6. Keamanan Makanan
Higiene yang buruk merupakan penyebab utama foodborne diseases
dalam situasi bencana. Jika program pemberian makanan memang
berlangsung di lokasi atau kamp penampungan, sanitasi dapur
menjadi prioritas yang paling penting. Peralatan makan harus dicuci
dalam air mendidih atau air bersih, higiene personal harus dipantau
terutama terhadap mereka yang terlibat dalam penyiapan makanan.
Penyimpanan makanan harus dapat mencegah kontaminasi.
8. Jamban
Pembuatan jamban dalam situasi darurat umumnya menggunakan
terpal plastik. Dalam situasi keadaan darurat yang ekstrem, bisa jadi
lokasi untuk buang air besar berupa lapangan. Dalam situasi-situasi
yang lebih mapan, mestinya bisa dibangun jamban untuk keluarga.
Ingat perempuan, anak-anak, penyandang cacat dan orang sakit
memiliki kebutuhan yang berbeda dari laki-laki. Mungkin diperlukan
jamban dengan desain khusus untuk mereka.
9. Pengelolaan Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat kerap menimbulkan satu masalah khusus
dalam situasi darurat. Selama periode pascabencana masalah yang
sering muncul adalah puing-puing bangunan, pohon, bangkai dan
sampah lainnya. Pembersihan awal reruntuhan secara cepat sangat
penting untuk upaya rehabilitasi. Pembuangan barang bekas dll yang
saniter merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan
penyakit bawaan vector. Pengumpulan sampah harus sesegera
mungkin dilaksanakan kembali di daerah yang terserang bencana.
Hindari pembuangan sampah di tempat terbuka. Cermati pembuangan
limbah B3.
10. Pengendalian Vektor
Program pengendalian untuk penyakit bawaan vektor harus
digencarkan selama periode darurat dan rehabilitasi, khususnya di
wilayah yang endemic. Prioritas dilakukan untuk daerah endemik
leptospirosis, DBD, malaria, tifus, dan pes.
Berikut ini adalah langkah-langkah darurat penting untuk pengendalian
vektor:
Data BNPB
mencatat banyak
kerusakan
bangunan hingga
fasilitas publik.
Berikut data dan
kerusakan di Palu
dan sekitarnya:
1. Berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah
sakit, dan bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya.
Diperkirakan puluhan hingga ratusan orang belum dievakuasi dari
reruntuhan bangunan.
2. Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura,
ambruk.
3. Hotel Roa-Roa berlantai delapan yang berada di Jalan Pattimura,
Kota Palu, rata dengan tanah. Dilaporkan, di hotel yang memiliki 80
kamar itu terdapat 76 kamar yang sedang terisi oleh tamu hotel
yang menginap.
4. Arena Festival Pesona Palu Nomoni, puluhan hingga seratusan
orang pengisi acara, sebagian merupakan para penari, belum
diketahui nasibnya.
5. Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat, di Jalan Kangkung,
Kamonji, Kota Palu, roboh.
6. Jembatan Ponulele yang menghubungkan antara Donggala Barat
dan Donggala Timur, roboh. Jembatan berwarna kuning yang
menjadi ikon wisata Kota Palu roboh setelah diterjang gelombang
tsunami.
7. Jalur trans Palu-Poso-Makassar tertutup longsor.
8. Tujuh gardu induk PLN padam usai gempa mengguncang Sulawesi
Tengah, khususnya di Palu dan Donggala. Saat ini, baru dua gardu
induk yang bisa dihidupkan kembali.
9. Jaringan komunikasi di Donggala dan Palu terputus karena
padamnya pasokan listrik PLN. Terdapat 276 base station yang
tidak dapat dapat digunakan.
10. Terjadi kerusakan di bangunan tower Bandara Mamuju, dan
pergeseran tiang tower di Bandara Liwuk Bangai, namun masih
berfungsi.
11. Sejumlah pelabuhan mengalami kerusakan. Pelabuhan Pantoloan,
Kota Palu, rusak paling parah. Quay crane atau kran peti kemas
yang biasanya digunakan untuk bongkar muat peti kemas roboh. Di
Pelabuhan Wani, bangunan dan dermaga mengalami kerusakan.
KM Sabuk Nusantara 39 terhempas tsunami ke daratan sejauh 70
meter dari dermaga.
Karena sistemnya menggunakan penampungan air, saat listrik mati, air tidak
tertampung, toilet jadi tak bisa dibersihkan.Kondisi yang terjadi dalam
beberapa hari terakhir itu diakui Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). Mereka menyebut fasilitas MCK adalah salah satu kebutuhan
mendesak, selain bahan makanan dan tempat tinggal sementara.Menurut
pakar kesehatan lingkungan dari Institut Teknologi Bandung, Katharina
Oginawati, fasilitas sanitasi kerap tak menjadi prioritas dalam penanganan
korban bencana alam.Padahal, kata dia, jika sanitasi terabaikan, pengungsi
berpotensi terserang wabah penyakit, dari diare hingga demam berdarah.Ini
kondisi darurat, harusnya toilet darurat segera dibangun. Kita sering lamban,
tidak jeli melihat ini. Orang buang air tidak bisa ditahan, jadi bisa
sembarangan di tanah atau selokan.
Soal kakus, kita bisa kembali ke pola paling tradisional kalau darurat,
misalnya di tanah kosong. Kalau soal mayat tidak bisa karena wabahnya bisa
lebih cepat menular.Kementerian PUPR awal pekan ini mengirim 50 toilet
portabel, 15 di antaranya telah tiba di Palu. Sekitar 60.000 pengungsi di
daerah itu diklaim setidaknya membutuhkan 150 toilet berpindah.
b. Sumber risiko
Standar ini juga memberikan acuan untuk standar minimal untuk asupan
gizi dan keamanan makanan, standar minimal untuk tenda atau tempat
tinggal sementara dan standar minimal pelayanan kesehatan.