Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG KEMATIAN IBU DAN BAYI

DOSEN :
LELA ZAKIAH S.ST.M.Kes

DISUSUN OLEH :
ANI MARLINA (04419614034)
FINA ALFIONITA F (04419614040)
INDAH DWI FORTUNA (04419614043)

YULIA NUSAFITRI (04419614063)

KELAS : 3B

AKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA BOGOR


TAHUN 2020/2021
Jl. Brigjen Saptadji Hadiprawira cilendek No.19, RT.01/RW.01,cilendek, kec.bogor barat, Kota bogor,
Jawa barat 16112
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia dibumi telah diketahui secara umum dan berdampak
merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas
terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, berat badan lahir rendah ( BBLR ),
tingkat kesuburan, asuhan antenatal care ( ANC ), yang kurang dikomunitas, pertolongan persalinan non -
kesehatan, sindrom pra - menstruasi, perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan komunitas. Penting bagi bidan untuk memberi pelayanan yang komprehensif dan menyeluruh
kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui kebutuhan pelayanan kebidanan.

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam pelayanan
kebidanan, yaitu manusia, masyarakat / lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu
pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf
kesejahteraan hidup masyarakat.

Namun dalam kebidanan Komunitas terdapat juga issue kesehatan yang menjadi sebuah masalah
kebidanan di Komunitas yang dijumpai dalam kebidanan komunitas dan menjadi salah satu peran tugas
dan tanggung jawab bidan dalam menangani masalah tersebut diantaranya kematian ibu dan bayi.

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam
penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi ( AKB ). Bidan
memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek
pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama - sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan
dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai
acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian
profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.

Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia diperkirakan 248 / 100.000 kelahiran hidup ( SDKI 2007 ). Itu
artinya jika diperkirakan setiap tahun ada lima juta ibu yang melahirkan maka setiap tahun pula ada
sebanyak 18.000 ibu yang meninggal dunia atau 2 orang ibu setiap satu jam. Dan tiga penyebab utama
kematian ini adalah pendarahan ( 28% ), eklampsia ( 24% ) dan infeksi ( 11% ). Berdasarkan data itu
pula, Angka Kematian Ibu Indonesia menempati peringkat tertinggi di Asia Tenggara.

Persoalan terpenting lainya adalah persoalan kelangsungan hidup anak. Dari 18 juta balita yang ada di
Indonesia saat ini, paling tidak 5 juta diantaranya menderita kekurangan gizi dan 1,7 juta lainnya
mengalami gizi buruk. Penyebabnya adalah faktor kemiskinan dan faktor lain adalah budaya dan
ketidaktahuan. Hal ini pula yang menyebabkan tingginya Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Indonesia.
Berdasarkan Human Development Report tahun 2007, AKB Indonesia bertengger pada posisi 43,5 / 1000
kelahiran hidup, dan itu artinya dari 5 juta bayi yang lahir, 217 ribu diantaranya meninggal dunia atau
sekitar 650 anak setiap harinya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kebidanan komunitas?

2. Apakah tujuan pelayanan kebidanan komunitas?

3. Apa saja masalah - masalah kebidanan komunitas tentang kematian ibu dan bayi?

1.3. Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Definisi Kebidanan Komunitas.

2. Tujuan pelayanan Kebidanan Komunitas.

3. Masalah kematian ibu dan bayi dalam Kebidanan Komunitas


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ), Keluarga
Berencana ( KB ), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan -
hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu
sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga
diperlukan bidan di masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga
dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang
dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.

Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang tinggal beserta aspek - aspek
sosialnya. Hubungan - hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung
terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun
sakit.

2. Tujuan Kebidanan Komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga
merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga.
Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia, dan
sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di
dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu. Sebagai bidan yang
bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu :

a. Sebagai Pendidik.
b. Sebagai Pelaksana ( Provider ).
c. Sebagai Pengelola
d. Sebagai Peneliti.
e. Sebagai Pemberdaya.
f. Sebagai Pembela Klien ( Advokat ).
g. Sebagai Kolaborator.
h. Sebagai Perencana

3. Masalah Kebidanan di Komunitas tentang Kematian Ibu


Sebagai seorang bidan yang bekerja di komunitas, harus mengetahui dan memahami beberapa pokok
permasalahan yang terjadi di komunitas, diantaranya kematian ibu dan bayi. Angka Kematian Ibu ( AKI )
dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan
suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Keselamatan dan kesejahteraan perempuan dan anak
sangat penting tidak saja bagi pemenuhan hak hidup sehat bagi mereka, tapi juga dalam mengatasi
masalah ekonomi, sosial dan tantangan pembangunan.

Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan, atau dalam 42 minggu hari setelah
persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan dan atau diperburuk oleh kehamilan atau
penangannya, tetapi bukan karena kecelakaan.

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental
( faktor kebetulan ).

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas ( dalam 42
hari ) setelah persalinan. Jumlah kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai angka 307 / 100.000
kelahiran.

Angka Kematian Ibu ( AKI ) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator
terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI
tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248 / 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan
dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307 / 100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh
menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102 / 100.000 kelahiran hidup.
Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan
sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan komunitas di lini terdepan, mempunyai
peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.

Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena:

1. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000
persalinan tinggi.

2. Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari angka target nasional.

3. Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah kesehatan.

Berdasarkan penyebab kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung.

1. Penyebab Langsung

Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil dan bersalin, diantaranya:

a. Perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu. Perdarahan pada ibu dapat terjadi baik pada
masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

Tanda - tanda perdarahan yang perlu kita kenali, yaitu:

➢ Mengeluarkan darah dari jalan lahir > 500 cc atau kira kira 2 gelas.

➢ Ibu bisa juga mengamati bila keluar darah hingga menembus pakaian dan tak kunjung berhenti dengan
warna darah merah segar.

➢ Hati - hati bila perdarahan disertai salah satu atau lebih keluhan seperti rasa mau pingsan, mata
berkunang - kunang atau penglihatan kabur, keluhan pusing kepala, kesemutan, telapak tangan dan kaki
menjadi pucat dan dingin. Nafas menjadi sesak atau tersengal – sengal.

Macam – macam perdarahan:

➢ Perdarahan pada Masa Kehamilan

❖ Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Aborsi itu
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu aborsi spontan dan aborsi buatan. Aborsi spontan adalah aborsi yang
terjadi secara alami tanpa adanya upaya - upaya dari luar ( buatan ) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Sedangkan aborsi buatan adalah yang terjadi akibat adanya upaya - upaya tertentu untuk mengakhiri
proses kehamilan. Abortus Provakatus ( induced abortion ).

Abortus memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup
seorang wanita. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat
melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi salah satunya kematian mendadak karena perdarahan
hebat.

❖ Plasenta Previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( OUI ). Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian fundus uteri. Plasenta previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang
terjadi pada trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin.
Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada trimester kedua dan ketiga.

Angka kematian maternal karena plasenta previa cukup tinggi. Bayi yang lahir dengan plasenta previa
cederung memiliki berat badan yang rendah dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko
kematian neonatal juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibanding dengan bayi tanpa plasenta
previa. Pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat
plasenta previa.

❖ Solusio Plasenta
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri sebelum lahirnya
janin, biasanya terjadi pada trimester ketiga. Jika penanganan solusio plasenta tidak benar,maka dapat
berakibat pada janin maupun ibunya.

❖ Trauma fisik pada saat kehamilan

Trauma fisik pada saat kehamilan dapat menyebabkan perdarahan pada ibu hamil. Trauma fisik yang
terjadi pada kehamilan muda dapat berakhir menjadi abortus. Jika tidak segera ditangani dengan baik
maka akan menyebabkan kematian pada ibu maupun pada janin.

➢ Perdarahan pada Masa Persalinan

❖ Proses persalinan yang tidak aman ditolong dukun.

❖ Usia ibu terlalu muda ( kurang dari 20 tahun ) ibu yang hamil usia muda kondisi alat kandungan belum
siap sehingga mudah terjadi perdarahan.

❖ Ibu terlalu tua ( lebih dari 35 tahun ). Kondisi fisik ibu bila tidak terjaga kesehatannya akan beresiko
terhadap kemungkinan perdarahan.

❖ Melahirkan anak dengan jarak terlalu dekat, kurang dari 2 tahun.

❖ Terlalu sering melahirkan, misalnya ibu yang melahirkan lebih dari 3 kali.

❖ Kondisi kesehatan ibu akibat penyakit kronis dan anemia ( kurang darah ) dan gizi yang buruk.

❖ Gangguan pembekuan darah.

❖ Gangguan Kontraksi Uterus ( atonia uteri ).

Akibat kontraksi rahim yang tidak adekuat,dapat menyebabkan perdarahan saat proses persalinan.
Sehingga apabila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal pada ibu atau janin.

➢ Perdarahan pada Masa Nifas

❖ Kontraksi rahim yang tidak adekuat ( inersia uteri ).

❖ Luka jahitan jalan lahir yang terbuka.

❖ Praktek Budaya masyarakat yang merugikan ibu, seperti pijat daerah perut ke dukun, dengan tujuan
memulihkan posisi alat kandungan.

b. Pre Eklampsia dan Eklampsi

Pre eklampsia adalah salah satu kondisi medis dengan Gejala hipertensi saat kehamilan, beberapa ibu
mempunyai resiko Pre eklampsia saat Kehamilan, dengan tanda tingginya tekanan darah yang lebih dari
140 / 90 mmHg, tungkai bawah bengkok berlebihan dan adanya protein dalam urin ( Proteinuria ).
Preeklampsia merupakan penyebab kematian nomer dua terhadap Ibu Hamil setelah pendarahan.

c. Infeksi
Infeksi dapat terjadi pada masa kehamilan,persalinan dan masa nifas.Pada masa nifas Infeksi terjadi
karena luka jalan lahir pasca persalinan biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Apabila ibu
mengalami infeksi maka dan tidak ditangani dengan baik, maka dapat membahayakan nyawa ibu.

d. Partus Lama / Peralinan Macet

2. Penyebab tidak langsung

a. Pendidikan Ibu - Ibu Terutama yang Ada di Pedesaan Masih Rendah

Pendidikan ibu berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam pencapaian akses informasi yang terkait
dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu. Masih banyak ibu dengan pendidikan rendah
terutama yang tinggal di pedesaan yang menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah kodrat
wanita yang harus dijalani sewajarnya tanpa memerlukan perlakuan khusus ( pemeriksaan dan
perawatan ).

b. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Indonesia yang Mengutamakan Bapak Dibandingkan Ibu

Contohnya adalah budaya Indonesia mengutamakan kepala keluarga untuk mendapat makanan bergizi,
dan ibu hamil hanya sisanya.

c. Terlalu dalam Melahirkan

Yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak.

d. Terlambat

Yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan
terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.

➢ Terlambat mengambil keputusan sering dijumpai pada masyarakat kita, bahwa pengambil keputusan
bukan di tangan ibu, tetapi pada suami atau orang tua, bahkan pada orang yang dianggap penting bagi
keluarga. Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan dalam
kasus kebidanan yang membutuhkan penanganan segera. Keputusan yang diambil tidak jarang didasari
atas pertimbangan factor sosial budaya dan faktor ekonomi.

➢ Terlambat dalam pengiriman ke tempat rujukan adalah keterlambatan ini paling sering terjadi akibat
factor penolong ( pemberi layanan di tingkat dasar ).

➢ Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan adalah keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan


kesehatan merupakan masalah di tingkat layanan rujukan. Kurangnya sumber daya yang memadai, sarana
dan prasarana yang tidak mendukung dan kualitas layanan di tingkat rujukan, merupakan factor penyebab
terlambatnya upaya penyelamatan kesehatan ibu.

4. Penanganan Kematian Ibu di Kebidanan Komunitas

Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu disebut Making Pregnancy Safer
( MPS ), yang mengandung 3 pesan kunci, yaitu:
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
b. 2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat ( memadai ).
c. 3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
d. Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI, yaitu:

1. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, meliputi:

a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar.

c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor.

2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola


program, agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi daerah.

3. Sosialisasi dan advokasi, melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi
tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi.

5. Masalah Kebidanan Komunitas tentang Kematian Bayi

1. Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1
tahun. Angka kematian bayi ( AKB ) mencapai 35 / 1.000 kelahiran hidup. Definisi lain, yaitu kematian
bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun.
Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35 / 1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan
BPS tahun 2007 sebesar 27 / 1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17 /
1000 kelahiran hidup.

2. Penyebab Kematian Bayi

Penyebab kematian bayi meliputi:

a. Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor -faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat - akibat
asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang
akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala -
gejala lanjut yang mungkin timbul.

b. Infeksi

Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir sampai 1
bulan atau 4 minggu pertama, ditandai dengan gejala-gejala sistemik dan bakteremia. Sepsis merupakan
respon sistemik terhadap infeksi oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Sedangkan bakteremia adalah
ditemukannya bakteri dalam kultur darah.

85% neonatus dengan infeksi awal terjadi dalam 24 jam, 5% pada 24 -48 jam, dan sedikit yang terjadi
antara 48 jam – 6 hari. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan
oleh infeksi nosokomial ( infeksi yang didapat di rumah sakit ). Onset lebih cepat pada bayi prematur.
Sepsis neonatorum disebut juga sepsis, atau septikemi neonatal.

c. Hipotermi

Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36oC - 37,50oC pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia
apabila suhu < 36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin,
maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang ( suhu 32oC - < 36o C ). Disebut hipotermia berat bila
suhu tubuh < 32o C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah
( low reading termometer ) sampai 25oC. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan
awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
( terjadi hipoksia ), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya
berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.

d. BBLR

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 ( satu ) jam setelah lahir.

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur,
paritas, dan lain - lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor
janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

e. Trauma persalinan

Pada saat persalinan, perlukaan, atau trauma kelahiran kadang - kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih
sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan persalinan secara
sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut.

Insidensi trauma lahir diperkirakan sebesar 2 - 7 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun insiden telah
menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian
obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang
bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang
memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat
laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga
merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal. Di Indonesia angka kematian
perinatal adalah 44 per 1000 krlahiran hidup, dan 9,7% diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir.

f. Penyebab lain meliputi pemberian makan secara dini, pengetahuan yang kurang tentang perawatan
bayi, tradisi ( masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan ), serta sistem rujukan yang kurang efektif.

3. Penanganan Kematian Bayi

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi, yaitu:

a. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.

b. Peningkatan ASI Eksklusif, status gizi, deteksi dini, dan pemantauan tumbuh kembang.

c. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.

d. Program Manajemen Tumbuh Kembang Balita Sakit dan Manajemen Tumbuh Kembang Balita Muda.

e. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan tepat.

f. Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman dan perawatan pasca persalinan sesuai standar
kesehatan.

g. Program ASUH.

h. Keberadaan bidan desa.

i. Perawatan neonatal dasar.

Departemen umum Departemen Kesehatan RI menurut Menkes adalah menurunkan angka kematian bayi
dan 33 / 1000 menjadi 26 / 1000 kelahiran hidup. Demikian pula, prevalensi gizi kurang pada balita
ditekan dari 25,8% menjadi 20%, umur harapan hidup. Dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. Untuk
mencapai target tersebut telah disiapkan Departemen Kesehatan dalam empat strategi pokok, yakni:

a. Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.

b. Mendekatkan akses keluarga miskin daan rentan terhadap layanan kesehatan berkualitas.

c. Meningkatkan surveilence.

d. Meningkatkan pembiayaan dibidang kesehatan.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak ( KIA ) secara
paripurna. Namun dalam kebidann Komunitas terdapat juga issue kesehatan yang menajdi sebuah
masalah kebidanan di Komunitas yang dijumpai dalam kebidan komunitas dan menjadi salah satu peran
tugas dan tanggung jawab bidan dalam menangani masalah tsebut diantaranya kematian ibu dan bayi.

Saran
Secara professional, bidan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, partnership dengan perempuan
untuk kelancaran untuk memberi support pada masyarakat. Bidan juga lebih memperhatikan pada issue
kematian ibu dan bayi dalam kebidanan komunitas.

Anda mungkin juga menyukai