Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH

NAMA : JUHARTI YASSA

NIM : P07133016016

TINGKAT : III A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit Berbasis Lingkungan


Sub Pokok Bahasan : Penyakit Malaria
Sasaran : Masyarakat
Pemateri : Siti Avny Sanduan
Hari/Tanggal : Senin, 29 Oktober 2018
Waktu : 35 Menit
Tempat : Waiheru
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit tentang penyakit ISPA
diharapkan masyarakat mengetahui tentang cara pencegahan penyakit ISPA.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Masyarakat dapat mengetahui pengertian ISPA
2. Masyarakat dapat mengetahui Mengetahui penularan penyakit ISPA
3. Masyarakat dapat mengetahui Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian ISPA
4. Masyarakat dapat mengetahui Upaya Pencegahan ISPA
B. METODE PENYULUHAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
C. MEDIA
a. Leptop
b. LCD
D. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH RESPON PESERTA
Pembukaan
a. Mengucapkan salam  Menjawab salam
1 5 menit b. Memperkenalkan diri  Berpartisipasi aktif
c. Menjelaskan tujuan penyuluhan  Memperhatikan
d. Kontrak waktu  Menyetujui kontrak
2 20 Pelaksanaan/inti kegiatan
menit a. Menjelaskan dan menguraikan  Memperhatikan
materi penyuluhan  Menanyakan hal-hal yang
b. Memberikan kesempatan kepada belum diketahui
peserta untuk bertanya  Memperhatikan jawaban
c. Menjawab pertanyaan peserta
Penutup
a. Melaksanakan evaluasi dengan  Menjawab pertanyaan
10 memberi pertanyaan
3
menit b. Memberikan kesimpulan tentang  Memperhatikan
materi yang diberikan
c. Salam penutup  Menjawab salam

MATERI

A. Pengertian Penyakit ISPA


ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita
di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata- rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
B. Penularan Penyakit ISPA
ISPA dapat ditularkan melalui bersin dan udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti tetesan
cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. Bila penyebabnya
virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk media
perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi tempat
berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau sistem
pernapasan,
Umumnya penyakit pneumonia menular secara langsung dari seseorang
penderita kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak
virus dan kuman yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh orang yang
berdekatan dengan penderita.

C. Faktor Risiko Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Penyakit ISPA


1. Rumah Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan
keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 2007).
Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi
menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di
Denmark. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di
dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah
terjadinya ISPA anak.
2. Kepadatan hunian (crowded) Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang,
jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko
untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan
hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.
3. Status sosio-ekonomi Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan
tingkat sosio-ekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan
kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara
status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang
bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosio-
ekonomi (Darmawan,1995).
4. Kebiasaan merokok Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya
mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan
anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat
bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok (Koch et
al, 2003)
5. Polusi udara Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit
gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas
Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan
saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan
antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan
siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil
penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau insiden
penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah
pencemaran udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi
tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga
tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita
gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara
sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA.

D. Upaya Pencegahan Penyakit ISPA


Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
c. Immunisasi.
d. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Anda mungkin juga menyukai