Oleh:
Gevin Diva Alzeto 1010313012
Reynaldo Rahima Putra 1740312108
Shaza Belladona 1740312428
Preseptor:
dr. Dedy Hendry, SpOG (K)
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul
“Perdarahan Uterus Abnormal”. Case report session ini ditulis dengan tujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca tentang perdarahan uterus
abnormal, selain juga bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menjalani
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan case report session ini, terutama preseptor dr. Dedy
Hendry, SpOG(K) dan residen-residen yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, saran dan perbaikan kepada penulis untuk lebih baik lagi.
Dengan demikian, penulis berharap agar case report session ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai perdarahan uterus abnormal.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Batasan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2
1.4. Manfaat Penulisan 2
1.5. Metode Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi 3
2.2. Fisiologi Menstruasi 4
2.3. Gangguan Haid pada Masa Reproduksi 7
2.4. Etiologi 9
2.5. Diagnosis 18
2.6. Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal Akut 21
BAB III KESIMPULAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Batasan Masalah
Haid.
dan literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menstruasi atau haid adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan
mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal
dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu (28 hari)
tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif pada wanita dan beberapa
spesies primata 1. Discharge dari haid terdiri dari cairan jaringan (20-40%,), darah
1. Siklus haid yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid
berikutnya 28 + 7 hari.
2. Lama haid, jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan berhenti 3-7
hari.
3. Jumlah darah yang keluar selama satu kali haid tidak melebihi 80 ml, ganti
dalam hal jumlah maupun lamanya. Terminologi menoragia saat ini diganti
dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan
3
Berdasarkan waktunya PUA terbagi atas 3 yaitu:
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen :
siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase
follikular dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai fase
4
Gambar 2.1 Siklus Menstruasi
a. Fase follikuler: pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang
5
dipersiapkan untuk ovulasi. Lama fase folikuler ini kurang lebih 10-14
hari.
b. Fase luteal: yaitu fase waktu dari awal ovulasi sampai awal menstruasi,
meningkat dari hari ke-5 sampai ke-14 daur haid. Seiring dengan peningkatan
endometrium ini disebut fase proliferatif atau fase praovulasi atau folikular.
pengaruh estrogen dan progesterone dari korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung
dan berkelok-kelok, serta mulai menyekresikan cairan jernih yang disebut sebagai
fase sekretorik atau luteal. Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti hipofisis
yang terlepas saat haid (stratum fungsional) dipasok oleh arteri spiralis sedangkan
bagian dalam yang tidak terlepas (stratum basal) diperdarahi oleh arteri basilaris.
Pada saat korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormon untuk endometrium
6
itu, terjadi spasme dan degenerasi dinding arteri spiralis, yang menyebabkan
secara lokal.5
- Hipermenorea (Menoragia)
dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara
klinis menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per
siklus dan durasi haid Iebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid
secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2 - 5 kali
per hari menunjukkan jumlah darah haid normal. Menoragia adalah bila ganti
- Hipomenorea
7
2. Gangguan Siklus Haid
- Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
- Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang
lain stres fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi. Oligomenorea
- Amenorea
8
3. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid
- Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
- Sindroma Prahaid
Merupakan keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, lelah,
susah konsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan
menjelang haid.6
2.4. Etiologi
1) Polip (PUA-P)
Definisi: Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus,
baik bertangkai maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari
stroma dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel
endometrium. Biasanya terjadi pada fundus dan dapat melekat
9
dengan adanya tangkai yang ramping (bertangkai) atau dasar yang
lebar (tidak bertangkai). Kadang-kadang polip prolaps melalui
serviks.7
Gejala:
o Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula
meyebabkan PUA, paling umum berupa perdarahan banyak
dan di luar siklus atau perdarahan bercak ringan pasca
menopause.7
o Lesi umumnya jinak, namun sebagian atipik atau ganas.7
Diagnostik:
o Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG
dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil
histopatologi. 7
Terapi:
o Eksisi, namun cenderung berulang. 7
o Untuk terapi definitif dapat dilakukan histerektomi, namun
jarang dilakukan untuk polip endometrium yang jinak.7
2) Adenomiosis (PUA-A)
Definisi: Dijumpainya jaringan stroma dan kelenjar endometrium
ektopik pada lapisan miometrium.7
10
Gejala:
o Nyeri haid, nyeri saat senggama, nyeri menjelang atau
sesudah haid, nyeri saat buang air besar, atau atau nyeri
pelvik kronik.7
o Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan
perdarahan uterus abnormal berupa perdarahan banyak
yang terjadi dalam siklus.4,7
Diagnostik:
o Pemeriksaan Fisik:
Fundus uteri membesar secara difus.4
Adanya daerah adenomiosis yang melunak, dapat
diamati tepat sebelum atau selama permulaan
menstruasi. 4
o Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalam
jaringan endometrium pada hasil histopatologi. Hasil
histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan
stroma endometrium ektopik pada jaringan miometrium.7
o Adenomiosis dimasukkan dalam sistem klasifikasi
berdasarkan penelitian MRI dan USG. Mengingat
terbatasnya fasilitas MRI, pemeriksaan USG cukup untuk
mendiagnosis adenomiosis. Hasil USG menunjukkan
jaringan endometrium heteropik pada miometrium dan
sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi
miometrium.7
11
Gambar 2.2. Penebalan dinding uterus dan jaringan kelenjar endometrium pada
adenomiosis.
Diagnosis banding
o Kehamilan.
o Leiomioma submukosa.
o Hipertrofi uteri idiopatik.
o Karsinoma endometrium.7
Terapi:
o Simptomatik: diberikan jika masih ingin mempertahankan
kemampuan untuk memiliki anak.
o Reseksi.
o Terapi kuratif: histerektomi. 7
3) Leiomioma (PUA-L)
Definisi: pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan
miometrium.7
Jenis berdasarkan lapisan uterus tempat tumbuhnya:
12
o Submukosa
o Intramural
o Subserosa.
Gejala:
o Perdarahan uterus abnormal berupa pemanjangan periode,
ditandai oleh perdarahan menstruasi yang banyak dan/atau
menggumpal, dalam dan di luar siklus.2,4,5
o Pembesaran rahim (bisa simetris ataupun berbenjol-
benjol).5
o Seringkali membesar saat kehamilan.5
o Penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan
pada dinding abdomen.1,5
o Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah
panggul.4
o Peningkatan frekuensi berkemih atau inkontinensia. 4
13
Diagnosis Banding:
o Kehamilan.
o Adenomiosis.
o Karsinoma uteri.5
Pemeriksaan Penunjang:
o Darah lengkap dan urine lengkap.
o Tes kehamilan.
o USG
o Dilatasi dan kuretase pada penderita yang disertai
perdarahan untuk menyingkirkan kemungkinan patologi
lain pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma
endometrium). 5
Terapi:
1. Observasi: jika uterus diameternya kurang dari ukuran uterus
pada masa kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit.
2. Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau
mioma lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan
dilatasi dan kuretase.
3. Laparotomi miomektomi: bila fungsi reproduksi masih
diperlukan dan secara teknis memungkinan untuk dilakukan
tidakan tersebut. Biasanya untuk mioma intramural, subserosa,
dan subserosa bertangkai, tindakan tersebut telah cukup
memadai.
4. Laparotomi histerektomi:
Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi,
Pertumbuhan tumor sangat cepat.
Sebagai tindakan hemostatis, yakni dimana terjadi
perdarahan terus menerus dan banyak serta tidak membaik
dengan pengobatan.
14
4) Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Definisi: pertumbuhan hiperplastik atau pertumbuhan ganas dari
lapisan endometrium.
Gejala: perdarahan post menopause, perdarahan
ireguler. Diagnostik:
o Meskipun jarang ditemukan, namun hyperplasia atipik dan
keganasan merupakan penyebab penting PUA.
o Klasifikasi keganasan dari hiperplasia menggunakan
system klasifikasi FIGO dan WHO.
o USG pada hiperplasia: penebalan endometrium >= 12mm
o USG pada keganasan: penebalan endometrium dengan
garis endometrium ireguler.
o Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
histopatologi.
Terapi:
o Hiperplasi: LNG-IUS diikuti dengan progestin oral
o Malignansi: Bedah, histerektomi.
5) Coagulopathy (PUA-C)
Definisi: gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap
perdarahan uterus.
Gejala: perdarahan yang banyak, riwayat perdarahan di organ lain.
Diagnostik:
o Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan
hemostatik sistemik yang terkait dengan PUA.
o 13% perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki
kelainan hemostatis sistemik, dan yang paling sering
ditemukan adalah penyakit von Willebrand.
15
Perdarahan uterus abnormal – koagulasi.3
Terapi dengan asam traneksamat merupakan pilihan pertama.
16
Terapi dengan kontrasepsi kombinasi oral bisa digunakan sebagai
lini pertama.
7) Endometrial (PUA-E)
Definisi: Gangguan hemostatis local endometrium yang memiliki
kaitan erat dengan terjadinya perdarahan uterus.
Gejala: flek inter-mentruasi atau flek
memanjang. Diagnostik:
o Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan
dengan siklus haid teratur.
o Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan
hemostatis local endometrium.
o Adanya penurunan produksi faktor yang terkait
vasokonstriksi seperti endothelin-1 dan prostaglandin F2α
serta peningkatan aktivitas fibrinolisis.
o Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau
perdarahan yang berlanjut akibat gangguan hemostatis local
endometrium.
o Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan
gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi.
Terapi sama dengan PUA-O.
8) Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi
medis seperti penggunaan estrogen, progesterin, atau AKDR.
Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan
estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela
atau breakthrough bleeding (BTB).
Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen
dalam sirkulasi yang dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
o Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi’
o Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
17
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan
pengguna anti koagulan (warfarin, heparin, dan low
molecular weight heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi
PUA-C.
Terapi:
o Lini pertama: Non hormonal (asam traneksamat,OAINS)
o Lini kedua: terapi hormonal
2.5. Diagnosis
18
tiroid,fungsi hemostasis, dan fungsi hepar. Pemeriksaan hormon tiroid dan fungsi
hemostasis perlu dilakukan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala dan tanda yang mendukung.
7. Bila tidak terdapat kelainan sistemik dan saluran reproduksi maka gangguan
haid yang terjadi digolongkan dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
11. Bila dijumpai massa di uterus dan adneksa perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan USG transvaginal atau saline infusion sonography (SIS).
Ultrasonografi transvaginal merupakan lini pertama untuk mendeteksi kelainan
pada kavum uteri. Sedangkan tindakan SIS diperlukan bila penilaian dengan USG
transvaginal belum jelas.
12. Bila dijumpai massa di saluran reproduksi maka dilanjutkan dengan tata
laksana operatif.
13. Diagnosis infeksi ditegakkan bila pada pemeriksaan bimanual uterus teraba
kaku dan nyeri. Pada kondisi ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
19
Chlamydia dan Neisseria. Pengobatan yang direkomendasikan adalah doksisiklin
2 x 100 mg selama 10 hari.
20
2.6 Tatalaksana PUA Akut
21
sonohysterogram (SIS) dapat dilakukan jika endometrium yang terlihat
tebal, untuk melihat adanya polip endometrium atau mioma
submukosum. Jika perlu dapat dilakukan pemeriksaan histeroskopi
“office”.
10. Jika terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik,
maka dapat dilakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium ,
miomektomi, polipektomi, histerektomi.1
22
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke IGD RSUP DR M Djamil
Padang, pada tanggal 11 April 2019 Pukul 23.30 dengan keluhan utama keluar darah banyak
dari kemaluan sejak 15 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Keluar darah dari kemaluan yang banyak sejak 15 hari yang lalu, darah keluar
bercampur jaringan seperti daging (+). Saat ini pasien sedang haid hari ke-15.
- Nyeri perut bawah tidak ada.
- HPHT tanggal 2 April 2019.
- Pasien belum menikah.
- Riwayat menstruasi: menarche usia 14 tahun, haid teratur, lamanya 5-7 hari,
banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari, nyeri haid (-). Menstruasi menjadi tidak teratur
saat usia 15 tahun, lama 8-14 hari, banyaknya 3-5 kali ganti duk/hari, nyeri haid (-).
- Pasien pernah dirawat sebelumnya sebanyak 4 kali sejak usia 15 tahun karena
perdarahan menstruasi yang banyak dan lama.
- Pasien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat hormonal.
- Darah sulit berhenti saat luka disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung, lien, hepar, paru, diabetes melitus, dan endokrin disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : CMC/GCS 15
Tekanan Darah : 110/80 BB : 45 kg
Nadi : 98x/i TB : 154 cm
Napas : 22x/i Anemis : -/-
Suhu : 36,8oC Edema : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium/ 11 April 2019
Hb : 6,6 g/dl
Leukosit : 7010/mm3
Ht : 23%
Trombosit : 399.000/mm3
PT/APTT : 11,3 detik/ 34,3 detik
Kesan : Anemia berat
USG
Tampak uterus antefleksi
Bentuk dan ukuran normal, ukuran 5,7 x 4,01 x 4,5 cm
Endometrium Line (+) ketebalan 12,3 mm
Ovarium kanan ukuran 1,3 x 2,9 cm
Ovarium kiri ukuran 2,63 x 1,78 cm
Tidak tampak gambaran mioma dan adenomiosis
Kesan: hiperplasia endometrium
DIAGNOSIS
PUA e.c. Menometroragia e.c Hiperplasia endometrium + anemia berat
TATALAKSANA
- Kontrol KU, vital sign, perdarahan
- IVFD RL 20 tpm
- Transfusi 4 unit PRC (2 unit/hari)
- Asam traneksamat 3x500mg IV
- Vit K 3x1 IV
- Norelit 2x1 tab PO
BAB IV
DISKUSI
2
4
i