Anda di halaman 1dari 3

3.7.

3 Peta Shelter
Tujuan utama pembuatan shelter adalah untuk hunian dalam keadaan yang darurat.
Pembuatan peta shelter dapat digunakan untuk menentukan tempat yang strategis, untuk
mengatur dan menempatkan segala bentuk bangunan yang dapat dijangkau dengan mudah.
Selain itu agar sasaran atau pengungsi dapat melakukan aktivitasnya dengan mudah.
Diasumsikan bahwa jumlah pengungsi korban longsor di Banjarnegara sebanyak 100
orang, dimana terdapat 20 kk pada tempat pengungsian tersebut sehingga peta shelter untuk
pengungsi seperti gambar di bawah ini :

Keterangan :
: Tenda Pengungsi

: TPS

: Sumber Air

: Septic Tank

: MCK Pria

: MCK Wanita

: Posko Kesehatan

: Posko Informasi

: Dapur Umum

Persyaratan Shelter
a Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
b Lahan yang dibutuhkan untuk 1 jiwa adalah 45 m2
c Ruang tenda/shelter per jiwa 3,5 m2
d Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 m
e 1 (satu) kran air untuk 80-100 org
f Jarak sumber air dengan MCK setidaknya 100 m
g Jarak antara dua tenda minimal 2m
h 2 ( dua ) drum sampah untuk 80 100 orang

Komponen shelter
a Jalur Evakuasi
Perlu adnaya jalur evakuasi yang mudah diakses sebagai antisipasi apabila lokasi
pengungsian mendadak tidak aman lagi. Jalur evakuasi yang ada harus diberi tanda yang
mudah dikenali dan perlu disosialisasikan kepada seluruh pengungsi.
b Air dan Sanitasi
Semua orang didunia memerlukan air untuk minum, memasak dan menjaga bersihan
pribadi. Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup,
dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling mendesak. Namun
biasanya problemaproblema kesehatan yang berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya
persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu. Persediaan
air harus cukup untuk memberi sedikitdikitnya 15 liter per orang per hari, jarak pemukiman
terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter.
Air di sumbersumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk keperluan
keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan rumah tangga) tanpa
menyebabakan timbulnya risikorisiko besar terhadap kesehatan akibat penyakitpenyakit
maupun pencemaran kimiawi atau radiologis dari penggunaan jangka pendek. Disumber air
yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan bakteri dari pencemaran kotoran
manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100 mili liter. Selain air, sanitasi yang ada di
pengungsian harus diperhatikan seperti peletakan septic tank yang harus berjauhan dengan
sumber air. Serta saluran air limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan pengungsian.
Pengelolaan sampah di pengungsian juga merupakan hal yang harus diperhatikan. TPS harus
berjauhan dengan dapur umum dan sumber air untuk menghindari kontaminasi, selain itu
secara rutin sampah harus dikosonkan untuk mencegah perkembangbiakan bibit penyakit.
c Pembuangan Kotoran Manusia
Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang Dibedakan antara jamban laki-laki dan
perempuan. Jarak jamban tidak lebih dari 50 m dari shelter/ 1 menit ditempuh dg jalan kaki.
Letak jamban dan penampung kotoran berjara < 30 m dari sumber air bawah tanah. Dasar
penampung kotoran sedikitnya 1,5 m di atas air tanah

Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat korban bencana didasarkan pada penilaian situasi awal
serta data informasi kesehatan berkelanjutan, berfungsi untuk mencegah
pertambahan/menurunkan tingkat mekatian dan jatuhnya korban akibat penyakit melalui
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam suatu shelter pengungsian harus
terdapat pos kesehatan yang berfungsi sebagai pusat layanan kesehatan bagi pengungsi baik
kesehatan fisik, kesehatan jiwa dan kesehatan reproduksi. Dalam kasuskasus tertentu
rujukan dapat dilakukan melalui system rujukan yang ada. 1 (satu) Pusat Kesehatan
pengungsi untuk 20.000 orang. Kegiatan yang harus dilaksanakan pada kesehatan reproduksi
adalah Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Ibu dan Anak (Pelayanan kehamilan,
persalinan dan nifas. Pelayanan pasca keguguran), Deteksi Dini dan penanggulangan PMS
dan HIV/AIDS, dan Kesehatan Reproduksi Remaja.
e Pelayanan Gizi dan pangan
Tahapan Penanggulangan masalah gizi dipengungsian yakni terdiri dari beberapa tahap.
Tahap yang pertama adalah tahap penyelamatan, pada fase ini berlangsung maksimal
selama 5 hari. Fase ini bertujuan memberikan makanan kepada masyarakat agar tidak lapar.
Fase kedua (fase II) yakni setiap orang diperhitungkan menerima ransum senilai 2.100 Kkal,
40 gram lemak dan 50 gram protein per hari. Diusahakan memberikan pangan sesuai
dengan kebiasaan dan ketersediaan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan.
Harus memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.tahapan yang kedua yakni tahap tanggap
darurat, pada tahap ini dimulai selambatlambatnya pada hari ke 20 di tempat pengungsian.
Kegiatan nya yakni melakukan penapisan (screening) bila prevalensi gizi kurang balita 10
14.9% atau 59.0% yang disertai dengan faktor pemburuk serta memantau perkembangan
status gizi melalui surveilans.
f Pelayanan terkait pendidikan
Standar minimum pendidikan dalam keadaan darurat terutama menyebarkan pesan
pesan kunci yang berfungsi untuk menopang kehidupan, struktur penawaran, stabilitas dan
harapan untuk masa depan selama masa krisis, khususnya untuk anak- anak dan remaja.
Pendidikan dalam keadaan darurat juga membantu untuk menyembuhkan rasa takut dari
pengalaman buruk, membangun keterampilan dan konflik resolusi dukungan dan
perdamaian
g Sarana Tambahan
Sarana tambahan merupakan sarana yang dapat menmbantu pengungsi untuk menjalani
hari-harinya di pengungsian tanpa tekanan dari keadaan yang dialaminya seperti tempat
ibadah , taman bermain, dan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai