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Vol 2 No 2.
Ulfah Marifah, 2008, Tipe Tipe kreativitas serta macam macam cara mengembangkannya.
Salatiga: Permata Abadi.
Kelly, Donna Darling, 2004, Uncovering the history of childrens drawing and art, Praeger
Publishers, Westport, United States of America.
Landreth, 2005, Terapi bermain serta pengaruhnya terhadap pola kembang anak. Bandung :
Alphabeta.
Ranuhandoko N. 2008, Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rajawali, Jakarta.
Suryanti, dkk, 2012, Pengaruh terapi bermain mewarnai dan origami terhadap tingkat kecemasan
sebagai efek hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di rsud dr. R. Goetheng
Tarunadibrata Purbalingga, MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, Vol. X No.
1.

Sugiharto, 2010, Meningkatkan kreativitas anak melalui media pembelajaran bermain di kelompok
bermain damar, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Vol 2, No 1.
Sukinah, 2007, Macam macam terapi yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran anak
usia dini. Bandung: Pustaka setia.
Suparto, H. 2004, Mewarnai Gambar sebagai Metode Penyuluhan Untuk Anak. Tesis. Surabaya :
Universitas Airlangga
Supartini, Yupi. 2004, Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Suriadi, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai