Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMPONEN PARADIGMA KEPERAWATAN

DOSEN :
Dr. Risnah S.KM.S.Kep.,Ns.M.Kes

OLEH : KELOMPOK 2 KELAS B

1. Jessica Febriani 70300123110


2. Rahmawati 70300123077
3. Inne Shintyah 70300123105
4. Andi Inayah Lathifa Jaenuddin 70300123111
5. Nayla Zalsabilla Asih 70300123114
6. Aisha Az Zahra Nawang Wulan 70300123068
7. Nagitha Prastiwi 70300123109
8. St.amriani 70300123100
9. Nurul Ramadhani s.r 70300123103
10. Nur Aliyah Febrina R. 70300123104
11. Rahmadhani Aprilia C. 70300123092
12. Amanda Lawangi 70300123118
13. Risty Tusia Karunia A. 70300123112
14. Jumriati 70300123075
15. Salwakia 70300123098
16. . Hamdini Hamid 70300123117
17. Muh. Ardiansyah M. 70300123115
18. Andi Azizah Azani 70300123108
19. Nurhikmah Maulidah 70300123067
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagimu, rahmat dan berkah Allah.

Dengan rahmat Allah kami memohon kehadirat Allah SWT, dengan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan artikel yang berjudul “Komponen Model Keperawatan”.
Artikel ini disusun sedemikian rupa sehingga pembaca dapat menambahkan informasi yang
lebih luas pada judul artikel yang telah disebutkan sebelumnya.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu kami dalam mempersiapkan dokumen ini sehingga dapat diselesaikan. Tak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Risnah S.KM.S.Kep.,Ns.,M.Kes. Sebagai
mentor pembicara selalu membimbing kami untuk menyelesaikan misi artikel ini.

Kami menyadari bahwa artikel ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan artikel.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Itu saja dan terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 03 September 2023

Kelompok 2 Kelas B
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Definisi Paradigma Keperawatan............................................................................3
B. Pentingnya Memahami Komponen Paradigma Keperawatan
dalam Praktik Profesional........................................................................................4
BAB II KOMPONEN PARADIGMA KEPERAWATAN
1. Pasien sebagai Fokus Utama...............................................................................5
a. Pendekatan Holistik dalam Merawat Pasien..................................................5
b. Menghormati Autonomi Pasien dalam Keputusan Perawatan.......................5
2. Kolaborasi dalam Merawat Pasien.....................................................................5
a. Peran Perawat sebagai Mitra dalam Perawatan...............................................5
b. Tim Multidisipliner dalam Memberikan Pelayanan Terintegritas.................6
3. Pendekatan Berbasis Bukti (Evidence-Based Approach).................................7
a. Pentingnya Menggunakan Informasi Terbaru dalam Praktik Keperawatan....7
b. Menerapkan Hasil Penelitiandalam Pengambilan Keputusan........................8
4. Aspek Fisik, Psikososial, dan Spiritual dalam Merawat...................................8
a. Mengakui Keterkaitan Antara Kesehatan Fisik dan Psikososial.....................8
b. Memperhatikan Dimensi Spiritual Pasien dalam Perawatan.........................8
5. Pentingnya Penidikan danPengembangan Profesional...................................9
a. Perawat sebagai Pembelajar Seumur Hidup....................................................9
b. Mengikuti Perkembangan Terbaru dalam Ilmu Keperawatan.......................10
BAB III IMPLIKASI PARADIGMA KEPERAWATAN DALAM PRAKTIK
A. Bagaimana Komponen Paradigma Keperawatan Mempengaruhi
Pendekatan Perawat Secara Keseluruhan................................................................11
B. Studi Kasus: Penerapan Komponen Paradigma Keperawatan
dalam Skenario Perawatan Nyata............................................................................12
REFERENSI PENDUKUNG MATERI..........................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi Paradigma Keperawatan


Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan atau cara mendasar dalam
memandang, berpikir, memahami, bereaksi, dan memilih bertindak dalam kaitannya dengan
fenomena yang ada dalam keperawatan. Paradigma keperawatan merupakan suatu perspektif
menyeluruh yang diadopsi atau digunakan oleh sebagian besar kelompok keperawatan, atau
menghubungkan teori-teori yang berbeda untuk membentuk suatu tatanan yang mengatur
hubungan antar teori untuk mengembangkan model keperawatan.Konseptualisasi dan teori
keperawatan sebagai kerangka keperawatan. (Budiana, 2016)

Empat metamodel keperawatan meliputi manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.


Metamodel manusia berfokus pada pasien yang dirawat. Metamodel lingkungan mencakup
elemen internal dan berhubungan dengan pasien. Metamodel kesehatan mengacu pada
kualitas dan kesehatan pasien. Metamodel keperawatan mengacu pada perawat dan
bagaimana dia menerapkan pengetahuan dan keterampilannya ketika merawat pasien, dan
juga membahas karakteristik perawat yang melakukan perawatan. (Branch, 2016)

Fungsi modelnya adalah:

a. Menjawab dan mengatasi berbagai persoalan seputar profesi keperawatan seperti


aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik, dan organisasi profesi.
b. Untuk membantu individu dan masyarakat memahami dunia keperawatan.

Komponen model keperawatan adalah (Budiana, 2016):

1. Orang atau klien sebagai penerima asuhan keperawatan (individu,


keluarga,kelompok dan komunitas)
2. Atribut, karakteristik dan tindakan perawat pemberi dukungan pelanggan
3. Kesehatan (kesehatan-penyakit) meliputi tingkat kesehatan dan kebugaran klien
4. Lingkungan : keadaan internal dan eksternal yang mempengaruhi pelanggan. Ini
termasuk lingkungan fisik.
B. Pentingnya pemahaman komponen paradigma keperawatan dalam praktik
profesional

Perawat sebagai salah satu komponen kunci dalam penyelenggaraan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat memegang peranan penting karena berhubungan
langsung dengan pihak yang memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan
kapasitasnya. Perawat adalah tipnya Tombak memainkan peran yang sangat penting
dalam penyampaian asuhan keperawatan yang aman. Dunia Organisasi Kesehatan
merekomendasikan Perawatan yang Aman untuk pasien, upaya penelitian, dan
penerapan hasil penelitian diperlukan. Upaya menerapkan temuan/penelitian disebut
minat. Asuhan keperawatan didasarkan pada praktik berbasis bukti Evidence Based
Practice (EBP). Objek permintaan EBP juga mengidentifikasi solusi dari penyelesaian
masalah di bidang perawatan dan membantu mengurangi kerugian bagi pasien
(Almaskari, 2017)
BAB II
KOMPONEN MODEL KEPERAWATAN
1. Pasien Sebagai Fokus Utama
a. Pendekatan Holistik untuk Perawatan Pasien
Yang dimaksud dengan utuh adalah utuh atau utuh yang meliputi badan dengan
badan, batin dengan batin dan batin dengan ruh atau bisa juga dikatakan dalam istilah biologi,
psikologi, sosial dan budaya, kimia. (Dossey BM, 2013)
Inklusivitas erat kaitannya dengan kebahagiaan yang pada akhirnya akan berdampak
pada kondisi kesehatan seseorang. Sebagai perawat holistik, bekerjalah dengan pasien untuk
membuat rencana perawatan berdasarkan keyakinan mereka tentang kesehatan, latar
belakang budaya, orientasi seksual, nilai-nilai, dan preferensi. (Dossey BM, 2013)
Rencana ini berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan atau
kematian secara damai, yang semuanya dimaksudkan untuk membantu pasien mandiri.
(Dossey BM, 2013)
b. Hormati Otonomi Pasien dalam Mengambil Keputusan
Pengobatan
Menghormati otonomi pasien dalam mengambil keputusan pengobatan merupakan
prinsip etika kedokteran yang sangat penting. Prinsip ini menekankan hak pasien untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya sendiri berdasarkan
informasi dan pemahaman yang lengkap. (Beauchamp, T. L. dan Childress, J.F. 2019)

2. Kerjasama dalam Pelayanan Pasien


a. Peran Perawat Sebagai Partner dalam Perawatan
Keperawatan merupakan bagian dari tim tenaga kesehatan profesional yang bertindak
sebagai pengasuh, pendidik, advokat klien, mentor, agen perubahan, pemimpin,
administrator, administrator sekolah serta peneliti dan pengembang praktik keperawatan.
(Gangadharan, Narwal dan Gangadharan, 2017; Pashikarini, Wahyuningsih dan Richard,
2018)
Sistem pelayanan keperawatan bertujuan untuk membuat pelayanan keperawatan
lebih mudah diakses, meningkatkan perawatan diri, kemandirian dari masyarakat, deteksi
dini masalah kesehatan dan menjamin pemerataan yang lebih besar dalam pelayanan
kesehatan keperawatan. (Tongmuangtunyaep 2017).
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer yang bertanggung jawab
dalam mencapai pembangunan kesehatan tentunya harus optimal dan bermutu. Pelayanan
kesehatan berupa Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) merupakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh penderita pustula
dengan kualitas yang harus dijaga. Di Indonesia, penyebab penyakit pada segala usia telah
berevolusi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Beberapa permasalahan
yang muncul di puskesmas di Indonesia antara lain kematian ibu, permasalahan gizi serta
permasalahan penyakit menular dan tidak menular (PTM). Kondisi ini tentunya menuntut
pengelolaan pelayanan untuk kembali dioptimalkan, ditingkatkan, diperluas cakupannya dan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan kualitas yang baik,
berkelanjutan dan terjangkau, dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, terutama
keluarga miskin berisiko tinggi. (Amperaningsih dan Agustanti, 2016)

b. Tim Multidisiplin dalam Memberikan layanan Lerpadu


Tim multidisiplin adalah kelompok yang mencakup banyak profesional perawatan
kesehatan yang berbeda seperti dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, dan fisioterapis, yang
bekerja sama untuk memberikan layanan perawatan pasien terbaik. Program perawatan
multidisiplin melibatkan banyak profesi medis yang berbeda, sehingga diperlukan koordinasi
dan keterlibatan anggota tim untuk memastikan pelaksanaannya guna memberikan kualitas
pelayanan yang maksimal kepada pasien. Langkah-langkah yang dilakukan selama perawatan
multidisiplin meliputi edukasi, diskusi kelompok, manajemen gejala klinis, pemeriksaan
fisik, tes, konseling nutrisi, latihan perawatan diri, dan konseling preskrining darah. Program
perawatan multidisiplin menawarkan banyak manfaat dengan meningkatkan hasil kesehatan
bagi pasien penyakit ginjal. Multidisiplin merupakan suatu kajian yang mana suatu mata
pelajaran cocok dengan mata pelajaran yang lain (mata pelajaran diletakkan berdampingan),
dimana masing-masing mata pelajaran menawarkan sudut pandangnya masing-masing tetapi
tidak ada upaya untuk mengintegrasikannya secara integratif.
Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan masalah kesehatan masyarakat global
dengan insiden dan prevalensi yang terus meningkat. Diabetes dan hipertensi merupakan
penyebab utama penyakit ginjal kronis di semua negara berpendapatan tinggi, menengah dan
rendah. Insiden, prevalensi, dan perkembangan CKD juga berbeda-beda di setiap negara.
(Webster, 2017)
Insiden CKD meningkat seiring bertambahnya usia. Di Indonesia, provinsi dengan
angka kejadian tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, Sulawesi Utara masing-
masing 0,4%. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kedokteran, 2013)
Tim klinis multidisiplin mencakup tenaga medis, perawat, apoteker, ahli gizi, dan
fisioterapis, sedangkan tim komunitas multidisiplin mencakup perawat komunitas, relawan,
dan keluarga pasien. Hal ini menunjukkan bahwa program dukungan multidisiplin (MSP)
dengan pendekatan multidisiplin pada pasien gagal ginjal diabetik efektif dalam menurunkan
HbA1c. (Pagels. 2015)
3. Pendekatan Berbasis Bukti
a. Pentingnya Menggunakan Informasi Terkini dalam Praktik
Keperawatan
Pada saat yang sama, perawat sibuk merawat bangsal. Jika mereka tidak memiliki
pengetahuan tentang teknologi baru, akan sulit menerima pandangan bahwa perawat baru
mempunyai sikap positif terhadap manfaat teknologi informasi. Kelompok perawat ini dapat
didorong untuk berpartisipasi dalam potensi pembelajaran online serta pendidikan
berkelanjutan (Button, 2013), berdasarkan pertemuan puncak reformasi pendidikan tentang
bimbingan teknologi informasi (Button, 2013).Schlak dan Troseth, 2013). Tampaknya perlu
mempersiapkan perawat yang mampu mengelola pemilihan, pengembangan, implementasi
dan evaluasi teknologi informasi untuk menafsirkan data dalam kaitannya dengan
pengetahuan dan informasi yang dapat digunakan. Oke. Dalam dunia keperawatan, ada empat
bidang yang perlu diberdayakan. Program perguruan tinggi dan universitas dapat
diintegrasikan ke dalam kursus. Program pascasarjana dapat dirancang. Program pendidikan
berkelanjutan formal dan informal untuk perawat dalam jabatan dan beasiswa untuk perawat
dengan gelar doktor dapat bermanfaat. Sebuah upaya dapat dilakukan untuk mempersiapkan
kelompok perawat yang berbeda untuk menghadapi peningkatan laju teknologi di abad ini,
tidak hanya melalui kesempatan pembelajaran paralel tetapi juga dengan bantuan alat
penilaian seperti penilaian skala kompetensi informatika keperawatan, yang dapat
memberikan visi bersama. . pengetahuan luas tentang implementasi TI (Choi dan Bakken,
2013).
b. Menerapkan Hasil Penelitian untuk Pengambilan Keputusan
Terry dalam Maulia (2017) menjelaskan pengambilan keputusan sebagai
proses menggunakan kriteria tertentu untuk memilih suatu pilihan hasilnya akan
tersedia di masa depan. (Salusu dalam Maulia, 2017). Selain itu, pengambilan keputusan
adalah proses memilih beberapa alternatif dengan menggunakan metode efektif yang
disesuaikan dengan situasi.
4. Pelayanan Aspek Fisik, Psikososial dan Spiritual
a. Kenali Hubungan antara Kesehatan Fisik dan Kesejahteraan
Psikososial
Kesehatan jasmani secara umum dipahami sebagai keadaan terbebas dari penyakit,
kecacatan, atau kesehatan batin. Padahal kesehatan jasmani juga berkaitan dengan faktor
ekstrinsik, seperti partisipasi dalam kegiatan sosial dan kemampuan tubuh beradaptasi
terhadap perubahan kondisi lingkungan luar, keadaan penyakit, kecacatan, atau kesehatan
batin. Kesehatan jasmani juga berkaitan dengan faktor eksternal, seperti partisipasi dalam
kegiatan sosial dan kemampuan tubuh beradaptasi dengan kondisi lingkungan.
Hubungan sosial, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, mempengaruhi kesehatan
mental, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, kesehatan fisik, dan risiko kematian.
Sosiolog telah memainkan peran penting dalam membangun hubungan antara hubungan
sosial dan hasil kesehatan, mengidentifikasi penjelasan atas hubungan ini, dan
mengeksplorasi variasi sosial (misalnya berdasarkan jenis kelamin dan ras) dalam populasi.
b. Memperhatikan Aspek Mental Pasien yang di Rawat
Spiritual care merupakan suatu kegiatan perawat untuk memenuhi kebutuhan mental
pasien. Berpedoman pada nilai-nilai perawatan spiritual yang dapat diberikan perawat, antara
lain memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya secara
terbuka, memberdayakan pasien tentang penyakitnya, namun tidak menggunakan agama
sebagai alat periklanan untuk membujuk pasien agar mengikuti agamanya. . (Wibawa, 2020)
Keperawatan dalam memberikan konseling psikoterapi kepada pasien bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman pasien terhadap jati dirinya, membantu pasien menyadari
kekuatan batinnya, belajar mengembangkan rasa percaya diri, mengurangi kecemasan,
depresi dan kesepian, meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri. menghargai. -motivasi,
yang meningkatkan interaksi pasien dan membangun hubungan dengan orang lain
(relationship) serta membantu pasien menemukan tujuan hidup. (Wibawa dkk., 2020)
Memenuhi kebutuhan spiritual sangat penting bagi pasien dan keluarganya untuk
menemukan makna dalam hidup yang mereka hadapi, termasuk menderita penyakit dan
merasa dicintai oleh orang lain dan Tuhan. (Hamid dkk., 2014)
Rumah sakit hendaknya memberikan pelayanan kesehatan jiwa dengan menggunakan
salah satu komponen perawatan yang ada. Perawat harus menyadari pentingnya perawatan
spiritual, mengembangkan keterampilan yang diperlukan, dan meluangkan waktu untuk
memenuhi kebutuhan spiritual setiap pasien. (Connerton dan Moe, 2018)
5. Pentingnya Pendidikan dan Pengembangan Karir
a. Keperawatan adalah Pembelajaran Seumur Hidup
Apa itu pembelajaran seumur hidup? Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai
apakah hal ini mencakup pengembangan profesional berkelanjutan atau sekadar pembelajaran
pribadi, hanya ada sedikit perdebatan mengenai tujuannya "untuk memungkinkan para
profesional perawatan kesehatan mengimbangi pesatnya evolusi informasi berbasis bukti".
Minat untuk belajar sepanjang hayat harus menjadi karakteristik alami setiap orang yang
bekerja di sektor kesehatan; hal ini dianggap sebagai elemen profesionalisme oleh para
profesional kesehatan (Novak et al., 2014). Selain itu, “pembelajaran sepanjang hayat pada
dasarnya berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah melalui penelitian,
mengidentifikasi sumber daya, dan penilaian diri/penilaian berkelanjutan terhadap kebutuhan
belajar seseorang”.
Tidak ada salahnya jika pembelajaran terus menerus mendorong dokter untuk tetap
terlibat dalam pekerjaannya dan dapat berujung pada perubahan karir di dalam organisasi.
Retensi karyawan adalah alasan lain mengapa organisasi layanan kesehatan mendorong
pembelajaran seumur hidup. Retensi karyawan di industri layanan kesehatan menjadi sangat
penting: biaya pergantian karyawan adalah sesuatu yang tidak mampu ditanggung oleh siapa
pun di industri layanan kesehatan. Para pemimpin di industri kesehatan tentu mengetahui
pentingnya pembelajaran seumur hidup, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi staf di
organisasi mereka. Pembelajaran seumur hidup adalah bagian penting dari komitmen kami
untuk menjadi pemimpin yang efektif, dan seperti yang dikatakan Edward Lamb, presiden
American College of Health Executives (ACHE), "Untuk berpartisipasi penuh dalam
kepemimpinan dan pengembangan profesional, manajer layanan kesehatan harus
berkomitmen untuk berpartisipasi dalam program pendidikan yang mengembangkan
keseimbangan keterampilan manajemen layanan kesehatan dan keahlian.
b. Ikuti Perkembangan Terkini Ilmu Keperawatan
Perawat diharapkan mampu beradaptasi dengan tantangan globalisasi dan era digital
saat ini. Perawat masa kini harus mampu mengikuti perkembangan teknologi. Keperawatan
memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan yang memenuhi standar
keperawatan. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling lama menghabiskan waktu
bersama pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kemampuan
memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan aman kepada pasien sangatlah
penting. Perawat juga diharapkan mampu menjadi advokat pasien. Peran advokasi
membantu pasien dan keluarga memberikan informasi dari penyedia layanan tentang praktik
keperawatan pada pasien. Selain itu, menjadi mediator dan melindungi hak pasien untuk
menikmati pelayanan yang baik. (Ariani 2018)
BAB III

MAKNA MODEL KEPERAWATAN DALAM PRAKTIK

A. Bagaimana Komponen Model Keperawatan Mempengaruhi Pendekatan


Perawatan Secara Keseluruhan
Teori keperawatan berdampak pada apa yang dilakukan perawat sehari-hari.
Dengan mengidentifikasi karakteristik hubungan perawat-pasien, teori keperawatan
membentuk bagaimana perawat berinteraksi dengan pasien. Selain itu, teori
keperawatan mendefinisikan sudut pandang keperawatan yang jelas berbeda dari
sudut pandang dokter dan dokter lainnya. Hal ini membantu memfasilitasi
peningkatan kerja sama lintas sektoral.
Sebagai profesi yang berbeda dengan profesi lainnya, keperawatan
memerlukan cara pandang yang berbeda dalam mendekati permasalahan yang ada
pada profesinya. Apabila pemberian asuhan keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan keperawatan profesional, maka perawat harus mempertimbangkan seluruh
aspek profesinya. model, khususnya manusia, sebagai organisme utuh dan unik
dengan segala jenis kebutuhan, lingkungan internal dan eksternal di mana pemicu
stres akan mempengaruhi kesehatan dan penyakit kecacatan manusia. Metamodel
keperawatan yang didefinisikan oleh Fawcett pada tahun 1984 mencakup manusia,
kesehatan, keperawatan dan lingkungan, yang kesemuanya mendukung
perkembangan teoritis dengan mengarahkan orientasi kita sebagai institusi ilmiah.
Ilmuwan keperawatan berhasil dalam aplikasi penelitian di bidang bioteknologi,
kesehatan seluler, informatika, dan faktor manusia.
Dalam upaya mewujudkan perawatan yang berpusat pada pasien di zaman di
mana mesin telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia, kami
mengusulkan agar teknologi menjadi bidang meta-model untuk terus memajukan
pengetahuan dan sains keperawatan.
Penemuan-penemuan baru yang menarik menambah perspektif kita. Perawat
dapat menjadi agen aktif dari perkembangan baru dibandingkan pengguna pasif,
meneruskan warisan advokasi pasien melalui penciptaan pengetahuan baru.
Kepemimpinan keperawatan yang muncul dan bertahan lama telah membuka jalan
bagi era berikutnya dari inovasi dan pengembangan teknologi yang dipimpin oleh
perawat, memberikan peluang untuk menjadikan teknologi sebagai aspek sentral dari
bentuk metafisika keperawatan.

B. Studi kasus: Menerapkan Komponen Model Keperawatan dalam Situasi


Perawatan Kehidupan Nyata
Penerapan komponen model keperawatan dalam situasi perawatan pasien di
kehidupan nyata sangat penting untuk praktik keperawatan berbasis bukti. Menurut
Melnyk, B.M. & Fineout-Overholt, E. (2020), faktor-faktor tersebut meliputi
penggunaan bukti eksternal, bukti internal (keahlian klinis), dan nilai serta preferensi
pasien untuk mendukung pengambilan keputusan yang ditentukan. Dengan
mengintegrasikan unsur-unsur ini, perawat dapat memberikan pelayanan dengan
kualitas terbaik, berdasarkan bukti terbaik yang tersedia dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan preferensi individu setiap pasien. Beberapa elemen model
keperawatan yang diterapkan dalam situasi perawatan kehidupan nyata adalah:
1. Manusia sebagai individu seutuhnya
Model keperawatan ini melibatkan pemahaman bahwa manusia adalah
individu yang kompleks dan holistik. Perawat harus memperhatikan dan
memperhitungkan seluruh aspek kehidupan individu, baik fisik, emosional, sosial, dan
spiritual. Ketika merawat pasien dalam situasi kehidupan nyata, perawat harus
memahami bahwa setiap pasien adalah unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda.
2. Lingkungan yang terkena dampak
Model keperawatan ini menekankan bahwa lingkungan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kesehatan dan pemulihan pasien. Perawat perlu
mempertimbangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien, seperti
kondisi di rumah, lingkungan kerja, atau budaya sekitar. Dalam situasi kehidupan
nyata, perawat harus bekerja sama dengan pasien dan keluarga mereka untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan pemulihan.
3. Interaksi antara perawat dan pasien
Model keperawatan ini menekankan pentingnya hubungan perawat-pasien
dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Perawat harus mempunyai
kemampuan komunikasi yang baik dan mempunyai empati terhadap pasien. Dalam
situasi kehidupan nyata, perawat harus menjalin ikatan yang erat dengan pasien,
menghormati nilai-nilai, preferensi, dan keyakinan mereka.
4. Keperawatan adalah ilmu dan seni
Model ini menggabungkan penggunaan bukti ilmiah dengan keahlian dan
intuisi perawat. Perawat perlu mengintegrasikan pengetahuan ilmiah terkini dengan
keahlian praktis mereka ketika memberikan perawatan dalam situasi khusus. Dalam
situasi dunia nyata, perawat harus mempertimbangkan pengetahuan ilmiah terkini dan
menggabungkannya dengan keahlian klinis mereka untuk merancang dan memberikan
perawatan yang optimal. Mengadopsi komponen model keperawatan ini dapat
membantu perawat memberikan perawatan yang komprehensif, efektif, dan berpusat
pada pasien.

Penerapan komponen model keperawatan dalam situasi perawatan kehidupan


nyata dapat merujuk pada berbagai aspek model keperawatan, yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi yang efektif antara perawat dan pasien, serta antara perawat dan
tim perawatan lainnya, sangat penting dalam perawatan yang sebenarnya. Perawat
harus mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari pasien dan mampu
mengkomunikasikannya dengan jelas kepada seluruh tim layanan kesehatan.
Komunikasi yang baik juga membantu membangun hubungan kepercayaan antara
perawat dan pasien, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Pengumpulan data
Dalam dunia nyata, perawat perlu mengumpulkan data yang relevan tentang
kondisi pasien, termasuk riwayat kesehatan, gejala saat ini, dan respons pasien
terhadap perawatan sebelumnya. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan digunakan
untuk menilai kebutuhan pengobatan pasien dan mengembangkan rencana pengobatan
yang tepat.
3. Diagnosa Keperawatan
Perawat menggunakan data yang dikumpulkan untuk mendiagnosis masalah
keperawatan pasien. Diagnosa keperawatan membantu perawat mengidentifikasi
masalah kesehatan spesifik yang perlu ditangani dan menetapkan tujuan perawatan
yang dapat dicapai. Diagnosa keperawatan juga membantu perawat memprioritaskan
masalah perawatan yang perlu ditangani terlebih dahulu.
4. Perencanaan
Setelah mendiagnosis masalah keperawatan, perawat merencanakan tindakan
yang diperlukan untuk menangani pasien. Perencanaan melibatkan penetapan tujuan
yang spesifik dan terukur serta merumuskan rencana tindakan yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut. Perawat juga mempertimbangkan preferensi dan nilai
pasien ketika merencanakan perawatan.
5. Implementasi
Setelah merencanakan perawatan, perawat melakukan kegiatan terapeutik
yang direncanakan. Tindakan implementasi dapat berupa pengobatan, pemantauan
dan perawatan yang diperlukan serta edukasi kepada pasien dan keluarganya. Perawat
juga berkolaborasi dengan anggota tim perawatan lainnya untuk memberikan
perawatan.
6. Peringkat
Setelah melakukan kegiatan pengobatan, perawat akan menilai apakah tujuan
pengobatan telah tercapai. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil yang
diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Referensi Dokumen Pendukung

Almaskari (2017). Tujuan penerapan EBNP adalah untuk mengidentifikasi solusi masalah
pengobatan dan membantu meminimalkan kerugian pada pasien.
Amperaningsih & Agustanti (2016) tentang efektivitas perawat dalam pelaksana puskesmas.
Penilaian kesehatan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013), kejadian CKD akan meningkat
seiring bertambahnya usia
Beauchamp, T.L. dan Childress, J. F (2019) Menghormati otonomi pasien dalam mengambil
keputusan pengobatan
Budiana. (2016). Dasar-dasar Keperawatan (Edisi Pertama, Volume 148). Ibukota Jakarta:
Cabang, C., Deak, H., Hiner, C. & Holzwart, T. (2016). Empat model super menyusui. Jurnal
Studi Universitas, 16.
Dossey BM (2013). Pendekatan holistik untuk keperawatan kritis. Buku Kedokteran EGC.
Dossey BM, KL (2013)
Gangadharan, Narwal dan Gangadharan, (2017); Pashikarini, Wahyuningsih and Richard,
(2018) Keperawatan, Pencarian Kasus
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Tongmuangtunyatep di Sekolah Tinggi Keperawatan Boromarajonani, Distrik Chainat,
Chainat. Tongmuangtunyatep dkk., 2017
Webster (2017) Insiden, prevalensi, dan perkembangan CKD juga berbeda-beda di setiap
negara

Anda mungkin juga menyukai