Pembimbing :
Disusun Oleh :
Siti Herdianty
030.15.184
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. P
Agama : Islam
1
ORANG TUA
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan Ibu pasien di
ruang Zamrud pada 28 Desember 2020.
Keluhan utama : Demam sejak 4 hari SMRS (Sebelum Masuk Rumah
Sakit).
Keluhan tambahan : Mual, Muntah, perut kembung, nyeri perut, sesak
dan BAK sedikit.
2
muntah setiap makanan dan minuman yang masuk, perut terasa
kembung, frekuensi BAK menurun, nyeri bagian perut kanan atas dan
uluati serta sesak.
3
Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan : pasien lahir dalam
kondisi baik dengan cara persalinan spontan dengan usia gestasi cukup
bulan.
D. Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 11 Bulan
Gangguan perkembangan mental : (-)
Psikomotor
Tengkurap : Ibu tidak mengingat
Duduk : Ibu tidak mengingat
Berdiri : Ibu tidak mengingat
Berjalan : Ibu tidak mengingat
Bicara : Ibu tidak mengingat
Perkembangan pubertas
Rambut : Belum tumbuh
Menarche : 12 tahun
Pertumbuhan bentuk genitalia : 12 tahun
E. Riwayat Makanan
Umur Buah/biskui
ASI/PASI Bubur susu Nasi tim
(bulan) t
0-2 Susu formula (-) (-) (-)
2-4 Susu formula (-) (-) (-)
4-6 Susu formula + (-) (-)
6-8 Susu formula + + +
8-10 Susu formula + + +
10-12 Susu formula + + +
Kesimpulan: Sejak lahir pasien meminum susu formula
4
Sayur 2xhari (1 mangkok kecil setiap makan)
Daging ayam 3x seminggu (1 potong setiap makan)
Telur 4x seminggu (1 butir telur setiap makan)
Ikan 3x seminggu (ukuran 100 g sekali makan)
Tahu Tidak suka
Tempe 5x seminggu (2 potong sekali makan)
Susu 2x/hari (150 ml sekali minum)
Kesulitan makanan : Tidak ada
F. Riwayat Imunisasi
G. Riwayat Keluarga
Tanggal Lahir
Jenis Mati
No lahir Abortus Kesehatan
kelamin Hidup Mati (sebab)
(umur)
1. 20 Tahun P + Sehat
2. 13 Tahun P + Pasien
3. 9 Tahun L + Sehat
4. 7 Tahun P + Sehat
5.
Kesimpulan riwayat keluarga : Pasien memiliki 3 saudara kandung,
pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara.
H. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal bersama dengan ayah sambung, ibu kandung dan 3
saudara kandung dirumah kontrakan. Dinding rumah terbuat dari tembok,
lantai cor, ventilasi dan pencahayaan baik, udara dalam rumah tidak
terasa pengap. Rumah pasien terletak di kawasan padat penduduk dan
5
berdempetan antara rumah satu dengan rumah lainnya. Sumber air
sehari-hari didapat dari sumur, sementara air minum menggunakan air
galon yang dibeli diluar. Jarak antara kamar mandi dan sumber air
kurang dari 10 meter.
TANDA VITAL
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 68 kali/ menit
- Frekuensi napas : 24 kali/ menit
- Suhu : 37,1 °C
ANTROPOMETRI
- Berat badan : 40 kg
- Tinggi/ panjang badan : 155 cm
- Lingkar Kepala : 54 cm
6
STATUS GIZI
STATUS GENERALIS
Mata :Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, cekung -/-. Oedem
palpebra -/-, ptosis -/-.
Bibir :Sianosis (-), pucat (+), kering (+), hiperemis (-), darah
kering (+)
7
Leher :Tampak tidak ada kelainan, edema (-), massa (-), tidak
teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.
Thoraks (Jantung)
Palpasi :Iktus cordis teraba pada sela iga ke 5 garis midsternalis kiri
Palpasi :Gerak dinding dada simetris kiri dan kanan, Vokal fremitus
(+/+) saat mengucapkan 77.
Abdomen
8
Anggota gerak
Ekstremitas
9
HEMATOLOGI (UGD)
27 Desember 2020
Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit (WBC) 3.7 ribu/uL 5 – 14.5
Eritrosit (RBC) 4.8 juta/uL 3.6 – 5.8
Hemoglobin (HGB) 13.1 g/dL 10.7 – 14.7
Hematokrit (HCT) 38 % 33 – 45
Trombosit (PLT) 57 ribu/uL 217 – 497
MCV 78.7 fL 72 – 88
MCH 27.3 Pg 22 – 34
MCHC 34.7 g/dL 32 - 36
RDW 13.6 % <14
KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT
Hasil Satuan Nilai normal
GDS 120 mg/dL 69 - 100
ELEKTROLIT
Natrium 136 mmol/L 135 – 155
Kalium 3.7 mmol/L 3.6 – 5.5
Klorida 102 mmol/L 98 - 109
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
IV. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada 27 Desember 2020
pukul 14.00 WIB dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam
dirasakan terus menerus dan tidak diikuti kejang, tidak ada pola yang
spesifik untuk menggambarkan demamnya. Awalnya demam
berlangsung hanya 3 hari, kemudian demam turun. Setelah hari ke 4 ibu
mengatakan anaknya mulai lemas dan sulit makan. 3 hari Sebelum
dibawa ke IGD RSUD Budhi asih, pasien sempat berobat ke praktik
dokter pribadi dan diberikan obat penurun panas berupa Paracetamol
500 mg dan antibiotik Amoxicilin 200 mg namun belum ada perbaikan.
Sejak 1 hari sebelum masuk IGD, Keluhan demam disertai dengan mual
dan muntah setiap makanan dan minuman yang masuk, perut terasa
kembung, frekuensi BAK menurun, nyeri bagian perut kanan atas dan
uluati serta sesak.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 68 x/menit, pernapasan 24 x/ menit, suhu 37,1’C, SpO2
98%. Kesadaran composmentis, tampak sakit sedang. Status generalis
didapatkan bibir kering, perdarahan gusi kanan atas, mukosa hiperemis.
Pada abdomen dilakukan palpasi didapatkan nyeri tekan regio
hipokondium kanan dan regio epigastrium. Saat dilakukan perkusi
ditemukan pekak pada regio hipokondium kanan sejauh 3 cm dari arcus
costae. CRT >3 detik.
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan Leukosit 3.7 ribu/uL
(menurun), Hemoglobin 13.1 g/dL (normal), Hematokrit 38% (normal),
trombosit 57 ribu/uL ( menurun).
V. DIAGNOSIS BANDING
-Demam Tifoid
-Malaria
-Demam Cikungunya
-Ideopatik Trombositopenik Purpura
11
VI. DIAGNOSIS KERJA
-Demam Berdarah Dengue grade II
VII. PENATALAKSANAAN
-IVFD Asering 2cc/ Jam
- O2 2 L nasal kanul
-Injeksi Ranitidine 2 x 50 ml
-Paracetamol oral 3 x500 mg
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Ad Fungsionam: Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
12
FOLLOW UP
13
NLR : 0,63
Limfosit total 1734
A Demam berdarah dengue gradde Demam berdarah dengue grade Demam berdarah dengue
II II grade II
Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi ringan- sedang
Trombositonpenia Trombositonpenia (Perbaikan)
Trombositonpenia
P IVFD asering 2 cc/kgBB/jam -> IVFD asering 4 cc/kgBB/jam IVFD asering 3 cc/kgBB/jam
loading 10 cc/kgBB/Jam (500 (160 cc/jam) (120 cc/jam)
cc/jam) O2 2 L Inj Ranitidine 2 x 50 mg
O2 2 L Inj Ranitidine 2 x 50 mg Paracetamol 4 x 500 mg
Inj Ranitidine 2 x 50 mg Paracetamol 4 x 500 mg
Paracetamol 3 x 500 mg
31/12/2020
S Pasien mengatakan mual (-),
muntah (-), demam (-), nyeri
perut berkurang dari hari
sebelumnya, gusi berdarah (-),
BAB (+), BAK (+), nyeri
kepala (-), pusing (-), napsu
makan membaik.
O KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/80 mmHg
HR :59 x/menit
RR : 24 /menit
T : 37,1 ’C
SpO2: 99 %
Mata : Ca -/-, SI -/-
Hidung : sekret -/-
Mulut : bibir kering (-),
Hipremis (-), gusi berdarah (-).
Leher : tidak ada pembesaran
KGB
Thorax : SNV +/+, wheezing -/-,
ronki -/-.
BJ I dan II regular, Murmur (-),
gallop (-).
Abdomen : Supel, Nyeri tekan
regio hipokondrium kanan dan
14
epigastrium. Nyeri ketuk pada
regio hipokondium kanan dan
epigastrium. Hepatomegali 3 jari
dibawah arcus costae. Bising
usus (+).
Kulit : CRT< 2 detik
Laboratorium 31/12/2020
Hemoglobin : 13.5 (Normal)
Hematokrit : 39 (Normal)
Leukosit : 4.8 (Normal)
Trombosit : 69 (Menurun)
15
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada 27 Desember 2020 pukul
14.00 WIB dengan keluhan demam 38,5’C sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan
terus menerus dan tidak diikuti kejang. Sesuai dengan teori, hal pertama yang
terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami
demam dan bisa berlangsung selama 2-7 hari yang dimana fase demam terjadi sejak
hari pertama virus menginfeksi hingga hari ke 3. Keluhan demam disertai dengan
mual dan muntah setiap makanan dan minuman yang masuk, perut terasa kembung,
frekuensi BAK menurun, nyeri bagian perut kanan atas dan uluati serta sesak.
Sesuai dengan teori bahwa di hari ke 4 dimana fase demam sudah berakhir dan
berpindah ke fase kritis yaitu demam turun yang diikuti dengan muntah terus
menerus akibat kebocoran plasma. Terjadinya nyeri perut juga disebabkan oleh
keterlibatan organ hati yang mengalami pembesaran (Hepatomegali).
16
Setelah dilakukan follow up 29 desember 2020 pada pemeriksaan fisik
didapatkan nadi lambat dan teraba lembut, gusi berdarah pada premolar I kiri atas
dan pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit menurun yaitu 4.6 ribu/uL dan
trombositosis yaitu 23 ribu/uL. Ini disebabkan karena fenomena patologis yang
utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
yang mengakibatkan terjadinya perdarahan spontan dan perembesan atau kebocoran
plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma yang secara otomatis membuat jumlah trombosit berkurang,
terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan
renjatan. (syok).
Terapi yang diberikan saat pertama kali tiba di IGD RSUD Budhi asih yaitu
asering 2 cc/kgBB/jam (80cc/kgBB/jam) namun akral masih dingin dan terjadi
perdarahan gusi, kemudian diloading cairan menjadi 10 cc/kgBB/jam. Setelah
loading cairan diberikan, keadaan umum membaik, akral mulai hangat, perdarahan
gusi berangsur berhenti, cairan diturunkan menjadi 7 cc/kgbb/jam. Setelah tanda
vital mulai stabil, cairan diturunkan menjadi 5 cc/kgbb/jam. Pemberian terapi cairan
untuk menggantikan cairan yang hilang dan mencegah komplikasi ke arah syok dan
diberikan antipiretik Paracetamol 500 mg untuk menurunkan demamnya.
17
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Etiologi
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-
4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Keempat
serotipe dengue terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DEN-2.3
Epidemiologi
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000
penduduk, namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Umur terbanyak
yang terkena infeksi dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin
banyak kelompok umur lebih tua. Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi
menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala (silent dengue infection), (2)
demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD) dan (4) demam berdarah
dengue disertai syok (sindrom syok dengue/DSS).3
18
penyebarannya semakin bertambah. Di Indonesia, demam berdarah pertama kali
ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi
dan 24 orang diantaranya meninggal dunia, dengan Angka Kematian (AK)
mencapai 41,3%. Sejak saat itu penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.5
Patofisiologi
Patofisiologi utama pada DBD dan DSS adalah peningkatan permeabilitas
akut, yang menyebabkan keluarnya plasma ke rongga ekstraseluler. Kebocoran
plasma dapat dibuktikan dengan adanya timbunan cairan dalam rongga pleura,
peritoneum dan perikardium.3
19
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau
kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang,
terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan
renjatan. (syok).7 Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali). Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai
hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena
itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah
berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan
jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila
tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian.
Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna
menambah semua komponen-komponen di dalam darah yang telah hilang.3
20
Klasifikasi
Manifestasi klinis
21
-Demam dengue
Manifestasi yang tidak biasa dari pasien dengan keterlibatan organ yang
parah seperti hati, ginjal, otak atau jantung yang berhubungan dengan infeksi
dengue semakin banyak dilaporkan pada DBD dan juga pada pasien dengue yang
tidak memiliki bukti kebocoran plasma. Manifestasi yang tidak biasa ini mungkin
berhubungan dengan koinfeksi, komorbiditas atau komplikasi syok yang
berkepanjangan. Investigasi menyeluruh harus dilakukan dalam kasus ini. Sebagian
besar pasien DBD yang memiliki manifestasi yang tidak biasa merupakan akibat
dari syok berkepanjangan dengan gagal organ atau pasien dengan penyakit penyerta
atau koinfeksi.1
22
Perjalanan penyakit DBD4
Manifestasi klinis DBD terdiri atas tiga fase yaitu fase demam, kritis, serta
konvalesens. Setiap fase perlu pemantauan yang cermat, karena setiap fase
mempunyai risiko yang dapat memperberat keadaan sakit.
Fase Demam
Pada kasus ringan semua tanda dan gejala sembuh seiring dengan
menghilangnya demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu
tubuh menurun segera, tidak secara bertahap. Menghilangnya demam dapat
disertai berkeringat dan perubahan pada laju nadi dan tekanan darah, hal ini
merupakan gangguan ringan sistem sirkulasi akibat kebocoran plasma yang tidak
berat. Pada kasus sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang bermakna
sehingga akan menimbulkan hipovolemi dan bila berat menimbulkan syok
dengan mortalitas yang tinggi.
23
awal yang sensitif dalam mendeteksi perembesan plasma yang pada umumnya
berlangsung selama 24-48 jam. Peningkatan hematokrit mendahului perubahan
tekanan darah serta volume nadi, oleh karena itu, pengukuran hematokrit berkala
sangat penting, apabila makin meningkat berarti kebutuhan cairan intravena
untuk mempertahankan volume intravaskular bertambah, sehingga penggantian
cairan yang adekuat dapat mencegah syok hipovolemi.
Klinis1
1. Demam: Onset akut, tinggi dan terus menerus, berlangsung 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan berikut termasuk tes torniquet positif (paling
umum), petekie, purpura, epistaksis , perdarahan gusi, dan hematemesis dan
/ atau melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali) diamati pada beberapa tahap penyakit pada
90% -98% kasus anak-anak.
24
4. Frekuensi bervariasi dengan waktu dan atau pengamat. Syok,
dimanifestasikan oleh takikardia, perfusi jaringan yang buruk dengan
denyut nadi lemah dan menyempit tekanan nadi (<20 mmHg ) atau
hipotensi dengan adanya kulit dingin, lembap dan gelisah.
Warning sign
25
Laboratorium1
Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,
dengan manifestasi sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
o Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD.
2. Uji serologis
5 tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk diagnosis
infeksi dengue: Hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement fixation(CF), uji
netralisasi (NT), imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent
assay capture (MAC-ELISA), dan imunoglobulin G langsung ELISA.
Terlepas dari uji yang digunakan, diagnosis serologi tergantung
kenaikan titer antibodi spesifik (4x/lebih) antara sampel serum fase
akut dan fase sembuh. Antigen baterai untuk sebagian besar tes serologi
harus mencakup semua serotipe dengue empat virus, flavivirus lain (seperti
virus demam kuning, virus ensefalitis Jepang, atau St Louis ensefalitis
virus), non flavivirus (seperti virus Chikungunya atau timur kuda virus
ensefalitis ). Dari tes di atas, HI paling sering digunakan; karena
26
sensitif, mudah untuk dilakukan, hanya membutuhkan peralatan minim, dan
sangat tepat jika dilakukan dengan benar. Karena antibodi HI bertahan
untuk waktu yang lama (hingga 48 tahun dan mungkin lebih lama), tes ini
ideal untuk studi seroepidemiologic. Tes CF tidak sering digunakan untuk
pemeriksaan diagnostic serologis secara rutin. Karena lebih sulit untuk
dilakukan, dibutuhkan tenaga yang sangat terlatih, dan karena itu tidak
digunakan di sebagian besar laboratorium dengue. NT adalah tes
serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Protokol
yang paling umum digunakan di laboratorium dengue adalah serum
pengenceran pengurangan plak NT. Secara umum, titer antibodi
penetral-naik pada waktu yang sama atau sedikit lebih lambat dari titer
antibodi HI dan ELISA tetapi lebih cepat dari pada titer antibodi CF dan
bertahan selama setidaknya 48 tahun. MAC ELISA adalah tes serologis
yang sangat sering digunakan untuk mendiagnosis dengue yang terjadi pada
beberapa tahun yang lalu. Karena mudah dan cepat. Anti dengue IgM
berkembang menjadi sedikit lebih cepat daripada antibody IgG.
Kespesifikan dari MAC-ELISA sama dengan HI.
3. PCR
Reverse transcriptase PCR (RT-PCR) telah dikembangkan untuk
sejumlah virus RNA dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki potensi
untuk merevolusi diagnosis laboratorium; untuk demam berdarah, RT-
PCR menyediakan diagnosis-serotipe spesifik yang cepat. Metode ini
cepat, sensitif, sederhana, dan direproduksi jika dikontrol dengan baik dan
dapat digunakan untuk mendeteksi RNA virus dalam sampel manusia
klinis, jaringan otopsi, atau nyamuk. Meskipun RT-PCR memiliki
sensitivitas yang mirip dengan sistem isolasi virus yang menggunakan C6 /
36 kultur sel, penanganan yang buruk, penyimpanan yang buruk, dan
adanya antibodi biasanya tidak mempengaruhi hasil PCR seperti yang
mereka lakukan isolasi virus. Sejumlah metode yang melibatkan primer
dari lokasi yang berbeda dalam genom dan pendekatan yang berbeda untuk
mendeteksi produk RT-PCR telah dikembangkan selama beberapa tahun
27
terakhir. Harus ditekankan, bagaimanapun RT-PCR tidak boleh
digunakan sebagai pengganti isolasi virus. Ketersediaan virus isolat
penting untuk karakteristik perbedaan strain virus, karena informasi ini
sangat penting untuk pengawasan dan patogenesis studi virus.
Sayangnya, banyak laboratorium sekarang melakukan tes RT-PCR
tanpa kontrol yang tepat kualitas, yaitu, isolasi virus atau pengujian
serologis. Sejak RT-PCR sangat sensitif terhadap kontaminasi amplikon,
tanpa kontrol yang tepat hasil positif palsu dapat terjadi. Perbaikan
dalam teknologi ini, bagaimanapun, harus membuatnya lebih berguna di
masa depan.
Diagnosis banding8
- Malaria
Suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan pembesaran
limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi
akut maupun kronik yangdisebakan oleh infeksiPlasmodiumyang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah,
dengan gejala demam, menggigil, anemia, danpembesaran limpa.
- Demam Tyfoid
Penyakit demam tifoid (typhoid fever) atau yang biasanya disebut tifus
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang
menyerang bagian saluran pencernaan. Selama terjadi infeksi,bakteritersebut
bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan
dilepaskan ke aliran darah.
28
sering dijumpai nyerisendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan
epistaksis hampir sama denganDBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.
Tatalaksana4,7
29
Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat
10-20 ml/kgbb secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok
belum teratasi tetap berikan ringer laktat 20 ml/kgbb ditambah koloid 20-30
ml/kgbb/jam, maksimal 1500 ml/hari.
Pemberian cairan 10ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4 jam pasca syok.
Volume cairan -diturunkan menjadi 7ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml, dan 3
ml apabila tanda vital dan diuresis baik.
Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik.
Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok
teratasi.
Oksigen 2-4 L/menit pada DBD syok
Indikasi pemberian darah
Penggantian cairan
Jenis cairan yang diberikan kristaloid isotonik, Tidak dianjurkan pemberian
cairan hipotonik seperti NaCl 0,45%. Dalam keadaan normal setelah satu
jam pemberian cairan hipotonis, hanya 1/12 volume yang bertahan dalam
ruang intravaskular sedangkan cairan isotonis 1/4 volume yang bertahan,
sisanya terdistribusi ke ruang intraselular dan ekstraselular. Pada keadaan
permeabilitas yang meningkat volume cairan yang bertahan akan semakin
berkurang sehingga lebih mudah terjadi kelebihan cairan pada pemberian
cairan hipotonis.Cairan koloid hiperonkotik (osmolaritas >300 mOsm/L)
seperti dextran 40 atau HES walaupun lebih lama bertahan dalam ruang
intravaskular namun memiliki efek samping seperti alergi, mengganggu
fungsi koagulasi, dan berpotensi mengganggu fungsi ginjal. Jeniscairan ini
hanya diberikan pada:
30
l) perembesan plasma masif yang ditunjukkan dengan nilai hematokrit yang
makin meningkat atau tetap tinggi sekalipun telah diberi cairan kristaloid
yang adekuat.
2) pada keadaan syok yang tidak berhasil dengan pemberian bolus cairan
kristaloid yang kedua
Jumlah cairan
Volume cairan yang diberikan disesuaikan dengan berat badan, kondisi
klinis dan temuan laboratorium. Pasien dengan obesitas, pemberian jumlah cairan
harus hati-hati karena mudah terjadi kelebihan cairan, penghitungan cairan
sebaiknya berdasarkan berat badan ideal.Pada DBD terjadi hemokonsentrasi akibat
kebocoran plasma >20%, oleh karena itu jumlah cairan yang diberikan diperkirakan
sebesar kebutuhan rumatan (maintenance) ditambah dengan perkiraan defisit cairan
5%. Untuk memudahkan, tabel 8 memperlihatkan kebutuhan volume cairan yang
harus diberikan dosis rumatan dan apabila disertai defisit cairan 5%.
memperlihatkan kecepatan dari volume cairan yang akan diberikan. Contoh untuk
anak dengan berat badan ideal 20 kg, maka kebutuhan cairan adalah 2.500 mL/24
jam dengan kecepatan 5mL/kgBB/jam. Apabila hematokrit meningkat jumlah
cairan harus dinaikkan dan bila menurun jumlah cairan dikurangi.Banyak
ditemukan di klinis adalah pasien yang belum menunjukkan peningkatan
hematokrit yang berarti (pada keadaan ini diagnosis yang ditegakkan masih DD),
namun dihawatirkan merupakan fase awal sakit DBD, maka volume cairan yang
diberikan cukup rumatan atau sesuai kebutuhan. Volume cairan ditingkatkan
apabila nilai hematokrit naik dan kemudian diturunkan bertahap seiring dengan
penurunan nilai hematokrit. (gambar terlampir) merupakan ilustrasi bagaimana
volume cairan ditambah dan dikurangi seiring dengan perubahan nilai hematokrit.
31
Gambar 5. kebutuhan cairan berdasarkan BB Ideal
32
33
34
35
Kriteria memulangkan pasien:
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit > 50.000/ml
Tidak dijumpai distres pernapasan
Komplikasi9
Pencegahan10
Kasus demam berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan lingkungan. Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan
36
kematian dan dapat terjadi karena lingkungan yang kurang bersih. Berbagai upaya
dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah
dengan melakukan PSN 3M Plus.
1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang
sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum
dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan
air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk
yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun
pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus
hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan
air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai
kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat
lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur
ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur
ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti
berikut:
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
Menggunakan obat anti nyamuk
Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
Gotong Royong membersihkan lingkungan
Periksa tempat-tempat penampungan air
Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
Menanam tanaman pengusir nyamuk
Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan, hal
ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan
37
nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran jika hampir setiap
tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB).
DAFTAR PUSTAKA
38
39