Anda di halaman 1dari 40

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey dengan menggunakan rancangan cross

sectional, yaitu pengamatan tentang adanya pengaruh suatu variabel memengaruhi

variabel lainnya, yang dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh peran petugas

dalam mengomunikasikan pesan kesehatan penyakit diare terhadap peningkatan

pengetahuan sikap masyarakat umur 15-44 tahun melalui penyampaian pesan

kesehatan tentang penyakit diare di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang

Hasundutan tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang

Hasundutan. Alasan pemilihan lokasi adalah :

1). Masih tingginya penderita penyakit diare akibat kurangnya pengetahuan dan

sikap tentang perilaku hidup sehat

2). Peran petugas belum optimal dalam mengomunikasikan pesan kesehatan tentang

penyakit diare

3). Masih ditemukan desa terpencil di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten

Humbang Hasundutan.

Universitas Sumatera Utara


4). Belum pernah dilakukan penelitian tentang peran petugas kesehatan dalam

mengomunikasikan penyakit diare terhadap masyarakat umur 15-44 tahun.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Pebruari sampai Oktober 2012.

3.3. Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat umur 15-44

tahun. Alasan penetapan kelompok masyarakat usia 15-44 tahun adalah

pertimbangan bahwa masyarakat dibawah usia 15 tahun dinilai masih kurang mampu

menjawab kuesioner penelitian. Alasan lainya adalah bahwa masyarakat di atas usia

44 tahun dianggap sudah memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyakit

diare, sehingga kalaupun mereka menderita penyakit diare besar kemungkinan

bukan lagi karena kurangnya pengetahuan dan sikap melainkan karena pengaruh

faktor usia. Sehingga kelompok usia ini dianggap tidak lagi relevan dengan topik

penelitian sehingga tidak disertakan dalam penelitian.

Jumlah penduduk Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang

Hasundutan yang tercatat sampai tahun 2012 adalah sebanyak 8.712 jiwa yang

tersebar di 22 desa dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian

No Desa Jumlah penduduk (jiwa)


1 Dolok Margu 565
2 Siponjot 595
3 Hutasoit 1 277
4 Hutasoit 2 371

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. (Lanjutan)

No Desa Jumlah penduduk (jiwa)


5 Lobutua 225
6 Tapian Nauli 748
7 Sitolubahal 433
8 Habeahan 146
9 Pargaulan 499
10 Siharjulu 362
11 Sigumpar 459
12 Sigompul 345
13 Sibuntuon Parpea 630
14 Sibuntuon Partur 471
15 Parulohan 575
16 Bonan Dolok 256
17 Nagasaribu 1 50
18 Nagasaribu 2 508
19 Nagasaribu 3 378
20 Nagasaribu 4 263
21 Nagasaribu 5 356
Jumlah 8.712
Sumber Profil Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012

Karena data penelitian berasal dari 22 desa yang berbeda, maka penetapan

sampel dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

Z 1−α / 2 ) Po(1 − Po) + Z Pa(1 − Pa) 2


n =
( Pa − Po) 2

Keterangan:
n = Besar sampel
Zα = Tingkat kemaknaan satu arah (α=0.05, Zα =1.96)
Zβ = Tingkat kekuatan (power) 80%
Po = Proporsi peran penyampaian informasi Po =46% = 0.46
Pa = Proporsi yang diharapkan = 60% = 0.6

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam

penelitian ini dapat dikalkulasikan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1.96 0.46(1 − 0.46) + 0.842 0.60(1 − 0.60) 2
n =
(0.60 − 0.46) 2

(0.977 + 412). (1.3987).


n = = 71.36 –pembulatan 71
0.14 2 0.0196

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 71

orang. Setelah penentuan sampel, langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel

menruut Prasetyo (2005) digunakan rumus :

Populasi
Sampel = xTotal Sampel
Total Populasi

Sehingga jumlah sampel dari setiap desa adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.2. Jumlah Sampel Berdasarkan Desa di Kecamatan Lintongnihuta


Kabupaten Humbang Hasundutan 2012

No. Desa Perhitungan Jumlah


Sampel
1. Dolok Margu 565 / 8712 X 71 5
2. Siponjot 595 / 8712 X 71 5
3. Hutasoit 1 277 / 8712 X 71 2
4. Hutasoit 2 371 / 8712 X 71 3
5. Sitio 2 225 / 8712 X 71 2
6. Lobutua 300 / 8712 X 71 2
7. Tapian Nauli 748 / 8712 X 71 6
8. Sitolubahal 433 / 8712 X 71 4
9. Habeahan 146 / 8712 X 71 1
10. Pargaulan 499 / 8712 X 71 4
11. Siharjulu 362 / 8712 X 71 3
12. Sigumpar 459 / 8712 X 71 4
13. Sigompul 345 / 8712 X 71 3
14. Sibuntuon Parpea 630 / 8712 X 71 5
15. Sibuntuon Partur 471 / 8712 X 71 4
16. Parulohan 575 / 8712 X 71 5
17 Bonan Dolok 156 / 8712 X 71 1
18 Nagasaribu 1 50 / 8712 X 71 0
19 Nagasaribu 2 508 / 8712 X 71 4

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2. (Lanjutan)

No. Desa Perhitungan Jumlah


Sampel
20 Nagasaribu 3 378 / 8712 X 71 3
21 Nagasaribu 4 263 / 8712 X 71 2
22 Nagasaribu 5 356 / 8712 X 71 3
Total 8712 71

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden melalui

kuesioner, wawancara dan observasi yang dikumpulkan oleh peneliti berupa data

peran petugas dalam mengomunikasikan pesan kesehatan tentang penyakit diare

terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat kelompok 15-44 tahun di Kecamatan

Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang dihimpun

melalui pencatatan dokumen yang ada dilokasi penelitian yaitu laporan bulanan

Puskesmas.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian

diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Notoatmodjo (2005) menyatakan sebelum

dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas

kuesioner kepada 30 responden. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah

Universitas Sumatera Utara


instrument penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga

mampu menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) menyatakan bahwa

instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur

harus mengukur apa yang akan diukur.

Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur

korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus

teknik korelasi Pearson Product Moment Correlation Coefisient (r), dengan

ketentuan: a) Bila r hitung > t tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r hitung < t

tabel maka dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Sugiono

(2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data

atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini

teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s

Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan

ketentuan : a) Jika nilai r Alpha >r table maka dinyatakan reliable dan b) Jika nilai r

Alpha <r tabel maka dinyatakan tidak reliable.

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji validitas variabel penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.3. berikut :

(1) Variabel Peran Petugas Kesehatan

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa seluruh indikator variabel peran

petugas kesehatan menunjukkan nilai r- hitung > r- tabel (0.360) sehingga dapat

disimpulkan bahwa seluruh item variabel peran petugas kesehatan adalah valid.

Tabel 3.3. Uji Validitas Variabel Peran Petugas Kesehatan

Indikator Item R hitung R tabel Keterangan


Promosi kesehatan 1 .612 0.360 Valid
2 .625 0.360 Valid
3 .439 0.360 Valid
4 .612 0.360 Valid
5 .482 0.360 Valid
6 .672 0.360 Valid
7 .624 0.360 Valid
8 .532 0.360 Valid
9 .659 0.360 Valid
10 .569 0.360 Valid
Pemberdayaan 1 .542 0.360 Valid
2 .802 0.360 Valid
3 .364 0.360 Valid
4 .816 0.360 Valid
5 .864 0.360 Valid
6 .864 0.360 Valid
7 .841 0.360 Valid
8 .388 0.360 Valid
9 .764 0.360 Valid
10 .530 0.360 Valid
Penyuluhan 1 .845 0.360 Valid
2 .376 0.360 Valid
3 .469 0.360 Valid
4 .387 0.360 Valid
5 .863 0.360 Valid
6 .859 0.360 Valid
7 .652 0.360 Valid
8 .856 0.360 Valid
9 .615 0.360 Valid
10 .513 0.360 Valid

Universitas Sumatera Utara


(2) Variabel Pengetahuan dan Sikap

Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa seluruh indikator variabel pengetahuan

dan sikap menunjukkan nilai r- hitung > r- tabel (0.360) sehingga dapat disimpulkan

bahwa seluruh item variabel pengetahuan dan sikap adalah valid.

Tabel 3.4. Uji Validitas Variabel Pengetahuan dan Sikap

Variabel Item R hitung R tabel Keterangan


Pengetahuan 1 .759 0.360 Valid
2 .379 0.360 Valid
3 .599 0.360 Valid
4 .594 0.360 Valid
5 .777 0.360 Valid
6 .804 0.360 Valid
7 .857 0.360 Valid
8 .538 0.360 Valid
9 .802 0.360 Valid
10 .490 0.360 Valid
Sikap 1 .635 0.360 Valid
2 .592 0.360 Valid
3 .574 0.360 Valid
4 .625 0.360 Valid
5 .640 0.360 Valid
6 .466 0.360 Valid
7 .603 0.360 Valid
8 .472 0.360 Valid
9 .468 0.360 Valid
10 .551 0.360 Valid

Hasil uji reliabilitas terhadap ke-2 variabel penelitian dapat dirangkum pada

tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5 di bawah memperlihatkan bahwa semua nilai t- hitung reliabilitas

lebih besar dari t- tabel (0,70) sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh instrument

penelitian adalah reliable.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

No Indikator Penelitian Cronbach's r- tabel Kesimpulan


Alpha reliabilitas
1 Promosi kesehatan 0.840 0.70 Reliable
2 Pemberdayaan 0.903 0.70 Reliable
3 Penyuluhan 0.892 0.70 Reliable
4 Pengetahuan 0.901 0.70 Reliable
5 Sikap 0.846 0.70 Reliable
Sumber : Data Penelitian 2012 (diolah)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen

Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah promosi,

pemberdayaan dan penyuluhan, dengan definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.6. Variabel Independen dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara & Alat Hasil Pengukuran Skala


Operasional Ukur Ukur
Independen Variabel Bebas
1. Promosi Peran petugas dalam Wawancara 1. Sangat setuju (SS) =5 Ordinal
kesehatan menyebarluaskan (Kuesioner) 2. Setuju (S) = 4
informasi kesehatan 3. Kurang setuju (KS) =3
tentang penyakit 4. Tidak setuju (TS) = 2
diare 5. Sangat tidak setuju
(STS) =1
2 Pemberdayaan Peningkatan Wawancara 1. Sangat setuju (SS) =5 Ordinal
masyarakat perilaku sehat (Kuesioner) 2. Setuju (S) = 4
masyarakat melalui 3. Kurang setuju (KS) =3
informasi yang 4. Tidak setuju (TS) = 2
diberikan petugas 5. Sangat tidak setuju
kesehatan (STS) =1

3. Penyuluhan Pembinaan perilaku Wawancara 1. Sangat setuju (SS) =5 Ordinal


sehat masyarakat (Kuesioner) 2. Setuju (S) = 4
3. Kurang setuju (KS) =3
4. Tidak setuju (TS) = 2
5. Sangat tidak setuju
(STS) =1

Universitas Sumatera Utara


3.5.2. Variabel Dependen

Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan

dan sikap dengan definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.7. Variabel Dependen dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara &Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Dependen Variabel Terikat
1. Pengetahuan Pengetahuan Wawancara 1. Benar, diberi skor 1 Ordinal
masyarakat umur (Kuesioner) 2. Salah, diberi skor 0
15-44 tahun tentang
pencegahan dan
pengobatan diare
2 Sikap Perilaku sehat Wawancara 1. Sangat setuju (SS) =5 Ordinal
lingkungan (Kuesioner) 2. Setuju (S) = 4
3. Kurang setuju (KS) =3
4. Tidak setuju (TS) = 2
5. Sangat tidak setuju
(STS) =1

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Variabel Pertanyaan Alternatif jawaban Total Kategori Skala


dan bobot nilai nilai Ukur
Promosi 10 Sangat setuju (SS) =5 50 1. Baik, jika Ordinal
kesehatan Setuju (S) = 4 mendapat skor
Kurang setuju (KS) =3 >75%
Tidak setuju (TS) = 2 2. Buruk, jika
Sangat tidak setuju mendapat skor
(STS) =1 <75%
Pemberdayaan 10 Sangat setuju (SS) =5 50 1. Baik, jika Ordinal
Setuju (S) = 4 mendapat skor
Kurang setuju (KS) =3 >75%
Tidak setuju (TS) = 2 2. Buruk, jika
Sangat tidak setuju mendapat skor
(STS) =1 <75%

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.8 (Lanjutan )

Variabel Pertanyaan Alternatif jawaban Total Kategori Skala


dan bobot nilai nilai Ukur
Penyuluhan 10 Sangat setuju (SS) =5 50 1. Baik, jika Ordinal
Setuju (S) = 4 mendapat skor
Kurang setuju (KS) =3 >75%
Tidak setuju (TS) = 2 2. Buruk, jika
Sangat tidak setuju mendapat skor
(STS) =1 <75%

Tabel 3.9. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel Pertanyaan Alternatif jawaban Total Kategori Skala


dan bobot nilai nilai Ukur
Pengetahuan 10 Benar =1 10 1. Baik, jika Ordinal
Salah =0 mendapat skor
>75%
2. Buruk, jika
mendapat skor
<75%
Sikap 10 Sangat setuju (SS) =5 50 1. Baik, jika Ordinal
Setuju (S) = 4 mendapat skor
Kurang setuju (KS) =3 >75%
Tidak setuju (TS) = 2 2. Buruk, jika
Sangat tidak setuju mendapat skor
(STS) =1 <75%

3.7. Metode Analisis Data

Analisis dapat dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :

a. Analisis Univariat. Untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentasi

dari nilai yang diperoleh masing-masing item pertanyaan kuesioner. Data-data

yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk tabel.

b. Analisis Bivariat. Untuk melihat pengaruh variabel bebas dan variabel terikat

digunakan uji Chi-Square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%,

sehingga bila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel

dinyatakan berhubungan secara signifikan.

Universitas Sumatera Utara


c. Analisis Multivariat. Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama

dalam hubungan dengan variabel terikat digunakan analisis Regresi Logistik

Berganda dengan rumus sebagai berikut :

1
p =
(1 + e-y)
Dimana :
p = probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian.
e = bilangan natural
y = konstanta +a 1 x 1 + a 2 x 2 + a 3 x 3 + a 4 x 4 + a 5 x 5 + a 6 x 6 + a 7 x 7
a = nilai koefisien tiap variabel
x = nilai variabel bebas

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Humbang Hasundutan

Tapanuli Utara sebagai kabupaten induk dari Humbang Hasundutan terbentuk

berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang pembentukan

daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara.

Pada masa pemerintahan penjajahan Belanda, salah satu afdeling di wilayah

Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Bataklanden dengan ibukota Tarutung terdiri

atas lima onder afdeling. Setelah kemerdekaan tepatnya tahun 1947 Kabupaten Tanah

Batak menjadi 4 (empat) kabupaten yaitu :

1. Kabupaten Silindung ibukotanya Tarutung.

2. Kabupaten Humbang ibukotanya Dolok Sanggul.

3. Kabupaten Toba Samosir ibukotanya Balige.

4. Kabupaten Dairi ibukotanya Sidikalang.

Pada Tahun 1950 keempat kabupaten ini dilebur menjadi Kabupaten Tapanuli

Utara, seiring dengan terbentuknya Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah,

dan Kabupaten Nias. Keadaan ini bertahan hingga tahun 1964, karena pada saat itu

Tapanuli Utara dimekarkan dengan terpisahnya Dairi menjadi kabupaten berdasarkan

Undang-undang Nomor 15 Tahun 1964,dan selanjutnya berdasarkan Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1998 terbentuknya Kabupaten Toba Samosir. Kenyataan

Universitas Sumatera Utara


menunjukan bahwa kedua daerah tersebut mengalami perkembangan dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Berdasarkan faktor sejarah dan keinginan untuk semakin cepat pembangunan

dengan pelayanan yang semakin dekat kepada masyarakat maka harapan yang

terkandung selama ini mengkristal menjadi usul pembentukan Kabupaten Humbang

Hasundutan melalui terbentuknya Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang

Hasundutan.

Kecamatan Lintong Nihuta terdiri dari 22 desa dengan luas wilayah adalah

18.126,03 Ha.

Secara geografis Kecamatan Lintong Nihuta mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec siborong-borong

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec Doloksanggul

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec Paranginan

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec Siborongborong

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi

karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan seperti pada

tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. di bawah menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur

antara 26-35 tahun yaitu 41 orang (57,7%), mayoritas responden berpendidikan

SLTA yaitu 40 orang (56,3%), dan mayoritas responden bekerja yaitu sebanyak 51

orang (51,7%)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Responden


Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

Variabel Karakteristik N %
1. Umur
- 15-25 tahun 21 29,6
- 26-35 tahun 41 57,7
- > 30 tahun 9 12,7

2. Pendidikan
- Tamat SD 8 11,3
- SLTP 19 26,8
- SLTA 40 56,3
- Akademi/PT 4 5,6

3. Pekerjaan
- Tidak bekerja 20 28,2
- Bekerja 51 51,7

Jumlah 71 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Peran Petugas Kesehatan

Analisis tentang peran petugas kesehatan berdasarkan ke-3 indikator (promosi

kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan), pengetahuan dan sikap

masyarakat memberi hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2. di bawah menunjukkan bahwa terhadap pernyataan tentang

promosi kesehatan, 60 orang (84,5%) menyatakan promosi kesehatan baik dan 11

orang (15,5%) menyatakan buruk. Berdasarkan pernyataan tentang pemberdayaan,

58 orang (81,7%) menyatakan baik dan 13 orang (18,3%) menyatakan buruk.

Berdasarkan pernyataan tentang penyuluhan, 61 orang (85,9%) menyatakan baik

dan 10 orang (14,1%) menyatakan buruk. Berdasarkan pernyataan pengetahuan, 56

orang (78,9%) menyatakan baik dan 15 orang (21,1%) menyatakan buruk.

Berdasarkan pernyataan sikap, 55 orang (77,5%) menyatakan baik dan 16 orang

(22,5%) menyatakan buruk, dengan demikian rata-rata jawaban responden tentang

peran petugas kesehatan dan pengetahuan serta sikap adalah baik

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Peran Petugas terhadap Pengetahuan


Masyarakat Kelompok Usia 15-44 Tahun di Kecamatan Lintong
Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

Baik Buruk Total


No Variabel
n % n % n %
1 Promosi Kesehatan 60 84,5 11 15,5 71 100,0
2 Pemberdayaan 58 81,7 13 18,3 71 100,0
3 Penyuluhan 61 85,9 10 14,1 71 100,0
4 Pengetahuan 56 78,9 15 21,1 71 100,0
5 Sikap 55 77,5 16 22,5 71 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

promosi kesehatan, pemberdayaan, penyuluhan petugas kesehatan dengan

pengetahuan dan sikap masyarakat kelompok umur 15-44 tahun dengan hasil

sebagai berikut :

4.3.1. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Pengetahuan Masyarakat


Kelompok Umur 15-44 tahun di Kecamatan Lintongnihuta Tahun 2012

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.3. di bawah menunjukkan bahwa dari 60

responden yang menyatakan promosi kesehatan baik, 55 orang (91,7%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang penyakit diare, dan 5 orang (8,3%) memiliki

pengetahuan buruk. Dari 11 orang yang menyatakan promosi kesehatan buruk,

hanya 1 orang (9,1%) yang memiliki pengetahuan baik dan 10 orang (90,9%)

memiliki pengetahuan buruk tentang penyakit diare.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0.000, lebih

kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan memiliki

hubungan signifikan dengan pengetahuan kelompok masyarakat umur 15-44 tahun.

Dengan demikian, variabel promosi kesehatan ini berkandidat untuk diikutsertakan

dalam uji regresi logistik ganda (p.< 0,25).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Pengetahuan Masyarakat
Kelompok Umur 15-44 tahun

Pengetahuan
Pernyataan Sub-Variabel Baik Buruk Total p-value
n % n % n %
Promosi Kesehatan
- Baik 55 91,7 5 8,3 60 100,0
- Buruk 1 9,1 10 90,9 11 100,0 0,000
Total 56 78,9 15 21,1 71 100,0

4.3.2. Hubungan Pemberdayaan Masyarakat dengan Pengetahuan Masyarakat


Kelompok Umur 15-44 tahun di Kecamatan Lintongnihuta Tahun 2012

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.4. di bawah menunjukkan bahwa dari 58

responden yang menyatakan pemberdayaan masyarakat baik, 55 orang (94,8%)

memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit diare dan 3 orang (5,2%) memiliki

pengetahuan buruk. Dari 13 orang yang menyatakan pemberdayaan masyarakat

buruk, hanya 1 orang (7,7%) yang memiliki pengetahuan baik dan 12 orang

(92,3%) memiliki pengetahuan buruk tentang penyakit diare.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0.000, lebih

kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat

memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan kelompok masyarakat umur 15-

44 tahun. Dengan demikian, variabel pemberdayaan masyarakat ini berkandidat untuk

diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p.< 0,25).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Hubungan Pemberdayaan dengan Pengetahuan Masyarakat
Kelompok Umur 15-44 tahun di Kecamatan Lintongnihuta Tahun
2012

Pengetahuan
Pernyataan Sub-Variabel Baik Buruk Total p-value
n % n % n %
Pemberdayaan masyarakat
- Baik 55 94,8 3 5,2 58 100,0
- Buruk 1 7,7 12 92,3 13 100,0 0,000
Total 56 78,9 15 21,1 71 100,0

4.3.3. Hubungan Penyuluhan dengan Pengetahuan Masyarakat Kelompok


Umur 15-44 tahun di Kec. Lintongnihuta Tahun 2012

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.5. di bawah menunjukkan bahwa dari 61

responden yang menyatakan penyuluhan masyarakat baik, 55 orang (90,2%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang penyakit diare dan 6 orang (9,8%) memiliki

pengetahuan buruk. Dari 10 orang yang menyatakan penyuluhan masyarakat buruk,

hanya 1 orang (10%) yang memiliki pengetahuan baik dan 9 orang (90%) memiliki

pengetahuan buruk tentang penyakit diare.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0.000, lebih

kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan masyarakat memiliki

hubungan signifikan dengan pengetahuan kelompok masyarakat umur 15-44 tahun.

Dengan demikian, variabel penyuluhan masyarakat ini berkandidat untuk

diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p.< 0,25).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5. Hubungan Penyuluhan Masyarakat dengan Pengetahuan
Masyarakat Kelompok Umur 15-44 tahun di Kecamatan
Lintongnihuta Tahun 2012

Pengetahuan
Pernyataan Sub-Variabel Baik Buruk Total p-value
n % n % n %
Penyuluhan masyarakat
- Baik 55 90,2 6 9,8 61 100,0
- Buruk 1 10,0 9 90.0 10 100,0 0,000
Total 56 78,9 15 21,1 71 100,0

4.3.4. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Sikap Masyarakat Kelompok


Umur 15-44 tahun di Kec. Lintongnihuta Tahun 2012

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.6. di bawah menunjukkan bahwa dari 60

responden yang menyatakan promosi kesehatan baik, 54 orang (90%) memiliki sikap

yang baik menghadapi penyakit diare dan 1 orang (9,1%) memiliki sikap buruk.

Dari 11 orang yang menyatakan promosi kesehatan buruk, hanya 1 orang (9,1%)

yang memiliki sikap baik dan 10 orang (90,9%) memiliki sikap buruk menghadapi

penyakit diare.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0.000, lebih

kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan memiliki

hubungan signifikan dengan sikap kelompok masyarakat umur 15-44 tahun. Dengan

demikian, variabel promosi kesehatan ini berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji

regresi logistik ganda (p.< 0,25).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Sikap Masyarakat Kelompok
Umur 15-44 tahun

Sikap
Pernyataan Sub-Variabel Baik Buruk Total p-value
n % n % n %
Promosi Kesehatan
- Baik 54 90.0 6 10.0 60 100,0
- Buruk 1 9,1 10 90,9 11 100,0 0,000
Total 55 77.5 16 22.5 71 100,0

4.3.5. Hubungan Pemberdayaan dengan Sikap Masyarakat Kelompok Umur


15-44 tahun di Kecamatan Lintongnihuta Tahun 2012

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.7. di bawah menunjukkan bahwa dari 58

responden yang menyatakan pemberdayaan baik, 54 orang (93,1%) memiliki sikap

yang baik menghadapi penyakit diare dan 4 orang (6,9%) memiliki sikap buruk.

Dari 13 orang yang menyatakan pemberdayaan buruk, hanya 1 orang (7,7%) yang

memiliki sikap baik dan 12 orang (92,3%) memiliki sikap buruk menghadapi

penyakit diare.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0.000, lebih

kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan memiliki hubungan

signifikan dengan sikap kelompok masyarakat umur 15-44 tahun. Dengan demikian,

variabel pemberdayaan ini berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji regresi logistik

ganda (p.< 0,25).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. Hubungan Pemberdayaan dengan Sikap Masyarakat Kelompok
Umur 15-44 tahun

Sikap
Pernyataan Sub-Variabel Baik Buruk Total p-value
n % n % n %
Pemberdayaan
- Baik 54 93,1 4 6,9 58 100,0
- Buruk 1 7,7 12 92,3 13 100,0 0,000
Total 55 77.5 16 22.5 71 100,0

4.3.6. Hubungan Penyuluhan dengan Sikap Masyarakat Kelompok Umur 15-44


tahun di Kecamatan Lintongnihuta Tahun 2012

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.8. di bawah menunjukkan bahwa dari 61

responden yang menyatakan penyuluhan baik, 54 orang (88,5%) memiliki sikap yang

baik menghadapi penyakit diare dan 7 orang (11,5%) memiliki sikap buruk. Dari 10

orang yang menyatakan penyuluhan buruk, hanya 1 orang (10%) yang memiliki

sikap baik dan 9 orang (90%) memiliki sikap buruk menghadapi penyakit diare.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p-value 0.000, lebih

kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan memiliki hubungan

signifikan dengan sikap kelompok masyarakat umur 15-44 tahun. Dengan demikian,

variabel penyuluhan ini berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji regresi logistik

ganda (p.< 0,25).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8. Hubungan Penyuluhan dengan Sikap Masyarakat Kelompok Umur
15-44 tahun

Sikap
Pernyataan Sub-Variabel Baik Buruk Total p-value
n % n % n %
Penyuluhan
- Baik 54 88,5 7 11,5 61 100,0
- Buruk 1 10.0 9 90.0 10 100,0 0,000
Total 55 77.5 16 22.5 71 100,0

4.4. Analisis Multivariat

4.4.1. Pengaruh Peran Petugas Kesehatan Terhadap Pengetahuan Masyarakat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen, dimana ke-3 sub variabel independen

memenuhi syarat untuk disertakan dalam analisis multivariat karena nilai p-value

lebih kecil dari 0.25 dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9. di bawah hasil uji regresi logistik berganda menjelaskan bahwa

ketiga variabel independent (promosi kesehatan, pemberdayaan dan penyuluhan)

berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan masyarakat , yakni variabel Promosi

Kesehatan (p=0.013), variabel pemberdayaan (p = 0.009) dan penyuluhan (p=0.015)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9. Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Pengetahuan
Masyarakat Kelompok Umur 15-44 Tahun di Kecamatan
Lintongnihuta Tahun 2012

Variabel B SE Wald df Sig Exp (B)

Promosi 4.132 1.657 6.217 1 0.013 62.290


Pemberdayaan 4.188 1.606 6.804 1 0.009 65.916
Penyuluhan 4.106 1.680 5.973 1 0.015 60.686
Konstan -8.379 2.873 8.508 1 0.004 0.000
Sumber : data penelitian (diolah)

sehingga model persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :

 1 
y i ≡ ln   = β 0 + β 1 x1 + β 2 x 2 + β 3 x3 = −8.379 + 4.132(Pr om) + 4.188( Daya) + 4.106( Suluh)
1 − p 

Dan nilai peramalan probabilitas peran petugas kesehatan terhadap

pegnetahuan masyarakat tentang penyakit diare adalah :

1
p= −( 7.162+3.478 (Pr om ) +3.5778 ( Daya ) +3.435 ( Suluh ) :
1+ e

Berdasarkan rumus peramalan probabilitas pengaruh peran petugas kesehatan

terhadap pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare dapat dikalkulasikan sebagai

berikut:

Tabel 4.10 di bawah menjelaskan bahwa, jika pernyataan tentang promosi

kesehatan (prom), pemberdayaan (daya) dan penyuluhan baik (1) maka peluang

petugas kesehatan meningkatkan pengetahuan masyarakat adalah 98,28%. Sedangkan

jika pernyataan tentang promosi kesehatan (prom) dan pemberdayaan (daya) baik (1)

sementara penyuluhan buruk (0) maka peluang petugas kesehatan meningkatkan

pengetahuan masyarakat adalah 48,52%. Jika pernyataan tentang promosi kesehatan

Universitas Sumatera Utara


(prom) baik (1) sedangkan pemberdayaan (daya) dan penyuluhan buruk (0) maka

peluang petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat adalah

1.4%.. Jika pernyataan tentang promosi kesehatan (prom), pemberdayaan (daya) dan

penyuluhan buruk (0) maka peluang petugas kesehatan untuk menigkatkan

pengetahuan masyarakat adalah 0.023%.

Tabel 4.10 Probabilitas Petugas Kesehatan Terhadap Pengetahuan Masyarakat

1
p= −( 8.379+ 4.132 (Pr om ) + 4.188 ( Daya ) + 4.106 ( Suluh )
No Prom Daya Suluh 1+ e p.

1 1 1 1 0.9828 98,28
2 1 1 0 0.4852 48,52
3 1 0 0 0.0141 1,4
4 0 0 0 0.00023 0.023
Sumber : data penelitian (diolah)

Berdasarkan hasil dari nilai exp(B), dapat diketahui bahwa faktor paling

dominan memengaruhi pengetahuan masyarakat kelompok umur 15-44 tahun adalah

pemberdayaan yakni sebesar 65.91 kali dibandingkan promosi sebesar 62.29 kali

dan penyuluhan sebesar 60.68 kali

4.4.2. Pengaruh Peran Petugas Kesehatan Terhadap Sikap Masyarakat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen, dimana ke-3 sub variabel independen

memenuhi syarat untuk disertakan dalam analisis multivariat karena nilai p-value

lebih kecil dari 0.25 dengan hasil sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11. di bawah hasil uji regresi logistik berganda menjelaskan bahwa

ketiga variabel independent (promosi kesehatan, pemberdayaan dan penyuluhan)

berpengaruh signifikan terhadap sikap masyarakat, yakni variabel Promosi Kesehatan

(p=0.019), variabel pemberdayaan (p = 0.012) dan penyuluhan (p=0.023)

Tabel 4.11. Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Sikap Masyarakat


Kelompok Umur 15-44 tahun di Kecamatan Lintongnihuta Tahun
2012
Variabel B SE Wald df Sig Exp(B)

Promosi 3.478 1.481 5.514 1 0.019 32.384


Pemberdayaan 3.577 1.421 6.339 1 0.012 35.755
Penyuluhan 3.435 1.506 5.198 1 0.023 31.017
Konstan -7.162 2.434 8.661 1 0.003 0.001
Sumber : data penelitian (diolah)

sehingga model persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :

 1 
y i ≡ ln   = β 0 + β 1 x1 + β 2 x 2 + β 3 x3 = −7.162 + 3.478(Pr om) + 3.577( Daya) + 3.435( Suluh)
1 − p 

Dan nilai peramalan probabilitas peran petugas kesehatan terhadap sikap

masyarakat tentang penyakit diare adalah :

1
p= −( 7.162+3.478 (Pr om ) +3.5778 ( Daya ) +3.435 ( Suluh )
1+ e

Berdasarkan rumus peramalan probabilitas pengaruh peran petugas kesehatan

terhadap sikap masyarakat tentang penyakit diare dapat dikalkulasikan sebagai

berikut:

Tabel 4.12 di bawah menjelaskan bahwa, jika pernyataan tentang promosi

kesehatan (prom), pemberdayaan (daya) dan penyuluhan baik (1) maka peluang

petugas kesehatan untuk meningkatkan sikap adalah 96,54%. Sedangkan jika

Universitas Sumatera Utara


pernyataan tentang promosi kesehatan (prom) dan pemberdayaan (daya) baik (1)

sementara penyuluhan buruk (0) maka peluang petugas untuk meningkatkan sikap

adalah 47,32%. Jika pernyataan tentang promosi kesehatan (prom) baik, sedangkan

pemberdayaan (daya) dan penyuluhan buruk (0) maka peluang petugas kesehatan

meningkatkan sikap adalah 2.45%. Jika pernyataan tentang promosi kesehatan

(prom), pemberdayaan (daya) dan penyuluhan buruk (0) maka peluang petugas

kesehatan untuk meningkatkan sikap yang baik adalah 0.7%.

Tabel 4.12 Probabilitas Petugas Kesehatan Terhadap Sikap Masyarakat

1
No Prom Daya Suluh p= −( 7.162+3.478 (Pr om ) +3.5778 ( Daya ) +3.435 ( Suluh )
p.
1+ e
1 1 1 1 0.9654 96.54

2 1 1 0 0.4732 47.32
3 1 0 0 0.0245 2.45
4 0 0 0 0.00077 0.7
Sumber : data penelitian (diolah)

Berdasarkan hasil dari nilai exp(B), dapat diketahui bahwa faktor paling

dominan memberi pengaruh peran petugas terhadap sikap masyarakat menghadapi

penyakit diare adalah pemberdayaan yakni sebesar 35.75 kali dibandingkan promosi

sebesar 32.84 kali dan penyuluhan seesar 31 kali.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Pengetahuan Masyarakat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

promosi kesehatan adalah baik (84,5%) dan mayoritas responden menyatakan

pengetahuan mereka tentang penyakit diare di Kecamatan Lintongnihuta adalah baik

(78,9%). Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil uji chi-square bahwa Promosi

Kesehatan memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan (p value 0.000 < 0.05)

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian dari responden yang memanfaatkan

promosi kesehatan adalah kelompok masyarakat yang sudah pernah mengalami

penyakit diare sehingga kelompok masyarakat dapat membandingkan antara harapan

mereka dengan apa yang dirasakan selama memperoleh promosi kesehatan dan

mereka juga dapat menilai bagaimana promosi kesehatan yang telah diterimanya, dan

pada akhirnya mereka juga akan bisa menentukan tingkat pengetahuan mereka

tentang penyakit diare.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peran petugas kesehatan dalam

mengomunikasikan pesan kesehatan melalui promosi kesehatan berhubungan dan

berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat kelompok umur 15-44 tahun. Dengan

kata lain, semakin baik promosi kesehatan yang diberikan petugas kesehatan,

semakin besar peluang masyarakat kelompok umur 15-44 tahun untuk meningkatkan

pengetahuan mereka tentang penyakit diare.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2012), berjudul

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri

Menghadapi Menarche dan membuktikan bahwa promosi memiliki pengaruh

signifikan terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menghadapi penyakit

menarche.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Karisma Saraswati, 2011,

berjudul Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Partisipasi Wanita

Dalam Deteksi dini Kanker Serviks dan membuktikan bahwa promosi kesehatan

memiliki pengaruh signifikan terhadap pengetahuan wanita dalam mendeteksi dini

kanker serviks

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa

pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Overt Behaviour). Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan

bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai

konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain

tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus

menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

Universitas Sumatera Utara


pemahaman-pemahaman baru (Notoatmodjo 2007).

Lebih jauh dijelaskan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa promosi kesehatan

yang mengandung informasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi

pengetahuan. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

Berdasarkan hasil temuan dan kajian teori tersebut di atas, penulis

mengasumsikan bahwa semakin baik promosi kesehatan yang diberikan oleh

petugas, semakin baik pula pengetahuan masyarakat atau individu yang mendapat

promosi kesehatan tersebut, dengan demikian tidak ada penyimpangan antara

temuan penelitian dengan kajian teori terkait.

Universitas Sumatera Utara


5.2. Hubungan Pemberdayaan dengan Pengetahuan Masyarakat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

pemberdayaan yang dilakukan petugas kesehatan adalah baik (81,7%) dan mayoritas

responden menyatakan pengetahuan mereka tentang penyakit diare adalah baik

(78,9%). Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil uji chi-square bahwa Pemberdayaan

memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan (p value 0.000 < 0.05)

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian dari responden yang mendapat

pemberdayaan oleh petugas kesehatan adalah kelompok masyarakat yang sudah

pernah mengalami penyakit diare sehingga kelompok masyarakat dapat

membandingkan antara harapan mereka dengan apa yang dirasakan selama

memperoleh pemberdayaan dan mereka juga dapat menilai bagaimana pemberdayaan

yang telah diterimanya, dan pada akhirnya mereka juga akan dapat menentukan

tingkat pengetahuan mereka tentang penyakit diare.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peran petugas kesehatan dalam

mengomunikasikan pesan kesehatan melalui pemberdayaan berhubungan dan

berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat kelompok umur 15-44 tahun, dengan

kata lain, semakin baik pemberdayaan yang diberikan petugas kesehatan, semakin

besar peluang masyarakat kelompok umur 15-44 tahun untuk meningkatkan

pengetahuannya tentang penyakit diare.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Payne (1997) bahwa

pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya,

kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan

Universitas Sumatera Utara


dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala

pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah mencapai

tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan

“keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi

pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa

tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang mengatakan bahwa berbicara tentang pemberdayaan masyarakat

berkaitan erat dengan peningkatan kemampuan atau kapasitas masyarakat termasuk

pengetahuan dan tindakan masyarakat (Rukminto, 2003).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Pranarka & Vidhyandika (1996)

menjelaskan bahwa proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama,

proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan

sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu

lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan

primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau

kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau

memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Dengan adanya pemberdayaan maka masyarakat juga akan semakin

berdaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet (2003) bahwa yang dimaksud

dengan masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham

termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama,

Universitas Sumatera Utara


tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko,

mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan

situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti

yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan

partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.

Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama

dalam program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat

berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud

dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama,

kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip

pemberdayaan.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa

tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk

individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat

yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan sesuatu

yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan hasil temuan dan kajian teori tersebut di atas, penulis

mengasumsikan bahwa semakin baik pemberdayaan yang diberikan oleh petugas,

semakin baik pula pengetahuan masyarakat atau individu yang mendapat

Universitas Sumatera Utara


pemberdayaan tersebut. Dengan demikian, tidak ada penyimpangan antara temuan

penelitian dengan kajian teori terkait.

5.3. Hubungan Penyuluhan dengan Pengetahuan Masyarakat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan adalah baik (85,9%) dan mayoritas

responden menyatakan pengetahuan mereka tentang penyakit diare adalah baik

(78,9%). Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil uji chi-square bahwa Penyuluhan

memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan (p value 0.000 < 0.05)

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian dari responden yang mendapat

penyuluhan oleh petugas kesehatan adalah kelompok masyarakat yang sudah pernah

mengalami penyakit diare sehingga kelompok masyarakat dapat membandingkan

antara harapan mereka dengan apa yang dirasakan selama memperoleh penyuluhan

dan mereka juga dapat menilai bagaimana penyuluhan yang telah diterimanya, dan

pada akhirnya mereka juga akan bisa menentukan tingkat pengetahuan mereka

tentang penyakit diare.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peran petugas kesehatan dalam

mengomunikasikan pesan kesehatan melalui penyuluhan berhubungan dan

berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat kelompok umur 15-44 tahun. Dengan

kata lain, semakin baik penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan, semakin

besar peluang masyarakat kelompok umur 15-44 tahun untuk meningkatkan

pengetahuannya tentang penyakit diare.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halidun Muhir (2010) berjudul

Hubungan Penyuluhan Kesehatan dengan Motivasi dan Pengetahuan Tentang

Diabetes Mellitus (Studi Kasus di RSAD Gatot Subroto Jakarta) dan membuktikan

bahwa penyuluhan memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan dan sikap

masyarakat tentang diabetes mellitus (p <0.05).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Widyawati (2010)

berjudul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa

Sekolah Dasar Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan

Medan Denai, dan membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan berpengaruh secara

signifikan terhadap pengetahuan dan sikap siswa dalam mencegah demam berdarah

dengue (p< 0.05).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kristin (2007), berjudul

Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai

Deteksi Dini Kanker Payudara Di Desa Cijalingan Kabupaten Sukabumi dan

membuktikan bahwa penyuluhan memiliki pengaruh signifikan terhadap pengetahuan

wanita tetnang kanker payudara (p < 0.05).

Berdasarkan hasil temuan dan kajian teori tersebut di atas, penulis

mengasumsikan bahwa semakin baik peran petugas kesehatan melalui penyuluhan

kesehatan, semakin meningkat pula pengetahuan masyarakat atau individu yang

mendapat penyuluhan tersebut. Dengan demikian, tidak ada penyimpangan antara

temuan penelitian dengan kajian teori terkait.

Universitas Sumatera Utara


5.4. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat Menghadapi Penyakit Diare di Kecamatan Lintongnihuta

Dari hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa dari ketiga variabel

petugas kesehatan, yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap

masyarakat kelompok umur 15-44 tahun di Kecamatan Lintongnihuta adalah

promosi kesehatan , dimana nilai p value untuk Promosi Kesehatan adalah 98.28%

(pengetahuan) dan 96.53% (sikap).

Pada bab 4 hasil penelitian, tabel 4.10 menjelaskan bahwa jika pernyataan

tentang promosi kesehatan (prom), pemberdayaan (daya) dan penyuluhan baik (1)

maka peramalan probabilitas individu untuk memperoleh pengetahuan yang baik

adalah 98,28%. Sedangkan jika pernyataan tentang promosi kesehatan (prom) dan

pemberdayaan (daya) baik (1) dan penyuluhan buruk (0) maka peramalan probabilitas

individu untuk mendapatkan pengetahuan yang baik adalah 48,52%. Dengan

demikian, faktor pengaruh dominan terhadap pengetahuan masyarakat kelompok

umur 15-44 tahun dihasilkan oleh faktor promosi kesehatan sebesar 98.28%.

Demikian juga untuk variabel sikap, dari tabel 4.13, jika pernyataan tentang promosi

kesehatan (prom), pemberdayaan (daya) dan penyuluhan baik (1) maka peramalan

probabilitas individu untuk memperoleh sikap yang baik adalah 96,53%. Sedangkan

jika pernyataan tentang promosi kesehatan (prom) dan pemberdayaan (daya) baik (1)

dan penyuluhan buruk (0) maka peramalan probabilitas individu untuk mendapatkan

sikap yang baik adalah 47,32%. Dengan demikian, faktor pengaruh dominan terhadap

sikap masyarakat kelompok umur 15-44 tahun dihasilkan oleh faktor promosi

kesehatan sebesar 96.53%.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini membuktikan bahwa secara umum masyarakat mengakui bahwa

peran petugas kesehatan dalam mengomunikasikan pesan kesehatan di Kecamatan

Lintongnihuta sudah berlangsung dengan baik sehingga memberi dampak positif

terhadap pengetahuan dan sikap mereka dalam menghadapi penyakit diare di

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan, namun demikian

sampai saat ini penyakit diare masih ditemukan di kecamatan lintongnihuta, sehingga

penulis mengasumsikan bahwa walaupun pengetahuan dan sikap masyarakat sudah

baik dalam hal penyakit diare, tetapi kalau tidak dibarengi dengan tindakan yang baik

dari masyarakat setelah memperoleh informasi kesehatan dari petugas, maka masalah

penyakit diare akan sulit untuk ditanggulangi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang peran petugas kesehatan dalam

mengomunikasikan pesan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kelompok

masyarakat umur 15-44 tahun tentang penyakit diare di Kecamatan Lintongnihuta

Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Peran petugas kesehatan secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap

pengetahuan kelompok masyarakat umur 15-44 tahun tentang penyakit diare di

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012, dengan

kata lain bahwa apabila promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan

penyuluhan kesehatan dilaksanakan dengan baik maka akan dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare.

2. Peran petugas kesehatan secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap

sikap kelompok masyarakat umur 15-44 tahun tentang penyakit diare di

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012, dengan

kata lain bahwa apabila promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan

penyuluhan kesehatan dilaksanakan dengan baik maka akan dapat meningkatkan

sikap masyarakat yang baik juga tentang penyakit diare.

Universitas Sumatera Utara


3. Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan

dan sikap masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan di dalam

masyarakat, walaupun demikian dibutuhkan juga adanya intervensi dari

pemerintah dalam hal memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan

masyarakat dalam pelaksanaan program-program kesehatan.

6.2. Saran

Dari hasil analisis univariat terlihat bahwa diantara ke-3 indikator peran petugas

kesehatan, nilai terendah adalah pemberdayaan masyarakat, hal ini membuktikan

bahwa titik lemah petugas kesehatan di Kecamatan Lintongnihuta adalah dalam hal

pemberdayaan masyarakat, karena itu penulis memberikan saran saran sebagai

berikut :

1. Kepada pemerintah Kecamatan Lintongnihuta, disarankan agar lebih

meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan agar pengetahuan

dan sikap masyarakat dapat lebih ditingkatkan lagi khususnya dalam

menghadapi penyakit diare.

2. Kepada petugas kesehatan Kecamatan Lintongnihuta, disarankan untuk lebih

meningkatkan perannya khususnya dalam hal pemberdayaan masyarakat

sehingga pengetahuan dan sikap masyarakat dapat lebih ditingkatkan lagi

khususnya dalam menghadapi penyakit diare.

3. Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan, sehingga

diharapkan adanya perubahan perilaku dari masyarakat setelah mendapat

Universitas Sumatera Utara


informasi kesehatan dari petugas kesehatan, untuk lebih hidup sehat dengan

menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai