Anda di halaman 1dari 29

dr.

Rahayu Lubis, MKes, PhD


Potensi dampak penyakit menular
sangat besar pada bencana alam:
 Meningkatnya kejadian endemik.
 Meningkatnya resiko KLB
Prioritas yang dapat diupayakan untuk
menurunkan dampak penyakit menular
Pada bencana alam:
 Menetapkan risiko penyakit menular
 Kondisi mayat yang berisiko terhadap
timbulnya penyakit menular.
 Pencegahan penyakit menular.
 Persiapan rencana pencegahan dan kontrol
penyakit menular.
 Risiko KLB sangat dipengaruhi oleh:
Besarnya jumlah penduduk.
Status kesehatan penduduk.
Kondisi kehidupan masyarakat.
Banyaknya mayat tidak begitu berpengaruh
terhadap KLB penyakit menular.
 Kepadatan hunian.
 Kurangnya air dan sanitasi.
 Sulitnya akses kepelayanan kesehatan.
Water borne diseases
 KLB Diare akibat air yang terkontaminasi
V.Cholera, E. Coli, Salmonella
 Hepatitis A dan E
 Leptospirosis
 Measles: dipengaruhi oleh cakupan imunisasi
pada anak < 15 tahun.
 Meningitis
 ISPA terutama pada BALITA
Resiko dipengaruhi oleh: kepadatan
hunian, pemaparan asap dapur dan
rokok, nutrisi yang rendah.
 Malaria
 Dengue
Resiko dipengaruhi oleh:
 Perubahan kebiasaan (tidur diluar rumah,
perpindahan dari daerah non endemik ke
daerah endemik, terhentinya kegiatan
kontrol, kepadatan hunian)
 Tetanus
Disebabkan Closteridium tetani dan tidak ditularkan
dari orang ke orang.
Luka kotor sangat beresiko.
Dipengaruhi oleh cakupan imunisasi.
 Coccidiomycosis
Disebabkan jamur coccidioides immitis
 Menyebabkan terganggunya water treatment
sumber air minum.
 Terputusnya rantai dingin (Cold Chain)
 Meningkatnya water borne diseases
 Kematian yang banyak sekaligus pada saat bencana
akan menimbulkan KLB “kesedihan/psikologis”
 Belum ada bukti bahwa mayat pada bencana alam
menimbulkan risiko epidemik
 Sumber infeksi pada bencana alam lebih besar
dimungkinkan dari orang yang selamat dari
bencana dibanding mayat akibat bencana.
 Kecuali yang meninggal akibat penyakit Kolera dan
DBD
 Selalu ada kepercayaan yang “salah” bila
mayat tidak segera dikubur/dibakar akan
menimbulkan epidemi
 Menguburkan lebih dapat diterima
dibanding dengan kremasi, pada situasi
kematian massal.
 Harus selalu diupayakan untuk identifikasi
mayat.
 Penguburan massal diupayakan dihindari,
bila memungkinkan.
 Keluarga yang meninggal harus diberi
kesempatan dan keleluasaan untuk
memakamkan/kremasi sesuai agama dan
adat setempat.
 Bila tempat pemakaman dan kremasi tidak
memadai, harus dicarikan tempat lain yang
sesuai.
Kewaspadaan bagi Petugas yang menangani
Mayat

 Kewaspadaan (Universal Precautions) harus


diberlakukan terhadap darah dan cairan tubuh
mayat.
 Pastikan memakai sarung tangan yang tidak bocor.
 Gunakan kantong mayat.
 Cuci tangan dengan sabun sesudah menangani
mayat dan sebelum makan.
 Sterilkan peralatan dan angkutan yang digunakan
 Mayat tidak perlu didesinfeksi, kecuali untuk
kolera, shigellosis dan DBD.
 Dasar kuburan paling sedikit 1,5 m diatas aliran air
(water table) dengan 0.7 m zona unsaturated
 Air Bersih, Sanitasi dan perencanaan tempat
pengungsian
Gunakan Chlorine untuk pembersih air.
Tempat yang dapat diakses sumber air dan ruangan
yang memadai untuk pengungsi.
 Primary Health Care
 Diagnosa dini dan pengobatan untuk ISPA, Diare,
Malaria
 Pembersihan luka dan pemberian Toxoid/Tetanus
imunoglobulin
 Pemberian Penyuluhan
PHBS
Pemberian oralit untuk yang diare
Menyediakan makanan sehat dan bersih
Memasak air minum dan pemberian kaporit
Mencegah gigitan nyamuk dengan kelambu dan
repellent
Pengobatan dini

 Vektor Kontrol: Sesuai dengan kondisi lokal


dan epidemiologi penyakit setempat
• Surveillance dan early warning system
Rapid detection dari kasus yang dapat
menimbulkan epidemi
Tentukan prioritas
Siapkan tenaga terlatih
Siapkan transportasi dan kit yang dibutuhkan
• Imunisasi:Measles, Hepatitis A, Cholera
• Prevention of Malaria, Dengue
Disasters:

Natural Man made


(35% of all disasters
and 94% of all
deaths in the last 15
years)

18
Vilius Grabauskas
 Untuk identifikasi prioritas masalah kesehatan masyarakat
 Untuk mengetahui tingkat penyakit yang ada dalam masyarakat.
 Mengidentifikasi penyebab penyakit dan faktor risiko.
 Untuk menentukan prioritas intervensi kesehatan.
 Untuk mengetahui tingkat kerusakan dan kapasitas infrastruktur
lokal.
 Untuk memantau tren kesehatan masyarakat.
 Mengevaluasi dampak program kesehatan.

19
 Kurang memahami prinsip-prinsip dasar
epidemiologi dan teknik pengukuran.
 Seringnya pergantian staf ahli epidemiologi
 Kurangnya akses ke sebagian besar
penduduk yang terkena dampak karena
kekacauan atau ketidakamanan.
 Sumber daya terbatas untuk memproses
informasi.
 Kesulitan dalam mengestimasi ukuran
populasi.
 Sampel survei mungkin tidak mewakili
populasi total yang terkena dampak
20
Vilius Grabauskas
 Incidence  Kesadaran akan pentingnya
 Prevalence imunisasi
 Morbidity rate  Kepatuhan terhadap
 Mortality rate kewaspadaan universal
terhadap HIV / AIDS
 Keseimbangan dalam
 access distribusi sumber daya
 coverage
 quality of services
 Availability
21
Vilius Grabauskas
 Untuk menentukan besarnya keadaan darurat.
 Untuk menentukan kebutuhan kesehatan spesifik
dari populasi yang terkena dampak.
 Menetapkan prioritas dan tujuan tindakan.
 Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat
yang ada dan potensial.
 Mengevaluasi kapasitas respon daerah termasuk
sumber daya dan logistik.
 Untuk menentukan kebutuhan sumber daya
eksternal untuk tindakan prioritas.
 Menyusun sistem dasar informasi kesehatan.

22
Vilius Grabauskas
 Memantau kesehatan suatu populasi dan
mengidentifikasi prioritas kebutuhan kesehatan
 Untuk mengikuti tren penyakit untuk deteksi dini
dan pengendalian wabah
 Membantu perencanaan dan pelaksanaan
program kesehatan
 Untuk memastikan sumber daya ditargetkan ke
kelompok yang paling rentan
 Memantau kualitas perawatan kesehatan

 Mengevaluasi cakupan dan efektivitas intervensi


program

23
Vilius Grabauskas
Penyakit yang Dapat Penyakit Penting bagi
Dilaporkan Kesehatan Masyarakat

• Measles (Campak) • Rabies


• Cholera • Tetanus
• Meningitis • Sexually transmitted
• Hepatitis infections (gonorrhoea,
• Tuberculosis syphilis, chlamydia,
• Yellow fever genital ulcer disease,
• Haemorrhagic chancroid)
fever HIV/AIDS

24
Vilius Grabauskas
 Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah.
 Untuk menyelidiki lebih lanjut untuk
memverifikasi penyebab sebenarnya dari
suatu masalah.
 Untuk mendefinisikan kebutuhan yang belum
terpenuhi.
 Mengembangkan rencana tindakan untuk
mengatasi masalah.
 Untuk meningkatkan kualitas program.

25
 Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan)
 • 5 Pasti (hampir dipastikan 80 - 99%).
 • 4 Kemungkinan besar (60 – 80% terjadi tahun
depan, atausekali dalam 10 tahun mendatang)
 • 3 Kemungkinan terjadi (40-60% terjadi tahun
depan, atau sekali dalam 100 tahun)
 • 2 Kemungkinan Kecil (20 – 40% dlm 100 tahun)
 • 1 Kemungkian sangat kecil (hingga 20%)
 • jumlah korban;
 • kerugian harta benda;
 • kerusakan prasarana dan sarana;
 • cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
 • dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

 5 Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan


lumpuh total)
 4 Parah (60 – 80% wilayah hancur)
 3 Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak)
 2 Ringan (20 – 40% wilayah yang rusak)
 1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak)

Anda mungkin juga menyukai