Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

FEBRUARI 2019

ROBEKAN PORTIO

O L E H : D E W I N U R FA D I L A H
10542047313

Pembimbing : dr. H. Umar Malinta, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PENDAHULUAN
• Menurut WHO 75% angka kematian ibu (AKI) akibat
komplikasi selama hamil, bersalin, dan 25% selama
masa nifas.
• Menurut SDKI, tahun 2012 kasus kematian ibu melonjak
tajam, 359 per 100.000 kelahiran hidup, meningkat
sekitar 57% bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang
hanya sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
• Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian
ibu, kematian ibu ini disebabkan oleh perdarahan
antepartum. Salah satu penyebab perdarahan adalah
robekan jalan lahir yaitu ruptur portio.
DEFINISI
• Ruptur serviks adalah robekan yang terjadi
pada persalinan yang mengenai pinggir
samping serviks kadang - kadang sampai ke
SBR dan membuka parametrium.
ETIOLOGI

Persalinan lama

Kelahiran dengan bantuan misalnya forsep, ekstrasi vakum.

Persalinan presipitatus ( secara spontan atau distimulasi


dengan oksitosik)

Kegagalan serviks atau berdilatasi karena kelainan kongenital


atau jaringan parut akibat luka terdahulu.
PATOFISIOLOGI

Serviks
Robekan
kaku dan
serviks
his kuat

Serviks uteri
Pelepasan
ditekan oleh
sebagian serviks
kepala
GEJALA KLINIS
• Biasanya robekan serviks ditandai dengan
perdarahan
• Robekan besar dan dalam  keadaan umum
buruk
• Rehidrasi intravena  tidak membaik, segera
pasang tampon kasa dan segera rujuk
DIAGNOSIS
• Robekan serviks yang dalam harus selalu
dicurigai pada perempuan yang mengalami
pendarahan hebat dan setelah kala tiga
persalinan, khususnya jika uterus berkontraksi
kuat.
• Pada pasien dengan ruptur serviks dapat
diidentifikasi dengan ekplorasi luka dengan
pemeriksaan inspekulo.
PENATALAKSANAAN
• Robekan serviks harus dijahit bila berdarah
atau > 1 cm
• Kadang-kadang, bibir depan serviks tertekan
diantara kepala anak dan sympisis sehingga
mengalami nekrosis lalu terlepas
• Ada kalanya seluruh porsio terlepas, terutama
pada primitua. Bagian yang terlepas tersebut
berbentuk cincin (circular detachment)
Tehnik Penjahitan pada Ruptur Serviks
Tehnik Penjahitan pada Ruptur Serviks
1. Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan kanan
dijepit dengan klem, sehingga perdarahan menjadi
berkurang atau berhenti
2. Kemudian serviks ditarik sedikit, sehingga lebih jelas
kelihatan dari luar
3. Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum
dijahit, pinggir tersebut diratakan dulu dengan jalan
menggunting pingir yang bergerigi tersebut
4. Setelah itu robekan dijahit dengan catgut khromik
nomor 00 atau 000. Jahitan dimulai dari ujung
robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau
jahitan angka delapan (figure of eight suture)
5. Pada robekan yang dalam, jahitan harus dilakukan lapis
demi lapis. Ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya
hematoma dalam rongga di bawah jahitan
6. Jika robekan mencapai uterus atau bila pembuluh darah
uterus ikut terkena atau jika terjadi hematoma
Ligamentum latum uteri, sebaiknya dilakukan laparotomi
untuk hemostasis
7. Hemostasis sempurna harus dicapai. Robekan genitalia
lainnya, seperti laserasi vagina dan robekan perineum,
harus dijahit dengan benar agar hasilnya optimal
8. Antibiotik dan analgesik harus diberikan kepada semua
pasien, yang kemudian harus dipantau ketat pada masa
pasca operasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: DepKes RI, 2012.
2. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007
3. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC, 2010
4. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2014, hal 526
5. Langhorne, et al., Oncology Nursing 5th Edition. Philadelphia : Mosby Elsevier, 2007
6. Tortora, G.J & Derrickson, B.H. Principles of Anatomy and Physiology Twelfth Edition. Asia : Wiley, 2009
7. Victor, Eroschenko. Atlas Histologi difiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi Sebelas. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2010 : hal 484-485
8. Junqueira, et al. Histologi Dasar : Teks & Atlas Ed 10. Jakarta : EGC, 2007
9. Sastrawinata, Sulaiman et al. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Ed 2. Jakarta : EGC, 2004, hal
179-181
10. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2007, hal 411-412
11. Hollingworth, Tony. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi : A-Z. Jakarta : EGC, 2011, hal 16-
17
12. Manuaba, Ida Bagus Gde. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Ed 2. Jakarta : EGC,
2003, hal 137
13. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Bedah Kandungan Ed 1. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2010, hal 182-183
14. Cunningham, F Gary et al. Obstetri Williams Ed 23. Jakarta : EGC, 2012, hal 822
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai