Disusun Oleh:
Pembimbing:
drg. Yariani
dr. irfan
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal “Evaluasi Program Pelayanan
Kesehatan Lansia : Upaya Peningkatan Cakupan Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) di
Posbindu”. Proposal ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Komunitas / Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu pada periode 06 Januari 2020 – 14 maret 2020. Besar harapan kami agar proposal ini juga
dapat dimanfaatkan oleh pihak Puskesmas Kelurahan Pondok Labu dalam rangka
menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat menjadi puskesmas unggulan di wilayah Jakarta.
Dalam usaha penyelesaian proposal ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. drg. Yariani, selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kelurahan
drg. Yariani
DAFTAR ISI
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia berdampak terhadap terjadinya penurunan angka kelahiran,
angka kesakitan, dan angka kematian serta peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Meningkatnya UHH saat
lahir dari 68,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 69,8 tahun pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik 2005), dan menjadi 70,8
tahun pada tahun 2015 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Badan Pusat Statistik 2013) dan selanjutnya
diproyeksikan terus bertambah, mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan di masa yang
akan datang. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah
penduduk lanjut usia terbanyak di dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk. Badan Pusat
Statistik (2013) memproyeksikan, jumlah penduduk lanjut usia (60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa
pada tahun 2020, menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035.1
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lanjut usia ini cukup besar, yang diawali pada tahun 1996 dengan
ditetapkannya tanggal 29 Mei yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut Usia. Selanjutnya pada tahun 1998,
perhatian ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
sebagai landasan hukum keberadaan para lanjut usia. Di bidang kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan.1
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri,
aktif dan produktif secara sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia. Makin
bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial.
Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal
ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia.1
Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan kesehatan santun lanjut usia
yang diawali dengan rencana pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan santun lanjut usia di seluruh Indonesia. Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia sehat, aktif, mandiri dan
5
produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan dengan menggunakan wadah Kelompok Usia
Lanjut (Poksila).1
Kenyataan menunjukkan bahwa laju perkembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lanjut usia, pembentukan dan pembinaan kelompok usia lanjut belum sesuai dengan harapan, dengan penyebaran yang
tidak merata. Penyebabnya antara lain adalah karena kesehatan lanjut usia hanya merupakan salah satu program
pengembangan di Puskesmas dan dalam pelaksanaannya di era otonomi daerah, belum didukung oleh dasar hukum yang
memadai antara lain peraturan daerah, peraturan gubernur, bupati/walikota dan sebagainya.1
Setiap Lanjut Usia yang berkunjung ke Puskesmas pada kunjungan atau kontak pertama dengan petugas kesehatan
akan dilakukan program pengkajian paripurna menggunakan Comprehensive Geriatric Assessment (CGA). Dengan CGA
tenaga kesehatan melakukan penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek biologis, kognitif, psikologis, dan sosial
untuk menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan terhadap lanjut usia.
Di Puskesmas kelurahan Pondok Labu, sudah dilaksanakan program-program terkait lansia seperti penilaian
activity daily living (ADL), risiko jatuh , abbreviated mental test (AMT), dan nutrisi cakupan keberhasilan program pada
1 tahun terakhir adalah 77,86%.
Hasil tersebut masih dibawah target capaian yaitu 100%. Dari cakupan keberhasilan tersebut dapat disimpulkan
bahwa skrining lansia berusia 60 tahun ke atas belum mencapai target indikator sehingga perlu di lakukan evaluasi
program pada bagian lansia.
Berdasarkan uraian di atas perlu adanya suatu usaha berbasis masyarakat ditambah dengan pelatihan kader, dalam
upaya skrining lansia agar kinerja puskesmas dapat lebih optimal dengan masyarakat khususnya kader yang paham akan
pentingnya skrining lansia dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6
1.2 Perumusan Masalah
Apa saja faktor yang menyebabkan sebagian besar lansia belum mendapatkan skrining pengkajian paripurna pasien
geriatri di Kelurahan Pondok Labu, dan apa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah di puskesmas kelurahan
pondok labu ?
• Bagi Mahasiswa
o Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan
o Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan di dalam program
puskesmas
o Pemahaman pentingnya data untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
o Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat usia lanjut
• Bagi Puskesmas
7
o Membantu puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum maksimal
o Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta
hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya
o Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian tersebut
o Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber daya puskesmas dan
urgensi pembinaan puskesmas
• Bagi Masyarakat
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Gambar 1. Proporsi Penduduk Lansia di Indonesia
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia
di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 sebanyak 27,08 juta, tahun 2025 sebanyak
33,69 juta, tahun 2030 sebanyak 40,95 juta dan tahun 2035 sebanyak 48,19 juta.2
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 2018 setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung
15 orang penduduk lansia. Jika dilihat secara total, persentase lansia yang menjadi
Kepala Rumah Tangga (KRT) ada sekitar 61,29 persen atau dengan kata lain enam dari
sepuluh lansia di Indonesia berperan sebagai KRT, terlepas apakah mereka produktif
atau tidak. Selain itu, sebagian besar lansia masih mempunyai pasangan, sekitar 60,87
persen lansia berstatus kawin.
Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69
juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Berdasarkan data BPS Pada
Tahun 2018, Angka harapan hidup laki-laki adalah 69.3 tahun dan angka harapan hidup
perempuan adalah 73 tahun.
11
Gamsbar 1. Proyeksi Penduduk Lansia Tahun 2010- 2035
12
2.1.2 Gambaran penduduk lansia menurut jenis kelamin(7)
Pada tahun 2015 angka kesakitan lansia sebesar 28,62%, artinya bahwa dari
setiap 100 lansia terdapat 28 orang diantaranya mengalami sakit. Bila dilihat
berdasarkan tipe daerah, derajat kesehatan lansia yang tinggal di perrkotaan cenderung
lebih baik daripada lansia yang tinggal di perdesaan.
dibutuhkan untuk memetakan situasi dan kondisi terkini lansia Indonesia. (8)
14
2.1.6 Gambaran Masalah Kesehatan Penduduk Lansia
Tabel 1. Persentase penduduk lansia menurut kondisi kesehatan
Angka kesekitan lasnia tahun 2018 sebesar 25,99 persen. Artinya dari 100
lansia terdapat 25 sampai 26 lansia yang sakit. Dalam empat tahun terakhir, angka
kesakitan lansia terus menurun. Akan tetapi, penurunannya relative tidak terlalu besar.
Dibandingkan tahun 2015, angka kesakitan lansia turun tidak lebih dari 3 persen.(6)
15
2.2 Indikator Standar Pelayanan Minimal Skrining Kesehatan Lansia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun
2016 tentang Standar Pelyanan minimal bidang kesehatan menyatakan pelayanan
skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas sesuai standar adalah:
Target capaian upaya skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia
16
2.3 Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs) tentang Lanjut Usia(2)
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara yang berupa delapan tujuan
untuk dicapai pada tahun 2015 dan menjadi paradigma pembangunan seluruh negara-
negara di dunia.MDG sendiri disesuaikan tiap negaranya dan hanya menjadi indikator
tiap negara. Di Indonesia MDG telah memberikan perubahan yang positif. Walaupun
masih banyak target yang belum tercapai. Banyak pihak yang berpendapat bahwa
agenda yang menetapkan keberlangsungan dan kesetaraan harus lebih diutamakan
untuk menjadi agenda pembangunan selanjutnya. Istilah SDG diusulakan untuk
menjadi agenda pembangunan yang mampu mengahdapi tantangan lama dan baru yang
semakin meningkat. SDGs menjadi suatu agenda mampu mencakup semua kalangan,
banyak pertemuan yang telah dilakukan untuk mendapatkan masukan dan informasi
dari semua kalangan dalam menyusunnya.
Di dalam SDGs terdapat 17 tujuan yang harus dicapai. Upaya kessehatan lansia
termasuk salah satu program yang berada pada tujuan tersebut. Pada tujuan nomor 3
yaitu Good Health and Well Being yang berisikan menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia, termasuk lansia.
17
Gambar 4. Program Kesehatan Lansia
18
2.5 Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia Tahun 2016-2019
2.5.1 Kebijakan(11)
Kebijakan mengenai kesehatan pada usia lanjut tertampung dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2016. Pada permenkes terebut
Prinsip-prinsip dalam mewujudkan lanjut usia sehat, mandiri, aktif dan produktif
meliputi:
20
Gambar 5. Alur Pelayanan Lanjut Usia
1. Pengkajian Paripurna Pada Lanjut Usia
Setiap lanjut usia yang berkunjung ke Puskesmas pada kunjungan atau kontak
pertama dengan petugas kesehatan akan dilakukan program pengkajian paripurna
menggunakan Comprehensive Geriatric Assessment (CGA). Dengan CGA tenaga
kesehatan melakukan penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek biologis,
kognitif, psikologis, dan sosial untuk menentukan permasalahan dan rencana
penatalaksanaan terhadap lanjut usia. CGA dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh
dokter dengan anggota lainnya yaitu perawat, tenaga gizi, dan tenaga kesehatan
masyarakat terlatih. Tim dapat ditambah sesuai kebutuhan dan tenaga yang tersedia.
Keparipurnaan yang dimaksud adalah dokter tidak hanya melakukan pengobatan
(aspek kuratif) namun juga perlu melakukan berbagai pencegahan penyakit, serta
pencegahan komplikasi (mencegah dekubitus, mencegah trombosis vena dalam pada
kasus imobilisasi). Aspek berikutnya adalah melakukan pendekatan rehabilitatif untuk
kasus - kasus dengan hendaya misalnya gangguan batuk, gangguan ekspektorasi dahak,
gangguan menelan serta gangguan perubahan posisi. Pada akhirnya maka dokter juga
harus melakukan upayaupaya promotif seperti
21
mempertahankan lingkup gerak sendi pada imobilisasi, merangsang aktivitas fisik dan
mental, meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien Lanjut Usia di
Rumah dan sebagainya.
b) Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ mulai
dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem
metabolikendokrinologi dan pemeriksaan neurologik.
22
berdiri tegak), atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika
pasien tidak dapat berdiri tegak).
23
h) Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada tidaknya
depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan
pemeriksaan metode 2 menit.
1) Metode 2 menit
Tahap 1: keluhan utama pasien (disampikan secara spontan)
(a) Mengalami sukar tidur
(b) Sering merasa gelisah
(c) Sering murung/menangis sendiri
(d) Sering was-was/khawatir
Bila jawaban > 1 YA, dilanjutkan ke pertanyaan tahap 2 Tahap 2: Pertanyaan
aktif, ditanyakan apakah keluhan itu berlangsung :
24
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kognitif global sebagai alat
penapis demensia. Pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan umur dan
lama pendidikan.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi
menjadi beberapa kelompok, yakni
a. Kelompok a (lanjut usia sehat dan mandiri) dan kelompok b (lanjut usia
sehat dengan ketergantungan ringan) dapat langsung mengikuti program
Lanjut usia dalam ruang tertentu.
b. Lanjut Usia yang tergolong kelompok c (lanjut usia sehat dengan
ketergantungan sedang) dan kelompok d (lanjut usia dengan
ketergantungan berat/ total) harus mengikuti program layanan perawatan di
rumah (home care service) bila perlu melibatkan pelaku rawat/pendamping
(caregiver) atau mungkin perlu dirujuk ke RS.
c. Untuk kelompok e (lanjut usia pasca-rawat dua minggu pertama), kelompok
f (lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi), dan kelompok g (lanjut usia
yang memerlukan pendampingan, memiliki masalah psiko- kognitif)
dengan status fungsional mandiri dapat dilayani di ruang kegiatan,
sedangkan lanjut usia dengan derajat ketergantungan ringan sampai sedang
harus dipantau dokter selama mengikuti program di ruang kegiatan.
25
1
BAB III
Tabel 1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019
(Sumber: Data Puskesmas)
WNI WNA
No. Umur Laki- Laki- Jumlah
Perempuan Jumlah Perempuan Jumlah
laki laki
1 0-4 2453 2547 5000 - - - 5000
2 5-9 2242 2340 4582 - - - 4582
3 10-14 2130 2085 4215 - - - 4215
4 15-19 2035 1960 3995 - - - 3995
5 20-24 1980 1975 3955 - - - 3955
6 25-29 2238 2335 4573 - - - 4573
7 30-34 2415 2635 5050 - - - 5050
8 35-39 2470 2650 5120 - - - 5120
9 40-44 2397 2179 4576 - - - 4576
10 45-49 1890 1714 3604 - - - 3604
11 50-54 1252 1330 2582 - - - 2582
12 55-59 908 816 1724 - - - 1724
13 60-64 573 636 1209 - - - 1209
14 65-69 349 491 840 - - - 840
15 70-74 355 276 631 - - - 631
16 ≥75 198 201 399 - - - 399
Jumlah 25.885 26.170 52.055 10 6 16 52.071
(Sumber: Data Puskesmas)
3
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki
adalah 25.895 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan
adalah 26.176 jiwa. Sex ratio adalah (jumlah penduduk laki-laki / jumlah penduduk
perempuan) x 100% = 98,8% artinya setiap 100 penduduk perempuan di kelurahan
Pondok Labu terdapat 98 penduduk laki-laki.
Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu adalah (jumlah penduduk usia non produktif / jumlah
penduduk usia produktif) x 100% = 16.876 / 35.179 x 100% = 47,97%. Sehingga
disimpulkan bahwa setiap 100 orang usia produktif menanggung 48 orang usia tidak
produktif
dengan panjang 17,8 m2 dan lebar 14,4 m2. Sebelum puskesmas ini berdiri pada tahun
1976, terdapat Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang berfungsi dalam melayani
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana (KB). Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu berlokasi di Jalan Kelurahan Lama RT/RW 03/07, Kelurahan
Pondok Labu Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan dan dikepalai oleh drg.
Yariani sejak tahun lalu.
Saat ini Puskesmas Kelurahan Pondok Labu memiliki 21 tenaga kerja yang terdiri
dari 13 orang tenaga kerja kontrak (TKK), 5 orang pegawai negeri swasta (PNS), 2
orang security, dan 1 orang cleaning service.
4
Tabel 3. Daftar Tenaga Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019
t
i No Nama Pendidikan Status Jabatan
5
3.1.3.2 Struktur Organisasi
MUTU KESELAMATAN
drg. IRA MUSTIKA PASIEN
MURDILAH
6
3.1.3.3 Sarana Fisik
Kondisi gedung puskesmas saat ini masih relatif baik karena baru mengalami
rehabilitasi total pada tahun 2016. Fasilitas gedung terdapat 2 lantai yang terdiri dari:
1. Loket pendaftaran :1
2. Ruang tunggu pasien :3
3. Ruang kerja Kepala Puskesmas :1
4. Ruang tenaga administratif :1
5. Ruang rapat :1
6. Ruang rekam medis :1
7. Ruang lansia :1
8. Ruang KIA – Imunisasi :1
9. Ruang KB :1
10. Ruang farmasi :1
11. Ruang gizi :1
12. Ruang tindakan :1
13. Poliklinik umum :1
14. Poliklinik TB :1
15. Poliklinik Gigi :1
16. Dapur :1
17. Toilet pegawai dan pasien :6
Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian ibu bersalin, bayi, dan anak, meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak prasekolah dan murid taman
kanak-kanak, serta meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga terlatih
khususnya tenaga kesehatan.
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
Tabel 10. Hasil Cakupan Kegiatan P2M Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
Januari-Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran Target Persentase pencapaian
setahun setahun (%) (%)
Penemuan 99 >90% 73,7% 73
kasus tb paru
Diare pada 628 100% 29,5% 45
mtbs
Pneumonia 314 100% 29,3% 391
pada mtbs
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
Tabel 11. Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu Januari-Desember Tahun 2019
Indikator Sasaran setahun Target setahun Presentase (%) pencapaian
(%)
Bebas pasung 0 100 0 0
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019)
(Sumber: Data Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2019
Tabel 11. Jumlah lansia yang terskrining dengan P3G bulan Januari –
Desember 2019
r a b c t k
w e a
m d
p e
a r
t
13
14
BAB IV
1. Identifikasi
Masalah
8. Monitoring 2. Penentuan
dan Evaluasi prioritas
masalah
7. Penentuan 3. Penentuan
Rencana Penyebab
penerapan Masalah
6. Penetapan 4. Memilih
pemecahan Penyebab yang
masalah paling mungkin
5. Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah
17
Tabel 14. Daftar Pencapaian Program UKM di Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu periode Januari – Desember 2019
SASARAN PENCAPAIAN
TARGET
SETAHUN
INDIKATOR SETAHUN JAN-
ABS
(%) DES
Pelayanan kesehatan
Ibu 704 100% 623 88,5%
Bersalin
Pelayanan kesehatan 737 100% 749 95,5%
ibu hamil
Pelayanan kesehatan 100% 278 91,8%
balita 2951
Penanganan kesehatan
bayi 650 100% 60 91,8%
Pelayanan kesehatan 2991 100% 510 77,86%
usia lanjut (skrining
pengkajian paripurna
pasien geriatri)
Langkah 1:
18
Tabel 15. Besarnya Masalah
BESAR
INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN
MASALAH
Pelayanan Kesehatan Ibu 100% 88,5% 11,5%
bersalin
Pelayanan kesehatan Ibu hamil 100% 95,5% 4,5%
Pelayanan kesehatan balita 100% 67,3% 32,7%
Langkah 2:
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah
kolom/kelas n =
jumlah masalah
Masukkan ke rumus
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 5
= 1+ 3,3 (0,7) = 3,306 dibulatkan jadi 3
Langkah 3:
19
Interval : Nilai terbesar – nilai terkecil
3
: 82,5% - 4,5%
3
: 26
Langkah 4:
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kelas
Skala 2 30,6-56,6 2
20
Langkah 5:
1. Pelayanan Kesehatan X 1
Ibu bersalin
2. Pelayanan kesehatan X 1
Ibu hamil
3. Pelayanan kesehatan X 2
balita
4. Penanganan kesehatan X 2
bayi
5. Pelayanan kesehatan X 3
usia lanjut (skrining
pengkajian paripurna
pasien geriatri)
● Sangat banyak 5
● Banyak 4
● Cukup banyak 3
● Kurang banyak 2
● Tidak banyak 1
22
Tabel 18. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan
No. Program U S G P Total
1 Pelayanan Kesehatan Ibu bersalin 3 3 2 2 36
2 Pelayanan kesehatan Ibu hamil 3 3 2 2 36
3 Pelayanan kesehatan balita 4 3 4 1 48
4 Penanganan kesehatan bayi 3 2 2 1 12
5 Pelayanan kesehatan usia lanjut 4 4 4 2 128
(pengkajian paripurna pasien
geriatri)
23
Kriteria D: PEARL Faktor
5 1 1 1 1 1 1
Pelayanan kesehatan usia
lanjut (skrining pengkajian
paripurna pasien geriatri)
24
4.4 Kerangka Pikir Masalah
INPUT PROSES
Man P1 OUTPUT OUTCOME
Method P2
Material P3
Money
LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan
NPD = (A + B) x C
NPT = (A + B) x C X D
4 1 12 2 1 26 26 5
Penanganan kesehatan bayi
26
4.6 Urutan Prioritas Masalah
Dari tabel diatas Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon
kuantitatif diatas maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu berdasarkan metode Hanlon adalah:
1. Pelayanan kesehatan usia lanjut
(skrining pengkajian paripurna
pasien geriatri)
2. Pelayanan kesehatan balita
3. Pelayanan kesehatan ibu
bersalin
4. Pelayanan kesehatan ibu
hamil
5. Penanganan kesehatan
bayi
27
Tabel 22. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah
41
Tabel 23. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari Proses dan Lingkungan
42
Lingkungan 1) Adanya kelompok
usia lanjut untuk Kader posbindu belum terlatih
mengupayakan untuk melakukan skrining pada
berjalannya program lansia
skrining pengkajian
paripurna pasien
geriatri lansia
43
44
Gambar 8. Diagram Fishbone
45
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
MONEY 1) Tersedia dana dari APPD APBN Alokasi dana sukarela dari
lansia yang di skrining. Dan
(Pembiayaan) hasil uang dari pemeriksaan
gula darah dan kolesterol
46
MATERIAL 2) Perlengkapan posyandu lansia di Media informasi
(perlengkapan sediakan oleh pihak kelurahan mengenai pentingnya
skrining lansia berupa
poster pentingnya
skrining pengkajian
paripurna pasien
geriatri.
P2 1)Terlaksananya Menambahkan
program upaya kerjasama
(Penggerakan dan
lintas program
Pelaksanaan) kesehatan lansia
untuk
2)Terlaksana skrining meningkatkan
kesehatan lansia cakupan P3G
47
Lingkungan 2) Adanya kelompok 1) Edukasi kepada
usia lanjut untuk lansia mengenai
mengupayakan pentingnya
berjalannya program pemeriksaan
skrining pengkajian kesehatan bagi
paripurna pasien lansia
geriatri 2) Melakukan
3) Kader belum terlatih pelatihan kader
untuk melakukan untuk pengisian
1. Magnitude
Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan nilai 1-5, dimana
semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati
angka 5.
2. Importancy
Pentingnya cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5, dimana semakin
pentingnya masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability
Sensitivitas cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5, dimana semakin
sensitifnya cara penyelesaian masalah maka nilainya mendekati angka 5.
48
4. Cost
Biaya (sumber daya) yang digunakan, dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil
biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati angka
49
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut:
C. Tidak ada pelatihan kader mengenai skrining P3G dan sosialisasi lansia
mengenai manfaat P3G
F. Tidak ada lintas lintas program dalam pelaksanaan skrining p3g dan Tidak
ada lintas sektoral dengan masyarakat setempat dalam pelaksanaan skrining
p3g
G. Tidak ada pelaporan khusus untuk skrining p3g monitoring
hanya sebatas pemeriksaan kesehatan yang bersamaan saat
kegiatan posbindu
H. Kader posbindu belum terlatih untuk melakukan skrining pada
lansia
50
51
T
Tabel 26. Plan of Actions
N Upaya Indikator Kegiatan Tujuan Anggaran & Target Penanggung Waktu Lokasi
o. Kerja sumber sasaran Jawab & Pelaksanaan Pelaksanaan
pembiayaan kebutuhan
sumber daya
1. Menyusun Sistem Pelaporan sosialisasi Untuk - - Pemegang 01 Februari – Posyandu
pembagian program, 04 maret 2020 lansia
tugas dan Skirining lansia meningkatkan
lansia dan
berjalan dengan pelaporan
melakukan dokter muda
baik berbasis online
pelatihan
tentang
skrining
secara
online
(method)
52
2. Melakukan Kader Mengajar dan Untuk Dokter muda, Kader Puskesmas 01 Februari – RPTRA
pelatihan dan kesehatan melatih. puskesmas kesehatan dan dokter 04 maret 2020 pinang pola
pendampingan meningkatkan
mampu muda
kader terhadap pengetahuan
melakukan
lansia mengenai
kegiatan skrining pengisian dan
pengkajian skrining
keterampilan
paripurna pasien
geriatri dan kader
menjelaskan
manfaatnya
(method)
N Upaya Indikator Kegiatan Tujuan Anggaran & Target Penanggung Waktu Lokasi
o. Kerja sumber sasaran Jawab & Pelaksanaan Pelaksanaan
pembiayaan kebutuhan
sumber daya
3. melakukan Pengetahuan Sosialisasi Meningkatkan Dokter muda, Kelompok Pemegang 01 Februari – Rptra pinang
mengenai pengetahuan dan Puskesmas usia lanjut program, 04 maret 2020 pola
sosialisasi pada
kesehatan lansia meluruskan (>60 tahun) lansia dan
kader dan lansia pentingnya
dokter muda
skrining
(method)
pengkajian
paripurna pasien
geriatri dalam
upaya kesehatan
lansia
4. Memberikan media Pengetahuan Promosi dan Meningkatkan Dokter muda, Kelompok Puskesmas, 02 maret 2019 RPTRA
promosi dan masyarakat memberikan minat lansia puskesmas usia lanjut kader, dan pinang pola
informasi berupa tentang pelatihan untuk dokter muda
poster ajakan berpartisipasi
pelaksanaan mengenai
skrining pengkajian dalam ke
skrining kegiatan
53
paripurna pasien pengkajian skrining skrining
geriatri paripurna pengkajian pengkajian
pasien geriatri paripurna paripurna pasien
geriatri giatan
pasien
geriatri
dengan media
buku
5 Berdiskusi dengan Menjelaskan Diskusi Menjelaskan Dokter muda, Puskesmas 01 februari – puskesmas
kepala puskesmas program proses pemegang kader, dan 04 maret 2020
kecamatan beserta skrining pelaksanaan program dokter muda
pemegang proker program
pengkajian
lansia pada tingkat
kecamatan paripurna
(planning ) pasien geriatri
6 Pembuatan form Terlaksana Pretest post Memberikan Dokter muda, Ketua Puskesmas, 03 maret 2019 Rptra pinang
evaluasi materi evaluasi dan test media evaluasi puskesmas Poksila kader, dan pola
yang diberikan dan pelaporan kegiatan dokter muda
rapor evaluasi berkala kegia skrining
hasil pelaksanaan skrining pengkajian
skrining pengkajian pengkajian paripurna pasien
paripurna pasien paripurna geriatri
geriatri pasien geriatri
tan
54
BAB V
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
Indikator keberhasilan
- Meningkatnya minat lansia untuk melakukan skrining
- Kader Posbindu mampu melakukan skrining dengan metode e-screening.
- Peningkatan capaian skrining di masing-masing RW sebanyak 5 %.
- Graha Wredatama.
b. Waktu
Dilakukan pada bulan Februari Tahun 2020.
55
Kriteria inklusi dan eksklusi
Tehnik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling, dimana seluruh kader posbindu dan lansia yang hadir posyandu lansia yang sudah
dijadwalkan menjadi sampel studi
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi:
a) Lansia yang tidak ber KTP kelurahan Pondok Labu.
b) Lansia atau keluarga menolak untuk mengikuti penyuluhan dan wawancara
e-screening
c) Kader Posbindu yang menolak untuk mengikuti pelatihan dan skrining
56
Analisis Komunitas dan table Plan of Action
Data hasil kegiatan diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.,
kemudian dianalisis berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Masalah pada
evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan dengan pencapaian yang kurang dari
100% berdasarkan SPM yaitu pencapaian 77,86 %. Dari beberapa masalah tersebut
dilakukan upaya pemecahan dengan menerapkan metode algoritma problem solving
cycle, yaitu setelah dilakukan identifikasi masalah, maka selanjutnya ditentukan
prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Dari beberapa
masalah tersebut, kemudian diambil salah satu program bermasalah dengan prioritas
utama yang akan dipecahkan.
57
untuk membantu menentukan prioritas pemecahan masalah. Setelah pemecahan
masalah terpilih, dibuat rencana kegiatan dalam bentuk POA (Plan of Action) dan
diaplikasikan pada subjek penelitian.
58
BAB VI
59
22 55 90
23 60 90
24 54 95
25 58 85
26 58 75
27 60 80
28 65 90
29 55 80
30 55 80
Hasil tersebut menunjukan angka signifikan yaitu kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukan
intervensi yang sudah dilakukan bermakna.
74
60
Oleh karena itu, kami berdiskusi tentang mencari cara untuk memudahkan
baik pelaksanaan maupun pelaporan skrining kesehatan lansia dan metode tersebut
dapat diaplikasikan kepada dan kader posbindu. Karena, dan kader posbindu
merupakan penyambung tangan antara pemegang program dengan lansia. Untuk
itu, pemegang program menyetujui bahwa metode skrining berubah menjadi e-
screening guna memudahkan pelaksanaan dan pelaporan. Setelah itu, kami
merencanakan rapat koordinasi kepada kader lansia mengenai system pencatatan
dan pelaporan skrining dengan menggunakan Metode E-Screening.
75
61
Tabel 27. Daftar Kegiatan Intervensi Program Upaya Peningkatan Skrining
Kesehatan Lansia
5 Februari Pelatihan E-Screening pada kader posbindu di Para kader posbindu mampu melakukan
2020 wilayah kerja puskesmas Pondok Labu E-screening pada lansia
6 Februari Post-test pada kader posbindu di wilayah kerja Mengevaluasi pengetahuan kader
2020 puskesmas Pondok Labu posbindu mengenai scrining P3G setelah
dilakukannya pelatihan
9 Maret Evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan e- Menilai apakah dengan metode E-
2020 screening kesehatan lansia Screening dapat meningkatkan cakupan
skrining di kelurahan Pondok Labu
62
6.2 Evaluasi Data Kuantitatif
Berikut adalah hasil data lansia yang skrining pada bulan januari – maret 2020
Sebelum Sesudah
(januari) (februari- maret)
1 10 40
2 2 16
3 5 8
4 7 11
5 4 10
6 6 36
7 2 25
8 1 12
9 1 9
10 2 11
Penyuluhan tersebut memiliki target yaitu seluruh lansia dan kader yang
berkunjung di posyandu lansia dan posbindu di wilayah kelurahan Pondok Labu.
Penyuluhan tersebut dilaksanakan oleh dokter muda Trisakti yaitu Imam
kurniawan, Bani Diara dan Rayhana Asyiah.
63
Intervensi 2. Sosialisasi metode E-Screening
Sebelum dilakukan pelatihan E-screening kader akan diberikan pre test dan
untuk melihat apakah kader posbindu mengetahui pentingnya skrining lansia. Dan
setelah dilakukan pelatihan E-Screening kader akan diberikan post test untuk
melihat pengetahuan kader posbindu setelah dilakukan pelatihan. Pelaksanaan
kegiatan tersebut oleh dokter muda Trisakti serta dihadiri oleh dr.Irfan, selaku
pemegang program kesehatan lansia dan perwakilan dari Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu
78
64
Intervensi 4. Pelaksanaan e-screening di Posyandu Lansia dan Home visit di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
Pelaksanaan e-screening dilaksanakan pada Posyandu Lansia dan Home visit di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu pada tanggal 17 februari 2020 dan 3 Maret 2020. Pelaksanaan dari
e-screening yaitu kader posbindu dan dokter muda trisakti dengan target e-screening yaitu lansia yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu. Pada pelaksanaan tersebut, akan dievaluasi
apakah kader mengalami kesulitan dalam pengisian.
Setelah melakukan e-screening pada Posyandu Lansia dan home visit di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu, maka akan dilakukan evaluasi, pengumpulan data dan pelaporan hasil e-
screening dengan menilai apakah dengan metode tersebut, skrining kesehatan lansia mengalami
peningkatan atau cenderung stabil. Setelah itu, menilai hasil e-screening berdasarkan alur rujuk
Permenkes No. 67 Tahun 2015.
80
BAB VII
HASIL INTERVENSI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Selain itu, perlu nya penyuluhan dan edukasi saat home visit kepada lansia
dan keluarga lansia dengan mengajak lansia untuk periksa rutin di Posyandu lansia
sehingga meningkatkan angka kedatangan lansia di Posyandu Lansia.
81
7.1.2 Hasil intervensi rapat koordinasi dan sosialisasi metode e-screening
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk sosialisasi awal dalam rangka
penyelenggaraan E-Screening. Agenda dari acara ini adalah menyampaikan
mengenai rencana diadakannya pelatihan ulang bagi kader posbindu mengenai
skrining lansia, dan pelatihan penggunaan E-screening.
e screening p3g
Syarat Pengguna :
- Mempunyai Handphone setingkat Android
- Menggunakan Paket Data/Internet
Manfaat :
- Memudahkan penginputan dan pelaporan data bagi pemegang
program dan kader.
Meminimalkan terjadinya Human Error saat perhitungan interprestasi serta pendataan
82
83
- Praktis Bisa digunakan setiap saat dan mobile
- Mengurangi pemakaian kertas.
Kelemahan dari e-screening yaitu harus mempunyai paket data serta
tersambung ke jaringan internet saat digunakan
Perwakilan Puskesmas:
- Dr. irfan selaku perwakilan dan pemegang program lansia di
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
- Dokter Muda Trisakti (Imam Kurniawan, Bani Diara, Rayhanna Nur
Asyiah)
Poin-poin yang disampaikan:
- Sebelumnya sudah pernah dilakukan pelatihan skrining lansia,
pelatihan akan melakukan refreshing mengenai materi lansia dan
sosialisasi metode skrining secara E-screening
- Kuisioner E-screening terdiri dari beberapa section, Section 1 berisi;
identitas pemberi skrining, identitas lansia( Nama NIK), BB, TB , TD
keluhan dan riwayat penyakit pasien lansia. Section 1 berisi: kuisioner
untuk menilai ADL / Activity Daily Living. Section 2 berisi: kuisioner
84
berisi pertanyaan seputar nutrisi pada pasien. Section 3 berisi: kuisioner
berisi pertanyaan AMT / untuk menilai memori pasien. Section 4 berisi
: kuisioner risiko jatuh pada lansia
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdAegMVOlccrNsqqRgU6XQ8T1tR0w7XVH0VkenD7tuzolNFxg/viewfor
m
2. Mengeklik link yang sudah disediakan, dan setalah itu akan keluar
tampilan seperti berikut :
85
86
3. Setelah itu pengguna bisa mulai mengisi form nya dimulai dengan
mengisi identitas, lanjut ke Instrumen yang dimulai dari ADL,AMT ,
dan risiko jatuh lansia, nutrisi.
4. Dengan itu secara otomatis form yang sudah diisi akan terkirim ke
email Pemegang Program.
5. Dari semua form yang sudah dikirim , akan keluar dalam bentuk
google spreadsheets.
Pengumpulan data dan pelaporan hasil skrining lansia
Form kuesioner yang telah direspon oleh penerima pada akhirnya akan terkumpul
secara otomatis dalam lembar aplikasi Google Sheet. Aplikasi ini bekerja mirip
dengan lembar kerja Microsoft Excel. Google Sheet telah menanamkan fungsi-
fungsi atau formula untuk penghitungan matematis. Jadi baik kader bahkan
pemegang program tidak perlu menghitung total skor yang didapet dan
menginsterprestasikan, dikarenakan secara otomatis dari Instrumen ADL,
Pemeriksaan nutrisi, AMT, dan Fall Risk akan terhitung dan sudah terinterprestasi
dengan sendirinya.
87
muda Trisakti, di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pondok labu. Hasil evaluasi
e-screening yaitu didapatkan bahwa perlu adanya banyak latihan dalam
menggunakan metode ini agar para kader terbiasa dalam penggunaannya sehingga
skrining bisa dilakukan dengan cepat.
88
Lansia Kategori A : 189 orang
Alur 1
Lansia Kategori B : 32 orang
Berdasarkan lokasi skrining E-screening yang dilakukan, data tersebut dapat dibagi
menjadi:
Tabel 29. Data jumlah lansia yang terskrining bulan januari – maret diluar puskesmas
puskesmas Posyandu lansia posbindu Door to door
90 70 20 42
89
Tabel 30. Tambahan data Jumlah Lansia terjaring dengan E-Screening
Sebelum Sesudah
(januari) (februari- maret)
1 10 40
2 2 16
3 5 8
4 7 11
5 4 10
6 6 36
7 2 25
8 1 12
9 1 9
10 2 11
Dari data tersebut untuk lansia dengan pasca rawat, gangguan nutrisi dan
gangguan psiko-kognitif disarankan untuk dlakukan intervensi berupa :
1. Puskesmas Kelurahan
- Melakukan pemeriksaan sesuai keluhan pada lansia di poli Lansia
Puskesmas kelurahan atau jika pasien memiliki disabilitas maka pemegang
program dan dokter puskesmas melakukan home visit untuk melakukan
pemeriksaan. Apabila lansia memiliki tanda-tanda gangguan jiwa, lansia
dapat di rujuk ke Poli psikiatri puskesmas kecamatan untuk dilakukan
tindakan lanjutan. Namun, apabila lansia tidak memiliki tanda-tanda
gangguan jiwa namun membutuhkan tindakan lanjutan tetapi tidak tersedia
di puskesmas kecamatan, pasien akan langsung dirujuk ke RS. Puskesmas
kelurahan juga mengontrol pasien yang dirujuk balik. Dengan indikator
keberhasilan berupa:
• Lansia yang melakukan kontrol rutin tiap bulannya baik ke
puskesmas setelah di rujuk balik.
90
• Perbaikan dari tekanan darah, hasil lab, kondisi fisik
- Edukasi dan konseling oleh tenaga dokter di puskesmas, dengan target
minimal 1 bulan sekali.
91
2. Puskesmas Kecamatan
- Menerima rujukan dari puskesmas kelurahan dan melakukan tindakan
lanjutan sesuai dengan rujukan yang diberikan oleh puskesmas kelurahan.
Apabila puskesmas tidak memiliki fasilitas untuk melakukan tindakan
lanjutan maka puskesmas merujuk ke RS yang memiliki poli lansia.
indikator keberhasilan berupa:
• Lansia dirujuk sesuai dengan kondisi.
n:
92
RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANJUT USIA
1. Memperkuat dasar hokum pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia
2. Meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan yang melaksanakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia
3. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut
usia yang melibatkan lintas program, sektor, organisasi profesi, lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, media massa dan pihak terkait lainnya.
4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia
5. Meningkatkan peran serta pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lanjut usia dalam upaya
peningkatan kesehatan lanjut usia
6. Meningkatkan peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat
90
7.2 Hasil Evaluasi Data Kuantitatif
Dari hasil skrining lansia di puskesmas Kelurahan Pondok labu dalam
beberapa bulan terakhir adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah
Sebelum E-Screening
januari 44
februari 120
Setelah E-Screening
Maret ( hingga 04 maret 2020 ) 58
Total 222
91
Bulan Jumlah Persentase N Persentase
perbulan kumulatif kumulatif
Dari data diatas, menunjukkan adanya kenaikan capaian program sebesar 6,7% dengan
menggunakan E-screening dari tahun sebelumnya yang peningkatannya hanya dengan
menggunakan P3G manual.
92
Kelebihan setelah menggunakan E–Screening lansia;
- Skrining yang dilaksanakan menjadi lebih mudah dan cepat
- Tidak lagi menggunakan kertas sehingga dapat menghemat biaya
- Lebih mudah mendeteksi dini gangguan pada lansia serta tindak lanjutnya
- Sistem pelaporan langsung dapat dimonitor oleh pemegang program
93
BAB VIII
REKAPITULASI HASIL
94
PROSES
95
PROSES
7 Pemantauan data yang Meningkatnya Pelaporan dan Maret Didapatkan data dengan
sudah terinput dari kualitas sistem pencatatan 2020 mudah dan cepat dalam
penggunaan metode E- pelaporan dan pelaporan dan pencacatan
Screening pencacatan yang dalam kegiatan skrining
(Pemantauan) terstruktur dan yang sudah dilakukan oleh
sistematis para kader lansia dan
dokter muda. Dan data
yang dilaporkan 1 bulan
sekali
96
97
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Agar program skrining kesehatan lansia dapat berjalan dengan lebih efektif,
telah diberikan intervensi kepada petugas kesehatan yang akan melakukan kegiatan
skrining kesehatan lansia, yakni kepada para kader lansia di wilayah kerja Pondok
Labu. Intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan dan
penyuluhan kepada para kader lansia, membuatkan form e-screening, memberikan
guideline dan pelatihan dalam menggunakan form form e-screening di lapangan.
Penyuluhan yang dilakukan juga menjelaskan dasar dan tujuan dilakukannya
skrining kesehatan lansia, target skrining. Selama penyuluhan juga disediakan
waktu untuk tanya jawab tentang materi ataupun jika ingin berkonsultasi tentang
kesulitan dalam pengertian dan cara menggunakan form e- screening, serta
koordinasi dalam melakukan skrining kesehatan lansia. Tata cara pelaporan juga
sudah diberikan kepada setiap kader dan puskesmas, agar puskesmas lebih mudah
dan lebih baik lagi dalam memberikan interverensi kesehatan pada lansia.
98
Saran
Bagi Puskesmas
99
LAMPIRAN
1. Sosialisasi manfaat skrining P3G dan melakukan skrining P3G
100
101
Sosialisasi dan Pelatihan Kader
102
103
104
100
101
1. Tampilan E-Screening
102
103
7, Tampilan Spreadsheet
104
8. Data Hasil Skrining
104
105
106
107
108
109
DAFTAR PUSTAKA
1) InfoDATIN. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2014
2) Susilo D, Chamami A, Handayani N. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat
Statistik. Jakarta. 2015
3) Badan Pusat Statistik. Statistik penduduk lanjut usia tahun 2017. Diakses 1 Februari
2019
a. https://www.bps.go.id/publication/2018/04/13/7a130a22aa29cc8219c5d153/s
tatistik-penduduk-lanjut-usia-2017.html
4) Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Situasi Lanjut Usia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%2
0lansia%202016.pdf