MANAJEMEN UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PADA TANGGAP
DARURAT KRISIS KESEHATAN
Jenis Bencana dan Penyakit
1. Bencana alam Bencana alam seperti gempa bumi, Letusan gunung berapi, Tsunami, Banjir, Kekeringan, Tanah longso, Kebakaran hutan, Angin topan 2. Bencana non alam Bencana non alam seperti Epidemik, Gagal teknologi, Gagal modernisasi dan Wabah penyakit 3. Bencana sosial Bencana sosial seperti Konflik sosial dan Teror Penyakit yang timbul dari berbagai jenis bencana diantaranya 1. Banjir/Banjir bandang Menimbulkan Diare, Kulit, ISPA, Leptospirosis 2. Erupsi Gunung Api Menimbulkan ISPA, Diare, Conjunctivitis, Luka Bakar 3. Kebakaran hutan Menimbulkan ISPA, Luka Bakar 4. Tanah longsor Menimbulkan Luka Memar, Luka Sayat, Patah Tulang, Diare, malaria, DBD. 5. Gelombang Tsunami Menimbulkan Diare, ISPA, Luka Memar, Luka Sayat, Malaria, DBD 6. Gempa Bumi Menimbulkan Luka Memar, Luka Sayat, Patah Tulang 7. Konflik Sosial Menimbulkan Diare, ISPA, malaria, DBD Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Situasi Bencana 1. Penyakit disebabkan media air Media air merupakan salah satu Breeding Place bagi vektor nyamuk yang menyebabkan berbagai jenis penyakit menular diantaranya :-Malaria, DBD, Chikungunnya, Radang Otak Hencephalitis, Filaria a. Water Borne Disease Definisi : Waterborne diseases merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat adanya cemaran baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air. Contoh : Diare, Kolera, Demam Tifoid b. Water Washed Disease Definisi : Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perorangan. Contoh : Hepatitis A, Scabies, Penyakit Kulit c. Water Based Disease Definisi : Penyakit yang melibatkan organisme hidup didalam air seperti parasite atau organisme yang hidup di perairan tertentu. Contoh : Schistosomiasis d. Water Related insect vector Disease Definisi : Penyakit yang disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan air. Contoh : DBD, Malaria, Filariasis 2. Penyakit disebabkan vektor & Binatang pembawa penyakit Penyakit yang disebabkab oleh vektor, seperti: Chikungunya, Malaria, Filariasis, DBD Penyakit yang disebabkab oleh binatang pembawa penyakit, seperti: Leptospirosis, Schistosomiasis (penyakit keong), Pes, Japanese Encephalitis. 3. Penyakit disebabkan media udara Penyakit ini disebabkan oleh patogen yang bisa menyebar melalui udara dari waktu kewaktu dengan partikel yang berukuran kecil. Penyebab : virus, bakteri, atau jamur Contoh Penyakit : COVD-19, FLU, Cacar air/Monkey fox, Tuberkulosis, Flu burung, Pneumonia, SARS (Sindrom pernapasan akut parah). Upaya Pencegahan Airborne disease: a. Menghindari kontak dengan orang yang memiliki gejala atau sedang sakit airborne disease b. Tinggal di rumah saat sedang sakit dan jangan berdekatan dengan orang yang memiliki daya imun lemah c. Gunakan masker jika harus berada di kerumunan untuk menekan risiko penularan d. Tutup mulut saat batuk atau bersin dengan tisu atau bagian siku pakaian, untuk menekan risiko penularan e. Jangan menyentuh wajah sendiri atau orang lain jika belum cuci tangan f. Vaksin bila sudah tersedia. Penyakit airborne disease yang telah memiliki vaksin antara lain difteri, influenza, dan MMR. 4. Penyakit disebabkan media tanah Tanah adalah penerima limbah padat sehingga menyebabkan kontaminasi tanah yang dapat mengandung bahan organik dan anorganik berbahaya serta mikroorganisme pathogen. Contoh Penyakit : Kaki pecah-pecah Infeksi Jamur Gejala : bercak merah gatal dan bersisik di kulit. Kemudian kulit dapat menebal dan retak Upaya Pencegahan : Selalu Menggunakan Alas Kaki Cacingan a. Lebih dari 1.5 milyar orang atau 24% penduduk dunia, terinfeksi cacingan. b. Lebih dari 270 juta anak pra sekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah di dunia tinggal di area yang mudah tertular cacingan dan membutuhkan pengobatan dan pencegahan cacingan. c. Upaya Pencegahan : Konsumsi obat cacing Faktanya > 58 juta anak di Indonesia telah mengkonsumsinya! Jenis-jenis: Cacing gelang, Cacing Cambuk, Cacing tambang 5. Penyakit disebabkan pangan Penyakit yang disebabkan oleh konsumsi terhadap makanan yang terkontaminasi oleh bakteri patogen, virus, parasit, atau makanan yang tidak direbus selama 10 menit di air mendidih. Bakteri Penyebab Food Borne disease seperti : a. Staphylococcus aureus b. Salmonella typhi dan paratyphi c. Eschericia coli Gejala : a. Sakit perut b. Diare c. Muntah-muntah Kelompok Berisiko Berat terhadap Penyakit Akibat Pangan: a. Bayi b. Lansia
RAPID ENVIRONMENTAL HEALTH ASSESSMENT (REHA)
Pengkajian cepat kebutuhan kesehatan lingkungan (Rapid Environmental Health Assessment) di daerah tanggap darurat dan merupakan bagian dari klaster kesehatan. Kegiatannya adalah pengumpulan, pengolahan, analisis data/ informasi tentang kondisi kesehatan lingkungan akibat bencana serta perubahan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana. 1. Tahap REHA : Kumpulkan data, Data diolah, dianalisa, Didapat informasi ttg kesling akibat bencana 2. Tujuan REHA : Besarnya kebutuhan, Masalah kesehatan, Gambaran penyakit, Kemungkinan dampak yg timbul, Memanfaatkan potensi yg muncul/ada (SDM / SDA) 3. Sasaran REHA Ancaman penyakit menular utama, Membuat outline kebutuhan kesling, Rencana priioritas penanggulangan, Identfikasi KLB, Melalui REHA dapat diketahui kondisi kesling pada saat dan paska bencana 4. Ruang Lingkup REHA Pengumpulan dan pengolahan data / informasi ttg kebutuhan kesling, gambaran penyakit, masalah yang timbul, potensi yang bisa dimanfaatkan => keluar rekomendasi tindak lanjut. 5. Waktu Pelaksanaan & Hasil Yg Diharapkan : a. Waktu pelaksanaan REHA : Sesaat setelah kejadian bencana (1 x 24 jam) dan dilakukan secara terus menerus sesuai kondisi di lapangan termasuk paska bencana b. Hasil yang diharapkan dari REHA : Rekomendasi pelaksanaan penanggulangan, Hasil REHA dpt intervensi tersedianya sarana sanitasi, Informasi besarnya populasi terkena bencana, prioritas masalah kesehatan dan kebutuhan kesling yg hrs dselesaikn
FAKTOR RISIKO KESLING PADA SITUASI KRISIS KESEHATAN SHELTER
1. Persyaratan Lokasi a. Dipilih lokasi yang berdekatan dengan sumber air bersih b. Lokasi tidak berada pada daerah yang membahayakan keselamatan pengungsi c. Jauh dari tempat yang berisiko bagi kesehatan 2. Persyaratan Shelter/Tenda a. Luas area tenda/gedung adalah 3,5 m2 per orang b. Adanya pencahayaan dan c. ventilasi yang cukup d. Mudah dijangkau pelayanan kesehatan e. Terlindung dari terik matahari dan hujan f. Aliran udara dan suhu optimal
FAKTOR RISIKO KESLING PADA SITUASI KRISIS KESEHATAN SANITASI AIR
1. Hari 1-3 : minimum 5 liter/orang/hari dengan prioritas penggunaan untuk air minum 2. Hari 4 dst : harus memfasilitasi 20 liter/orang/hari untuk memenuhi kebutuhan minimal untuk minum, masak, mandi, dan cuci 3. Lokasi penempatan tangki : minimum 30 meter dan maksimum 500 meter dari tenda pengungsian 4. Jumlah kran :setiap tangka memiliki 6 – 8 kran air 5. Parameter Wajib Air Minum: (Permenkes No 2 tahun 2023) a. E.coli = 0 CFU/100 ml b. Kekeruhan = < 3 NTU c. Warna = Maksimal 10 TCU d. Tidak Berbau e. pH = 6.5 – 8.5 FAKTOR RISIKO KESLING PADA SITUASI KRISIS KESEHATAN PENGELOLAAN LIMBAH 1. Limbah Tinja a. Jamban : maksimal untuk 20 orang b. Lokasi : minimal 10 meter dari sumber air bersih dan maksimal 50 meter dari lokasi pengungsian c. Laki-laki dan Perempuan terpisah d. Memiliki konstruksi yang kuat dan tertutup e. Tersedia logistik lisol 2. Limbah Cair a. Bersumber dari limpasan air hujan dan air dari bekas aktifitas pengungsi b. Tujuan dilakukan : menghindari perkembangbiakan vektor penular penyakit c. Pada lokasi pengungsian perlu dibuat saluran pembuangan air limbah cair permanen maupun temporer d. Lokasi pembuangan limbah cair dijauhkan dari sumber air bersih dan lokasi penampungan pengungsi 3. Limbah Medis Kegiatan pengelolaan limbah medis berupa limbah padat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan meliputi (Permenkes no 2 tahun 2023) : a. Pengurangan b. Pemilahan c. Pewadahan d. Penyimpanan e. Pengangkutan f. Pengolahan Berupa limbah cair, meliputi: a. Penyaluran b. Pengolahan c. Pemeriksaan Prosedur Tanggap Darurat Jka Terjadi Tumpahan Limbah B3 1. Sebelum bertugas menangani tumpahan/ ceceran/ kebocoran limbah B3 gunakan APD berupa : Helet (Topi Pengaman ), Saety Glass (Kacamata Pengaman ), Masker, Respirator, Apron,Sepatu Pelindung, Sarung tangan. 2. Segera elokalisir area tumpahan/ ceceran/ kebocoran limbah B3 dengan menggunakan spill kit berupa absorbentkain majun 3. Tutup akses aliran tumpahan/ ceceran/ kebocoran limbah B3 menuju ke tanah terbuka atau badan air disekitar lokasi tumpahan 4. Setelah caran libah B3 terserap, pindahkan limbah B3 beserta kain majun dan bahan lainnya kedalam kemasan berlogo “Beracun” bertuliskan peringatan “ Limbah Beracun” selanjutnya diikat agar terjadi tumpukan 5. Selanjutnya pindahkan kemasan tersebut dilokasi yang cukup aman. Jika penanganan tumpahan tumpahan / ceceran/ kebocoran limbah B3 selesai dilaksanakan 6. Lepaskan semua APD
SANITASI PENGELOLAAN SAMPAH
1. Pewadahan sampah a. Sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah keluarga atau sekelompok keluarga b. Tempat sampah yang digunakan harus dapat ditutup untuk menghindarkan lalat, dapat berupa kantong plastik sampah (polybag) atau drum, dll c. Penempatan tempat sampah maksimal 15 meter dari tempat pengungsian d. Sampah tidak boleh dibakar 2. Pengumpulan Sampah (TPS) a. Sampah di lokasi pengungsian maksimum 1 hari harus sudah diangkut ke TPS b. Sampah yang berada di TPS harus diangkut ke TPA selambat – lambatnya minimal 3 hari sekali c. Saat pengangkutan sampah dari TPS ke TPA tidak boleh ada sampah berserakan
PENANGANAN DAN KEAMANAN BAHAN PANGAN
1. Tidak didapat penyebaran penyakit akibat lokasi pengelolaan pangan 2. Petugas pengelola memiliki pengetahuan cukup 3. Pengendalian mutu 4. Batas kadaluwarsa min. 6 bulan sesudah diterima 5. Ada prasarana penyimpanan yang memadai 6. Bahan makanan sesuai dengan yang biasa dikonsumsi dan tidak 7. bertentangan dengan tradisi/agama 8. Makanan untuk balita memenuhi syarat dalam hal rasa dan sesuai dengan kemampuan cerna 9. Mudah diakses 10. Adanya upaya pendampingan bagi yang tidak mampu mengolah/makan sendiri
PENANGGULANGAN KEDARURATAN BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Mengupayakan kebutuhan minimal sanitasi darurat pada situasi bencana dan kegiatan tertentu 2. Mengembangkan kemitraan dengan LSM , organisasi profesi dan Poltekes jurusan kesling dalam upaya pemenuhan minimal sarana sanitasi darurat 3. Mengembangkan dan menerapkan teknologi tepat guna dalam upaya sanitasi darurat dengan memanfaatkan sumberdaya setempat serta mudah dioperasionalkan
KEGIATAN YANKESLING LINTAS SEKTOR, LINTAS PROGRAM, DAN MITRA
PEMBANGUNAN
No Instansi Pemerintah Yankesling
1 Dinas PU, dan Mitra Pembangunan Penyediaan Sarana Jamban Penyediaan Air Bersih/Air 2 PDAM, Dinas PU, dan Mitra Pembangunan Minum 3 Dinas Sosial, dan Mitra Pembangunan Pengungsian Dinas Sosial, TAGANA, dan Mitra 4 Dapur Umum Pembangunan 5 Dinas Lingkungan Hidup Sampah Domestik 6 Dnas Keshatan/Dinas LH Limbah Medis fasyankes Dinas Kesehatan, TSL Puskesmas, dan Mitra 7 Melakukan REHA Pembangunan 8 Bidang Promkes, mitra pembangunan Penyuluhan Pengambilan dan pemeriksaan 9 TSL Puskesmas, BTKL/UPT Labkes sampel air, pangan