Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang termasuk dalam

kategori negara yang sangat produktif dalam memproduksi sampah. Rata-

rata sampah padat di daerah perkotaan yang dihasilkan oleh negara

Jepang pada tahun 1995 sebanyak 1,47 kg/kapita/hari. Jumlah sampah

tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan negara-negara yang ada

di Asia, yang kebanyakan jumlah sampahnya tidak sampai sebanyak 1

kg/kapita/hari. Penyebab tingginya produksi sampah di Jepang karena

pernah mengalami produksi masal, konsumsi masal, dan pembuangan

masal. Hal tersebut, dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang

pembuangan sampah sehingga terjadi penumpukan sampah. Sampah

yang dibakar di tempat pembakaran sampah atau dibuang ke tempat

pembuangan sampah akhir di Eropa sebanyak 67%, sedangkan di

Amerika Serikat terdapat 96% sampah yang di daur ulang (Karpel, 2006).

Indonesia dengan jumlah penduduk hingga 225 juta pada tahun

2011 setiap hari menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik

dengan perbandingan jumlah hampir sama. Permasalahan utama adalah

kesadaran masyarakat akan membuang dan memproses serta memilah

sampah masih sangat rendah dengan didukung sistem pengolahan

sampah yang masih buruk. Jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di

Indonesia hingga mencapai 11,330 ton per hari. Jika diambil rata-rata
2

maka setiap orang menghasilkan sampah sebesar 0,050 Kg per hari. Jika

jumlah sampah itu dihasilkan dalam hitungan hari tinggal dikali dengan

tahun, maka sampah yang dihasilkan hingga mencapai 4.078.800 ton

(Chandra, 2011).

Dampak permasalahan sampah tidak hanya berdampak pada

lingkungan sekitar tetapi juga dapat merenggut korban jiwa. Peristiwa

longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang

menewaskan 143 orang pada bulan Februari 2005 terulang kembali pada

bulan September 2006 di TPA Bantargebang yang mengakitbatkan tiga

orang meninggal (Ressya, 2008)

Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh

negara dan dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai

masalah persampahan dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia

menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia. Sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan segala aktivitasnya jumlah sampah yang dihasilkan

terus bertambah dari waktu ke waktu dan jenisnya semakin beragam

sehingga manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari sampah.

Masalah sampah merupakan masalah lingkungan yang sangat penting,

dan menjadi tanggung jawab semua masyarakat, seluruh bangsa

Indonesia. Pada tahun 2014, pertumbuhan penduduk khususnya di kota

berjalan dengan pesat sekitar 36%, pada tahun 2020 diperkirakan

jumlahnya meningkat menjadi 52% atau sebanyak 40 juta jiwa Pesatnya


3

pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di Indonesia selain membawa

keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota-kota menjadi pusat

kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa dampak

terhadap meningkatnya biaya sosial, sehingga pada akhirnya kawasan

perkotaan akan sampai pada tingkat skala kemunduran ekonomi. Hal ini

merupakan akibat terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup

perkotaan berupa kebisingan, kemacetan lalu lintas, pencemaran air,

udara dan tanah yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga.

Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (PBS) jumlah sampah pada

tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari.

Dari sampah yang dihasilkan tersebut diperkirakan sebesar 4,2% akan

diangkut ke Tempat (Dinas Kebersihan, 2014).

Kondisi Kali Sentiong atau lebih dikenal dengan nama Kali Item

yang berada di dekat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, dipenuhi

oleh sampah memasuki musim hujan dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Sampah yang banyak terdapat di aliran Kali Item merupakan sampah

rumah tangga seperti sampah plastik (bungkus makanan), botol plastik,

kemasan styrofom, dan ada juga sampah daun-daunan kering. Tidak

hanya di aliran Kali Item, sampah botol plastik, bungkusan makanan,

bungkusan rokok, juga menumpuk di atas waring yang dibentangkan di

atas Kali Item. Bahkan sejumlah waring sudah dalam kondisi bolong-

bolong (Arifin, 2018)


4

Salah seorang petugas dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI

Jakarta mengatakan, sampah pada waring yang ada di atas Kali Item

biasanya diambil setiap hari, namun tetap saja tidak bisa bersih karena

masih banyak yang tidak peduli, padahal sudah sering adanya himbauan,

surat edaran, dan denda kepada warga yang membuang sampah ke Kali

Item tetapi masih ada saja warga yang buang sampah ke sini Saat

pendistibusian air dari danau Sunter ke kali Item oleh Dinas Sumber Daya

Air (SDA), sampah biasanya sudah disaring menggunakan alat yang

dikelola oleh Dinas UPK Badan Air.Masih banyak masyarakat yang belum

peduli dengan sampah dengan sering buang sampah ke waring tersebut

sehingga waring terlihat kotor karena banyaknya sampah di atasnya

meskipun sampah di waring itu susah dibersihinnya, tidak bisa dikontrol,

tetapi masih saja masyarakat yang buang sampah. Sedangkan tumpukan

sampah di permukaan waring diakibat oleh ulah warga sekitar. Warga

asal membuang sampah saat berkumpul di pinggir Kali Item. Biasanya

Malam hari banyak warga yang suka nongkrong, seperti anak mudah

yang suka duduk-duduk di pinggir kali dan membuang sampah ke waring

(Yogi, 2018)

Petugas UPK Badan Air seperti tiap harinya selalu mengambil

sampah di Kali Item dari pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB. Total

petugas terdiri dari 13 orang yang dibagi menjadi empat titik dari jembatan

marto hingga ke sentiong. Harapannya segera ada solusi untuk


5

menangani masalah bau dan sampah disini, semoga para petugasnya

juga diperhatikan karena tiap hari kami harus bernafas dengan udara

yang bau. Seorang petugas UPK bahkan mengaku pernah dirawat di

Rumah Sakit selama satu bulan karena paru-paru efek menghirup bau

kali item setiap harinya.Tiap harinya sampah yang diambil dari Kali Item

bisa mencapai 8 kubik, jika hujan turun maka akan bertambah pula

sampah yang diangkut mencapai 12 kubik. Sampah rumah tangga seperti

plastik makanan, botol plastik mendominasi sampah di Kali Item.Terkait

sampah yang ada di atas waring,sudah adanya instruksi untuk

pembongkaran waring di atas Kali Item (Rito, 2018)

Pengelolaan sampah perkotaan merupakan salah satu tantangan

besar yang harus dihadapi daerah perkotaan di negara-negara

berkembang. Peningkatan populasi, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi

dan industrialisasi meningkatkan jum-lah timbulan sampah yang

diproduksi. Terlebih lagi, kurangnya infrastruktur untuk pengumpulan,

transportasi, pengolahan dan pembuangan limbah padat, perencanaan

pengelolaan yang tidak tepat, sumber daya keuangan yang tidak

memadai, kurangnya kemampuan aspek teknis dan sikap masyarakat

yang apatis mengakibat-kan sampah dianggap sebagai sumber masalah

lingkungan dan kesehatan masyarakat (Afroz, et al, 2014)

Sebagai negara berkembang, Indonesia juga tidak terlepas dari

masalah yang ditimbulkan oleh dampak dan hasil samping pengelolaan


6

persampahan. Saat ini di Indonesia hanya 86,7% rumah tangga (baik

perdesaan maupun perkotaan) yang terlayani akses pengelolaan

persampahan, sampah yang tidak dipilah masih sebesar 81,2% dan

hanya 60% dari limbah rumah tangga yang ada terangkut menuju proses

selanjutnya (Damanhuri&Setyowati, 2013).

Sampah selalu merupakan masalah di Indonesia. Banyak hal yang

menyebabkan terjadinya penumpukan dan pembuangan sampah secara

sembarangan. Sampah yang dihasilkan Indonesia secara keseluruhan

mencapai 175.000 ton perhari, 0,7 kg perorang. Data statistik sampah di

Indonesia tahun 2014 mencatat bahwa Indonesia menduduki negara

penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Cina

(Geotimes, 2015).

Peningkatan produksi sampah dari tahun ke tahun yang semakin

meningkat akan menimbulkan berbagai permasalahan. Produksi sampah

pada tahun 2006 di Jawa Tengah setiap harinya mencapai 25.000 meter

kubik. Sekitar 64,69% sampah tersebut berhasil diangkut oleh 560 truk

pengangkut sampah dan sarana pengumpulan lain ke sebanyak 72 TPA

(Tempat Pembuangan Akhir). Komposisi sampah yang ada terdiri dari

sampah organik sebesar 62,92% dan disusul dengan sampah plastik

yang berupa sampah kain, kayu, logam, dan sebagainya. Sebagian

rumah tangga di Jawa Tengah tidak memiliki penampungan sampah di

dalam rumah (66,9%) terbanyak di kabupaten Demak (95,4%).


7

Sedangkan penampungan di luar rumah, sebagian besar terbuka (58,2%)

terbanyak di kabupaten Wonosobo (59,1%) (Riskesdas, 2009).

Hal ini, dikarenakan kurangnya sarana prasarana yang disedikan

sehingga banyak sampah yang berserakan. Terdapat 92,16% sampah

tidak dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Hal ini, banyak

terjadi di daerah perkotaan pada kalangan mahasiswa. Mahasiswa adalah

penghuni tetap kampus tetapi masih ada yang tidak membuang sampah

pada tempatnya dan masih belum memisahkan antara sampah organik

dan anorganik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap sadar akan

lingkungan masih belum muncul. (Sholeh, 2011)

Bank Dunia dalam laporan yang berjudul “What a Waste: A Global

Review of Solid Waste Management”, mengungkapkan bahwa jumlah

sampah padat di kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% mulai dari

tahun ini hingga tahun 2025 dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 ton

per tahun. Mayoritas terjadi di kota-kota negara berkembang. Negara

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di

dunia, dengan jumlah total sebanyak 237 juta. Jumlah penduduk

diperkirakan akan semakin bertambah pada tahun 2025 dengan jumlah

270 juta. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, jumlah sampah

yang diproduksi secara nasional mencapai 130.000 ton per hari. Hal ini

merupakan masalah yang besar sebagai sumber daya manusia, tetapi

sebagian besar masih menjadi penyebab polusi. Secara keseluruhan


8

penduduk negara Indonesia yang hidup dengan sanitasi buruk sebanyak

72.500.000 jiwa. Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa di negara

Indonesia terdapat 240 kota yang menghadapi masalah mengenai

pengelolaan sampah (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di beberapa kota tahun

2012, pola pengelolaan sampah di Indonesia yang diangkut dan ditimbun

di TPA sebesar (69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%),

dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%). Saat ini lebih dari 90%

kabupaten/kota di Indonesia masih menggunakan sistem open dumping

atau bahkan dibakar. Pada saat ini, upaya pemilahan dan pengolahan

sampah masih sangat minim sebelum akhirnya sampah ditimbun di TPA.

Jika kebijakan ‘do nothing’ tetap dilaksanakan, maka kebutuhan lahan

untuk TPA akan meningkat menjadi 1.610 hektar pada tahun 2020.

Dilema sulitnya pengadaan lahan TPA mendorong Pemerintah Indonesia

(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) pada tahun 2014 untuk

menggagas lahirnya komitmen “Indonesia Bersih Sampah 2020”. Upaya

pengurangan timbulan sampah tanpa menghilangkan nilai guna dan nilai

ekonominya menjadi tantangan pengelolaan sampah ke depan bagi

Pemerintah Indonesia.

Sampah yang ada di lingkungan bila dikelola dengan baik maka

akan menjadikan lingkungan yang baik pula, yaitu lingkungan yang bersih

dan sehat akan tetapi pada kenyataannya masih sulit untuk diterapkan,
9

semua itu dapat kita lihat pada perilaku membuang sampah sembarangan

yang masih dilakukan oleh masyarakat, banyak sampah dibuang

sembarangan baik itu diselokan, dikali/sungai, dan tempat-tempat lainnya,

sampah yang seringkali dibuang dijalan,diselokan, dikali/disungai

seringkali dibiarkan bertumpuk. Membuang sampah tidak pada tempatnya

ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang kurang mampu bahkan

yang berpendidikan tinggi pun melakukannya, banjir akibat tumpukan

sampah seringkali terjadi tetapi kesadaran akan perilaku membuang

sampah pada tempatnya masih saja tidak dilakukan karena masih saja

terlihat sampah dijalan, selokan ,kali/sungai dan tempat-tempat lainnya

(Menurut WHO yang dikutip Chandra, 2007).

Permasalahan sampah ini berasal dari kegiatan individu

membuang sesuatu yang tidak digunakan. Kegiatan ini merupakan

perilaku seharihari yang dilakukan individu (Chandra, 2006) Perilaku

individu menurut Skinner (dalam Hergenhahn, 2008) adalah perilaku yang

ditimbulkan sebagai respon individu terhadap stimulus yang dikenali

(rangsangan dari luar). Stimulus dalam permasalahan ini berupa sampah.

Dalam perspektif behaviorisme, respon atau perilaku menyampah yang

dilakukan individu baik pria maupun perempuan dalam kasus yang sering

terjadi disekitar kita merupakan perilaku hasil pembiasaan yang dibentuk

oleh lingkungan. Kemungkinan besar pengalaman menyampah individu

tersebut selama ini di bandara atau di jalan atau di tempat-tempat umum


10

lainnya, tidak mendapatkan hukuman (misal ditegur petugas atau kena

denda). Ketika individu menyampah yang didapatkan justru konsekuensi

menyenangkan yakni terbebas dari sampah putung rokok dan tissue yang

mengganggu. Sehingga banyak individu yang berperilaku menyampah

(Tondok, 2008).

Provinsi Maluku khususnya dikota Ambon Volume Sampah 597

kubik per hari, perilaku pembuangan sampah ini masih terlihat di

beberapa titik seperti Pasar Mardika, dan beberapa titik lainya, dan

merupakan contoh perilaku masyarakat yang kurang baik.Volume sampah

organik dan non organik di Kota Ambon yang diolah di Instalasi

Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) mencapai 597 meter kubik per hari,

dari data itu berarti setiap rumah di Kota Ambon menyisakan tiga liter

sampah per hari.Menurutnya, Dinas Kebersihan saat ini mampu melayani

jasa pengangkutan sampah sebanyak 597 Meter kubik per hari atau 77,7

persen dari jumlah keseluruhan volume sampah yang dihasilkan warga

Ambon."Sampah bukanlah masalah, karena hampir setiap hari

masyarakat menyisakan sampah,yang menjadi persoalan adalah

bagaimana sampah bisa dikelola dengan baik, katanya selain IPST,

katanya, Pemkot Ambon juga memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

(IPLT) yang dibangun di kawasan Air Kuning dengan bantuan United

Nation Development Program (UNDP).Selain dua sarana itu, Pemkot

Ambon juga memiliki 165 unit gerobak sampah, 20 unit konteiner, 12 unit
11

mobil bak sampah, 69 buah bak sampah permanen, dua unit mobil tinja,

dan 30 unit tungku bakar.Diakui Tepalawatin, meskipun pengelolaan

sampah telah diupayakan seoptimal mungkin melalui penyediaan sarana

dan prasarana kebersihan, masih saja ada keluhan masyarakatmengenai

kebersihan kota (Tepalawatin, 2013).

Pengetahuan siswa tentang pengolahan sampah sangatlah

penting, karena pengetahuan siswa yang tinggi terhadap pengolahan

sampah akan menjadi pendorong timbulnya usaha sadar siswa untuk

menjaga dan meningkatkan kesehatannya melalui pengolahan sampah.

pengetahuan merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan (Sunaryo, 2008).

kebanyakan siswa-siswi di sekolah malas membuang sampah

pada tempatnya pada saat di ruangan kelas karena letak tempat sampah

yang jauh dari tempat duduk mereka, sehingga mereka lebih memilih

membuang sampah sembarangan. Hal ini banyak dikeluhkan oleh para

penjaga sekolah, mereka mengatakan bahwa setelah selesai jam sekolah

banyak terdapat sampah di ruangan kelas berupa bungkus makanan dan

minuman yang ditinggalkan oleh penghuni kelas. Meskipun pihak sekolah

sudah melakukan sosialisasi tetapi tetap saja siswa-siswi tidak

menghiraukan himbuan pihak sekolah untuk malakukan pemilahan

sampah dengan benar (Pradana, 2012)


12

Salah satu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas anak sekolah

setiap hari adalah perilaku membuang sampah pada tempatnya.

Konsumsi makanan oleh anak di sekolah akan menyisakan limbah berupa

sampah yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat mencemari

lingkungan bahkan memunculkan vektor penyakit seperti lalat, nyamuk,

kecoa, serta tikus yang menimbulkan berbagai macam penyakit antara

lain diare, kecacingan, DBD dan lain sebagainya. Badan kesehatan dunia

atau WHO menyatakan setiap tahun 100.000 anak meninggal dunia

akibat diare dan data dari Departemen Kesehatan tahun 2005

menyatakan prevalensi kecacingan pada anak sekolah mencapai 40%-

60% kasus.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya dapat

menerapkan cara mengelola sampah dengan baik dan benar. Anak-anak

dalam keseharian masih membuang sampah di sembarang tempat

meskipun sekolah sudah mengajarkan membuang sampah di sembarang

tempat dapat menyebabkan penyakit serta merugikan orang lain, diri

sendiri, dan juga lingkungan. Banyak hal lain yang mempengaruhi

ketaatan siswa dalam membuang sampah pada tempatnya seperti saran

prasarana pembuangan sampah di sekolah, contoh perilaku dari guru

maupun teman, pengetahuan siswa tentang membuang sampah pada

tempatnya, serta dampak yang dapat ditimbulkan jika membuang sampah

di sembarang tempat. Sampai saat ini kesadaran masyarakat untuk


13

membuang sampah pada tempatnya masih sangat rendah termasuk

anak-anak di lingkungan sekolah. Perilaku membuang sampah pada

tempatnya di sekolah penting untuk diperhatikan untuk mencegah

berbagai macam penyakit yang dapat muncul dan menghindari

pencemaran lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh (Poety, Wiyono,& Adi,

2017) diketahui bahwa hampir sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 28 orang (45,2%). Berdasarkan

penelitian ini diketahui bahwa hampir sebagian anak memiliki tingkat

pengetahuan yang baik tentang cara membuang sampah pada

tempatnya. Pengetahuan responden tentang pemembuang sampah

adalah sejauh mana responden tahu akan manfaat membuang sampah

dan dampak yang ditimbulkan oleh sampah terhadap diri serta

lingkungannya. Dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan reponden

tentang membuang sampah pada kategori baik sebanyak 28 responden

(45,2%) dan pada kategori kurang sebanyak 19 responden (30,6%).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden dianggap

baik. Tingkat pengetahuan responden tentang pemembuang sampah

adalah pada tingkat tahu (Know). Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang sesuatu adalah menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan (Notoatmodjo, 2003).


14

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti

pada tanggal 08 November 2018 di Sekolah Dasar Al-Wathan Ambon

melalui wawancara dan observasi didapatkan data masih banyak sampah

yang berserakan di lingkungan sekolah dan ruang kelas meskipun guru

sudah mengajarkan perilaku membuang sampah pada tempatnya dan

menyediakan fasilitas untuk pembuangan sampah. Beberapa orang guru

mengatakan bahwa perilaku muridnya masih sangat acuh tak acuh

terhadap kebersihan, masih suka buang sampah sembarang. walaup

sudah diberitahukan, hal ini dikarenakan karena minimnya pengetahuan

siswa akan pengelolaan sampah. Sampah yang dihasilkan pada tiap-tiap

kelas di angkat kemudian di buang ke lahan kosong, sampah yang di di

buang di lahan kosong dibiarkan berhari-hari hingga penuh kemudian di

bakar.

pengetahuan tentang sampah sangat penting untuk ditanamkan

pada setiap siswa yang akan melakukan pembuangan sampah. Salah

satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan

pelatihan atau penyuluhan sebagai sarana pemberian pendidikan

khususnya siswa untuk berperilaku membuang sampah pada tempatnya.

Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan kajian tentang pengetahuan siswa tentang pembuangan

sampah pada Siswa Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon


15

B. Rumusan Masalah

Uraian Latar Belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaiamanakah Pengetahuan Tingkat Pengetahuan

pembuangan sampah pada Siswa Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu

Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengetahuan Pembuangan sampah pada Siswa

Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota

Ambon.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan pembuangan sampah pada Siswa

Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau,

Kota Ambon.

b. Mengetahui perilaku membuang sampah yang benar pada Siswa

Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau,

Kota Ambon.

c. Mengetahui jenis sampah yang benar pada Siswa Sekolah Dasar

Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

d. Mengetahui bahaya sampah bagi kesehatan pada Siswa Sekolah

Dasar Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau, Kota

Ambon.
16

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik Akademik

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi dan

bahan pertimbangan untuk peneliti-peneliti selanjutnya khususnya

terkait pengetahuan pembuangan sampah pada siswa Sekolah Dasar

Al-Wathan Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

2. Manfaat Terapan

Manfaat terapan penelitian adalah bahwa temuan ilmiah yang

didapatkan diharapkan dapat digunakan sebagai :

a. Dasar Pertimbangan untuk Instansi Sekolah Dasar sebagai bahan

acuan terkait Pengetahuan pembuangan sampah pada siswa

Sekolah Dasar Al-Watan Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau

Kota Ambon.

b. Sebagai bahan masukan dalam kaitannya dengan pengetahuan

Siswa Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon tentang pengetahuan pembuangan sampah.


17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Sampah

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai

dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian

orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar

(Nugroho, 2013).

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah

adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi

atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan

tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya

hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang,

sedemikian rupa, sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan

hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

sampah ialah sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak

terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang

yang berasal dari kegiatan manusai, serta tidak terjadi dengan

sendirinya (Wahid, 2009).


18

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki

oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah

Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan

sampah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud

padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat

dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak

berguna lagi dan dibuang ke lingkungan (Slamet, 2009).

Menurut WHO yang dikutip oleh, sampah yaitu sesuatu yang

tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya. (Mukono, 2006).

Menurut American Public Health Association yang dikutip

oleh Sumantri (2010), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu

yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya.

2. Pengetahuan pembuangan sampah

Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubarok (2007) bahwa

pengetahuan adalah kesan yang ada didalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca indera, juga merupakan hasil

mengingat segala sesuatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang telah terjadi baik secara sengaja ataupun tidak


19

disengaja dan terjadi setelah seseorang melakukan pengamatan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga merupakan

pemberian kebenaran atas kepercayaannya melalui observasi.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia; penglihatan,

pendengaran, penghiduan, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang penting terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan siswa tentang pembuangan sampah yang baik

dan benar sangatlah penting, karena pengetahuan siswa yang tinggi

terhadap pembuangan sampah yang baik dan benar akan menjadi

pendorong timbulnya usaha sadar siswa untuk menjaga dan

meningkatkan kesehatannya melalui perilaku membauang sampah

yang baik dan benar. pengetahuan merupakan domain terpenting

bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang di dasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan (Asra, 2008).

Pembuangan sampah di sekolah sangat penting agar

sekolah terlihat bersih dan rapi. Sekolah harus menyediakan tempat

sampah di setiap ruangan. Pastikan bahwa bak sampah utama


20

bebas dari lalat dan serangga, dapat menampung sampah dengan

baik, tidak menimbulkan bau, dan jarak minimalnya dari area

sekolah maupun sumber air bersih adalah sepuluh meter (Dewi,

2007).

3. Perilaku membuang sampah yang benar

Perilaku Membuang Sampah yang Benar, antara lain

sebagai berikut :

a. Buanglah selalu sampah pada tempat sampah, sekecil apapun

sampah tersebut, jangan dibuang di sembarang tempat.

b. Pisahkan antara sampah organik dengan sampah anorganik

c. Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk

tanaman

d. Sampah anorganik juga bisa dimanfaatkan kembali, misalnya

kaleng bekasdimanfaatkan sebagai pot bunga.

e. Sampah yang tidak bisa dimanfaatkan sendiri, jangan dibiarkan

menumpuk terlalulama. Secara periodik buanglah ke TPS

(Tempat Pembuangan Sampah Sementara) agar diangkut oleh

truk sampah ke tempat pengelolaan sampah.

f. Jangan membakar sampah sembarangan, karena selain

menimbulkan asap yang menyesakkan nafas, sampah-sampah

tertentu dapat menyebabkan penyakit bila di bakar (seperti bahan

plastik dan karet bila dibakar menghasilkan gas yang dapat


21

menyebabkan kanker). Selain itu ada juga sampahyang dapat

meledak bila terkena panas/dibakar (botol aerosol).

g. Peletakan tempat sampah.

1) Di dalam ruangan disediakan tempat sampah dalam bentuk

kontainer yang kedap air dan tertutup.

2) Tempat sampah tidak boleh diletakkan di atas/pingggiran

saluran air.

3) Sampah dalam tempat pengumpulan sementara

diperbolehkan tertimbun paling lama 24 jam untuk selanjutnya

dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tempat pengumpulan

sampah sementara hendaknya diberikan tutup

4. Jenis Sampah

Menurut Panji Nugroho dalam buku Panduan Membuat Pupuk

Kompos cair (2013), jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis , antara lain :

a. Berdasarkan sumbernya

1) Sampah alam

Yaitu sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur

ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang

terurai menja ditanah . Di luar kehidupan liar, sampah -sampah

ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di

lingkungan pemukiman
22

2) Sampah manusia

Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa

digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti

feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius

bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor

(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan

bakteri. Salah satu perkembangan dalam mengurangi

penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara

hidup yang higenis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah

perkemban gan teori penyaluran pipa (plumbing).

3) Sampah konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh

manusia(pengguna barang), dengan kata lain adalah sampah

hasil konsumsi sehari-hari. Ini adalah sampah yang umum,

namun meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini masih

jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan

dari proses pertambangan dan industri.

4) Sampah Industri

Sampah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat

proses proses industri. Sampah yang dikeluarkan dari sebuah

industri dangan jumlah yang besar dapat dikatakan sebagai


23

limbah. Berikut adalah gambaran dari limbah yang berasal dari

beberapa industri, yaitu :

a) Limbah industri pangan (makanan), sebagai contoh yaitu

hasil ampas makanan sisa produksi yang dibuang dapat

menimbulkan bau dan polusi jika pembuangannya tidak

diberi perlakuan yang tepat.

b) Limbah Industri kimia dan bahan bangunan, sebagai contoh

industri pembuat minyak pelumas (OLI) dalam proses

pembuatannya membutuhkan air skala besar,

mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan

ke lingkungan sekitarnya. air hasil produksi ini mengandung

zat kimia yang tidak baik bagi tubuh yang dapat berbahaya

bagi kesehatan.

c) Limbah industri logam dan elektronika, bahan buangan

seperti serbuk besi, debu dan asap dapat mencemari udara

sekitar jika tidak ditangani dengan cara yang tepat.

b. Berdasarkan sifatnya

1) Sampah organic

Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti

sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.

Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.


24

2) Sampah anorganik

Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah

membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,

kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu,

dan se bagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil

atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya.

Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik

wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas

minuman, kaleng, kaca, dan kertas.

c. Berdasarkan bentuknya

1) Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran

manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah dapur,

sampah kebun,plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut

bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik

dan sampah anorganik.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability),

maka dapat dibagi lagi menjadi:

a) Biodegradable

Yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh

proses biologi baik aerob (menggunakan udara/terbuka)

atau anaerob (tidak menggunakan udara/tertutup), seperti


25

sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan

perkebunan.

b) Non-biodegradable

Yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biolog,

yang dapat dibagi lagi menjadi:

1. Recyclable

Yaitu sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali

karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik,

kertas, pakaian dan lain-lain.

2. Non-recyclable

Yaitu sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak

dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs

(kemasan pengganti kaleng), carbon paper, thermocoal

dan lain-lain.

3. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan

dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat

pembuangan sampah.

4. Limbah hitam yaitu sampah cair yang dihasilkan dari

toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.


26

5. Limbah rumah tangga seperti sampah cair yang

dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian.

Sampah ini mungkin mengandung patogen.

5. Bahaya sampah bagi kesehatan

Menurut Soekidjo Nototmodjo (2003 : 168) sampah erat

kaitannya dengankesehatan masyarakat, karena dari sampah-

sampah tersebut akan hidup berbagaimikroorganisme penyebab

penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindahatau

penyebar penyakit. Oleh karena itu, sampah harus dikelola dengan

baik sampaisekecil mungkin sehingga tidak mengganggu

kesehatan masyarakat.

Sampah yang berserakan selain merusak estetika

(keindahan) juga menjadi tempat yang cocok untuk tumbuhnya

organism penyebab timbulnya penyakit.Selainitu, tempat tersebut

juga menarik hewan perantara penyakit seperti lalat dan

nyamuk.Sampah yang membusuk juga menghasilkan gas-gas

beraroma tidak sedap yang juga mempengaruhi kesehatan.

Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan karena sampah yang

dibuangsembarangan yaitu : diare, kolera, tifus, malaria, demam

berdarah, infeksi kulit. Dampak sampah terhadap kesehatan

lingkungan, antara lain :


27

a. Dampak Terhadap Kesehatan

Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik

merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang

dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan,

antara lain penyakit diare, kolera, tifus yang dapat menyebar

dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dapat

bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga

meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan

sampahnya kurang memadai, demikian pula penyakit jamur

(misalnya jamur kulit).

b. Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam

drainase atau sungai akan mencemari air, berbagai organisme

termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan

lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem

perairan biologis.

6. Definisi Sekolah

Sekolah merupakan lembaga yang berperan sebagai

pelaksana proses untuk siswa atau murid. Arti dari pembelajaran ini

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan (guru) dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses


28

pembelajarannya siswa atau murid mendapatkan pendidikan yang di

sampaikan oleh guru. Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal

yang bersifat wajib bagi di setiap Negara.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pemberlajaran agar peserta

didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat

bangsa dan Negara (Undang-Undang No 20, 2003)

Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk

mengembang fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara

simultan. Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses

pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya. Pada proses

pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan

pemanusiaan sejati (Danim, 2006)

7. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada rentang

usia 6-12 tahun. Masa usia sekolah dasar disebut juga masa akhir

karena pada masa ini anak diharapkan akan memperoleh

pengetahuan dasar yang sangan penting bagi persiapan dan

penyesuaian terhadap kehidupan yang akan datang. Pada masa ini

anak diharapkan dapat mempelajari keterampilan-keterampilan


29

tertentu, seperti keterampilan membantu diri sendiri, sosial,

keterampilan sekolah dan keterampilan bermain (Hurlock, 2000: 83).

8. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar merupakan anak dengan kategori banyak

mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun

fisik.Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum

memasuki masa remaja. Kegiatan fisik sangat perlu untuk

mengembangkan kestabilan tubuh dan gerak serta melatih koordinasi

untuk menyempurnakan berbagai keterampilan (berlari, memanjat,

melompat, berenang, naik sepeda) Rita Eka Izzaty, dkk. (2008).

Pada masa sekolah dasar dikatakan sebagai masa intelektual

atau masa keserasian sekolah. Masa keserasian dapat dibagi menjadi

dua fase rendah dan masa-masa kelas tinggi sekolah dasar (Hurlock,

2000).

Pertama, masa kelas rendah sekolah dasar usia 6/7 - 9/10

tahun (kelas 1, 2, dan 3) sekolah dasar, sekitar usia enam sampai

sembilan tahun. Karakteristik anak pada masa ini yaitu terdapat

korelasi yang tinggi antara jasmani dan prestasi sekolah, sikap tunduk

terhadap aturan permainan, suka membandingkan dirinya dengan

orang lain dan anak menghendaki nilai rapor yang baik tanpa

memperhitungkan apakah prestasinya pantas diberikan atau tidak.


30

Kedua, masa kelas tinggi sekolah dasar usia 9/10 – 12/13

tahun (kelas 4, 5, dan 6) sekolah dasar, sekitar usia sepuluh sampai

dua belas atau tiga belas tahun, dimana anak amat realistic, ingin tahu,

ingin belajar dan menjelaskan akhir masa ini telah ada minat.

pada mata pelajaran khusus. Pada masa ini anak

memandang nilai rapor sebagai usaha yang tepat terhadap prestasi

sekolah. Perkembangan moral tidak luput dari hasil prestasi di sekolah.

Perlunya perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak

memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di sekolah (Izzaty

dkk, 2008).

Moral termasuk nilai-nilai agama yang sangat penting dalam

membentuk sikap dan kepribadian anak. Misalnya, mengenal anak

pada nilai-nilai agama dan memberikan anak tentang hal-hal yang

terpuji dan tercela.

Ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama

dengan sebelumnya, seperti: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri

hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. Emosi memainkan peran

penting dalam kehidupan anak. Pergaulan yang semakin luas dengan

teman sekolah dan teman sebaya lainnya mengembangkan emosinya.

Perkembangan emosi (Hurlock, 2000)

Perkembangan emosi tak dapat dipisahkan dengan

perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai tingkah laku sosial.


31

Ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya

adalah ciri sosialnya (Izzaty dkk, 2008). Orang-orang di sekitarnyalah

yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

9. Definisi Pengetahuan Pembuangan Sampah

Menurut Notoatmodjo (2003), definisi pengetahuan adalah

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terkait dengan pembuangan sampah yang meliputi pengertian sampah,

pengetahuan pembauangan sampah, perilaku membuang sampah

yang benar, jenis sampah dan bahaya sampah bagi kesehatan.

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan

bahwa tingkat pengetahuan dalam domain kognitif terbagi menjadi

enam tingkatan, yaitu tahu (know), mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya, memaham (comprehension), suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

mengintrerpretasikan materi tersebut dengan benar, aplikasi

(Aplication), kemampuan dalam menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi yang sebenarnya, analisisi (Analysis),

kemampuan menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi

masih ada dalam satu struktur organisasi dan masih berhubungan satu

sama lain dan sintesis (syntesis), kemampuan dalam meletakkan atau

menghubungkan baigian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.
32

10. Tingkat Pengetahuan

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami (Comprehension),

aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan

evaluasi (evaluation). (Soekidjo Notoatmodjo, 2010)

Pengetahuan yang dapat dijabarkan sesuai arti dan para ahli

yang sudah ditetapkan. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembalai (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima (Wawan dan Dewi, 2011).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dalam konteks atau situasi yang lain.


33

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Sintesis dapat juga diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menyusun rumusan baru dari rumusan-rumusan yang telah ada.

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

(Wawan&Dewi, 2011).

Pengetahuan yang akan diberikan dari pembahasan di atas,

yaitu sebatas tahu, memahami, dan mengaplikasi. Mengingat suatu

materi yang telah dipelajari perlu dipahami agar objek yang diketahui

dapat menginterpretasi secara benar dan perlu diaplikasikan sebagai

kemampuan yang telah dipelajari.

11. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner

(questionaer) juga sering dikenal sebagai angket (Arikunto, 2013), yang

menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur


34

dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan. Selain itu,

angket juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan

terbesar di wilayah yang luas. Angket dapat berupa pertanyaan/

pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden

secara langsung (Sugiyono, 2013).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan
Pembuangan Sampah

Perilaku
Pembuangan
Sampah
jenis sampah

Bahaya Sampah

Gambar 1.1

Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel independen/variable bebas

= Variabel Dependen /Variabel terikat


35

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2013) deskriptif kuantitatif adalah

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau

diskripsi suatu keadaan secara obyektif yaitu tentang pengetahuan

pembuangan sampah pada siswa Sekolah Dasar Al-Wathan Desa Batu

Merah Kecamatan sirimau kota Ambon Tahun 2018.

B. Waktu dan Lokasi

1. Waktu penelitian

Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Waktu Penelitian

Bulan
November Desember Januari Februari Maret April
Kegiatan
Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pengurusan surat
pengambilan data awal
Pengambilan data awal
Konsul proposal
Ujian proposal
Konsul perbaikan
Pengurusan surat izin
penelitian
Penelitian
Konsul penelitian
Ujian KTI
36

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Al-Wathan Desa

Batu Merah Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diamati, peneliti hanya mengambil sebagian dari objek yang diteliti,

tetapi hasilnya dapat mewakili atau mencakup seluruh objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

siswa kelas 1-6 SD Al-Wathan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau,

Kota Ambon yang berjumlah 250 siswa.

2. Sampel

Berdasarkan popolasi yang ada, maka sampel yang di ambil

ditentukan menggunakan rumus :

𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑃𝑜𝑙𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑥𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

46
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 1 = 𝑥25 = 5 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
250

44
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 2 = 𝑥25 = 4 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
250
43
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 3 = 𝑥25 = 4 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
250

42
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 4 = 𝑥25 = 4 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
250
37

41
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 5 = 𝑥25 = 4 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
250

34
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 6 = 𝑥25 = 3 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
250

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

sampel Propotionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan

apabila populasi mempunyai anggota atau unsure yang tidak

homogeny dan berstrata secara dan secara proporsional (Sugiyono,

2010), sehingga jumlah sampel yang di ambil adalah 24 siswa.

D. Variabel dan Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil ukur
Oprasional ukur ukur Pengukuran
Pengetahuan pengetahuan Angket Lembar Baik : apabila Oridinal
siswa Angket responden
tentang menjawab
pembuangan dengan benar
sampah 76%-100%
Cukup :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%-75%
Kurang :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%
Perilaku Perilaku Angket Lembar Baik : apabila Oridinal
siswa Angket responden
tentang menjawab
membuang dengan benar
sampah yang 76%-100%
benar Cukup :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
38

Definisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil ukur
Oprasional ukur ukur Pengukuran
56%-75%
Kurang :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%
Jenis Siswa dapat Angket Lembar baik : apabila Oridinal
Sampah mengetahui Angket responden
dan menjawab
membedakan dengan benar
jenis sampah 76%-100%
Cukup :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%-75%
Kurang :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%

Bahaya Siswa dapat Angket Lembar Baik : apabila Oridinal


sampah mengetahui Angket responden
bahaya menjawab
sampah dengan benar
76%-100%
Cukup :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%-75%
Kurang :
apabila
responden
menjawab
dengan benar
56%
39

E. Cara Pengumpulan Data

Data dari penelitian ini merupakan data primer yang didapatkan

langsung di SD Al-Wathan Ambon dan menggunakan instrument yang

telah tersedia yaitu lembar angket yang berbentuk angket dengan

pertanyaan tertutup. Data yang dikumpulkan melalui data karakteristik

yaitu jenis kelamin, umur, dan data mengenai pengetahuan tentang

pengolahan sampah pada Siswa Sekolah Dasar Al-Wathan Ambon.

F. Bahan / Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

angket. Aspek pengetahuan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup

dengan pilihan tunggal yaitu memilih satu jawaban yang disediakan dan

responden hanya diminta untuk memberikan tanda silang (X) pada

jawaban yang diyakini kebenarannya oleh responden.

G. Cara Pengolahan dan Analisis data

1. Pengolahan Data

Pengolahan terhadap data dilakukan melalui proses berikut

(Soekidjo Notoatmodjo, 2010) :

a. Editing (penyuntingan data)

Memeriksa data-data yang sudah terkumpul, yaitu

mengoreksi setiap lembar tes untuk memastikan pertanyaan telah

terjawab semua dan meminta respondeng menjawab kembali

apabila terdapat pertanyaan yang belum dijawab.


40

b. Scoring

Selanjutnya menetapkan pemberian skor pada lembar tes dalam

penelitian ini menggunakan pola apabila jawaban benar maka

diberi nilai satu (1) dan apabila salah maka diberi nilai (0).

c. Coding Sheet (membuat lembaran kode)

Lembaran kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk

merekam data secara manual. Data yang diolah dengan komputer

kodenya harus dibuat pada coding sheet yang telah tersedia.

d. Entry Data (memasukkan data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

e. Tabulating (tabulasi)

Kegiatan membuat tabel-tabel data dan mengelompokkan data

sesuai jawaban-jawaban dengan teratur serta teliti, kemudian

dihitung, dijumlahkan dan disajikan dalam bentuk tabel.

Berdasarkan tabel tersebut akan dipakai untuk membuat data

agar didapat gambaran tingkat pengetahuan variabel yang telah

ada.

2. Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam pengolahan hasil data ini

menggunakan analisis deskriptif, yaitu untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini


41

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 182).

Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (2006: 187) untuk

mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap pembuangan

sampah dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik : apabila presentase jawaban benar 76%-100%

b. Cukup : apabila presentase jawaban benar 56%-75%

c. Kurang : apabila presentase jawaban benar kurang dari 56%

Selanjutnya untuk mencari besarnya persentase tiap kategori

digunakan rumus persentase yaitu:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥100%

H. Penyajian Data

Penyajian data pada Penelitian ini adalah disajikan dalam bentuk

table, grafik (diagram batang) sarta dilengkapi dengan penjelasan dengan

bentuk narasi (tekstular).


42

Anda mungkin juga menyukai