Anda di halaman 1dari 120

EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN LANSIA :

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PENGKAJIAN PARIPURNA


PASIEN GERIATRI (P3G) DI POSBINDU

Disusun Oleh:

Imam Kurniawan (030.11.139)


Bani Diara (030.14.026)
Rayhanna Nur Asyiah (030.14.163)

Pembimbing:

drg. Yariani
dr. irfan

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


/ ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 06 Januari 2020-
14 Maret 2020 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TRISAKTI JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal “Evaluasi Program Pelayanan
Kesehatan Lansia : Upaya Peningkatan Cakupan Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) di
Posbindu”. Proposal ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Komunitas / Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu pada periode 06 Januari 2020 – 14 maret 2020. Besar harapan kami agar proposal ini juga
dapat dimanfaatkan oleh pihak Puskesmas Kelurahan Pondok Labu dalam rangka
menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat menjadi puskesmas unggulan di wilayah Jakarta.
Dalam usaha penyelesaian proposal ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. drg. Yariani, selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.

2. Dr. Irfan selaku pembimbing di Puskesmas Kelurahan Pondok labu.


Kami menyadari bahwa di dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritik yang
membangun guna penyempurnaan proposal ini.

Jakarta, Januari 2020

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN LANSIA :


UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PENGKAJIAN PARIPURNA
PASIEN GERIATRI (P3G) DI POSBINDU

Diajukan untuk memenuhi tugas


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas / Kesehatan Masyarakat
Periode 06 Januari – 14 maret 2020
di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu

Disusun Oleh:

Imam Kurniawan (030.11.139)


Bani Diara K (030.14.026)
Rayhanna Nur Asyiah (030.14.163)

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kelurahan

drg. Yariani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... vi
BAB I .............................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 5
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................................... 7
1.3 Tujuan Evaluasi Program .............................................................................................. 7
1.4 Manfaat Evaluasi Program ............................................................................................ 7
BAB II............................................................................................................................................. 9
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 9
2.1 demografi lanjut usia....................................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Program Kesehatan Lansia .......................................................................................... 5
BAB III ........................................................................................................................................... 9
DATA UMUM DAN KHUSUS ..................................................................................................... 9
PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU ......................................................................... 9
3.1 Data Umum Puskesmas ................................................................................................ 9
3.2 Data Khusus Program ................................................................................................. 20
BAB IV ......................................................................................................................................... 25
4.1 Alur Pemecahan Masalah ........................................................................................... 25
4.2 Identifikasi Cakupan Program .................................................................................... 27
4.3 Penentuan Prioritas Masalah (berdasarkan Hanlon Kuantitatif) ................................. 28
4.4 Kerangka Pikir Masalah ............................................................................................. 35
4.5 Penentuan prioritas masalah ....................................................................................... 36
4.6 Urutan Prioritas Masalah............................................................................................37
4.7 Analisis Penyebab Masalah ........................................................................................ 37
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................. 46
4.9 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Kriteria Matriks ........................................ 48
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………..53
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan Pondok Labu


Tahun 2019 10
Tabel 2 Data Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Pondok
Labu Tahun 2019 10
Tabel 3 Daftar Tenaga Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019 11
Tabel 4 Hasil Cakupan Kegiatan KIA Puskesmas Kelurahan Pondok Labu 15
Tabel 5 Hasil Cakupan Kegiatan Imunisasi Puskesmas Kelurahan Pondok Labu 15
Tabel 6 Hasil Cakupan Kegiatan KB Puskesmas Kelurahan Pondok Labu 16
Tabel 7 Hasil Cakupan Kegiatan Pelayanan Gizi Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu 16
Tabel 8 Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu 17
Tabel 9 Hasil Cakupan Kegiatan Promosi Kesehatan Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu 18
Tabel 10 Hasil Cakupan Kegiatan P2M Puskesmas Kelurahan Pondok Labu 18
Tabel 11 Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Jiwa Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu 19
Tabel 12 Hasil Cakupan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu 19
Tabel 13 Data 10 Penyakit Terbanyak 19
Tabel 14 Daftar Pencapaian Program UKM di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
Periode Januari – Oktober 2019 28
Tabel 15 Besarnya Masalah 29
Tabel 16 Pembagian interval kelas 30
Tabel 17 Masalah berdasarkan kelas 31
Tabel 18 Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif 33
Tabel 19 Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan 33
Tabel 20 Faktor PEARL 34
Tabel 21 Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif 36
Tabel 22 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah 41
Tabel 23 Analisi Kemungkinan Penyebab Masalah dari Faktor Input 42
Tabel 24 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah 45

Tabel 25 Prioritas alternatif pemecahan masalah 48


Tabel 26 Plan of Actions 49
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proporsi Penduduk Lansia di Indonesia 4


Gambar 2 Presentase Lansia Menurut Jenis Kelamin 4
Gambar 3 Angka Kesakitan Lansia di Indonesia 5
Gambar 4 Program Kesehatan Lansia 8
Gambar 5 Peta Wilayah Kelurahan Pondok Labu 9
Gambar 6 Alur Pemecahan Masalah 26
Gambar 7 Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem 35
Gambar 8 Diagram Fishbone 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia berdampak terhadap terjadinya penurunan angka kelahiran,
angka kesakitan, dan angka kematian serta peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Meningkatnya UHH saat
lahir dari 68,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 69,8 tahun pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik 2005), dan menjadi 70,8
tahun pada tahun 2015 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Badan Pusat Statistik 2013) dan selanjutnya
diproyeksikan terus bertambah, mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan di masa yang
akan datang. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah
penduduk lanjut usia terbanyak di dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk. Badan Pusat
Statistik (2013) memproyeksikan, jumlah penduduk lanjut usia (60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa
pada tahun 2020, menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035.1
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lanjut usia ini cukup besar, yang diawali pada tahun 1996 dengan
ditetapkannya tanggal 29 Mei yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut Usia. Selanjutnya pada tahun 1998,
perhatian ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
sebagai landasan hukum keberadaan para lanjut usia. Di bidang kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan.1
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri,
aktif dan produktif secara sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia. Makin
bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial.
Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal
ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia.1
Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan kesehatan santun lanjut usia
yang diawali dengan rencana pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan santun lanjut usia di seluruh Indonesia. Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia sehat, aktif, mandiri dan

5
produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan dengan menggunakan wadah Kelompok Usia
Lanjut (Poksila).1
Kenyataan menunjukkan bahwa laju perkembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lanjut usia, pembentukan dan pembinaan kelompok usia lanjut belum sesuai dengan harapan, dengan penyebaran yang
tidak merata. Penyebabnya antara lain adalah karena kesehatan lanjut usia hanya merupakan salah satu program
pengembangan di Puskesmas dan dalam pelaksanaannya di era otonomi daerah, belum didukung oleh dasar hukum yang
memadai antara lain peraturan daerah, peraturan gubernur, bupati/walikota dan sebagainya.1

Setiap Lanjut Usia yang berkunjung ke Puskesmas pada kunjungan atau kontak pertama dengan petugas kesehatan
akan dilakukan program pengkajian paripurna menggunakan Comprehensive Geriatric Assessment (CGA). Dengan CGA
tenaga kesehatan melakukan penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek biologis, kognitif, psikologis, dan sosial
untuk menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan terhadap lanjut usia.

Di Puskesmas kelurahan Pondok Labu, sudah dilaksanakan program-program terkait lansia seperti penilaian
activity daily living (ADL), risiko jatuh , abbreviated mental test (AMT), dan nutrisi cakupan keberhasilan program pada
1 tahun terakhir adalah 77,86%.

Hasil tersebut masih dibawah target capaian yaitu 100%. Dari cakupan keberhasilan tersebut dapat disimpulkan
bahwa skrining lansia berusia 60 tahun ke atas belum mencapai target indikator sehingga perlu di lakukan evaluasi
program pada bagian lansia.

Berdasarkan uraian di atas perlu adanya suatu usaha berbasis masyarakat ditambah dengan pelatihan kader, dalam
upaya skrining lansia agar kinerja puskesmas dapat lebih optimal dengan masyarakat khususnya kader yang paham akan
pentingnya skrining lansia dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

6
1.2 Perumusan Masalah

Apa saja faktor yang menyebabkan sebagian besar lansia belum mendapatkan skrining pengkajian paripurna pasien
geriatri di Kelurahan Pondok Labu, dan apa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah di puskesmas kelurahan
pondok labu ?

1.3 Tujuan Evaluasi Program

1.3.1 Tujuan Umum


Evaluasi program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan mutu kehidupan
lanjut usia akan pentingnya skrining pengkajian paripurna pasien geriatri dengan mengevaluasi program
kesehatan lansia yang sudah berjalan di wilayah Kelurahan Pondok Labu.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Meningkatkan cakupan skrining pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu.
1.3.2.2 Melakukan identifikasi faktor yang menjadi masalah terkait program skrining
pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu..
1.3.2.3 Menentukan prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab masalah yang
terkait program skrining pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu.
1.3.2.4 Meningkatkan peran kader dan masyarakat dalam upaya skrining pengkajian paripurna
pasien geriatri di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
1.3.2.5 Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan masalah pada program skrining
pengkajian paripurna pasien geriatri Kelurahan Pondok Labu.
1.4 Manfaat Evaluasi Program

• Bagi Mahasiswa
o Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan
o Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan di dalam program
puskesmas
o Pemahaman pentingnya data untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
o Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat usia lanjut
• Bagi Puskesmas
7
o Membantu puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum maksimal
o Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta
hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya
o Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian tersebut
o Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber daya puskesmas dan
urgensi pembinaan puskesmas

• Bagi Masyarakat

• Meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan


skrining kesehatan pada lanjut usia.
• Meningkatkan kesadaran lansia melakukan upaya kesehatan preventif.
• Meningkatkan kualitas hidup lanjut usia untuk mencapai masa tua yang bahagia dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3 Demografi Lanjut Usia

• Gambaran Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia

usia Percentase tahun

indonesia 60+th - 13,9% -2030


- 11,6% -2025
- 9,5%
-2010
- 4,9%
-2015

15-59th - 52,5 -2030


- 62,9 -2025
- 64,1
-2010
- 54
-2015

0-14thn - 23,4 -2030


- 25 -2025
- 26,4
-2010
- 27,9
-2015

9
Gambar 1. Proporsi Penduduk Lansia di Indonesia

Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia
di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 sebanyak 27,08 juta, tahun 2025 sebanyak
33,69 juta, tahun 2030 sebanyak 40,95 juta dan tahun 2035 sebanyak 48,19 juta.2

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Distribusi Lansia Di Indonesia

2.1.1 Gambaran jumlah penduduk lansia di Indonesia(6)


Selama kurun waktu hampir 50 tahun (1971-2018), persentase penduduk lansia
Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat. Pada tahun 2018, persentase lansia
mencapai 9,27 persen atau sekitar 24,49 juta orang. Adapun persentase lansia di
Indonesia didominasi oleh lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun) yang
persentasenya mencapai 63,39 persen, sisanya adalah lansia madya (kelompok umur
70-79 tahun) sebesar 27,92 persen, dan lansia tua (kelompok umur 80+) sebesar 8,69
persen.

Pada tahun 2018 setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung
15 orang penduduk lansia. Jika dilihat secara total, persentase lansia yang menjadi
Kepala Rumah Tangga (KRT) ada sekitar 61,29 persen atau dengan kata lain enam dari
sepuluh lansia di Indonesia berperan sebagai KRT, terlepas apakah mereka produktif
atau tidak. Selain itu, sebagian besar lansia masih mempunyai pasangan, sekitar 60,87
persen lansia berstatus kawin.

Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69
juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Berdasarkan data BPS Pada
Tahun 2018, Angka harapan hidup laki-laki adalah 69.3 tahun dan angka harapan hidup
perempuan adalah 73 tahun.

11
Gamsbar 1. Proyeksi Penduduk Lansia Tahun 2010- 2035

12
2.1.2 Gambaran penduduk lansia menurut jenis kelamin(7)

Gambar 2. Gambaran Penduduk Lansia menurut Jenis Kelamin


Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini terlihat
dengan keberadaan penduduk lansia perempuan yang lebih banyak dari pada lansia
laki-laki seperti tampak pada gambar di atas.

2.1.3 Gambaran Penduduk lansia menurut Angka Kesakitan Lansia(7)

Gambar 3. Gambaran Angka Kesakitan Lansia(2)


Waktu yang diperlukan seseorang dalam rangka proses penyembuhan dari
sakitnya bervariasi. Tingkat keparahan penyakit dan daya tahan tubuh seseorang
mempengaruhi lamanya menderita sakit. Semakin lama seseorang menderita sakit
menunjukkan bahwa sakit yang dideritanya cukup parah, begitu pula sebaliknya.
13
Berobat jalan dapat dilakukan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan
kesehatan modern atau tradisonal tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas
kesehatan.

Pada tahun 2015 angka kesakitan lansia sebesar 28,62%, artinya bahwa dari
setiap 100 lansia terdapat 28 orang diantaranya mengalami sakit. Bila dilihat
berdasarkan tipe daerah, derajat kesehatan lansia yang tinggal di perrkotaan cenderung
lebih baik daripada lansia yang tinggal di perdesaan.

2.1.4 Tantangan yang ditemukan pada Lansia


Peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut memberikan gambaran
keberhasilan program pemerintah terkait dengan layanan kesehatan, tetapi dengan
banyaknya lansia yang mulai mengalami penurunan produktivitas akibat proses
penuaan, memberi beban bagi masyarakat yang berusia produktif. Disamping dari
kondisi produktivitas, umumnya lansia yang juga memiliki berbagai penyakit tidak
menular, ini akan membawa masalah baru lagi yaitu menambah beban dalam hal

pelayanan kesehatan khususnya untuk lansia.(8)

2.1.5 Kepentingan adanya data lansia dalam pembangunan


Dengan persentasenya lansia yang semakin bertambah dari waktu ke waktu dan
telah menciptakan tantangan tersendiri. Hal ini berhubungan dengan adanya perubahan
dan penurunan fungsi dari organ organ yang menyebabkan lansia menjadi beban
ketergantungan terhadap masyarakat yang berada pada usia produktif maka dibutuhkan
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan lansia serta mempertimbangkan segala aspek
kehidupan. Sehingga, keberadaan data dan informasi terkait kelanjutusiaan sangat

dibutuhkan untuk memetakan situasi dan kondisi terkini lansia Indonesia. (8)

14
2.1.6 Gambaran Masalah Kesehatan Penduduk Lansia
Tabel 1. Persentase penduduk lansia menurut kondisi kesehatan

Sementara itu, sakit adalah keluhan kesehatan yang mengganggu kegiatan


sehari-hari sehingga tidak dapat melakukan kegiatan secara normal sebagaimana
biasanya. Persentase lansia yang sakit disebut juga morbidity rate/angka kesakitan
lansia. Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan.

Angka kesekitan lasnia tahun 2018 sebesar 25,99 persen. Artinya dari 100
lansia terdapat 25 sampai 26 lansia yang sakit. Dalam empat tahun terakhir, angka
kesakitan lansia terus menurun. Akan tetapi, penurunannya relative tidak terlalu besar.

Dibandingkan tahun 2015, angka kesakitan lansia turun tidak lebih dari 3 persen.(6)
15
2.2 Indikator Standar Pelayanan Minimal Skrining Kesehatan Lansia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun
2016 tentang Standar Pelyanan minimal bidang kesehatan menyatakan pelayanan
skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas sesuai standar adalah:

a) Dilakukan sesuai kewenangan oleh:


a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
d. Nutrisionis/Tenaga Gizi
e. Kader Posyandu lansia/Posbindu
b) Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama
dengan pemerintah daerah.
c) Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun.
d) Lingkup skrining adalah sebagai berikut:
a. Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.
b. Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
c. Deteksi kadar kolesterol dalam darah
d. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan
menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status Examination
(MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan
Geriatric Depression Scale (GDS).
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan skiring
kesehatan pad warga negara usia 60 tahun keatas dinilai dari persentase pengunjung
berusia 60 tahun keatas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal
1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

Target capaian upaya skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia

60 tahun ke atas di wilayah kerjanya adalah 100 persen(9)

16
2.3 Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs) tentang Lanjut Usia(2)
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara yang berupa delapan tujuan
untuk dicapai pada tahun 2015 dan menjadi paradigma pembangunan seluruh negara-
negara di dunia.MDG sendiri disesuaikan tiap negaranya dan hanya menjadi indikator
tiap negara. Di Indonesia MDG telah memberikan perubahan yang positif. Walaupun
masih banyak target yang belum tercapai. Banyak pihak yang berpendapat bahwa
agenda yang menetapkan keberlangsungan dan kesetaraan harus lebih diutamakan
untuk menjadi agenda pembangunan selanjutnya. Istilah SDG diusulakan untuk
menjadi agenda pembangunan yang mampu mengahdapi tantangan lama dan baru yang
semakin meningkat. SDGs menjadi suatu agenda mampu mencakup semua kalangan,
banyak pertemuan yang telah dilakukan untuk mendapatkan masukan dan informasi
dari semua kalangan dalam menyusunnya.

Di dalam SDGs terdapat 17 tujuan yang harus dicapai. Upaya kessehatan lansia
termasuk salah satu program yang berada pada tujuan tersebut. Pada tujuan nomor 3
yaitu Good Health and Well Being yang berisikan menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia, termasuk lansia.

2.4 Program Pemerintah dalam Upaya Kesehatan Lansia


Untuk mewujudkan lansia sehat, mandiri dan berkualitas dan produktif maka
dilakukan pembinaan kesehatan sedini mungkin selama siklus kehidupan manusia
sampai memasuki fase lanjut usia dengan memperhatikan faktor – faktor risiko yang
harus dihindari dan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia.

Tujuan umum kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat


kesehatan lansia untuk menciptakan lansia sehat, mandiri, aktif, dan berdaya guna bagi
keluarga dan masyarakat. Tujuan khususnya adalah meningkatkan cakupan dan
kualitas pelayanan kesehatan persatun lansia, meningkatkan ketersediaan data dan

informasi di bidang kesehatan lansia.(11)

17
Gambar 4. Program Kesehatan Lansia

Bentuk pelayanan kesehatan lanjut usia yang diberikan di Puskesmas yaitu


memberikan pelayaan yang baik dan berkualitas, memberikan prioritas pelayanan
kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses, memberikan
dukungan/bimbingan pada lanjut usia dan keluarga secara berkesinambungan
melakukan pelayanan secara pro-aktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin
sasaran lansia yang ada di wilayah puskesmas, melakukan koordinasi dengan lintas
program dengan pendekatan siklus hidup dan melakukan kerjasama dengan lintas
sektor. Bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diberikan di Puskesmas
yaitu memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas , memberikan prioritas
pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses
,memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dan keluarga secara
berkesinambungan (continum of care), melakukan pelayanan secara pro-aktif untuk
dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas, melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus
hidup dan melakukan kerjasama dengan lintas sektor, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha dengan asas kemitraan.

18
2.5 Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia Tahun 2016-2019
2.5.1 Kebijakan(11)
Kebijakan mengenai kesehatan pada usia lanjut tertampung dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2016. Pada permenkes terebut
Prinsip-prinsip dalam mewujudkan lanjut usia sehat, mandiri, aktif dan produktif
meliputi:

1. Menjadi lanjut usia sehat adalah hak asasi setiap manusia.


2. Pelayanan kesehatan primer adalah ujung tombak untuk tercapainya lanjut usia
sehat yang didukung oleh pelayanan rujukan yang berkualitas.
3. Partisipasi lanjut usia perlu diupayakan dalam kegiatan baik di keluarga
maupun masyarakat berupa kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan
kemampuan, minat dan kondisi kesehatannya.
4. Pelayanan bagi lanjut usia diupayakan secara lintas program dan lintas sektor.
5. Pelayanan bagi lanjut usia perlu dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
keadilan dan kesetaraan gender.

Kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia disusun berdasarkan prinsip-prinsip


mewujudkan lanjut usia sehat sebagai berikut:

1. Pembinaan kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan


kesehatan dan kemampuan untuk mandiri, tetap produktif dan berperan aktif
dalam pembangunan, selama mungkin.
2. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran keluarga dan
masyarakat, serta menjalin kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan lanjut usia secara berkesinambungan.
3. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik
dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya yang ada.
4. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan
meningkatkan peran, koordinasi dan integrasi dengan lintas program dan lintas
sektor.
19
5. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai bagian dari pembinaan
kesehatan keluarga.
6. Pendekatan siklus hidup dalam pelayanan kesehatan untuk mencapai lanjut usia
sehat, mandiri, aktif dan produktif.

2.5.2 Strategi Nasional


Mengacu pada strategi lanjut usia sehat dari WHO 2013-2018 serta pada
kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang komprehensif dengan memperhatikan
kebijakan terkait lainnya, maka strategi nasional yang digunakan adalah:

1. Memperkuat dasar hukum pelaksanaan pelayanan Kesehatan lanjut usia.


2. Meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan santun lanjut usia.
3. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan
pelayanan kesehatan lanjut usia yang melibatkan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha, media massa dan pihak terkait lainnya.
4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia.
5. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan lanjut
usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia.
6. Meningkatkan peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
2.6 Pelayanan Kesehatan Bagi Lanjut Usia
Pelayanan kepada lanjut usia yang datang di Puskesmas sebaiknya diberikan di
ruangan khusus supaya lanjut usia tidak harus mengantri bersama dengan pasien umum
lainnya. Tapi apabila kondisi Puskesmas tidak memungkinkan dapat dilakukan
diruangan pemeriksaan umum dengan syarat pasien lanjut usia harus didahulukan.
Mekanisme pelayanan bagi lanjut usia di Puskesmas dapat dilaksanakan seperti pada
alur di bawah ini.

20
Gambar 5. Alur Pelayanan Lanjut Usia
1. Pengkajian Paripurna Pada Lanjut Usia
Setiap lanjut usia yang berkunjung ke Puskesmas pada kunjungan atau kontak
pertama dengan petugas kesehatan akan dilakukan program pengkajian paripurna
menggunakan Comprehensive Geriatric Assessment (CGA). Dengan CGA tenaga
kesehatan melakukan penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek biologis,
kognitif, psikologis, dan sosial untuk menentukan permasalahan dan rencana
penatalaksanaan terhadap lanjut usia. CGA dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh
dokter dengan anggota lainnya yaitu perawat, tenaga gizi, dan tenaga kesehatan
masyarakat terlatih. Tim dapat ditambah sesuai kebutuhan dan tenaga yang tersedia.
Keparipurnaan yang dimaksud adalah dokter tidak hanya melakukan pengobatan
(aspek kuratif) namun juga perlu melakukan berbagai pencegahan penyakit, serta
pencegahan komplikasi (mencegah dekubitus, mencegah trombosis vena dalam pada
kasus imobilisasi). Aspek berikutnya adalah melakukan pendekatan rehabilitatif untuk
kasus - kasus dengan hendaya misalnya gangguan batuk, gangguan ekspektorasi dahak,
gangguan menelan serta gangguan perubahan posisi. Pada akhirnya maka dokter juga
harus melakukan upayaupaya promotif seperti

21
mempertahankan lingkup gerak sendi pada imobilisasi, merangsang aktivitas fisik dan
mental, meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien Lanjut Usia di
Rumah dan sebagainya.

Unsur-unsur pengkajian paripurna bagi lanjut usia di puskesmas. Pasien lanjut


usia harus dikelola dengan kaidah yang lazim secara lege artis. Pada komponen
identitas, juga harus ditanyakan masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dengan siapa
pasien tersebut tinggal atau siapakah orang terdekat yang harus dihubungi bila terjadi
sesuatu hal, dll. Pada komponen anamnesis, selain keluhan utama dan riwayat penyakit
juga harus ditanyakan riwayat operasi, riwayat pengobatan (baik dari dokter maupun
obat bebas), riwayat penyakit keluarga, anamnesis gizi sederhana serta anamnesis
sistem. Anamnesis sistem amat penting artinya karena acapkali keluhan utama tak
sesuai dengan masalah utama yang menjadi prioritas pengelolaan (yang mengancam
jiwa). Selain itu, lanjut usia dan pasien geriatri sangat mungkin tak mengemukakan
keluhannya kecuali bila ditanya.

Komponen pemeriksaan terdiri dari :


a) Pada Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk betulbetul
memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran (bila ada).
Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada
posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi
ortostatik lebih sering muncul pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.

b) Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ mulai
dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem
metabolikendokrinologi dan pemeriksaan neurologik.

c) Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan MNA,
dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika masih dapat

22
berdiri tegak), atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika
pasien tidak dapat berdiri tegak).

d) Pemeriksaan Status Fungsional


Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan seseorang
melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari
posisi berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek,
makan, naikturun tangga dan buang air besar.

Penentuan status fungsional ini harus dilakukan dengan cermat,


seyogyanya dengan mengikut sertakan keluarga dan diamati sendiri.
Penentuannya perlu dilakukan beberapa kali untuk mengevaluasi kemajuan
maupun kemunduran yang mungkin terjadi. Status fungsional diperiksa dengan
menggunakan indeks ADL’s Barthel, Test Up and Go.

e) Penilaian Status Fungsional


Penilaian status psikososial lanjut usia mengalami berbagai
permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan oleh dokter, perawat,
keluarga maupun tenaga kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan
membantu lanjut usia dalam melakukan strategi pemecahan masalah.

f) Penilaian Status Sosial


Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang yang
ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
fisik dan mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia
(mistreatment/abuse), dan menelantarkan lanjut usia (neglected). Di samping
itu penilaian status sosial dapat menemukan potensi keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk membantu pemulihan pasien.

g) Pemeriksaan Status Kognitif


Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk demensia
dengan modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test
(AMT), mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.

23
h) Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada tidaknya
depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan
pemeriksaan metode 2 menit.

Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS dan


bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.

1) Metode 2 menit
Tahap 1: keluhan utama pasien (disampikan secara spontan)
(a) Mengalami sukar tidur
(b) Sering merasa gelisah
(c) Sering murung/menangis sendiri
(d) Sering was-was/khawatir
Bila jawaban > 1 YA, dilanjutkan ke pertanyaan tahap 2 Tahap 2: Pertanyaan
aktif, ditanyakan apakah keluhan itu berlangsung :

(a) Lebih dari 3 bulan/timbul 1 kali dalam satu bulan


(b) Karena adanya masalah dan banyak pikiran
(c) Disertai dengan minat kerja/nafsu makan yang menurun
(d) Ada gangguan/masalah dalam keluarga/
(e) masyarakat
(f) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(g) Ada gangguan pada kesadaran, fungsi kognitif
(h) Cendrung mengurung diri
Bila lebih dari satu jawaban YA, berarti ada gangguan mental
emosional dengan atau tanpa disertai kelainan organik.

2) Geriatric Depresion Scale (GDS)


Pemeriksaan ini digunakan untuk melakukan skrining awal gangguan depresi
3) Mini Mental State Examination (MMSE)

24
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kognitif global sebagai alat
penapis demensia. Pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan umur dan
lama pendidikan.

Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi
menjadi beberapa kelompok, yakni

a) Lanjut usia sehat dan mandiri;


b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total;
e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
g) Lanjut usia yang memerlukan pendampingan (memiliki masalah psiko-
kognitif).
Berdasarkan kelompok tersebut akan dilakukan program yang sesuai bagi
Lanjut Usia tersebut, meliputi:

a. Kelompok a (lanjut usia sehat dan mandiri) dan kelompok b (lanjut usia
sehat dengan ketergantungan ringan) dapat langsung mengikuti program
Lanjut usia dalam ruang tertentu.
b. Lanjut Usia yang tergolong kelompok c (lanjut usia sehat dengan
ketergantungan sedang) dan kelompok d (lanjut usia dengan
ketergantungan berat/ total) harus mengikuti program layanan perawatan di
rumah (home care service) bila perlu melibatkan pelaku rawat/pendamping
(caregiver) atau mungkin perlu dirujuk ke RS.
c. Untuk kelompok e (lanjut usia pasca-rawat dua minggu pertama), kelompok
f (lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi), dan kelompok g (lanjut usia
yang memerlukan pendampingan, memiliki masalah psiko- kognitif)
dengan status fungsional mandiri dapat dilayani di ruang kegiatan,
sedangkan lanjut usia dengan derajat ketergantungan ringan sampai sedang
harus dipantau dokter selama mengikuti program di ruang kegiatan.

25
1
BAB III

DATA UMUM DAN KHUSUS

PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU

3.1 Data Umum Puskesmas

3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Pondok Labu termasuk satu diantara lima kelurahan lainnya di


wilayah Kecamatan Cilandak Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1251 tahun 1986 dengan luas
wilayah 391,10 Ha.6

Batas Wilayah Kelurahan Pondok Labu adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kelurahan Cilandak Barat.

2. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kali Krukut, Kelurahan Cilandak Timur,


Kecamatan Pasar Minggu dan Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa

3. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Keluraham Pangkalan Jati Baru, Kecamatan


Limo.
4. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kali Grogol dan Jalan Karang Tengah,
Kelurahan Pondok.

Gambar 5. Peta Wilayah Kelurahan Pondok Labu


3.12. Data Demografi

Wilayah Kelurahan Pondok Labu Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan


terbagi ke dalam 10 rukun warga (RW) dan 98 rukun tetangga (RT), dengan jumlah
penduduk pada menurut Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu tahun
2018 adalah 52.071 jiwa.

Tabel 1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019
(Sumber: Data Puskesmas)

Luas 391,10 km2


Jumlah penduduk 52.071 Jiwa
Jumlah penduduk perempuan 26.176 Jiwa
Jumlah penduduk laki-laki 25.895 Jiwa
Kepadatan penduduk 40 Jiwa/km2

Tabel 2. Data Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di


Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019

WNI WNA
No. Umur Laki- Laki- Jumlah
Perempuan Jumlah Perempuan Jumlah
laki laki
1 0-4 2453 2547 5000 - - - 5000
2 5-9 2242 2340 4582 - - - 4582
3 10-14 2130 2085 4215 - - - 4215
4 15-19 2035 1960 3995 - - - 3995
5 20-24 1980 1975 3955 - - - 3955
6 25-29 2238 2335 4573 - - - 4573
7 30-34 2415 2635 5050 - - - 5050
8 35-39 2470 2650 5120 - - - 5120
9 40-44 2397 2179 4576 - - - 4576
10 45-49 1890 1714 3604 - - - 3604
11 50-54 1252 1330 2582 - - - 2582
12 55-59 908 816 1724 - - - 1724
13 60-64 573 636 1209 - - - 1209
14 65-69 349 491 840 - - - 840
15 70-74 355 276 631 - - - 631
16 ≥75 198 201 399 - - - 399
Jumlah 25.885 26.170 52.055 10 6 16 52.071
(Sumber: Data Puskesmas)

3
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki
adalah 25.895 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan
adalah 26.176 jiwa. Sex ratio adalah (jumlah penduduk laki-laki / jumlah penduduk
perempuan) x 100% = 98,8% artinya setiap 100 penduduk perempuan di kelurahan
Pondok Labu terdapat 98 penduduk laki-laki.
Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu adalah (jumlah penduduk usia non produktif / jumlah
penduduk usia produktif) x 100% = 16.876 / 35.179 x 100% = 47,97%. Sehingga
disimpulkan bahwa setiap 100 orang usia produktif menanggung 48 orang usia tidak
produktif

3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Kelurahan Pondok Labu memiliki luas gedung sebesar 256,32 m2

dengan panjang 17,8 m2 dan lebar 14,4 m2. Sebelum puskesmas ini berdiri pada tahun
1976, terdapat Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang berfungsi dalam melayani
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana (KB). Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu berlokasi di Jalan Kelurahan Lama RT/RW 03/07, Kelurahan
Pondok Labu Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan dan dikepalai oleh drg.
Yariani sejak tahun lalu.

3.1.3.1 Tenaga Kerja

Saat ini Puskesmas Kelurahan Pondok Labu memiliki 21 tenaga kerja yang terdiri
dari 13 orang tenaga kerja kontrak (TKK), 5 orang pegawai negeri swasta (PNS), 2
orang security, dan 1 orang cleaning service.

4
Tabel 3. Daftar Tenaga Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019

t
i No Nama Pendidikan Status Jabatan

1 drg. Yariani S1 PNS Kepala puskesmas


drg. Dian
2 kumalasari S1 PNS Dokter gigi
3 dr. Heni Aryani S1 TKK Dokter umum
4 dr. Helena S1 TKK Dokter umum
5 Kukuh Pristia S1 TKK Kesehatan lingkungan
6 Liss Elisabeth D3 PNS Perawat umum
7 Euis Kusnantin SMA TKK Administrasi umum

8 Candra Kurniawan D3 TKK Administrasi umum


9 Deri Darmawan SMK TKK Administrasi umum
10 Atika Octaviyani D4 TKK Ahli Gizi
11 Syifa Maulida D3 TKK Bidan
12 Yusiska Ristriani D3 TKK Bidan
13 M. Syamsul Arif S1 TKK Apoteker
14 Marini Jayanti D3 TKK Asisten Apoteker
15 Murdilah D3 PNS Perawat Gigi
16 Suci Chatri D3 TKK Perawat Gigi
17 Arie Jadmiko D3 TKK Perawat umum
18 Habsyalloh SMA TKK Security
19 Wahyu Indra SMA TKK Security
20 Suherman SMA TKK Cleaning service

5
3.1.3.2 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS KELURAHAN


PONDOK LABU
KECAMATAN CILANDAK – KOTA ADMINISTRATIF
JAKARTA SELATAN

KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN


CILANDAK
dr maryati kasiman mk3

KEPALA PUSKESMAS KELURAHAN


PONDOK LABU
drg. YARIANI

MUTU KESELAMATAN
drg. IRA MUSTIKA PASIEN
MURDILAH

TATA USAHA UPAYA KESEHATAN UPAYA KESEHATAN


CANDRA KURNIAWAN MASYARAKAT PERORANGAN
KUKUH PRISTIA PRADIKA F. dr. HENI ARYANI
1. Kepegawaian : Candra ESENSIAL :
Kurniawan 1. Promkes : Atika Octaviyani 1. Loket Pendaftaran : Deri
2. Barang : Asniar 2. UKS : Andri Darmawan
3. Pemeliharaan : Asniar Purnamadi 2. Poli Umum : dr. Siti
3. Kesling : Kukuh Pristia Nurjanah
Pradika F 3. Ruang Tindakan : Liss Elizabeth
4. KIA : Siti Fatimah 4. Poli Gigi : drg. Ira
5. KB : Vicky Amalia Mustika
6. Gizi : Atika Octaviyani 5. Poli KIA : Siti Fatimah
7. P2P : dr. Heni Aryani 6. Poli KB : Vicky Amalia
8. Perkesmas : Andri 7. Poli Paru : Arie Jadmiko
Purnamadi 8. Poli MTBS : dr. Heni
PENGEMBANGAN : Aryani
1. UKGS & UKGMD : Murdilah 9. Poli Gizi : Atika
2. Lansia : dr. Heni Ariyani Octaviyani
3. Jiwa : Liss Elisabeth 10. PJ Obat : Arie
Purwoningtyas

6
3.1.3.3 Sarana Fisik

Kondisi gedung puskesmas saat ini masih relatif baik karena baru mengalami
rehabilitasi total pada tahun 2016. Fasilitas gedung terdapat 2 lantai yang terdiri dari:

1. Loket pendaftaran :1
2. Ruang tunggu pasien :3
3. Ruang kerja Kepala Puskesmas :1
4. Ruang tenaga administratif :1
5. Ruang rapat :1
6. Ruang rekam medis :1
7. Ruang lansia :1
8. Ruang KIA – Imunisasi :1
9. Ruang KB :1
10. Ruang farmasi :1
11. Ruang gizi :1
12. Ruang tindakan :1
13. Poliklinik umum :1
14. Poliklinik TB :1
15. Poliklinik Gigi :1
16. Dapur :1
17. Toilet pegawai dan pasien :6

3.1.3.4 Sumber Dana

Untuk anggaran pelayanan kesehatan berasal dari puskesmas kecamatan dari


mulai perlengkapan dan peralatan kesehatan.

3.1.4 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan

3.1.4.1 Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


komitmen nasional, regional dan global, serta mempunyai daya tingkat tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
7
kesehatan wajib yang dilakukan oleh Puskesmas Kelurahan Pondok Labu adalah:
3.1.4.1.1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian ibu bersalin, bayi, dan anak, meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak prasekolah dan murid taman
kanak-kanak, serta meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga terlatih
khususnya tenaga kesehatan.

Tabel 4. Hasil Cakupan Kegiatan KIA Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


Januari - Desember Tahun 2019

Indikator Sasaran Target setahun Persentasi (%) Pencapaian


setahun (%)
KI 737 100% 95,5% 704
K4 737 97% 93,2% 627
Kunjungan 704 98% 95.1% 614
Nifas
Perslinan nakes 704 100% 88,5% 623
Cakupan ibu 147 100% 93,9% 138
hamil dengan
komplikasi
yang ditangani
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

Tabel 5. Hasil Cakupan Kegiatan Imunisasi Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


Januari - Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran Target setahun Presentasi (%) Pencapaian
setahun (%)
DPT- HB 652 95% 92.3% 602
POLIO 652 95% 94.6% 617
CAMPAK 652 95% 77.0% 502
DO DPT HB 33 <5% 3.0% 1
DO CAMPAK 33 <5% 3.0% 1
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.1.2 Upaya Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan, jarak


antara kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila
jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi 2, 8
yaitu: tujuan umum untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS). Tujuan khusus yaitu agar
dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak, untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya memelihara
kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.

Tabel 6. Hasil Cakupan Kegiatan KB Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Januari-


Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran setahun Target setahun Persentase (%) Pencapaian
(%)
CPR KB AKTIF 7354 100% 91.2% 6672

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.1.3 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tujuan dari program perbaikan gizi adalah untuk menurunkan angka


penyakit akibat kurang gizi yang umumnya diderita oleh masyarakat
berpenghasilan rendah, terutama balita dan wanita. Kegiatan gizi terdiri dari
konseling gizi, pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita dan ibu hamil,
pemberian kapsul yodium pada ibu nifas dan anak, kunjungan rumah BGM dan
gizi buruk.

Indikator Sasaran setahun Target setahun Persentase (%) Pencapaian


(%)
Balita gizi buruk 16 100% 37,5% 9
mendapatkan
perawatan
Bayi kurang dari 50% dari 325 50% 130,8% 425
6 bulan bayi
mendapat asi
eksklusif
Balita 6-59BL 2655 90% 0,0% 0
mendapat kapsul
vit A
Balita kurus 19 90% 221.1% 42
yang mendapat
makanan
tambahan
Ibu nifas 690 98% 92,9 641
mendapat
vitamin A 9
Balita bawah 16 0,5% 118,8% 19
garis merah
Ibu hamil yang 35 95% 114.3% 19
mendapat
makanan
tambahan

Tabel 7. Hasil Cakupan Kegiatan Pelayanan Gizi Puskesmas Kelurahan Pondok


Labu Januari – Desember Tahun 2019

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.1.4 Upaya Kesehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya,


terkendalinya, atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat
di masyarakat dimana dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan.

Tabel 8. Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kelurahan


Pondok Labu Januari-Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran Target Presentase Pencapaian
setahun setahun (%) (%)
TTU yang 34 100% 161,8% 55
memenuhi
syarat
TPM yang 16 100% 487,5% 78
memenuhi
syarat
Penanganan 156 100% 70,5% 110
sampah
infeksius

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.1.5 Upaya Promosi Kesehatan

Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya di bidang kesehatan


yang menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat
melalui upaya-upaya pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat
melalui media penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Untuk
kegiatan Promosi Kesehatan maka program yang dilakukan adalah pembinaan
UKBM yang ada, penyuluhan kesehatan setiap hari besar kesehatan, 10

penyuluhan kesehatan kepada kelompok lansia.


Tabel 9. Hasil Cakupan Kegiatan Promosi Kesehatan Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu Januari-Desember Tahun 2019

Indikator Sasaran Target Persentase Pecapaian


setahun setahun (%)
(%)
Penyuluhan 12kali/bulan 100% 100% 894
luar gedung
penyuluhan 20kali/perbulan 100% 100% 199
dalam
gedung

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.1.6 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan


kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit serta untuk
kontrol penyakit yang telah dapat dikendalikan.

Tabel 10. Hasil Cakupan Kegiatan P2M Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
Januari-Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran Target Persentase pencapaian
setahun setahun (%) (%)
Penemuan 99 >90% 73,7% 73
kasus tb paru
Diare pada 628 100% 29,5% 45
mtbs
Pneumonia 314 100% 29,3% 391
pada mtbs

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.2 Upaya Kesehatan Pengembangan


11
3.1.4.2.1 Upaya Kesehatan Sekolah
Program kerja UKS yang dilaksanakan berupa kegiatan UKS
dilaksanakan melalui 3 program pokok yang di kenal dengan TRIAS UKS
meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan
Sekolah Sehat. Sasaran program UKS adalah petugas kesehatan dan peserta
didik tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Kegiatan UKS ditekankan pada
peningkatan kualitas manajemen dan pelayanan kesehatan di sekolah,
kemandirian masyarakat sekolah dalam upaya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
3.1.4.2.2 Upaya Kesehatan Jiwa

Upaya pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


dilihat dari indikator bebas pasung yang sudah tercapai.

Tabel 11. Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu Januari-Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran setahun Target setahun Presentase (%) pencapaian
(%)
Bebas pasung 0 100 0 0

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.4.2.3 Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


belum mencapai target sebesar 100%, pencapaian program ini.

Tabel 12. Hasil Cakupan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Januari - Desember Tahun 2019

indikator Sasaran setahun Target setahun Presentase (%) pencapaian


(%)
Posyandu lansia 2991 100% 17,5 510
(skring p3g)

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)

3.1.5 Data 10 Penyakit Terbanyak


12
Tabel 13. Data 10 Penyakit Terbanyak
No Nama Penyakit Jumlah Kasus
1 Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) 5332
2 Penyakit darah tinggi 2123
3 Penyakit gula darah 1635
4 Diare
732
5 Penyakit kulit alergi 722
6 Penyakit mata lainnya 700
7 Penyakit jantung lainnya 673
8 Penyakit kulit infeksi 196
9 Scabies 189
10 Cacar air 158

(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019

3.2 Data Khusus Program

Data Lanjut Usia Wilayah kelurahan Pondok Labu dengan jumlah


penduduk lansia 3315 orang,

Tabel 11. Jumlah lansia yang terskrining dengan P3G bulan Januari –
Desember 2019

r a b c t k
w e a
m d
p e
a r
t

13
14
BAB IV

ANALISIS MASALAH, PEMECAHAN


MASALAH, DAN METODE DIAGNOSIS
KOMUNITAS

4.1 Alur Pemecahan Masalah

1. Identifikasi
Masalah

8. Monitoring 2. Penentuan
dan Evaluasi prioritas
masalah

7. Penentuan 3. Penentuan
Rencana Penyebab
penerapan Masalah

6. Penetapan 4. Memilih
pemecahan Penyebab yang
masalah paling mungkin
5. Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah

Gambar 6. Alur Pemecahan Masalah

Alur pemecahan masalah diawali dengan identifikasi atau inventarisasi


masalah yang ada, setelah itu ditentukan masalah apa saja yang ada juga
berbagai penyebabnya, setelah ditemukan penyebab yang paling mungkin
baru ditentukan dan ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya, selanjutnya
15
ditetapkan rencana penerapan, dan yang terakhir baru dilakukan monitoring
dan evaluasi secara berkala. Alur pemecahan masalah adalah seperti berikut:7

1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah


Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin
dicapai, kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar
pengukuran kinerja. Untuk hal ini digunakan format atau blanko SPM.
Setelah itu adalah membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan
pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan.

2. Penentuan prioritas masalah


Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara.
Diantaranya melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi
dengan para ahli. Namun dalam penentuan masalah ini, metode yang
kami gunakan adalah metode Hanlon.

3. Penentuan penyebab masalah


Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan
masalah dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk
menganalisis penyebab masalah antara lain fish bone analysis system
(diagram tulang ikan), analisis sistem, pendekatan H.L. Blum, analisis
epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, kami menggunakan
metode fish bone analysis untuk menentukan penyebab masalahnya.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin


Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara
lain dengan cara:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-
sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah


Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka 16
dapat langsung pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif
maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih
pemecahan terbaik.

7. Penyusunan rencana penerapan


Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA
(Plan of Action atau Rencana Kegiatan).

8. Monitoring dan evaluasi


Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan
baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah
dapat dipecahkan.

4.2 Identifikasi Cakupan Program

Berdasarkan yang diperoleh dari hasil analisis data Standar Pelayanan


Minimal Puskesmas Kelurahan Pondok Labu bulan Januari - Desember 2019,
didapatkan beberapa program yang komponennya belum mencapai hasil
yang ditargetkan yaitu:

17
Tabel 14. Daftar Pencapaian Program UKM di Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu periode Januari – Desember 2019

SASARAN PENCAPAIAN
TARGET
SETAHUN
INDIKATOR SETAHUN JAN-
ABS
(%) DES
Pelayanan kesehatan
Ibu 704 100% 623 88,5%
Bersalin
Pelayanan kesehatan 737 100% 749 95,5%
ibu hamil
Pelayanan kesehatan 100% 278 91,8%
balita 2951
Penanganan kesehatan
bayi 650 100% 60 91,8%
Pelayanan kesehatan 2991 100% 510 77,86%
usia lanjut (skrining
pengkajian paripurna
pasien geriatri)

4.3 Penentuan Prioritas Masalah (berdasarkan Hanlon Kuantitatif)


Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut:
● Kriteria A: Besarnya masalah
● Kriteria B: Kegawatan masalah
● Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
● Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A: Besarnya masalah: Besarnya masalah dapat ditentukan


melalui langkah-langkah berikut

Langkah 1:

Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih


persentasi pencapaian dengan target 100%

18
Tabel 15. Besarnya Masalah
BESAR
INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN
MASALAH
Pelayanan Kesehatan Ibu 100% 88,5% 11,5%
bersalin
Pelayanan kesehatan Ibu hamil 100% 95,5% 4,5%
Pelayanan kesehatan balita 100% 67,3% 32,7%

Penanganan kesehatan bayi 100% 67,7% 32,3%

Pelayanan kesehatan usia lanjut 100% 17,5% 82,5%


(skrining pengkajian paripurna
pasien geriatri)

Langkah 2:

Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess:

k = 1 + 3,3 Log n

Keterangan:
k = jumlah
kolom/kelas n =
jumlah masalah

Masukkan ke rumus

k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 5
= 1+ 3,3 (0,7) = 3,306 dibulatkan jadi 3

Langkah 3:

Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah


terbesar dengan terkecil kemudian di bagi kelas atau kolom.
Nilai besar masalah : Terbesar : 82,5%
Terkecil :4,5%

19
Interval : Nilai terbesar – nilai terkecil
3
: 82,5% - 4,5%
3
: 26

Langkah 4:

Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kelas

Tabel 16. Pembagian Interval Kelas

Kelas/ kolom Skala interval Nilai

Skala 1 4,5 -30,5 1

Skala 2 30,6-56,6 2

Skala 3 56,6- 82,5 3

20
Langkah 5:

Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

Tabel 17. Masalah Berdasarkan Kelas


No Indikator Besar masalah terhadap
presentasi pencapaian

30,6- 56,6- Nilai


4,5-
30,5 56,6 82,5

1. Pelayanan Kesehatan X 1
Ibu bersalin
2. Pelayanan kesehatan X 1
Ibu hamil
3. Pelayanan kesehatan X 2
balita
4. Penanganan kesehatan X 2
bayi
5. Pelayanan kesehatan X 3
usia lanjut (skrining
pengkajian paripurna
pasien geriatri)

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U),


besarnya masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya
(P) yang dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring
dengan skor 1-5.

1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut:


● Sangat mendesak 5
● Mendesak 4
● Cukup mendesak 3
● Kurang mendesak 2 21
● Tidak mendesak 1
2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut:
● Sangat gawat 5
● Gawat 4
● Cukup gawat 3
● Kurang gawat 2
● Tidak gawat 1

3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai


berikut:
● Sangat mudah menyebar/meluas 5
● Mudah menyebar/meluas 4
● Cukup menyebar/meluas 3
● Sulit menyebar/meluas 2
● Tidak menyebar/meluas 1

4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan


(potency) dinilai sebagai berikut:

● Sangat banyak 5
● Banyak 4
● Cukup banyak 3
● Kurang banyak 2
● Tidak banyak 1

22
Tabel 18. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan
No. Program U S G P Total
1 Pelayanan Kesehatan Ibu bersalin 3 3 2 2 36
2 Pelayanan kesehatan Ibu hamil 3 3 2 2 36
3 Pelayanan kesehatan balita 4 3 4 1 48
4 Penanganan kesehatan bayi 3 2 2 1 12
5 Pelayanan kesehatan usia lanjut 4 4 4 2 128
(pengkajian paripurna pasien
geriatri)

Kriteria C: Kemudahan dalam Penanggulangan

Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai


1-5
– 5 dimana:
● Sangat mudah : 5
● Mudah 4
● Cukup 3
● Sulit 2
● Sangat sulit 1

Tabel 19. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan
N Program Nilai
o.
1 Pelayanan Kesehatan Ibu bersalin 2
2 Pelayanan kesehatan Ibu hamil 2
3 Pelayanan kesehatan balita 2
4 Penanganan kesehatan bayi 2
5 Pelayanan kesehatan usia lanjut (skrining 2
pengkajian paripurna pasien geriatri)

23
Kriteria D: PEARL Faktor

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan


dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut
adalah:
● Kesesuaian (Propriety)
● Secara Ekonomis murah (Economic)
● Dapat diterima (Acceptability)
● Tersedianya sumber (Resources availability)
● Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 20. Faktor PEARL


No. Masalah P E A R L Hasil
kali
1 Pelayanan Kesehatan Ibu 1 1 1 1 1 1
bersalin
2 Pelayanan kesehatan Ibu 1 1 1 1 1 1
hamil
3 Pelayanan kesehatan balita 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
Penanganan kesehatan bayi

5 1 1 1 1 1 1
Pelayanan kesehatan usia
lanjut (skrining pengkajian
paripurna pasien geriatri)

24
4.4 Kerangka Pikir Masalah

INPUT PROSES
Man P1 OUTPUT OUTCOME
Method P2
Material P3
Money

LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada


program- program Puskesmas Kelurahan Pondok Labu untuk memutuskan
adanya masalah, yaitu :
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut

Berdasarkan hal tersebut didapatkan rendahnya hasil pembinaan kantin


sehat yang perlu dicari pemecahannya. Untuk memecahkan masalah tersebut
digunakan kerangka pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, output
dan lingkungan yang mempengaruhi input dan proses. Input terdiri dari Man
(Tenaga Kerja), Money (Pembiayaan), Material (Perlengkapan), Method
(Metode), Machine (Mesin) dan Market (Pasaran)
25
Sedangkan dari proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan
& Pelaksanaan.), P3 (Penilaian, Pengawasan Pengendalian). Adapun setelah
ditentukan penyebab masalah, maka selanjutnya menentukan alternatif
pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah yang
terbaik melalui rumus M x I x V/C. Kemudian membuat rencana penerapan
pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk POA (plan of action).
Kegiatan tersebut dipantau apakah penerapannya sudah baik dan apakah
masalah tersebut sudah dapat dipecahkan.

4.5 Penentuan prioritas masalah


Setelah didapatkan nilai dari kriteria A, B, C, dan D, hasil tersebut
dimasukkan dalam formula Nilai Prioritas Dasar (NPD) serta Nilai Prioritas
Total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A + B) x C

NPT = (A + B) x C X D

Tabel 21. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif


No. Program A B C D NPD NPT Urutan
prioritas
1 Pelayanan Kesehatan Ibu 1 36 2 1 76 76 3
bersalin
2 Pelayanan kesehatan Ibu 1 36 2 1 76 76 4
hamil
3 Pelayanan kesehatan balita 2 48 2 1 100 100 2

4 1 12 2 1 26 26 5
Penanganan kesehatan bayi

5 3 128 2 1 262 262 1


Pelayanan kesehatan usia
lanjut (skrining pengkajian
paripurna pasien geriatri)

26
4.6 Urutan Prioritas Masalah
Dari tabel diatas Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon
kuantitatif diatas maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu berdasarkan metode Hanlon adalah:
1. Pelayanan kesehatan usia lanjut
(skrining pengkajian paripurna
pasien geriatri)
2. Pelayanan kesehatan balita
3. Pelayanan kesehatan ibu
bersalin
4. Pelayanan kesehatan ibu
hamil
5. Penanganan kesehatan
bayi

4.7 Analisis Penyebab Masalah


Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan antara
target yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk memudahkan
menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat digunakan diagram
fishbone yang berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem meliputi input,
proses, output, outcome dan lingkungan, sehingga dapat ditemukan hal-hal
yang dapat menyebabkan munculnya suatu masalah

27
Tabel 22. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah

Input Kelebihan Kekurangan

MAN 1) Terdapat pemegang program Skrining hanya


dilakukan oleh
(Tenaga Kerja) pemeriksaan skrining kesehatan
pemegang program
lansia

MONEY 1) Tersedia dana APPD APBN • keterbatasan


(Pembiayaan) anggaran untuk
pelatihan kader
tentang P3G

METHOD 1) Terdapat kegiatan skrining di 1) Tidak ada pelatihan


(metode) posyandu kader mengenai

2) Tersedia dasar hukum skrining 2) skrining P3G

kesehatan lansia (Permenkes no sosialisasi lansia


mengenai manfaat
44 Tahun 2016)
P3G

MATERIAL 1) Perlengkapan screening lansia 1) Tidak ada media


(perlengkapan) di sediakan oleh pihak puskesmas. promosi manfaat
skrining P3G

41
Tabel 23. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari Proses dan Lingkungan

Proses Kelebihan Kekurangan

P1 1. Terdapat jadwal • Penjadwalan skrining tiap RW


posyandu belum menyeluruh
(Perencanaan) lansia setiap bulan dan
penyuluhan rutin
dilakukan
Sudah ada dasar
pelaksanaan skrining
lansia berdasarkan
hukum permenkes
(Permenkes no 44
tahun 2016)

P2 1) Terlaksananya ada lintas


program upaya lintas
(Penggerakan dan
program
Pelaksanaan) kesehatan lansia
dalam
2) Terlaksana pelaksanaan
skrining skrining p3g
namun
kesehatan lansia
belum
maksimal
P3 1) Terdapat panduan
1) Keterbatasan
(Pencatatan, dalam melakukan pelaporan
Pelaporan, skrining lansia khusus untuk
skrining p3g
Monitoring, berdasarkan permenkes DAN
Evaluasi) 2) Memudahkan monitoring
saat kegiatan
dalam mendeteksi
posbindu
secara dini jika adanya
gangguan pada lansia

42
Lingkungan 1) Adanya kelompok
usia lanjut untuk Kader posbindu belum terlatih
mengupayakan untuk melakukan skrining pada
berjalannya program lansia
skrining pengkajian
paripurna pasien
geriatri lansia

43
44
Gambar 8. Diagram Fishbone

45
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 24. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Input Kelebihan Alternatif


pemecahan
masalah
MAN 1)Terdapat pemegang program Menyusun pembagian
pemeriksaan skrining kesehatan
tugas dan
(Tenaga Kerja)
lansia melakukan
pelatihan tentang
skrining secara
online (method)

MONEY 1) Tersedia dana dari APPD APBN Alokasi dana sukarela dari
lansia yang di skrining. Dan
(Pembiayaan) hasil uang dari pemeriksaan
gula darah dan kolesterol

METHOD 3) Terdapat kegiatan skrining -melakukan pelatihan


(metode) untuk kesehatan lansia skrining pada kader
4) Tersedia dasar hukum skrining -sosialisasilansia
kesehatan lansia (Permenkes no mengenai manfaat
44 Tahun 2016) skrining P3G

46
MATERIAL 2) Perlengkapan posyandu lansia di Media informasi
(perlengkapan sediakan oleh pihak kelurahan mengenai pentingnya
skrining lansia berupa
poster pentingnya
skrining pengkajian
paripurna pasien
geriatri.

Proses Kelebihan Alternatif


pemecahan
masalah
P1 1)Terdapat jadwal 1) membuat jadwal pelatihan
(Perencanaan) posyandu lansia setiap untuk kegiatan skrining per rw
bulan.
2)Sudah ada dasar
pelaksanaan skrining
lansia berdasarkan
hukumpermenkes
(Permenkes no 44 tahun
2016)

P2 1)Terlaksananya Menambahkan
program upaya kerjasama
(Penggerakan dan
lintas program
Pelaksanaan) kesehatan lansia
untuk
2)Terlaksana skrining meningkatkan
kesehatan lansia cakupan P3G

P3 1)Terdapat panduan dalam Membuat pelaporan yang


(Pencatatan, melakukan skrining lansia mudah dengan cara e
Pelaporan, berdasarkan permenkes screening.
Monitoring,
Evaluasi)

47
Lingkungan 2) Adanya kelompok 1) Edukasi kepada
usia lanjut untuk lansia mengenai
mengupayakan pentingnya
berjalannya program pemeriksaan
skrining pengkajian kesehatan bagi
paripurna pasien lansia
geriatri 2) Melakukan
3) Kader belum terlatih pelatihan kader
untuk melakukan untuk pengisian

skrining pada lansia form e-


screening pada
lansia

4.9 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Kriteria Matriks

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya


dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks
dengan rumus (M x I x V)/C. Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai
berdasar kriteria:

1. Magnitude
Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan nilai 1-5, dimana
semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati
angka 5.

2. Importancy
Pentingnya cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5, dimana semakin
pentingnya masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.

3. Vulnerability
Sensitivitas cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5, dimana semakin
sensitifnya cara penyelesaian masalah maka nilainya mendekati angka 5.
48
4. Cost
Biaya (sumber daya) yang digunakan, dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil
biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati angka

49
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut:

A. Skrining hanya dilakukan oleh pemegang program

B. Tidak ada anggaran untuk pelatihan penggunaan e screening

C. Tidak ada pelatihan kader mengenai skrining P3G dan sosialisasi lansia
mengenai manfaat P3G

D. Tidak ada media promosi manfaat skrining P3G

E. Tidak ada perencanaan untuk kegiatan skrining danTidak ada penjadwalan


untuk kegiatan skrining

F. Tidak ada lintas lintas program dalam pelaksanaan skrining p3g dan Tidak
ada lintas sektoral dengan masyarakat setempat dalam pelaksanaan skrining
p3g
G. Tidak ada pelaporan khusus untuk skrining p3g monitoring
hanya sebatas pemeriksaan kesehatan yang bersamaan saat
kegiatan posbindu
H. Kader posbindu belum terlatih untuk melakukan skrining pada
lansia

Tabel 25. Prioritas alternatif pemecahan masalah


Penyelesaian Nilai Kriteria Hasil akhir Urutan
Masalah M I V C (MxIxV)
/C
A 3 1 3 1 9 VIII
B 5 4 3 3 20 IV
C 3 2 3 1 18 III
D 3 2 3 1 18 V
E 5 5 3 3 25 II
F 3 1 3 1 9 VI
G 3 1 3 1 9 VII
H 4 5 3 2 30 I

50
51
T
Tabel 26. Plan of Actions
N Upaya Indikator Kegiatan Tujuan Anggaran & Target Penanggung Waktu Lokasi
o. Kerja sumber sasaran Jawab & Pelaksanaan Pelaksanaan
pembiayaan kebutuhan
sumber daya
1. Menyusun Sistem Pelaporan sosialisasi Untuk - - Pemegang 01 Februari – Posyandu
pembagian program, 04 maret 2020 lansia
tugas dan Skirining lansia meningkatkan
lansia dan
berjalan dengan pelaporan
melakukan dokter muda
baik berbasis online
pelatihan
tentang
skrining
secara
online
(method)

52
2. Melakukan Kader Mengajar dan Untuk Dokter muda, Kader Puskesmas 01 Februari – RPTRA
pelatihan dan kesehatan melatih. puskesmas kesehatan dan dokter 04 maret 2020 pinang pola
pendampingan meningkatkan
mampu muda
kader terhadap pengetahuan
melakukan
lansia mengenai
kegiatan skrining pengisian dan
pengkajian skrining
keterampilan
paripurna pasien
geriatri dan kader
menjelaskan
manfaatnya
(method)
N Upaya Indikator Kegiatan Tujuan Anggaran & Target Penanggung Waktu Lokasi
o. Kerja sumber sasaran Jawab & Pelaksanaan Pelaksanaan
pembiayaan kebutuhan
sumber daya
3. melakukan Pengetahuan Sosialisasi Meningkatkan Dokter muda, Kelompok Pemegang 01 Februari – Rptra pinang
mengenai pengetahuan dan Puskesmas usia lanjut program, 04 maret 2020 pola
sosialisasi pada
kesehatan lansia meluruskan (>60 tahun) lansia dan
kader dan lansia pentingnya
dokter muda
skrining
(method)
pengkajian
paripurna pasien
geriatri dalam
upaya kesehatan
lansia
4. Memberikan media Pengetahuan Promosi dan Meningkatkan Dokter muda, Kelompok Puskesmas, 02 maret 2019 RPTRA
promosi dan masyarakat memberikan minat lansia puskesmas usia lanjut kader, dan pinang pola
informasi berupa tentang pelatihan untuk dokter muda
poster ajakan berpartisipasi
pelaksanaan mengenai
skrining pengkajian dalam ke
skrining kegiatan

53
paripurna pasien pengkajian skrining skrining
geriatri paripurna pengkajian pengkajian
pasien geriatri paripurna paripurna pasien
geriatri giatan
pasien
geriatri
dengan media
buku
5 Berdiskusi dengan Menjelaskan Diskusi Menjelaskan Dokter muda, Puskesmas 01 februari – puskesmas
kepala puskesmas program proses pemegang kader, dan 04 maret 2020
kecamatan beserta skrining pelaksanaan program dokter muda
pemegang proker program
pengkajian
lansia pada tingkat
kecamatan paripurna
(planning ) pasien geriatri
6 Pembuatan form Terlaksana Pretest post Memberikan Dokter muda, Ketua Puskesmas, 03 maret 2019 Rptra pinang
evaluasi materi evaluasi dan test media evaluasi puskesmas Poksila kader, dan pola
yang diberikan dan pelaporan kegiatan dokter muda
rapor evaluasi berkala kegia skrining
hasil pelaksanaan skrining pengkajian
skrining pengkajian pengkajian paripurna pasien
paripurna pasien paripurna geriatri
geriatri pasien geriatri
tan

54
BAB V
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS

Rancangan diagnostik komunitas

Pendekatan Diagnosis Komunitas ini menggunakan metode Focus Group


Discussion (FGD). Metode FGD digunakan umtuk pengumpulan data kualitatif di mana
sekelompok orang berdiskusi tentang suatu fokus masalah atau topik tertentu dipandu
oleh seorang fasilitator atau moderator .
Penggunaan data bertujuan mendeskripsikan serta menganalisis data dengan
tujuan utama untuk memberikan gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif.

Indikator keberhasilan
- Meningkatnya minat lansia untuk melakukan skrining
- Kader Posbindu mampu melakukan skrining dengan metode e-screening.
- Peningkatan capaian skrining di masing-masing RW sebanyak 5 %.

Lokasi dan waktu


a. Lokasi
- Penelitian ini dilaksanakan di Rukun Warga (RW) 01-10
Kelurahan Pondok Labu.

- RPTRA Pinang Pola.

- Graha Wredatama.
b. Waktu
Dilakukan pada bulan Februari Tahun 2020.

Target sasaran evaluasi program


Sasaran :
- Lansia kelurahan Pondok Labu
- Kader Posbindu kelurahan Pondok Labu
- Kader Posyandu Lansia kelurahan Pondok Labu

55
Kriteria inklusi dan eksklusi
Tehnik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling, dimana seluruh kader posbindu dan lansia yang hadir posyandu lansia yang sudah
dijadwalkan menjadi sampel studi
Kriteria inklusi :

a) Lansia yang berdomisili di kelurahan Pondok Labu dan ber KTP


kelurahan Pondok Labu.
b) Usia lebih dari 60 Tahun.
c) Bersedia mengikuti penyuluhan dan wawancara e-screening
d) Kader Posbindu kelurahan Pondok Labu yang bersedia mengikuti peltihan
dan melakukan skrining.

Kriteria eksklusi:
a) Lansia yang tidak ber KTP kelurahan Pondok Labu.
b) Lansia atau keluarga menolak untuk mengikuti penyuluhan dan wawancara
e-screening
c) Kader Posbindu yang menolak untuk mengikuti pelatihan dan skrining

56
Analisis Komunitas dan table Plan of Action
Data hasil kegiatan diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.,
kemudian dianalisis berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Masalah pada
evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan dengan pencapaian yang kurang dari
100% berdasarkan SPM yaitu pencapaian 77,86 %. Dari beberapa masalah tersebut
dilakukan upaya pemecahan dengan menerapkan metode algoritma problem solving
cycle, yaitu setelah dilakukan identifikasi masalah, maka selanjutnya ditentukan
prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Dari beberapa
masalah tersebut, kemudian diambil salah satu program bermasalah dengan prioritas
utama yang akan dipecahkan.

Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kualitatif dengan pendekatan


sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method material,
machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2,
P3) dan manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish bone Analysis, sehingga
didapatkan output. Input dan proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Data kemudian
diolah untuk mengidentifikasi dan mencari penyebab masalah, lalu ditentukan alternatif
pemecahan masalah. Metode kriteria matriks (MIV/C) digunakan untuk membantu
menentukan prioritas pemecahan masalah. Setelah pemecahan masalah terpilih, dibuat
rencana kegiatan dalam

Data hasil kegiatan diperoleh dari Puskesmas Keluharah Pondok Labu,


kemudian dianalisis berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Masalah pada
evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan dengan pencapaian yang kurangdari
100% berdasarkan SPM. Dari beberapa masalah tersebut dilakukan upaya pemecahan
dengan menerapkan metode algoritma problem solving cycle, yaitu setelah dilakukan
identifikasi masalah, maka selanjutnya ditentukan prioritas masalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Dari beberapa masalah tersebut, kemudian
diambil salah satu program bermasalah dengan prioritas utama yang akan dipecahkan.

Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kualitatif dengan pendekatan


sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, material,
machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1,
P2, P3) dan manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish Bone Analysis,
sehingga didapatkan output. Input dan proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Data
kemudian diolah untuk mengidentifikasi dan mencari penyebab masalah, lalu
ditentukan alternatif pemecahan masalah. Metode kriteria matriks (MIV/C) digunakan

57
untuk membantu menentukan prioritas pemecahan masalah. Setelah pemecahan
masalah terpilih, dibuat rencana kegiatan dalam bentuk POA (Plan of Action) dan
diaplikasikan pada subjek penelitian.

58
BAB VI

HASIL DIAGNOSTIK KOMUNITAS

.Berdasarkan penentuan prioritas alternatif permasalahan didapatkan bahwa


alternatif pemecahan masalah dibagi dalam tiga kelompok target yaitu lansia, kader lansia,
dan petugas kesehatan selaku pemegang program lansia di Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu. Pada kelompok lansia di wilayah kerja Kelurahan Pondok Labu, yang dapat kami
lakukan adalah melakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai manfaat dan pentingnya
skrining kesehatan lansia. Hal ini kami lakukan pada beberapa lansia yang datang di setiap
Posyandu Lansia dan posbindu di Wilayah Kerja Kelurahan Pondok Labu. Pada kelompok
target kader lansia di wilayah kerja Kelurahan Pondok Labu diadakan pelatihan skrining
lansia dengan metode E-Screening serta penyuluhan mengenai pentingnya program skrining
kesehatan lansia. Sementara pada pemegang program di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
dilakukan rapat koordinasi mengenai sistem pencatatan dan pelaporan skrining dengan
menggunakan Metode E-Screening.

6.1 Hasil interpretasi kegiatan


Intervensi kegiatan yang dilakukan terhadap 30 kader usia 30-65 tahunyang tersebar di
kelurahan Pondok Labu dan berkunjung ke acara pelatihan skrining kader posbindu di rptra
pinang pola
no pretest posttest
1 65 75
2 60 75
3 60 75
4 65 75
5 70 80
6 70 80
7 70 85
8 65 85
9 70 80
10 60 85
11 60 85
12 65 90
13 70 95
14 40 95
15 50 95
16 50 95
17 50 90
18 50 100
19 60 75
20 55 85
21 55 100

59
22 55 90
23 60 90
24 54 95
25 58 85
26 58 75
27 60 80
28 65 90
29 55 80
30 55 80

6.2 Hasil Uji T- test

Hasil tersebut menunjukan angka signifikan yaitu kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukan
intervensi yang sudah dilakukan bermakna.

6.1 Evaluasi Data Kualitatif/ Wawancara Sasaran

6.1.1 Hasil wawancara dengan pemegang program

Pada Pemegang Program di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu, kami


melakukan diskusi terlebih dahulu mengenai permasalahan pada skrining kesehatan
lansia. Permasalahan yang diuraikan adalah sebagai berikut.

1. Pemegang program memegang program lebih dari satu program.


2. Kekurangan sumber daya manusia dalam pelaksanaan skrining kesehatan
lansia.
3. Belum adanya sosialisasi mengenai skrining kesehatan lansia kepada lansia
di Wilayah kerja Kelurahan Pondok Labu.

4. Belum adanya pelatihan skrining kesehatan lansia kepada kader posbindu di


Wilayah kerja Kelurahan Pondok Labu

74

60
Oleh karena itu, kami berdiskusi tentang mencari cara untuk memudahkan
baik pelaksanaan maupun pelaporan skrining kesehatan lansia dan metode tersebut
dapat diaplikasikan kepada dan kader posbindu. Karena, dan kader posbindu
merupakan penyambung tangan antara pemegang program dengan lansia. Untuk
itu, pemegang program menyetujui bahwa metode skrining berubah menjadi e-
screening guna memudahkan pelaksanaan dan pelaporan. Setelah itu, kami
merencanakan rapat koordinasi kepada kader lansia mengenai system pencatatan
dan pelaporan skrining dengan menggunakan Metode E-Screening.

6.1.2 Hasil wawancara dengan kader khusus lansia

Wawancara dilakukan kepada kader posbindu mengenai skrining kesehatan


lansia pada saat posyandu dan posbindu. Kesimpulan yang kami dapatkan adalah
sebagai berikut.

1. Kader belum mengetahui apa itu skrining kesehatan lansia.


2. Kader bersedia untuk mengikuti rapat koordinasi dan sosialisasi
mengenai skrining kesehatan lansia.
3. Kader bersedia untuk melaksanakan skrining kesehatan lansia dengan
metode e-screening.
Selanjutnya, kami mengundang Kader posyandu dan posbindu di Wilayah
kerja Kelurahan Pondok Labu untuk diadakan sosialisasi dan pelatihan Skrining
Lansia dengan metode E-Screening serta penyuluhan mengenai pentingnya
program skrining kesehatan lansia.

75

61
Tabel 27. Daftar Kegiatan Intervensi Program Upaya Peningkatan Skrining
Kesehatan Lansia

No Tanggal Kegiatan Tujuan


1 Febuari Pembuatan E-screening P3G yang dimodifikasi Mempermudah sistem pendataan dan
2020 pelaporan
2 Februari Penyuluhan di setiap posbindu wilayah kerja Memberikan pengetahuan kepada lansia
2020 puskesmas Pondok Labu mengenai pentingnya untuk dilakukan
pemeriksaan kesehatan
3 Februari Sosialisasi metode E-Screening pada kader Memberikan pengetahuan kepada kader
2020 posbindu di wilayah kerja puskesmas Pondok posbindu mengenai pentingnya untuk
Labu dilakukan pemeriksaan kesehatan pada
lansia
4 Februari Pre-test pada kader posbindu di wilayah kerja Mengetahui pengetahuan kader
2020 puskesmas Pondok Labu posbindu mengenai screening P3G
sebelum dilakukan pelatihan

5 Februari Pelatihan E-Screening pada kader posbindu di Para kader posbindu mampu melakukan
2020 wilayah kerja puskesmas Pondok Labu E-screening pada lansia

6 Februari Post-test pada kader posbindu di wilayah kerja Mengevaluasi pengetahuan kader
2020 puskesmas Pondok Labu posbindu mengenai scrining P3G setelah
dilakukannya pelatihan

7 Februari Memberikan poster mengenai ajakan untuk Kader mempu mempromosikan E-


2020 melakukan screening pada lansia yang diberikan Screening pada lansia
kepada perwakilan kader posbindu di wilayah
kerja puskesmas Pondok Labu

8 Februari Pelaksanaan skrining kesehatan lansia Adanya peningkatan pencapaian


2020 menggunakan E-Screening skrining kesehatan lansia

9 Maret Evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan e- Menilai apakah dengan metode E-
2020 screening kesehatan lansia Screening dapat meningkatkan cakupan
skrining di kelurahan Pondok Labu

62
6.2 Evaluasi Data Kuantitatif
Berikut adalah hasil data lansia yang skrining pada bulan januari – maret 2020

Tabel 28. Data tambahan jumlah lansia yang terskrining


menggunakan E-Screening bulan februari – maret
Jumlah Lansia yang
RW Terskrining (orang)

Sebelum Sesudah
(januari) (februari- maret)
1 10 40

2 2 16

3 5 8

4 7 11

5 4 10

6 6 36
7 2 25
8 1 12
9 1 9
10 2 11

6.3 Intervensi Kegiatan

Intervensi 1. Penyuluhan mengenai pentingnya skrining kesehatan lansia

Penyuluhan pentingnya skrining kesehatan lansia dilakukan pada saat


diadakannya posyandu lansia dan posbindu. Penyuluhan tersebut bertujuan agar
para lansia semakin peduli dan menyadari akan pentingnya kesehatan dimasa tua.

Kesadaran lansia atas kesehatannya ini diharapkan ditunjukkan dengan


meningkatnya kedatangan lansia ke posyandu dan posbindu untuk dilakukannya
skrining kesehatan serta peran aktif dari petugas kesehatan maupun kader setempat
untuk melakukan skrining kesehatan kepada lansia.

Penyuluhan tersebut memiliki target yaitu seluruh lansia dan kader yang
berkunjung di posyandu lansia dan posbindu di wilayah kelurahan Pondok Labu.
Penyuluhan tersebut dilaksanakan oleh dokter muda Trisakti yaitu Imam
kurniawan, Bani Diara dan Rayhana Asyiah.

63
Intervensi 2. Sosialisasi metode E-Screening

Pertemuan tersebut dilakukan ke perwakilan kader posbindu yang ada di


wilayah kerja Puskesmas kelurahan Pondok Labu yang berlokasi di RPTRA
Pinang Pola pada tanggal 28 Februari 2020. Pertemuan ini dilakukan dengan
tujuan memberikan pengetahuan kepada kader posbindu mengenai pentingnya
untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia sehingga cakupan skrining
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu dapat meningkat,
mempermudah pencatatan dan pelaporan skrining lansia yang dilakukan
pemegang program.

Selain itu, pelaksanaan sosialisasi tersebut diharapkan dapat membantu


petugas kesehatan untuk menggunakan metode E-screening kepada lansia
kedepannya dan mampu mengajak para lansia di daerahnya untuk melakukan
skrining. Pelaksanaan kegiatan tersebut oleh dokter muda Trisakti serta dihadiri
oleh dr.Irfan, selaku pemegang program kesehatan lansia dan perwakilan dari
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.

Intervensi 3. Pelatihan dengan Metode E-Screening

Upaya ini dilakukan ke perwakilan kader yang ada di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan pondok Labu yang bertempat di RPETRA Pinang Pola pada
tanggal 28 Februari 2020. Upaya ini dilakukan dengan harapan semua kader bisa
mengerti dan memahami dalam menggunakan metode E-Screening. Sehingga pada
akhirnya baik itu kader atau bahkan pemegang program membantu dalam hal
pencatatan serta pelaporan terkait program skrining lansia.

Sebelum dilakukan pelatihan E-screening kader akan diberikan pre test dan
untuk melihat apakah kader posbindu mengetahui pentingnya skrining lansia. Dan
setelah dilakukan pelatihan E-Screening kader akan diberikan post test untuk
melihat pengetahuan kader posbindu setelah dilakukan pelatihan. Pelaksanaan
kegiatan tersebut oleh dokter muda Trisakti serta dihadiri oleh dr.Irfan, selaku
pemegang program kesehatan lansia dan perwakilan dari Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu

78
64
Intervensi 4. Pelaksanaan e-screening di Posyandu Lansia dan Home visit di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu

Pelaksanaan e-screening dilaksanakan pada Posyandu Lansia dan Home visit di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu pada tanggal 17 februari 2020 dan 3 Maret 2020. Pelaksanaan dari
e-screening yaitu kader posbindu dan dokter muda trisakti dengan target e-screening yaitu lansia yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu. Pada pelaksanaan tersebut, akan dievaluasi
apakah kader mengalami kesulitan dalam pengisian.

Intervensi 5. Evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan e-screening kesehatan lansia di


Puskesmas Kelurahan Pondok Labu

Setelah melakukan e-screening pada Posyandu Lansia dan home visit di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu, maka akan dilakukan evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan hasil e-
screening dengan menilai apakah dengan metode tersebut, skrining kesehatan lansia mengalami
peningkatan atau cenderung stabil. Setelah itu, menilai hasil e-screening berdasarkan alur rujuk
Permenkes No. 67 Tahun 2015.

80
BAB VII
HASIL INTERVENSI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

7.1 Hasil Intervensi Kegiatan


7.1.1 Hasil intervensi penyuluhan mengenai pentingnya skrining lansia
Upaya ini dilakukan pada setiap saat diadakan posyandu Lansia. Upaya ini
dilakukan untuk memberi edukasi akan pentingnya menjaga kesehatan di usia tua.
Dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan lansia, maka targetnya adalah
lebih banyak lansia yang datang ke pos lansia untuk melakukan skrining.

Nama Acara : Penyuluhan Skrining Kesehatan Lansia


Target : Para Lansia dan Kader Lansia

Tujuan : Lansia mengetahui akan pentingnya melakukan pemeriksaan


skrining kesehatan lansia

Tempat : Posyandu Lansia


Tanggal : 12 februari 2020
Perwakilan Puskesmas:

- Drg yari dan kak yolanda selaku perwakilan Puskesmas Kelurahan


Pondok labu
- Dokter Muda Trisakti (Imam Kurniawan, Bani Diara, Rayhanna Nur Asyiah)
Berdasarkan hasil evaluasi penyuluhan tersebut didapatkan bahwa
kedatangan lansia di posyandu yang masih sedikit, sehingga perlu dibutuhkannya
lansia yang jumlahnya lebih banyak lagi saat hadir di posyandu lansia dan
dilakukannya penyuluhan rutin mengenai kesehatan lansia dan pentingnya
pemeriksaan skrining lansia agar mencakup seluruh lansia di wilayah kerja
puskesmas kelurahan Pondok Labu.

Selain itu, perlu nya penyuluhan dan edukasi saat home visit kepada lansia
dan keluarga lansia dengan mengajak lansia untuk periksa rutin di Posyandu lansia
sehingga meningkatkan angka kedatangan lansia di Posyandu Lansia.

81
7.1.2 Hasil intervensi rapat koordinasi dan sosialisasi metode e-screening
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk sosialisasi awal dalam rangka
penyelenggaraan E-Screening. Agenda dari acara ini adalah menyampaikan
mengenai rencana diadakannya pelatihan ulang bagi kader posbindu mengenai
skrining lansia, dan pelatihan penggunaan E-screening.

Nama Acara : pelatihan seluruh kader posbindu mengenai

e screening p3g

Target : PKK, kader

Tujuan : Memperkenalkan dan sosialisasi awal E-screening dan


penyampaian jadwal pelatihan kader lansia

Tempat : RPTRA Pinang Pola


Tanggal : 18 Febaruari 2020
Perwakilan Puskesmas:

- Dr irfan selaku perwakilan dan pemegang program Puskesmas


Kelurahan Pondok Labu
- Dokter Muda Trisakti (Imam Kurniawan, Bani Diara, Rayhanna Nur Asyiah)
Berdasarkan hasil intervensi tersebut bahwa telah
dilaksanakannya rangkaian kegiatan yaitu sebagai berikut.

• Pengenalan Metode E-Screening


Metode E-Screening adalah suatu metode berbasis online yang
bertujuan untuk melakukan skrining pada lansia. Metodi ini
memanfaatkan fitur gratis yang sudah disediakan oleh Google yaitu
Google Form. Google form merupakan salah satu aplikasi berupa
template formulir yang dapat dimanfaatkan secara mandiri atau
bersama-sama untuk tujuan mendapatkan informasi pengguna.

Syarat Pengguna :
- Mempunyai Handphone setingkat Android
- Menggunakan Paket Data/Internet
Manfaat :
- Memudahkan penginputan dan pelaporan data bagi pemegang
program dan kader.
Meminimalkan terjadinya Human Error saat perhitungan interprestasi serta pendataan

82
83
- Praktis Bisa digunakan setiap saat dan mobile
- Mengurangi pemakaian kertas.
Kelemahan dari e-screening yaitu harus mempunyai paket data serta
tersambung ke jaringan internet saat digunakan

7.1.3 Upaya Sosialisasi dan Pelatihan dengan Metode E-Screening


Upaya ini dilakukan ke perwakilan kader yang ada di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pondok labu. Upaya ini dilakukan dengan harapan semua
kader bisa mengerti dan memahami dalam menggunakan metode E-Screening.
Sehingga pada akhirnya baik itu kader atau bahkan pemegang program membantu
dalam hal pencatatan serta pelaporan terkait program skrining lansia.

Nama Acara : Pelatihan E-Screening Kesehatan Lansia


Target : Kader posbindu

Tujuan : Kader bisa menggunakan metode E-Screening dalam


melakukan skrining kesehatan lansia.

Tempat : RPTRA pinang pola


Tanggal : 24 Februari 2020
Jumlah Peserta : 30 orang

Perwakilan Puskesmas:
- Dr. irfan selaku perwakilan dan pemegang program lansia di
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
- Dokter Muda Trisakti (Imam Kurniawan, Bani Diara, Rayhanna Nur
Asyiah)
Poin-poin yang disampaikan:
- Sebelumnya sudah pernah dilakukan pelatihan skrining lansia,
pelatihan akan melakukan refreshing mengenai materi lansia dan
sosialisasi metode skrining secara E-screening
- Kuisioner E-screening terdiri dari beberapa section, Section 1 berisi;
identitas pemberi skrining, identitas lansia( Nama NIK), BB, TB , TD
keluhan dan riwayat penyakit pasien lansia. Section 1 berisi: kuisioner
untuk menilai ADL / Activity Daily Living. Section 2 berisi: kuisioner

84
berisi pertanyaan seputar nutrisi pada pasien. Section 3 berisi: kuisioner
berisi pertanyaan AMT / untuk menilai memori pasien. Section 4 berisi
: kuisioner risiko jatuh pada lansia

- Semua kuisioner yang diisi dilakukan secara online melalui google


form, untuk penghitungan skoring, sudah secara otomatis, dan data
sudah langsung terinput dalam spreadsheet/ Ms. Excel
- Pada prinsip pengisian, E-screening berisi hal hal yang sama dengan
kuisioner skrining yang lama, hanya berbeda bentuk, yaitu dengan
sistem Online Form
- Langkah penggunaan

Adapun langkah-langkah yang harus digunakan dalam penggunaan :


1. Pastikan tersedianya link yang sudah dibagi oleh pemegang program
(biasanya dikirim melalui aplikasi Whatsapp) seperti gambar berikut :

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdAegMVOlccrNsqqRgU6XQ8T1tR0w7XVH0VkenD7tuzolNFxg/viewfor
m

2. Mengeklik link yang sudah disediakan, dan setalah itu akan keluar
tampilan seperti berikut :

85
86
3. Setelah itu pengguna bisa mulai mengisi form nya dimulai dengan
mengisi identitas, lanjut ke Instrumen yang dimulai dari ADL,AMT ,
dan risiko jatuh lansia, nutrisi.
4. Dengan itu secara otomatis form yang sudah diisi akan terkirim ke
email Pemegang Program.
5. Dari semua form yang sudah dikirim , akan keluar dalam bentuk
google spreadsheets.
Pengumpulan data dan pelaporan hasil skrining lansia

Form kuesioner yang telah direspon oleh penerima pada akhirnya akan terkumpul
secara otomatis dalam lembar aplikasi Google Sheet. Aplikasi ini bekerja mirip
dengan lembar kerja Microsoft Excel. Google Sheet telah menanamkan fungsi-
fungsi atau formula untuk penghitungan matematis. Jadi baik kader bahkan
pemegang program tidak perlu menghitung total skor yang didapet dan
menginsterprestasikan, dikarenakan secara otomatis dari Instrumen ADL,
Pemeriksaan nutrisi, AMT, dan Fall Risk akan terhitung dan sudah terinterprestasi
dengan sendirinya.

Koordinasi dalam pelaksanaan e-screening pada home visit

Berdasarkan hasil evaluasi dalam rapat koordinasi yang dilaksanakan didapatkan


sebagian besar lansia dengan alasan yang tidak diketahui tidak hadir di posyandu
dan ada beberapa lansia yang mengalami kesulitan dalam melakukan mobilisasi
menuju posyandu lansia misal lansia dengan disabel. Sehingga kami sepakat untuk
dilakukannya homevisit dengan harapan semua lansia yang tidak hadir bisa
dilakukannya skrining kesehatan lansia kemudian dapat di edukasi tentang
pentingnya skrining kesehatan lansia, serta menyarankan untuk datang ke posyandu
lansia bagi lansia yang tidak memiliki kesulitan dalam mobilisasi.

7.1.4 Hasil intervensi pelaksanaan e-screening Home visit di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Posbindu
Kami telah melaksanakan e-screening baik Posyandu Lansia maupun di
home visit pada tanggal 02 maret yang dilaksanakan dengan dokter

87
muda Trisakti, di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pondok labu. Hasil evaluasi
e-screening yaitu didapatkan bahwa perlu adanya banyak latihan dalam
menggunakan metode ini agar para kader terbiasa dalam penggunaannya sehingga
skrining bisa dilakukan dengan cepat.

7.1.5 Hasil intervensi evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan e- screening


kesehatan lansia di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu

Setelah kegiatan pelaksanaan e-screening, maka dilanjutkan dengan kegiatan


evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan e-screening. Hasil data yang telah
terskrining di Puskesmas Kelurahan Pondok labu pada bulan maret 2020 di
laporkan berupa data per by name dengan tujuan sebagai berikut.

1. Menghindari pemeriksaan skrining lebih dari 1x sehingga tidak didapatkan


data yang bias.
2. Mencoba menerapkan alur rujukan yang benar dengan sesuai permerken
No 67 Tahun 2015 sehingga lansia bisa mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.
Berdasarkan data skrining yang di lakukan di Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu pada januari - maret dari total 3315 orang lansia di dapatkan hasil sebagai
berikut.

- Instrumen AMT : orang normal, 44 orang gangguan sedang dan 1


orang gangguan berat
- Instrumen ADL : 100 orang Mandiri dan 44 orang gangguan
sedang 1 orang ketergantungan berat,
- Instrumen Risiko jatuh : 100 orang tidak beresiko jatuh, 44 orang
beresiko rendah dan 1 orang berisiko tinggi
Maka berdasarkan data dengan hasil interprestasi diatas dapat dilanjutkan
dengan menerapkan alur rujukan pada setiap orang yang terdapat
gangguan/ketergantungan sesuai Permenkes No. 67 tahun 2015 adalah sebagai
berikut.

88
Lansia Kategori A : 189 orang
Alur 1
Lansia Kategori B : 32 orang

Lansia Kategori C : 1 orang


Alur 2
Lansia Kategori D : orang

Lansia Kategori G: 0 orang


Alur 3

Gambar 16. Pengkategorian interpretasi data skrining dengan e-screening

Berdasarkan lokasi skrining E-screening yang dilakukan, data tersebut dapat dibagi
menjadi:

- Puskesmas : 90 Lansia terskrining


- Diluar puskesmas : 132 Lansia terskrining, dengan distribusi
lokasi lansia yang terskrining sebagai berikut:

Tabel 29. Data jumlah lansia yang terskrining bulan januari – maret diluar puskesmas
puskesmas Posyandu lansia posbindu Door to door

90 70 20 42

89
Tabel 30. Tambahan data Jumlah Lansia terjaring dengan E-Screening

Jumlah Lansia yang


RW Terskrining (orang)

Sebelum Sesudah
(januari) (februari- maret)
1 10 40

2 2 16

3 5 8

4 7 11

5 4 10

6 6 36
7 2 25
8 1 12
9 1 9
10 2 11

Dari data tersebut untuk lansia dengan pasca rawat, gangguan nutrisi dan
gangguan psiko-kognitif disarankan untuk dlakukan intervensi berupa :

1. Puskesmas Kelurahan
- Melakukan pemeriksaan sesuai keluhan pada lansia di poli Lansia
Puskesmas kelurahan atau jika pasien memiliki disabilitas maka pemegang
program dan dokter puskesmas melakukan home visit untuk melakukan
pemeriksaan. Apabila lansia memiliki tanda-tanda gangguan jiwa, lansia
dapat di rujuk ke Poli psikiatri puskesmas kecamatan untuk dilakukan
tindakan lanjutan. Namun, apabila lansia tidak memiliki tanda-tanda
gangguan jiwa namun membutuhkan tindakan lanjutan tetapi tidak tersedia
di puskesmas kecamatan, pasien akan langsung dirujuk ke RS. Puskesmas
kelurahan juga mengontrol pasien yang dirujuk balik. Dengan indikator
keberhasilan berupa:
• Lansia yang melakukan kontrol rutin tiap bulannya baik ke
puskesmas setelah di rujuk balik.
90
• Perbaikan dari tekanan darah, hasil lab, kondisi fisik
- Edukasi dan konseling oleh tenaga dokter di puskesmas, dengan target
minimal 1 bulan sekali.

91
2. Puskesmas Kecamatan
- Menerima rujukan dari puskesmas kelurahan dan melakukan tindakan
lanjutan sesuai dengan rujukan yang diberikan oleh puskesmas kelurahan.
Apabila puskesmas tidak memiliki fasilitas untuk melakukan tindakan
lanjutan maka puskesmas merujuk ke RS yang memiliki poli lansia.
indikator keberhasilan berupa:
• Lansia dirujuk sesuai dengan kondisi.

Berdasarkan hasil skrining setelah menggunakan e-screening lansia,


didapatkan 189 lansia dengan Kategori A (Mandiri) sebanyak 32 orang, Ketagori B
(Ketergantungan Ringan), dan Kateogori C (Ketergantungan Berat/Total) sebanyak
1 orang. Dari data tersebut akan dibuat tindak lanjut terhadap lansia tersebut sesuai
dengan kategori sebagai berikut;

n:

92
RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANJUT USIA
1. Memperkuat dasar hokum pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia
2. Meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan yang melaksanakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia
3. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut
usia yang melibatkan lintas program, sektor, organisasi profesi, lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, media massa dan pihak terkait lainnya.
4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia
5. Meningkatkan peran serta pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lanjut usia dalam upaya
peningkatan kesehatan lanjut usia
6. Meningkatkan peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat

90
7.2 Hasil Evaluasi Data Kuantitatif
Dari hasil skrining lansia di puskesmas Kelurahan Pondok labu dalam
beberapa bulan terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 31. Data Hasil Skrining Puskesmas Kelurahan Pondok labu

Bulan Jumlah

Sebelum E-Screening
januari 44
februari 120
Setelah E-Screening
Maret ( hingga 04 maret 2020 ) 58
Total 222

Rumus Indikator Pencapaian =


Jumlah data yang melakukan skrining
Jumlah data lansia penduduk Pondok Labu

Tabel 32. Hasil Persentase Skrining Kesehatan Lansia di Puskesmas


Kelurahan Pondok Labu

Bulan Jumlah Persentase N Persentase


perbulan kumulatif kumulatif

octobe 44 44/2991x 100% = 44 1,32%


0,3%
November 75 75/2991 x 100% = 119 4,82%
0,40 %

desember 98 35/2991 x 100% 9,46%


= 4.01%

91
Bulan Jumlah Persentase N Persentase
perbulan kumulatif kumulatif

Januari 44 44/2991x 100% = 44 1,32%


0,3%
Februari 120 75/2991 x 100% = 164 5,06%
0,40 %

Maret 58 35/2991 x 100% 222 %11,75


= 4.01%

Dari data diatas, menunjukkan adanya kenaikan capaian program sebesar 6,7% dengan
menggunakan E-screening dari tahun sebelumnya yang peningkatannya hanya dengan
menggunakan P3G manual.

92
Kelebihan setelah menggunakan E–Screening lansia;
- Skrining yang dilaksanakan menjadi lebih mudah dan cepat
- Tidak lagi menggunakan kertas sehingga dapat menghemat biaya
- Lebih mudah mendeteksi dini gangguan pada lansia serta tindak lanjutnya
- Sistem pelaporan langsung dapat dimonitor oleh pemegang program

Kendala yang ditemukan saat melakukan Skrining

- Keterbatasan waktu untuk melakukan uji coba skrining E-Screening


- Tidak semua posyandu dapat didatangi dikarenakan terkadang ada beberapa
posyandu yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan terdapat kegiatan
UKM lain yang juga terletak pada tanggal yang sama
- Banyak kader yang masih belum terbiasa dalam penggunaan E-Screening

Solusi dalam mengatasi kendala diatas adalah sebagai berikut


- Semua intervensi yang sudah kita lakukan diusahakan bisa dilaksanakan
secara rutin pada setiap bulannya dan melanjutkan program sesuai alur
penjaringan yang sudah dibuat dan disepakati secara bersama.
- Para Kader membiasakan untuk menggunakan E-Screening sehingga saat
pelaksanaan skrining di posyandu bisa tercapai memanfaatkan waktu dengan
maksimal.
- Pemantauan dan monitoring secara rutin untuk segera mengevaluasi jika ada
beberapa kader atau posyandu yang masih melakukan skrining jauh dari
target ataupun jika masih ada kader yang belum paham.

93
BAB VIII
REKAPITULASI HASIL

Tabel 33. Rekapitulasi Hasil

No Upaya (Intervensi) Indikator Kerja Kegiatan Waktu Hasil


INPUT
1 Menyusun Peningkatan angka Penyuluhan Februari 20 Mencakup skrining lansia di
pembagian tugas dan 2020 pondok labu
Capaian skrining
melakukan lansia
pelatihan
tentang skrining
secara online
(method)

2 Melakukan pelatihan Meningkatkan Mengajar Februari Meningkatnya hasil


dan pendampingan kemampuan kader dan melatih 2020 cakupan skrining P3G
kader terhadap lansia posbindu untuk
mengenai kegiatan dapat melakukan
skrining pengkajian skrining p3g
paripurna pasien
geriatri dan
menjelaskan
manfaatnya (method)
berjalan lebih
cepat dan mudah

3 Melakukan Meningkatkan Sosialisasi Februari Meningkatkan minat


sosialisasi pada pemahaman Kader 2020 lansia untuk melakukan
lansia mengenai e dan pemegang skrining p3g
skrining program mengenai
E- screening

94
PROSES

4 memberikan media Meningkatkan penyuluhan Februari- Meningkatkan kesadaran


Maret 2020
promosi informasi pemahaman lansia lansia untuk melakukan
berupa poster ajakan dan kader skrining P3G dan kader
skrining pengkajian mengerti untuk
paripurna pasien menjelaskan kepada
geriatri lansia di posbindu

5 Berdiskusi dengan Menjelaskan Rapat Februari Didapatkan kesepakatan


kepala puskesmas program e skrining Koordinasi 2020 dalam pelaksanaan E-
kecamatan beserta P3G skrining
pemegang proker lansia
pada tingkat kecamatan
(planning)

6 Pembuatan form Terlaksana hasil Screening di Februari- Meningkatkan


evaluasi materi yang evaluasi dan posbindu Maret 2019 pengetahuan kader
diberikan dan rapor hasil pelaporan dan home mengenai skrining
evaluasi hasil
berkala visit P3G
pelaksanaan skrining
pengkajian paripurna
pasien geriatri

95
PROSES
7 Pemantauan data yang Meningkatnya Pelaporan dan Maret Didapatkan data dengan
sudah terinput dari kualitas sistem pencatatan 2020 mudah dan cepat dalam
penggunaan metode E- pelaporan dan pelaporan dan pencacatan
Screening pencacatan yang dalam kegiatan skrining
(Pemantauan) terstruktur dan yang sudah dilakukan oleh
sistematis para kader lansia dan
dokter muda. Dan data
yang dilaporkan 1 bulan
sekali

96
97
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan evaluasi mengenai program skrining lansia yang belum


mencapai target, dari kemungkinan penyebab masalah yang telah dipaparkan
didapatkan penyebab masalah yang diantaranya adalah skrining lansia tidak
dilakukan secara rutin, skrining hanya dilakukan di posyandu lansia, puskesmas
kesulitan dalam mencatat dan melaporkan data hasil skrining, kader yang belum
terlatih dalam melakukan skrining kesehatan lansia, wilayah kerja kelurahan yang
luas.

Agar program skrining kesehatan lansia dapat berjalan dengan lebih efektif,
telah diberikan intervensi kepada petugas kesehatan yang akan melakukan kegiatan
skrining kesehatan lansia, yakni kepada para kader lansia di wilayah kerja Pondok
Labu. Intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan dan
penyuluhan kepada para kader lansia, membuatkan form e-screening, memberikan
guideline dan pelatihan dalam menggunakan form form e-screening di lapangan.
Penyuluhan yang dilakukan juga menjelaskan dasar dan tujuan dilakukannya
skrining kesehatan lansia, target skrining. Selama penyuluhan juga disediakan
waktu untuk tanya jawab tentang materi ataupun jika ingin berkonsultasi tentang
kesulitan dalam pengertian dan cara menggunakan form e- screening, serta
koordinasi dalam melakukan skrining kesehatan lansia. Tata cara pelaporan juga
sudah diberikan kepada setiap kader dan puskesmas, agar puskesmas lebih mudah
dan lebih baik lagi dalam memberikan interverensi kesehatan pada lansia.

98
Saran

Bagi Puskesmas

1. Melakukan koordinasi antara pihak puskesmas kelurahan dengan pihak


puskesmas kecamatan terkait program skrining kesehatan lansia, meliputi,
program skrining lansia tersebut dan rencana tindak lanjut dari hasil skrining.
2. Melakukan koordinasi dengan kader untuk melakukan pelatihan mengenai
sosialisasi tentang skrining kesehtan lansia dan pentingnya peran keluarga
dan masyarakat dalam meningkatkan keikutsertaan para lansia untuk
melakukan skrining kesehatan lansia
3. Melakukan koordinasi dengan kader mengenai rencana tindak lanjut yang
akan dilakukan terhadap data skrining yang sudah didapatkan sehingga dapat
diimplementasikan dalam kegiatan posbindu dan poslansia
Bagi Masyarakat

1. Diharapkan masyarakat semakin tinggi kesadarannya dalam melakukan


kerjasama dalam melakukan skrining kesehatan lansia agar bisa dilakukan
interverensi kesehatan dan meningkatan kualitas hidup lansia.
2. Masyarakat dapat membantu meningkatkan pengetahuan mansyarkat lain
dengan cara memberikan informasi mengenai kegiatan posyandu lansia dan
manfaat melakukan skrining kesehatan lansia.

99
LAMPIRAN
1. Sosialisasi manfaat skrining P3G dan melakukan skrining P3G

100
101
Sosialisasi dan Pelatihan Kader

102
103
104
100
101
1. Tampilan E-Screening

102
103
7, Tampilan Spreadsheet

104
8. Data Hasil Skrining

104
105
106
107
108
109
DAFTAR PUSTAKA

1) InfoDATIN. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2014
2) Susilo D, Chamami A, Handayani N. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat
Statistik. Jakarta. 2015

3) Badan Pusat Statistik. Statistik penduduk lanjut usia tahun 2017. Diakses 1 Februari
2019
a. https://www.bps.go.id/publication/2018/04/13/7a130a22aa29cc8219c5d153/s
tatistik-penduduk-lanjut-usia-2017.html

4) Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Situasi Lanjut Usia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%2
0lansia%202016.pdf

5) Peraturan Pemerintahan Kesehatan No 67 Tahun 2015


6) Data kepegawaian Puskesmas Pondok Labu
7) Hadisaputro H, Nizar M, Suwandono A. Epidemiologi Manajerial Teori dan Aplikasi.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011

Anda mungkin juga menyukai