Diterbitkan oleh;
Health Advocacy
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Jl. Bibis Karah I/41 Surabaya 60232
Telp. +6231-70234576
Email; healthadvocacy@information4u.com
i
STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Oleh:
Agung Dwi Laksono
Evie Sopacua
Suharmiati
Lestari Handayani
Ristrini
Herti Maryani
Bambang Wasito
Copyright ©2010
HEALTH ADVOCACY
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Email; healthadvocacy@information4u.com
Desain Sampul:
Addesign
ii
PENGANTAR
Dalam era desentralisasi, penggunaan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) sebagai tolok ukur kinerja menjadi sebuah
keniscayaan. Akuntabilitas adalah sebuah syarat mutlak yang
memaksa kita untuk mau tidak mau mengimplemen-
tasikannya dalam sebuah pelayanan publik, tidak terkecuali
pelayanan kesehatan di dalamnya.
iii
daya tenaga kesehatan, dan besaran alokasi anggaran
bidang kesehatan) dan target.
-Penyusun-
iv
DAFTAR ISI
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Pendahuluan 1
SPM Kesehatan 9
Formulasi 13
Identifikasi Input 17
Identifikasi Sasaran 33
Penghitungan Target 61
Diskusi 77
79
Rekomendasi
81
Kepustakaan
v
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 13. Penghitungan Target SPM Indikator 3,
Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di Kota Pontianak 63
Tabel 14. Penghitungan Target SPM Indikator 4,
Cakupan pelayanan nifas di Kota
Pontianak 63
Tabel 15. Penghitungan Target SPM Indikator 5,
Cakupan neonatus dengan komplikasi
yang ditangani di Kota Pontianak 64
Tabel 16. Penghitungan Target SPM Indikator 6,
Cakupan kunjungan bayi di Kota Pontianak 64
Tabel 17. Penghitungan Target SPM Indikator 7,
Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kota
Pontianak 65
Tabel 18. Penghitungan Target SPM Indikator 8,
Cakupan pelayanan anak balita di Kota
Pontianak 65
Tabel 19. Penghitungan Target SPM Indikator 9,
Cakupan pemberian makanan pendamping
ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga
miskin di Kota Pontianak 66
Tabel 20. Penghitungan Target SPM Indikator 10,
Cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan di Kota Pontianak 66
Tabel 21. Penghitungan Target SPM Indikator 11,
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD
dan setingkat di Kota Pontianak 67
Tabel 22. Penghitungan Target SPM Indikator 12,
Cakupan peserta KB aktif di Kota
Pontianak 67
Tabel 23. Penghitungan Target SPM Indikator 13a,
Cakupan kasus AFP non Polio pada
penduduk <15 tahun di Kota Pontianak 68
Tabel 24. Penghitungan Target SPM Indikator 13b,
Cakupan penderita pneumonia balita yang
ditangani di Kota Pontianak 68
viii
Tabel 25. Penghitungan Target SPM Indikator 13c,
Cakupan penderita baru TB BTA positif per
kecamatan/puskesmas yang ditemukan
dan diobati di Kota Pontianak 69
Tabel 26. Penghitungan Target SPM Indikator 13d,
Cakupan penderita DBD yang ditangani
sesuai SOP di Kota Pontianak 69
Tabel 27. Penghitungan Target SPM Indikator 13e,
Cakupan penderita diare yang datang dan
ditangani di Kota Pontianak 70
Tabel 28. Penghitungan Target SPM Indikator 14,
Cakupan pelayanan kesehatan dasar
masyarakat miskin di Kota Pontianak 70
Tabel 29. Penghitungan Target SPM Indikator 15,
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan
pasien masyarakat miskin di Kota
Pontianak 71
Tabel 30. Penghitungan Target SPM Indikator 16,
Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
yang Harus Diberikan Sarana Kesehatan
(RS) Di Kabupaten/Kota di Kota Pontianak 71
Tabel 31. Penghitungan Target SPM Indikator 17,
Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB
yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi
< 24 Jam di Kota Pontianak 72
Tabel 32. Penghitungan Target SPM Indikator 18,
Cakupan Desa Siaga Aktif di Kota
Pontianak 72
Tabel 33. Rekapitulasi Penghitungan Target SPM
Kesehatan Tingkat Kecamatan/UPTD di
Kota Pontianak 73
ix
x
Pendahuluan
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) no 25/2000
tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Sebagai Daerah Otonom, maka diterbitkan surat
keputusan (SK) Menteri Kesehatan dan Sosial (Menkesos) no.
1747/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan
Minimal dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (SPM
Kesehatan). Pelaksanaan PP 25/2000 ditegaskan melalui surat
edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) no
100/757/OTDA/2002 tentang Pelaksanaan Kewenangan Wajib
dan SPM yang ditujukan ke Gubernur dan Bupati/Walikota se
Indonesia. SK Menkesos no. 1747/2000 kemudian dianulir
dengan SK Menteri Kesehatan (Menkes) no 1457/2003 tentang
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 1
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota yang mempertimbangkan perlu ditetapkannya
kembali SPM bidang kesehatan oleh Menteri Kesehatan.
Kebijakan ini berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang
meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target
pada tahun 2010. SK Menkes no 1457/2003 ini diikuti SK
Menkes no 1091/2004 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Dengan berkembangnya waktu, UU 22/1999 tentang
Pemerintah Daerah direvisi dengan UU 32/2004, sehingga PP
25/2000 dianulir dengan PP 65/2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Secara ringkas, PP ini memberikan rujukan bahwa SPM adalah
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga negara secara minimal terutama yang berkaitan dengan
pelayanan dasar baik daerah provinsi maupun daerah
kabupaten/kota.
Selain itu, peraturan Mendagri no 6/2007 tentang petunjuk
teknis penyusunan dan penetapan standar pelayanan minimal
diterbitkan. Dalam peraturan Mendagri ini pada pasal 29 ayat (3)
dikatakan bahwa SPM yang ditetapkan pemerintah daerah
dapat dilaksanakan sampai dengan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen menyusun dan menetapkan SPM
yang baru sesuai PP 65/2005.Untuk Departemen Kesehatan
(Depkes) terwujud melalui peraturan Menkes no 741/2008 yang
SPM KESEHATAN;
2 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
menganulir SK Menteri Kesehatan no 1457/2003. Peraturan
Menkes no 741/2008 berisi indikator kinerja dan target
pelayanan kesehatan pada tahun 2010 sampai dengan tahun
2015. Surat keputusan ini diikuti SK Menkes no 828/2008
tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan sebagai acuan
penyusunan SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota dan
meniadakan SK Menkes no 1091/2004.
Pelaksanaan UU 22/1999 tentang Pemerintah Daerah
diikuti PP 8/2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Ketika
UU 22/1999 direvisi menjadi UU 32/2004, maka diterbitkan PP
38/2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota, sedangkan PP 8/2003 dianulir dengan
PP 41/2007. Mengantisipasi pelaksanaan PP 41/2007,
diterbitkan SK Menkes no 267/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah.
Mengantisipasi penerapan PP 38/2007 telah diterbitkan
SK Menkes no 922/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian
Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
Dalam PP 38/2007 untuk disinkronkan dengan SPM dalam
pelaksanaannya. Pertama adalah penekanan kesehatan
sebagai kewenangan wajib yang sifatnya konkuren meliputi sub
bidang upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya
manusia, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 3
masyarakat dan manajemen kesehatan. Kedua, dalam pasal 9
ayat (1) menyebutkan Menteri/kepala lembaga pemerintah non
departemen menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria
(NSPK) untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan.
Pemahaman disini adalah bahwa seharusnya SPM disusun
berdasarkan NSPK, tetapi kenyataannya adalah bahwa SPM
sudah dilaksanakan sedangkan NSPK saat ini sedang disusun
atau dalam bentuk draft.
Penjelasan di atas ini ingin memberikan gambaran bahwa
Dinas Kesehatan dalam menerapkan SPM kesehatan di
kabupaten/kota perlu memperhatikan berbagai kebijakan dari
Depkes maupun Depdagri serta Pemerintah. Sedangkan dalam
penerapan SPM di tingkat kabupaten/kota, pencapaian target
SPM kesehatan dicapai melalui puskesmas dan rumah sakit.
Dalam PP Nomor 41/2007 pasal 14 ayat (6) disebutkan bahwa
pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas
untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional…dst., dan dalam penjelasan PP ini disebutkan
bahwa kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan unit
pelaksana teknis dinas (UPTD) adalah tugas untuk
melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Puskesmas,
sesuai SK Menkes no 128/2004 merupakan UPTD yang
melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Sedangkan rumah
sakit dalam PP Nomor 41/2007 diatur dalam pasal tersendiri
SPM KESEHATAN;
4 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
dan SPM rumah sakit telah diatur melalui SK Menkes Nomor
228/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah.
Sampai dengan tiga (3) kebijakan tentang SPM
kesehatan dikeluarkan, belum ada upaya untuk
menterjemahkan target SPM tersebut sampai pada tingkat
puskesmas. Hal ini menjadi penting sebagai langkah awal
pemetaan target di dalam perencanaan pelayanan kesehatan di
tingkat kabupaten/kota. Menurut peraturan Menkes Nomor
741/2008, SPM kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh daerah kabupaten/kota.
Target cakupan SPM kesehatan dalam kebijakan ini separuhnya
adalah sebesar 100% dan sisanya mendekati angka 100%. Hal
ini merupakan sebuah target yang tidak mudah dicapai,
dibutuhkan kesungguhan dan rencana yang matang dalam
upaya pencapaiannya.
Sedangkan dalam petunjuk teknisnya (SK Menkes Nomor
828/2008) disebutkan bahwa SPM kesehatan merupakan
bagian integral dari pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan, menyeluruh, terpadu sesuai rencana
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Depkes
menambahkan kriteria SPM kesehatan seperti yang tercantum
dalam SK Menkes 828/2008 diantaranya merupakan pelayanan
yang langsung dirasakan masyarakat, berorientasi pada output
yang langsung dirasakan masyarakat, dilaksanakan secara
terus menerus, terukur dan dapat dikerjakan. Dalam SK Menkes
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 5
Nomor 828/2008 juga dikatakan bahwa SPM kesehatan harus
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan dan
memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
dalam pencapaian SPM kesehatan untuk jangka waktu tertentu
perlu ditetapkan batas awal pelayanan minimal (minimum
service baselines) dan target pelayanan yang akan dicapai
(minimum service target). Target pelayanan yang dicapai
merupakan spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang
harus dicapai dengan tetap berpedoman pada standar teknis
yang ditetapkan guna mencapai status kesehatan yang
diharapkan. Untuk itu perlu menterjemahkan SPM kesehatan
Kabupaten/Kota menjadi kegiatan yang dapat diselenggarakan
di Puskesmas karena dalam pasal 9 PP Nomor 65/2005
disebutkan bahwa SPM yang telah ditetapkan pemerintah
menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah untuk
menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan
bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi
SPM KESEHATAN;
6 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Terlihat
bahwa puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak
dinas kesehatan dalam upaya mewujudkan target SPM
kesehatan di kabupaten/kota.
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 7
Tabel 1. Kronologis Kebijakan Terkait SPM Kesehatan
NO KEBIJAKAN
1 Pasca reformasi diterbitkan UU 22/1999 tentang Pemerintah
Daerah
2 Diterbitkan PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi Sebagai Daerah Otonom
sebagai tindak lanjut UU No. 22/1999
3 Berdasar PP tersebut diterbitkan SK Menteri Kesehatan dan
Sosial (Menkesos) no. 1747/2000 tentang Pedoman Penetapan
Standar Pelayanan Minimal dalam Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota (SPM Kesehatan).
4 Untuk mempertegas PP No. 25/2000 diterbitkan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri No. 100/757/OTDA/2002 tentang
Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan SPM yang ditujukan ke
Gubernur dan Bupati/Walikota se Indonesia.
5 Diterbitkan SK Menteri Kesehatan (Menkes) no 1457/2003
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota yang mempertimbangkan perlu ditetapkannya
kembali SPM bidang kesehatan oleh Menteri Kesehatan untuk
menganulir SK Kemensos No 1747/2000.
6 Diterbitkan SK Menkes No. 1091/2004 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota untuk mendukung SK Menkes No. 1457/2003
7 Diterbitkan UU No. 32/2004 untuk merevisi UU 22/1999 tentang
Pemerintah Daerah
8 Untuk mendukung UU No. 32/2004 diterbitkan PP 65/2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal, menganulir PP 25/2000 sebelumnya.
9 Diterbitkan Peraturan Mendagri No. 6/2007 tentang petunjuk
teknis penyusunan dan penetapan standar pelayanan minimal.
10 Diterbitkan Peraturan Menkes No. 741/2008 tentang indikator
kinerja dan target pelayanan kesehatan pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2015
11 Diterbitkan SK Menkes No. 828/2008 tentang Petunjuk Teknis
SPM Bidang Kesehatan sebagai acuan penyusunan SPM
bidang kesehatan di kabupaten/kota
SPM KESEHATAN;
8 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
SPM Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota maka jenis pelayanan
yang wajib diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota ada 4 (empat)
jenis, yaitu;
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa, dan
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 9
Sedang indikator untuk masing-masing jenis pelayanan
kesehatan tersebut dirinci dalam paparan sebagai berikut;
SPM KESEHATAN;
10 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Pelayanan Kesehatan Rujukan
1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (Rumah Sakit) di
Kabupaten/Kota.
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 11
SPM KESEHATAN;
12 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Formulasi
Proses formulasi yang berupa perhitungan pokok
penurunan target persen SPM Kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota menjadi target persen di tingkat
Kecamatan/Puskesmas berdasarkan input adalah berdasarkan
proporsi input masing-masing Kecamatan/Puskesmas.
Penurunan rumus target tersebut terjadi dalam tata urutan yang
dipaparkan secara kronologis sebagai berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 13
input-input di bawahnya, atau input Kecamatan/Puskesmas.
Sehingga persamaannya seperti tertulis pada persamaan (1).
(1)
(2)
SPM KESEHATAN;
14 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
(3)
(4)
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 15
Keterangan:
- = Proporsi Input Kecamatan/Puskesmas A
- = Input Kabupaten
SPM KESEHATAN;
16 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Identifikasi Input
Dalam proses pembuatan turunan SPM Kesehatan yang
berdasarkan spesifik daerah di tingkat Puskesmas/
Kecamatan, maka akan dilakukan identifikasi input dan
sasaran yang ada di masing-masing Puskesmas/Kecamatan.
Untuk contoh perhitungan di dalam buku panduan ini data
yang digunakan adalah data Kota Pontianak.
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 17
besar. Ke-empat kriteria tersebut adalah jumlah Puskesmas,
jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu), jumlah Puskesmas
Keliling (Pusling) dan jumlah Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu).
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
No Kecamatan Puskes Posyan
Pustu Pusling
mas du
1 Pontianak Selatan 2 2 3 27
2 Pontianak Tenggara 2 0 2 12
3 Pontianak Timur 6 2 2 10
4 Pontianak Barat 4 1 2 17
5 Pontianak Kota 4 3 3 21
6 Pontianak Utara 5 4 3 65
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 19
4. Jumlah Posyandu (semakin besar jumlah Posyandu, nilai
skor semakin besar)
Skor 1 : ≤ 27 unit Posyandu
Skor 3 : 28 – 45 unit Posyandu
Skor 5 : ≥ 46 unit Posyandu
SPM KESEHATAN;
20 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 3. Rekapitulasi Identifikasi Input Sarana dan Prasarana di Kota Pontianak
Jumlah Jumlah
Jumlah Pustu Jumlah Pusling Kesimpulan
Puskesmas Posyandu
No Kecamatan
Total Kriteria
Absolut Skor Absolut Skor Absolut Skor Absolut Skor
Skor Daerah
1 Pontianak Selatan 2 1 2 3 3 5 27 1 10 2
2 Pontianak Tenggara 2 1 0 1 2 3 12 1 6 1
3 Pontianak Timur 6 5 2 3 2 3 10 1 12 2
4 Pontianak Barat 4 3 1 1 2 3 17 1 8 1
5 Pontianak Kota 4 3 3 5 3 5 21 1 14 2
6 Pontianak Utara 5 3 4 5 3 5 65 5 18 3
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 21
Identifikasi Input Berdasarkan Sumber Daya Tenaga Kesehatan
Input berdasarkan sumber daya tenaga kesehatan
merupakan komposit dari 10 (sepuluh) jenis tenaga.
Penggolongan kesepuluh jenis tenaga tersebut berdasarkan
profil Kota Pontianak dalam Angka tahun 2010 yang dikeluarkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Kesepuluh jenis tenaga tersebut adalah; dokter & dokter
spesialis, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, apoteker,
perawat, bidan, tenaga gizi, sanitarian, analis kesehatan dan
terakhir tenaga administrasi.
Tenaga Administratif
Dr. & Dr. Spesialis
Analis Kesehatan
Dokter Gigi
Sanitarian
Apoteker
Perawat
Bidan
SKM
Gizi
No Kecamatan
1 Pontianak Selatan 3 2 1 0 19 11 2 4 3 9
2 Pontianak Tenggara 5 3 2 1 9 7 3 3 3 5
3 Pontianak Timur 5 5 3 0 29 19 8 8 9 14
4 Pontianak Barat 6 3 5 0 20 16 6 8 7 15
5 Pontianak Kota 5 3 6 1 17 25 8 6 8 20
6 Pontianak Utara 9 3 1 1 27 27 8 12 8 20
SPM KESEHATAN;
22 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Berdasarkan range (bentangan) jumlah terrendah sampai
tertinggi input per masing-masing kriteria akan dikelompokkan
menjadi 2 (dua), 3 (tiga), atau 5 (lima) kelas. Penentuan
besaran kelas tergantung dengan range jumlah absolut masing-
masing kriteria tenaga. Sehingga rincian pembagian kelas per
kriteria adalah sebagai berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 23
4. Apoteker (semakin besar jumlah tenaga apoteker, nilai skor
semakin besar)
Skor 1 : tidak ada tenaga apoteker
Skor 5 : ada tenaga apoteker
5. Perawat (semakin besar jumlah tenaga perawat, nilai skor
semakin besar)
Skor 1 : ≤ 9 tenaga perawat
Skor 2 : 10 – 14 tenaga perawat
Skor 3 : 15 – 19 tenaga perawat
Skor 4 : 20 – 24 tenaga perawat
Skor 5 : ≥ 25 tenaga perawat
6. Bidan (semakin besar jumlah tenaga bidan, nilai skor
semakin besar)
Skor 1 : ≤ 9 tenaga bidan
Skor 2 : 10 – 14 tenaga bidan
Skor 3 : 15 – 19 tenaga bidan
Skor 4 : 20 – 24 tenaga bidan
Skor 5 : ≥ 25 tenaga bidan
7. Tenaga Gizi (semakin besar jumlah tenaga gizi, nilai skor
semakin besar)
Skor 1 : ≤ 3 tenaga gizi
Skor 3 : 4-6 tenaga gizi
Skor 5 : ≥ 7 tenaga gizi
SPM KESEHATAN;
24 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
8. Sanitarian (semakin besar jumlah tenaga sanitarian, nilai
skor semakin besar)
Skor 1 : ≤ 5 tenaga sanitarian
Skor 3 : 6 – 9 tenaga sanitarian
Skor 5 : ≥ 10 tenaga sanitarian
9. Analis Kesehatan (semakin besar jumlah tenaga analis
kesehatan, nilai skor semakin besar)
Skor 1 : ≤ 3 tenaga analis kesehatan
Skor 3 : 4-6 tenaga analis kesehatan
Skor 5 : ≥ 7 tenaga analis kesehatan
10. Tenaga Administratif (semakin besar jumlah tenaga
administratif, nilai skor semakin besar)
Skor 1 : ≤ 6 tenaga administratif
Skor 2 : 7 – 10 tenaga administratif
Skor 3 : 11 – 14 tenaga administratif
Skor 4 : 15 – 18 tenaga administratif
Skor 5 : ≥ 19 tenaga administratif
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 25
I : ≤ 21,33
II : 21,34 – 32,66
III : ≥ 32,67
SPM KESEHATAN;
26 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 5. Rekapitulasi Identifikasi Input Sumber Daya Tenaga di Kota Pontianak
Administratif
Kesimpulan
Dokter Gigi
Kesehatan
Sanitarian
Apoteker
Spesialis
Perawat
Tenaga
Dr & Dr
Analis
Bidan
SKM
Gizi
No Kecamatan
Total Skor
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Absolut
Daerah
Kriteria
Skor
Skor
Skor
Skor
Skor
Skor
Skor
Skor
Skor
Skor
Pontianak
1 3 1 2 1 1 1 0 1 19 3 11 2 2 1 4 1 3 1 9 2 13 1
Selatan
Pontianak
2 5 3 3 3 2 1 1 5 9 1 7 1 3 1 3 1 3 1 5 1 17 1
Tenggara
Pontianak
3 5 3 5 5 3 3 0 1 29 5 19 3 8 5 8 3 9 5 14 3 31 2
Timur
Pontianak
4 6 3 3 3 5 5 0 1 20 4 16 3 6 3 8 3 7 5 15 4 29 2
Barat
Pontianak
5 5 3 3 3 6 5 1 5 17 3 25 5 8 5 6 3 8 5 20 5 37 3
Kota
Pontianak
6 9 5 3 3 1 1 1 5 27 5 27 5 8 5 12 5 8 5 20 5 39 3
Utara
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 27
Identifikasi Input Berdasarkan Besaran Alokasi Anggaran
Kesehatan
Input berdasarkan besaran alokasi anggaran kesehatan
langsung diklasifikasi menjadi 3 (tiga) kelas berdasarkan range
absolute anggaran ter-rendah sampai yang tertinggi. Sehingga
klasifikasinya menjadi sebagai berikut;
I : ≤ Rp. 699.999.000,-
II : Rp. 700.000.000,- - Rp. 1.099.999.999,-
III : ≥ Rp. 1.100.000.000,-
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka teknis
perhitungannya seperti tersaji pada tabel 6 berikut;
SPM KESEHATAN;
28 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Pembobotan Input
Sebelum dilakukan Identifikasi Input Total, ditambahkan
dengan satu tahapan, yaitu pembobotan 3 (tiga) indikator input.
Pembobotan input dimaksudkan untuk mengidentifikasi tingkat
kemampuan daya ungkit (leverage) dari masing-masing
indikator input dalam berkontribusi terhadap pencapaian SPM
Kesehatan menurut para pelaksana di lapangan.
Dalam praktek penghitungan di Kota Pontianak pelaksana
lapangan yang terpilih terdiri dari 10 (sepuluh) orang. Kesepuluh
orang itu meliputi 4 (empat) orang kepala bidang di Dinas
Kesehatan, dan 6 (enam) orang dari 3 (tiga) Kecamatan yang
berbeda.
Para pelaksana lapangan diminta untuk member
pembobotan untuk masing-masing kriterian antara nilai 1
sampai 10. Semakin tinggi tingkat kemampuan daya ungkitnya
terhadap pencapaian target SPM Kesehatan maka semakin
tinggi pula nilainya.
Hasil rekapitulasi pembobotan indikator input oleh 10
(sepuluh) pelaksana lapangan dapat dilihat seperti tersaji pada
tabel 7 berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 29
Tabel 7. Pembobotan Indikator Input Oleh Aktor Pelaksana Kebijakan di Kota Pontianak Tahun 2010
Orang 10
Orang 1
Orang 2
Orang 3
Orang 4
Orang 5
Orang 6
Orang 7
Orang 8
Orang 9
Total
Pelaksana Lapangan
Sumber Daya
10 9 10 10 10 10 10 8 9 10 96
Tenaga Kesehatan
Besaran Alokasi
Anggaran Bidang 10 10 10 10 10 10 10 8 8 9 95
Kesehatan
SPM KESEHATAN;
30 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Identifikasi Input Total
Pada tahap selanjutnya nilai masing-masing kriteria input
kembali dijumlahkan menjadi sebuah nilai komposit input
gabungan dari ke tiga kriteria input tersebut. Untuk melakukan
rekapitulasi input dimasukkan nilai pembobotan dari masing-
masing indikator input.
Secara teknis perhitungan rekapitulasi identifikasi input
total SPM Kesehatan di Kota Pontianak seperti tersaji pada
tabel 8 berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 31
Tabel 8. Rekapitulasi Identifikasi Input Total SPM Kesehatan di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
32 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Identifikasi Sasaran
Identifikasi sasaran dilakukan terhadap semua sasaran
yang berhubungan dengan SPM Kesehatan. Untuk contoh data
yang ada di Kota Pontianak dapat dilihat paparannya seperti
tersaji pada tabel 9 berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 33
Tabel 9. Data Dasar Sasaran SPM Kesehatan Tingkat Kecamatan di Kota Pontianak
Jumlah
Jumlah Jumlah
Anak Jumlah Jumlah
Penduduk Penduduk Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah Umur 6-24 Jumlah Jumlah Pasangan Murid SD
No Kecamatan Riil Akhir berumur Keluarga Bulin/Bufa
Kelurahan Bayi Bulan Balita Bumil Usia & yang
Tahun <15 Miskin s
Keluarga Subur sederajat
2008 tahun*
Miskin*
1 Pontianak Selatan 4 85.560 59.538 5.918 1.690 530 4.963 1.835 1.751 14.463 10.535
2 Pontianak Tenggara 4 39.742 27.655 4.108 1.260 368 4.985 1.347 1.269 6.393 7.244
3 Pontianak Timur 7 70.541 49.087 27.456 442 2.460 2.961 763 694 12.152 2.906
4 Pontianak Barat 4 112.667 78.401 20.479 1.105 1.835 4.745 881 774 17.172 4.973
5 Pontianak Kota 5 104.769 72.905 16.238 1.419 1.455 6.192 1.261 1.183 15.530 7.542
6 Pontianak Utara 4 108.291 75.356 20.383 2.593 1.826 11.167 2.830 2.620 16.962 15.241
Keterangan; * data di Kota Pontianak tidak tersedia, maka dilakukan prediksi berdasarkan proporsi pada data
kependudukan propinsi tahun 2010
SPM KESEHATAN;
34 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
1. Identifikasi Sasaran SPM Kesehatan di Kecamatan
Pontianak Selatan
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 35
- Indikator 8; Jumlah seluruh balita di satu wilayah dalam
kurun waktu yang sama
4.963 balita
- Indikator 9; Jumlah seluruh anak 6-24 bulan keluarga
miskin
530 anak
- Indikator 10; Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan
Hanya bila ditemukan kasus
- Indikator 11; Jumlah murid SD & setingkat di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
10.535 murid
- Indikator 12; Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
14.463 pasangan
- Indikator 13a; Jumlah penduduk <15 tahun di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
59.538 / 100.000 = 1 kasus
Konstanta 1 per 100.000 penduduk
- Indikator 13b; Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
10% x 4.963 = 496 balita
Asumsi; penderita pneumonia balita = 10%
jumlah balita
SPM KESEHATAN;
36 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok untuk umur 2 bulan - < 5
tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
klasifikasi dibagi atas pneumonia berat,
pneumonia, dan batuk bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi
atas pneumonia berat dan batuk bukan
pneumonia. Dalam pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri lokal
- Indikator 13c; Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+)
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
92/100.000 x 85.560 = 79 penderita
Asumsi; Incidence Rate TB baru BTA positif per
100.000 penduduk = 92 (WHO tahun 2006-2008)
- Indikator 13d; Jumlah perkiraan pasien DBD ditemukan
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
0,6/100 x 85.560 = 514 penderita
Asumsi angka kesakitan DBD per 100 penduduk
= 0,6 (Riskesdas, 2007)
- Indikator 13e; Jumlah perkiraan penderita diare di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
90/1.000 x 85.560 = 7.700 penderita
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 37
Asumsi angka kesakitan diare = 90/1.000
(Riskesdas 2007)
- Indikator 14; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
5.918 maskin
- Indikator 15; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
5.918 maskin
- Indikator 16; Jumlah RS di kabupaten/kota
Data di tingkat Kota, tidak diperlukan untuk
tingkat Kecamatan/UPTD
- Indikator 17; Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi
pada periode yang sama
Hanya jika terjadi kasus
- Indikator 18; Jumlah desa siaga yang dibentuk
4 desa
SPM KESEHATAN;
38 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Asumsi; kasus komplikasi kebidanan = 20%
- Indikator 3; Jumlah sasaran ibu bersalin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
1.269 ibu bersalin
- Indikator 4; Jumlah sasaran ibu nifas di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
1.269 ibu nifas
- Indikator 5; Jumlah seluruh neonates dengan komplikasi
yang ada
15% x 1.260 = 189 bayi
Asumsi; kasus komplikasi neonates = 15%
- Indikator 6; Jumlah seluruh bayi hidup di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
1.260 bayi
- Indikator 7; Jumlah seluruh desa/kelurahan
4 kelurahan
- Indikator 8; Jumlah seluruh balita di satu wilayah dalam
kurun waktu yang sama
4.985 balita
- Indikator 9; Jumlah seluruh anak 6-24 bulan keluarga
miskin
368 anak
- Indikator 10; Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan
Hanya bila ditemukan kasus
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 39
- Indikator 11; Jumlah murid SD & setingkat di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
7.244 murid
- Indikator 12; Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
6.393 pasangan
- Indikator 13a; Jumlah penduduk <15 tahun di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
27.655 / 100.000 = 1 kasus
Konstanta 1 per 100.000 penduduk
- Indikator 13b; Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
10% x 4.985 = 499 balita
Asumsi; penderita pneumonia balita = 10%
jumlah balita
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok untuk umur 2 bulan - < 5
tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
klasifikasi dibagi atas pneumonia berat,
pneumonia, dan batuk bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi
atas pneumonia berat dan batuk bukan
pneumonia. Dalam pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
SPM KESEHATAN;
40 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri local
- Indikator 13c; Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+)
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
92/100.000 x 39.742 = 37 penderita
Asumsi; Incidence Rate TB baru BTA positif per
100.000 penduduk = 92 (WHO tahun 2006-2008)
- Indikator 13d; Jumlah perkiraan pasien DBD ditemukan
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
0,6/100 x 39.742 = 239 penderita
Asumsi angka kesakitan DBD per 100 penduduk
= 0,6 (Riskesdas, 2007)
- Indikator 13e; Jumlah perkiraan penderita diare di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
90/1.000 x 39.742 = 3.577 penderita
Asumsi angka kesakitan diare = 90/1.000
(Riskesdas 2007)
- Indikator 14; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
4.108 maskin
- Indikator 15; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
4.108 maskin
- Indikator 16; Jumlah RS di kabupaten/kota
Data di tingkat Kota, tidak diperlukan untuk
tingkat Kecamatan/UPTD
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 41
- Indikator 17; Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi
pada periode yang sama
Hanya jika terjadi kasus
- Indikator 18; Jumlah desa siaga yang dibentuk
4 desa
SPM KESEHATAN;
42 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Asumsi; kasus komplikasi neonates = 15%
- Indikator 6; Jumlah seluruh bayi hidup di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
442 bayi
- Indikator 7; Jumlah seluruh desa/kelurahan
7 kelurahan
- Indikator 8; Jumlah seluruh balita di satu wilayah dalam
kurun waktu yang sama
2.961 balita
- Indikator 9; Jumlah seluruh anak 6-24 bulan keluarga
miskin
2.460 anak
- Indikator 10; Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan
Hanya bila ditemukan kasus
- Indikator 11; Jumlah murid SD & setingkat di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
2.906 murid
- Indikator 12; Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
12.152 pasangan
- Indikator 13a; Jumlah penduduk <15 tahun di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
49.087 / 100.000 = 1 kasus
Konstanta 1 per 100.000 penduduk
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 43
- Indikator 13b; Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
10% x 2.961 = 296 balita
Asumsi; penderita pneumonia balita = 10%
jumlah balita
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok untuk umur 2 bulan - < 5
tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
klasifikasi dibagi atas pneumonia berat,
pneumonia, dan batuk bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi
atas pneumonia berat dan batuk bukan
pneumonia. Dalam pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri lokal
- Indikator 13c; Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+)
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
92100.000 x 70.541 = 65 penderita
Asumsi; Incidence Rate TB baru BTA positif per
100.000 penduduk = 92 (WHO tahun 2006-2008)
SPM KESEHATAN;
44 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
- Indikator 13d; Jumlah perkiraan pasien DBD ditemukan
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
0,6/100 x 70.541 = 424 penderita
Asumsi angka kesakitan DBD per 100 penduduk
= 0,6 (Riskesdas, 2007)
- Indikator 13e; Jumlah perkiraan penderita diare di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
90/1.000 x 70.541 = 6.349 penderita
Asumsi angka kesakitan diare = 90/1.000
(Riskesdas 2007)
- Indikator 14; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
27.456 maskin
- Indikator 15; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
27.456
- Indikator 16; Jumlah RS di kabupaten/kota
Data di tingkat Kota, tidak diperlukan untuk
tingkat Kecamatan/UPTD
- Indikator 17; Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi
pada periode yang sama
Hanya jika terjadi kasus
- Indikator 18; Jumlah desa siaga yang dibentuk
7 desa
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 45
4. Identifikasi Sasaran SPM Kesehatan di Kecamatan
Pontianak Barat
SPM KESEHATAN;
46 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
- Indikator 8; Jumlah seluruh balita di satu wilayah dalam
kurun waktu yang sama
4.745 balita
- Indikator 9; Jumlah seluruh anak 6-24 bulan keluarga
miskin
1.835 anak
- Indikator 10; Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan
Hanya bila ditemukan kasus
- Indikator 11; Jumlah murid SD & setingkat di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
4.973 murid
- Indikator 12; Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
17.172 pasangan
- Indikator 13a; Jumlah penduduk <15 tahun di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
78.401 / 100.000 = 1 kasus
Konstanta 1 per 100.000 penduduk
- Indikator 13b; Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
10% x 4.745 = 475 balita
Asumsi; penderita pneumonia balita = 10%
jumlah balita
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 47
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok untuk umur 2 bulan - < 5
tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
klasifikasi dibagi atas pneumonia berat,
pneumonia, dan batuk bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi
atas pneumonia berat dan batuk bukan
pneumonia. Dalam pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri lokal
- Indikator 13c; Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+)
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
92/100.000 x 112.667 = 104 penderita
Asumsi; Incidence Rate TB baru BTA positif per
100.000 penduduk = 92 (WHO tahun 2006-2008)
- Indikator 13d; Jumlah perkiraan pasien DBD ditemukan
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
0,6/100 x 112.667 = 677 penderita
Asumsi angka kesakitan DBD per 100 penduduk
= 0,6 (Riskesdas, 2007)
SPM KESEHATAN;
48 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
- Indikator 13e; Jumlah perkiraan penderita diare di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
90/1.000 x 112.667 = 10.140 penderita
Asumsi angka kesakitan diare = 90/1.000
(Riskesdas 2007)
- Indikator 14; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
20.479 maskin
- Indikator 15; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
20.479 maskin
- Indikator 16; Jumlah RS di kabupaten/kota
Data di tingkat Kota, tidak diperlukan untuk
tingkat Kecamatan/UPTD
- Indikator 17; Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi
pada periode yang sama
Hanya jika terjadi kasus
- Indikator 18; Jumlah desa siaga yang dibentuk
4 desa
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 49
- Indikator 2; Jumlah Ibu dengan komplikasi kebidanan di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
20% x 1.261 = 252 ibu
Asumsi; kasus komplikasi kebidanan = 20%
- Indikator 3; Jumlah sasaran ibu bersalin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
1.183 ibu bersalin
- Indikator 4; Jumlah sasaran ibu nifas di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
1.183 ibu nifas
- Indikator 5; Jumlah seluruh neonates dengan komplikasi
yang ada
15% x 1.419 = 212 bayi
Asumsi; kasus komplikasi neonates = 15%
- Indikator 6; Jumlah seluruh bayi hidup di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
1.419 bayi
- Indikator 7; Jumlah seluruh desa/kelurahan
5 kelurahan
- Indikator 8; Jumlah seluruh balita di satu wilayah dalam
kurun waktu yang sama
6.192 balita
- Indikator 9; Jumlah seluruh anak 6-24 bulan keluarga
miskin
1.455 anak
SPM KESEHATAN;
50 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
- Indikator 10; Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan
Hanya bila ditemukan kasus
- Indikator 11; Jumlah murid SD & setingkat di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
7.542 murid
- Indikator 12; Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
15.530 pasangan
- Indikator 13a; Jumlah penduduk <15 tahun di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
72.905 / 100.000 = 1 kasus
Konstanta 1 per 100.000 penduduk
- Indikator 13b; Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
10% x 6.192 = 619 balita
Asumsi; penderita pneumonia balita = 10%
jumlah balita
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok untuk umur 2 bulan - < 5
tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
klasifikasi dibagi atas pneumonia berat,
pneumonia, dan batuk bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi
atas pneumonia berat dan batuk bukan
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 51
pneumonia. Dalam pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri lokal
- Indikator 13c; Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+)
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
92/100.000 x 104.769 = 97 penderita
Asumsi; Incidence Rate TB baru BTA positif per
100.000 penduduk = 92 (WHO tahun 2006-2008)
- Indikator 13d; Jumlah perkiraan pasien DBD ditemukan
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
0,6/100 x 104.769 = 629 penderita
Asumsi angka kesakitan DBD per 100 penduduk
= 0,6 (Riskesdas, 2007)
- Indikator 13e; Jumlah perkiraan penderita diare di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
90/1.000 x 104.769 = 9.429 penderita
Asumsi angka kesakitan diare = 90/1.000
(Riskesdas 2007)
- Indikator 14; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
16.238 maskin
- Indikator 15; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
16.238 maskin
SPM KESEHATAN;
52 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
- Indikator 16; Jumlah RS di kabupaten/kota
Data di tingkat Kota, tidak diperlukan untuk
tingkat Kecamatan/UPTD
- Indikator 17; Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi
pada periode yang sama
Hanya jika terjadi kasus
- Indikator 18; Jumlah desa siaga yang dibentuk
5 desa
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 53
- Indikator 5; Jumlah seluruh neonates dengan komplikasi
yang ada
15% x 2.593 = 389 bayi
Asumsi; kasus komplikasi neonates = 15%
- Indikator 6; Jumlah seluruh bayi hidup di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
2.593 bayi
- Indikator 7; Jumlah seluruh desa/kelurahan
4 kelurahan
- Indikator 8; Jumlah seluruh balita di satu wilayah dalam
kurun waktu yang sama
11.167 balita
- Indikator 9; Jumlah seluruh anak 6-24 bulan keluarga
miskin
1.826 anak
- Indikator 10; Jumlah seluruh balita gizi buruk yang
ditemukan
Hanya bila ditemukan kasus
- Indikator 11; Jumlah murid SD & setingkat di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
15.241 murid
- Indikator 12; Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di
satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
16.962 pasangan
SPM KESEHATAN;
54 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
- Indikator 13a; Jumlah penduduk <15 tahun di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
75.536 / 100.000 = 1 kasus
Konstanta 1 per 100.000 penduduk
- Indikator 13b; Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
10% x 11.167 = 1.117 balita
Asumsi; penderita pneumonia balita = 10%
jumlah balita
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok untuk umur 2 bulan - < 5
tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
klasifikasi dibagi atas pneumonia berat,
pneumonia, dan batuk bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi
atas pneumonia berat dan batuk bukan
pneumonia. Dalam pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri lokal
- Indikator 13c; Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+)
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
92/100.000 x 108.291 = 100 penderita
Asumsi; Incidence Rate TB baru BTA positif per
100.000 penduduk = 92 (WHO tahun 2006-2008)
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 55
- Indikator 13d; Jumlah perkiraan pasien DBD ditemukan
di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama
0,6/100 x 108.291 = 650 penderita
Asumsi angka kesakitan DBD per 100 penduduk
= 0,6 (Riskesdas, 2007)
- Indikator 13e; Jumlah perkiraan penderita diare di satu
wilayah dalam kurun waktu yang sama
90/1.000 x 108.291 = 9.746 penderita
Asumsi angka kesakitan diare = 90/1.000
(Riskesdas 2007)
- Indikator 14; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
20.383 maskin
- Indikator 15; Jumlah seluruh maskin di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
20.383 maskin
- Indikator 16; Jumlah RS di kabupaten/kota
Data di tingkat Kota, tidak diperlukan untuk
tingkat Kecamatan/UPTD
- Indikator 17; Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi
pada periode yang sama
Hanya jika terjadi kasus
- Indikator 18; Jumlah desa siaga yang dibentuk
4 desa
SPM KESEHATAN;
56 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Rekapitulasi sasaran SPM Kesehatan untuk tingkat Kota
Pontianak dapat dilihat pada tabel 10 berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 57
Tabel 10. Rekapitulasi Sasaran SPM Kesehatan Tingkat Kecamatan/UPTD di Kota Pontianak
Pelayanan 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 1.835 1.347 763 881 1.261 2.830
Kesehatan 2 Cakupan komplikasi kebidanan
367 269 153 176 252 566
Dasar yang ditangani
3 Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang 1.751 1.269 694 774 1.183 2.620
memiliki kompetensi kebidanan
4 Cakupan pelayanan nifas 1.751 1.269 694 774 1.183 2.620
5 Cakupan neonatus dengan
254 189 66 166 212 389
komplikasi yang ditangani
6 Cakupan kunjungan bayi 1.690 1.260 442 1.105 1.419 2.593
7 Cakupan Desa/Kelurahan UCI 4 4 7 4 5 4
8 Cakupan pelayanan anak balita 4.963 4.985 2.961 4.745 6.192 11.167
9 Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6 530 368 2.460 1.835 1.455 1.826
-24 bulan gakin
10 Cakupan balita gizi buruk Hanya bila Hanya bila Hanya bila Hanya bila Hanya bila Hanya bila
mendapat perawatan ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
kasus kasus kasus kasus kasus kasus
11 Cakupan penjaringan kesehatan
10.535 7.244 2.906 4.973 7.542 15.241
siswa SD & setingkat
12 Cakupan peserta KB aktif 14.463 6.393 12.152 17.172 15.530 16.962
SPM KESEHATAN;
58 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
JENIS PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK
NO INDIKATOR KINERJA
PELAYANAN SELATAN TENGGARA TIMUR BARAT KOTA UTARA
Pelayanan 13 Cakupan penemuan dan
Kesehatan penanganan penderita penyakit
Dasar a. Cakupan kasus AFP non Polio 1 1 1 1 1 1
pada penduduk <15 tahun
b. Cakupan penderita pneumonia 496 499 296 475 619 1.117
balita yang ditangani
c. Cakupan penderita baru TB BTA
79 37 65 104 97 100
positif per kecamatan yang
ditemukan & diobati
d. Cakupan penderita DBD yang 514 239 424 677 629 650
ditangani sesuai SOP
e. Cakupan penderita diare yang 7.700 3.577 6.349 10.140 9.429 9.746
datang dan ditangani
14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar
5.918 4.108 27.456 20.479 16.238 20.383
masyarakat miskin
Pelayanan 15 Cakupan pelayanan kesehatan 5.918 4.108 27.456 20.479 16.238 20.383
Kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
Rujukan 16 Cakupan pelayanan gawat darurat NA NA NA NA NA NA
level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota
Penyelidikan 17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami Hanya bila Hanya bila Hanya bila Hanya bila Hanya bila Hanya bila
Epid & Penang- KLB yang dilakukan penyelidikan terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi
gulangan KLB epidemiologi < 24 jam kasus kasus kasus kasus kasus kasus
PromKes & 18 Cakupan Desa Siaga Aktif 4 4 7 4 5 4
Pemberdayaan
Masyarakat
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 59
SPM KESEHATAN;
60 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Penghitungan Target
Penghitungan target yang dilakukan dalam langkah ini
adalah penghitungan target dalam persentase untuk masing-
masing indikator SPM Kesehatan dan masing-masing
kecamatan yang ada di Kota Pontianak seperti tersaji pada tabel
11 sampai tabel 32 berikut;
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 61
Tabel 11. Penghitungan Target SPM Indikator 1, Cakupan Kunjungan
Ibu Hamil K4 di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
62 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 13. Penghitungan Target SPM Indikator 3, Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 63
Tabel 15. Penghitungan Target SPM Indikator 5, Cakupan neonatus
dengan komplikasi yang ditangani di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
64 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 17. Penghitungan Target SPM Indikator 7, Cakupan
Desa/Kelurahan UCI di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 65
Tabel 19. Penghitungan Target SPM Indikator 9, Cakupan pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga
miskin di Kota Pontianak
Tabel 20. Penghitungan Target SPM Indikator 10, Cakupan balita gizi
buruk mendapat perawatan di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
66 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 21. Penghitungan Target SPM Indikator 11, Cakupan
penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 67
Tabel 23. Penghitungan Target SPM Indikator 13a, Cakupan kasus
AFP non Polio pada penduduk <15 tahun di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
68 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 25. Penghitungan Target SPM Indikator 13c, Cakupan penderita
baru TB BTA positif per kecamatan/puskesmas yang ditemukan dan
diobati di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 69
Tabel 27. Penghitungan Target SPM Indikator 13e, Cakupan penderita
diare yang datang dan ditangani di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
70 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 29. Penghitungan Target SPM Indikator 15, Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 71
Tabel 31. Penghitungan Target SPM Indikator 17, Cakupan
Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan
Epidemiologi < 24 Jam di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
72 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Tabel 33. Rekapitulasi Penghitungan Target SPM Kesehatan Tingkat Kecamatan/UPTD
di Kota Pontianak
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 73
PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK
TARGET
SELATAN TENGGARA TIMUR BARAT KOTA UTARA
JENIS PELAYANAN NO INDIKATOR KINERJA KABU-
PATEN SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET
RAN (%) RAN (%) RAN (%) RAN (%) RAN (%) RAN (%)
Pelayanan 11 Cakupan penjaringan
Kesehatan Dasar kesehatan siswa SD & 100% 10.535 53,93 7.244 58,97 2.906 293,99 4.973 143,45 7.542 132,53 15.241 84,08
setingkat
12 Cakupan peserta KB aktif 70% 14.463 46,93 6.393 79,82 12.152 83,99 17.171 49,63 15.530 76,89 16.962 90,26
Pelayanan 13 Cakupan penemuan dan
Kesehatan Dasar penanganan penderita
penyakit
a. Cakupan kasus AFP non 100% 1 100% 1 100% 1 100% 1 100% 1 100% 1 100%
Polio pada penduduk <15
tahun
b. Cakupan penderita 100% 496 82,81 499 61,89 296 208,66 475 108,57 619 116,74 1.117 82,94
pneumonia balita yang
ditangani
c. Cakupan penderita baru 100% 79 71,56 37 114,88 65 130,78 104 68,25 97 102,54 100 127,51
TB BTA positif per
kecamatan/puskesmas
yang ditemukan dan
diobati
d. Cakupan penderita DBD 100% 514 71,49 239 115,60 424 130,32 677 68,15 629 102,78 650 127,51
yang ditangani sesuai SOP
e. Cakupan penderita diare
yang datang dan ditangani 100% 7.700 71,50 3.577 115,72 6.349 130,40 10.140 68,17 9.429 102,73 9.746 127,42
SPM KESEHATAN;
74 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK PONTIANAK
TARGET
SELATAN TENGGARA TIMUR BARAT KOTA UTARA
JENIS PELAYANAN NO INDIKATOR KINERJA KABU-
PATEN SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET SASA- TARGET
RAN (%) RAN (%) RAN (%) RAN (%) RAN (%) RAN (%)
Pelayanan 15 Cakupan pelayanan kesehatan
Kesehatan Rujukan rujukan pasien masyarakat 100% 5.918 187,44 4.108 203,03 27.479 60,76 20.479 68,01 16.238 120,19 20.383 122,76
miskin
16 Cakupan pelayanan gawat
darurat level 1 yang harus
100% NA. NA. NA. NA. NA. NA. NA. NA. NA. NA. NA. NA.
diberikan sarana kesehatan
(RS) di Kabupaten/Kota
Penyelidikan 17 Cakupan Desa/Kelurahan Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya Hanya
Epidemiologi dan mengalami KLB yang bila bila bila bila bila bila bila bila bila bila bila bila
100%
Penanggulangan dilakukan penyelidikan terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi
KLB epidemiologi < 24 jam kasus kasus kasus kasus kasus kasus kasus kasus kasus kasus kasus kasus
Promosi Kesehatan 18 Cakupan Desa Siaga Aktif
dan Pemberdayaan 80% 4 65,68 4 49,38 7 56,44 4 82,47 5 92,44 4 148,15
Masyarakat
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 75
SPM KESEHATAN;
76 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Diskusi
Berdasarkan hasil perhitungan di 8 (delapan) daerah uji
coba didapatkan adanya target yang melebihi 100% dari
sasaran. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat input yang tidak
berimbang dengan beban kerja (target & sasaran) SPM bidang
kesehatan.
Kelebihan input bisa dilacak kembali dari 3 (tiga)
komponen input sebelumnya. Bisa jadi soal sarana/prasaran,
sumber daya tenaga ataupun pengalokasian anggaran.
Solusinya adalah realokasi sumber daya.
Untuk sarana/prasarana kita akan kesulitan untuk
melakukan realokasi, terutama pada prasarana gedung. Yang
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 77
paling memungkinkan adalah realokasi sumber daya tenaga
dan realokasi alokasi anggaran bidang kesehatan. Realokasi
dilakukan dengan lebih memperhatikan beban kerja
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Lebih lanjut berdasarkan hasil roundtable discussion
yang melibatkan peserta dari kabupaten/kota tempat
dilaksanakan uji coba menyatakan bahwa formula yang disusun
cukup mudah dipahami dan diterapkan bagi pelaksana
lapangan. Selain itu juga muncul pernyataan bahwa formula ini
sudah cukup memenuhi rasa keadilan antar wilayah dalam satu
kabupaten/kota. Dalam diskusi sempat muncul juga untuk
mempertimbangkan kemungkinan input lain yang lebih spesifik
wilayah. Tapi pertimbangan ini menjadi gugur dengan sendirinya
setelah terlontar bahwa formula yang dimunculkan haruslah
yang sederhana sehingga lebih mudah diterapkan dan data
lebih mudah untuk disediakan. Beberapa kemungkinan input
yang dilontarkan adalah tingkat kesulitan wilayah (geografis),
kepadatan penduduk dan juga tingkat ketersedian sarana
transportasi.
Dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
ada beberapa target yang dipatok sebesar 100%. Berdasarkan
hasil diskusi disepakati bahwa untuk target yang melebihi 100%
tidak perlu dilakukan penghitungan ulang.
SPM KESEHATAN;
78 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Rekomendasi
Berdasarkan fakta-fakta lapangan hasil penelitian
maupun uji coba di 8 (delapan) wilayah maka direkomendasikan
bahwa;
1. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan pembobotan
dalam setiap komponen input. Pembobotan dilakukan
berdasarkan program/kegiatan yang terkait. Misalnya
untuk input sumber daya tenaga, maka untuk SPM yang
berkaitan dengan program kesehatan ibu dan anak
bobot tenaga bidan diberi pembobotan yang lebih besar
disbanding tenaga perawat.
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 79
2. Formula yang terbentuk dijadikan sebagai alat (tools)
realokasi input. Hal ini bisa dilakukan tentunya jika SPM
bidang Kesehatan dianggap sebagai mainframe yang
harus dijalankan.
3. Perlu ujicoba lebih lanjut dengan lebih banyak variasi
wilayah.
SPM KESEHATAN;
80 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
KEPUSTAKAAN
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 81
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008a. Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota. www.depkes.go.id. Diunduh 15 Agustus 2009
SPM KESEHATAN;
82 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
www.desentralisasi-kesehatan.net. Diunduh 7 Oktober 2007
SPM KESEHATAN;
Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan 83
SPM KESEHATAN;
84 Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan