Anda di halaman 1dari 34

AIR, HIGIENE, DAN SANITASI DALAM

KEBENCANAAN

Dr. dr. Taufik Ashar, MKM


Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU
Area Prioritas Intervensi Kesehatan Lingkungan

• Kelangsungan dan rehabilitasi yang segera dari


layanan kesehatan lingkungan yang efektif
merupakan prioritas utama dalam manajemen
kesehatan darurat setelah serangan bencana
alam.
• Dasar Pertimbangan
– Risiko Kesehatan
– Kepadatan Penduduk
RHA ??
• Dilakukan sesaat/sesegera mungkin setelah
bencana
• Serangkaian kegiatan pengkajian :
Pengumpulan Data  Penyajian Informasi
• Mengukur besarnya masalah yg berkaitan
dgn kesehatan akibat bencana
• Identifikasi kebutuhan penanggulangan
• Dilakukan secara cepat
POSISI RAPID HEALTH ASSESSMENT PADA
PENYELENGGARAAN UPAYA KESIAPSIAGAAN &
PENANGGULANGAN BENCANA

RAPID HEALTH ASSESSMENT


SURVEYLANCE EMERGENCY / RAPID NEED ASSMT.
BENCANA

waktu
DOR

KESIAPSIAGAAN MEDICAL RESPONSE PASCA BENCANA

PUBLIC HEALTH RESPONSE :


CONTINGENCY - AIR BERSIH DAN SANITASI
PLAN
PERENCANAAN - SURVAILANS.
DARURAT - PEMBERANTASAN PENYAKIT & IMMUNISASI
- PELAYANAN KESEHATAN DASAR, GIZI, DLL
TYPE Kapan Apa Bagaimana
Rapid / initial Sesegera setelah Pengamatan awal Satellite, Pesawat terbang,
assessment bencana /sepintas pada area Mapping, Observasi lapangan
disaster

Rapid Health Sesegera mungkin Pengumpulan data Pengamatan visual,


Assessment setalah bencana secara cepat untuk wawancara, data-data primer /
mengukur besaran sekunder, pencatatan lain.
masalah, dimana dan
kemungkinan intervensi
kesehatan
Survai untuk Situasi aman atau Detail, studi sistematis, Sampling, Studi perbandingan
kebutuhan bilamana kadang-2 terkait dengan antara data lama dan baru.
khusus. memungkinkan. masalah tertentu dn Wawancara / memakai
rehabilitasi pembanding
Upaya kesehatan lingkungan pascabencana
dapat dibagi dalam dua prioritas, yaitu:

• Memastikan bahwa terdapat kecukupan jumlah air


minum yang aman; kecukupan fasilitas sanitasi
dasar; pembuangan ekskreta, limbah cair, dan
limbah padat; dan penampungan yang cukup

• Melaksanakan upaya perlindungan makanan,


membentuk atau melanjutkan upaya pengendalian
vektor dan mempromosikan personal hygiene
Rekomendasi pembangunan kembali
layanan dan kondisi kesehatan lingkungan:
1. Peroleh informasi tentang pergerakan penduduk di dalam
atau di dekat daerah serangan dan buat lokasi kamp untuk
pengungsi dan orang berpindah, daerah yang sebagian
dan/atau seluruhnya dievakuasi, penampungan tenaga
bantuan, dan RS serta fasilitas medis lain. Informasi ini
akan membantu penentuan lokasi yang membutuhkan
perhatian utama.
2. Lakukan pengkajian cepat untuk menentukan tingkat
kerusakan sistem persediaan air masyarakat dan SPAL
serta produksi, tempat penyimpanan, dan jaringan
distribusi makanan
3. Tentukan kapasitas operasional yang tersisa untuk
melaksanakan layanan dasar kesehatan lingkungan ini
Rekomendasi pembangunan kembali
layanan dan kondisi kesehatan lingkungan:
4. Lakukan inventarisasi sumber daya yang masih tersedia,
termasuk persediaan makanan yang tidak rusak, SDM,
serta peralatan, materi, dan persediaan siap pakai
5. Tentukan kebutuhan penduduk akan air, sanitasi dasar,
perumahan dan makanan
6. Penuhi kebutuhan fasilitas esensial secepat mungkin
setelah kebutuhan konsumsi dasar manusia terpenuhi. RS
dan fasilitas kesehatan lain mungkin membutuhkan
peningkatan pasokan air jika jumlah korban bencana
sangat banyak
7. Pastikan bahwa pengungsi dan orang berpindah telah
mendapat penampungan yang tepat dan bahwa
penampungan sementara itu dan daerah berisiko tinggi
lainnya memiliki layanan kesehatan lingkungan dasar
Program Sanitasi Lingkungan

• Tujuan utama program-program sanitasi dalam


situasi bencana adalah untuk memberikan
martabat bagi penduduk dan mengurangi risiko
terkait terhadap penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui jalur tinja-mulut (fekal-oral).
• Penduduk yang terkena dampak bencana harus
memiliki informasi, pengetahuan dan
pemahaman yang diperlukan untuk mencegah
penyakit karena sanitasi yg buruk.
Penampungan
• Akomodasi jangka pendek tempat populasi
yang terpengaruh dapat tinggal sampai
bencana berlalu dan kembali ke rumah
mereka sesegera mungkin.
• Oleh karena itu tidak dirancang untuk
menyediakan layanan kebutuhan dasar bagi
ratusan orang selama periode yang
berkepanjangan.
Persediaan Air
• Survei terhadap semua persediaan air
masyarakat harus dilaksanakan, dimulai pada
sistem distribusi dan berlanjut pada sumber
air.
• Sangat penting untuk menentukan keutuhan
fisik komponen sistem, kapasitas yg tersisa,
mutu bakteriologi serta kimia dari air yang
disediakan.
Persediaan Air
• Aspek keamanan umum yang utama dari mutu air adalah
kontaminasi bakteri.
• Prioritas pertama untuk memastikan mutu air dalam situasi darurat
adalah dengan metode klorinasi.
• Rekomendasi yang diberikan dalam aktivitas pemulihan adalah
peningkatan kadar residu klorin dan peningkatan tekanan.
• Tekanan air yang rendah akan memperbesar kemungkinan
masuknya polutan dalam pipa air. Pipa, reservoir, dan unit lainnya
yang telah diperbaiki memerlukan pembersihan dan desinfeksi.
• Kadar minimum yang direkomendasikan dalam situasi darurat
untuk kadar residu klorin bebas adalah 0,7 mg/l.
• Kontaminasi kimia dan toksisitas merupakan prioritas kedua dalam
mutu air dan kontaminan kimia potensial harus diidentifikasi dan
dianalisis.
Sumber air alternatif
• Berdasarkan urutan pilihan yang umum, pertimbangan harus diberikan
pada sumber air alternatif berikut

Air tanah dalam

Air tanah
dangkal/mata air

Air hujan

Air permukaan
Langkah-langkah Perlindungan Sumber Air

1. Batasi akses untuk manusia dan hewan


2. Pastikan sumber pencemaran jaraknya cukup
aman dari sumber air
3. Tetapkan larangan mandi, mencuci, dll di daerah
hulu sebelum lokasi pengambilan sediaan air
baik di sungai maupun anak sungai
4. Perbaiki konstruksi sumur untuk memastikan
keterlindungannya dari kontaminasi
5. Estimasi volume maksimum air sumur
• Dalam situasi darurat, air diangkut dengan
truk ke daerah atau kamp yang terkena
bencana.
• Semua truk harus menjalani inspeksi untuk
memastikan kekuatannya dan harus
dibersihkan dan didesinfeksi sebelum
digunakan untuk mengangkut air.
PENYEDIAAN AIR BERSIH
• Diarahkan untuk memenuhi kebutuan minimal air bersih bagi
pengungsi / korban bencana (minum, masak & kebersihan pribadi)
• Masalah utama kesehatan adalah disebabkan kebersihan buruk,
akibat kekurangan air bersih dan konsumsi air yang tercemar.

Pemenuhan kebutuhan air bersih:


• hari pertama minimal 5 -7 Liter/org /hari
• hari berikutnya : 15 – 20 liter/org /hari.
• Pusat kesehatan: 40-60 liter/org/hari
• Pusat pemberian makanan: 20-30 liter/org/hari
PENYEDIAAN AIR BERSIH

Jarak terjauh dari sumber air tdk lbh dr 500 m

Tiap keluarga pengungsi sebaiknya memiliki tandon


air untuk mengambil maupun untuk menyimpan air.

ukuran : 10 - 20 L.
Tolak ukur :
• Sumber air yg tdk terdesinfeksi (belum
bebas kuman) : kandungan bakteri dari
pencemaran kotoran manusia tdk lbh dr 10
coliform per 100 ml.
• Pasokan air pd wkt ada risiko atau sdh ada
kejadian penjangkitan penyakit diare, air
harus didesinfeksi lbh dahulu sblm
digunakan.
PENYEDIAAN AIR BERSIH
• Jangka pendek :
• perlindungan sumber-sumber air bersih dari risiko
pencemaran.
• Penyediaan air bersih dengan jumlah memadai dengan
kualitas yang dapat diterima.
• Jangka menengah:
• Perbaikan kualitas air.
• Memperbaiki akses masyarakat melalui jaringan
distribusi.
Keamanan Makanan

• Higiene yang buruk merupakan penyebab utama


foodborne diseases dalam situasi bencana.
• Jika program pemberian makanan memang
berlangsung di lokasi atau kamp penampungan,
sanitasi dapur menjadi prioritas yang paling penting.
• Peralatan makan harus dicuci dalam air mendidih atau
air bersih, higiene personal harus dipantau terutama
terhadap mereka yang terlibat dalam penyiapan
makanan.
• Penyimpanan makanan harus dapat mencegah
kontaminasi.
Sanitasi Dasar dan Higiene Personal

• Banyak penyakit menular menyebar melalui air minum


dan makanan yang terkontaminasi feses. Dengan
demikian, harus dilakukan upaya untuk memastikan
pembuangan ekskreta yang saniter.
• Jamban darurat harus disediakan bagi mereka yang
dipindahkan, pengungsi, tenaga relawan, dan
penduduk sekitar yang fasilitas jambannya hancur.
• Hygiene personal cenderung menurun setelah bencana
alam, khususnya di daerah yang penduduknya padat
dan tempat-tempat yang kekurangan air
Jamban

• Pembuatan jamban dalam situasi darurat umumnya


menggunakan terpal plastik.
• Dalam situasi keadaan darurat yang ekstrem, bisa jadi
lokasi untuk buang air besar berupa lapangan.
• Dalam situasi-situasi yang lebih mapan, mestinya bisa
dibangun jamban untuk keluarga.
• Perempuan, anak-anak, penyandang cacat dan orang
sakit memiliki kebutuhan yang berbeda dari laki-laki.
• Mungkin diperlukan jamban dengan desain khusus
untuk mereka.
Standar Optimum Pembuangan Tinja
• Jumlah Kakus:
– Pertama: 1 kakus untuk satu keluarga
– Kedua: 1 kakus utk 20 orang
– Ketiga: 1 kakus utk 100 orang
• Tangki septic:
– 1 tangki/100 liter/10 keluarga atau 50 orang
• 1 pegawai sanitasi ditempatkan utk setiap
5.000 orang dan seorang pembantu sanitasi
utk setiap 500 orang
Standar Optimum Pembuangan Tinja
• Untuk tiap jamban digunakan maksimum oleh 20
orang
• Penggunaan jamban diatur berdasarkan rumah
tangga dan atau jenis kelamin
• Jamban yang terpisah untuk laki-laki dan
perempuan tersedia di tempat umum seperti
pasar, pusat kesehatan dll
• Jamban umum dibersihkan dan dipelihara
• Jamban berjarak tidak melebihi 50 m dari tempat
penampungan
Beberapa sarana darurat pembuangan ekskreta (emergency
latrine) dapat digunakan di tempat pengungsian, antara lain:

• Jamban saluran (Trench Latrine)


Saluran digali ditanah sedalam kira-kira 70-75 cm agar ekskreta dapat
diuraikan oleh mikroba tanah, saluran jangan terlalu lebar, tersedia tanah
untuk menimbun ekskreta, panjang saluran max 6 m, dan bagian atas
saluran diberikan dinding penguat agar tidak runtuh, diberikan kayu untuk
meletakkan kaki saat defekasi, diberi sekat pemisah dari bahan lokan
yang mudah didapat. Kekurangan jamban ini adalah tidak ada yang mau
membersihkan atau perawatan sarana ini secara sukarela. Tetapi dapat
menutupi kebutuhan mendesak untuk sarana defekasi darurat.

• Jamban Gali (Pit Latrine)


Jamban gali mudah dibuat dan merupakan lubang yg digali ditanah,
perhatikan kedalaman permukaan air tanah terutama musim penghujan
pit latrine
trench latrine
Pengelolaan Limbah Padat

• Masalah yang sering muncul adalah puing-puing


bangunan, pohon, bangkai dan sampah lainnya.
• Pembersihan awal reruntuhan secara cepat sangat
penting untuk upaya rehabilitasi.
• Pembuangan barang bekas dll yang saniter merupakan
cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit
bawaan vector.
• Pengumpulan sampah harus sesegera mungkin
dilaksanakan kembali di daerah yang terserang
bencana.
• Hindari pembuangan sampah di tempat terbuka.
• Cermati pembuangan limbah B3.
Pengendalian Vektor

• Program pengendalian untuk penyakit bawaan


vektor harus digencarkan selama periode
darurat dan rehabilitasi, khususnya di wilayah
yang endemic.
• Prioritas dilakukan untuk daerah endemik
leptospirosis, DBD, malaria, tifus, dan pes.
Pengendalian Vektor

• Pulihkan aktivitas pengumpulan dan pembuangan sampah


yang saniter sesegera mungkin
• Selenggarakan promosi kesehatan untuk memusnahkan
tempat perkembangbiakan vektor dan tentang upaya untuk
mencegah infeksi, termasuk hygiene personal
• Lakukan survei pada kamp dan wilayah berpenduduk padat
untuk mengidentifikasi lokasi perkembangbiakan potensial
nyamuk, hewan pengerat, dan vektor lainnya.
• Musnahkan tempat perkembangbiakan vektor dengan
mengeringkan dan/atau menimbun kolam, empang, dan
rawa-rawa, melakukan gerakan 3M, dll.
• Lakukan pengendalian kimia jika perlu
• Simpan makanan dalam tempat tertutup dan terlindung
Pengelolaan Air Limbah

• Ditempat-tempat pengungsian, air limbah


berasal dari dapur, kamar mandi, tempat
mencuci, tempat layanan kesehatan, dan
seringkali berasal dari WC.
• Jika sampai tergenang dan mengalir,
terbentuklah genangan air yang tercemar oleh
zat organik sehingga berpotensi menjadi
breeding place vektor penyakit seperti
nyamuk culex yg dapat menyebarkan filariasis.
Rekomendasi
• Membentuk tim sanitasi utk membangun dan
memelihara prasarana
• Menyediakan fasilitas dasar cuci tangan
• Menyediakan fasilitas MCK
• Memastikan ketersediaan air yang memadai
• Membentuk sistem pemantuan utk semua pelayanan
kesling
• Menentukan metode pembuangan tinja, sampah dan
air limbah
• Memasukkan kebersihan lingkungan sebagai bahan
pendidikan kesehatan
• Menyelenggarakan promosi kesehatan
• Mengendalikan air limbah dan menyediakan saluran
pembuangannya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai