Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Magang merupakan salah satu materi kurikulum 2015 pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana yang berbasis kompetensi
dan wajib diprogramkan oleh setiap mahasiswa yang telah menyelesaikan
beberapa persyaratan akademik, sebagaimana tertera pada Pedoman
Pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana. Program magang
dirancang untuk melengkapi pengelaman dan ketrampilan setiap mahasiswa
FKM Undana, guna meningkatkan kompetensinya sesuai dengan bidang
keilmuan pada masing-masing jurusan. Melalui kegiatan magang ini setiap
mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengenal dunia kerja yang akan di
gelutinya, serta dapat menerapkan berbagai ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh pada bangku kuliah dalam menanggulangi permasalahan-
permasalahan kesehatan masyarakat yang dihadapi di lokasi magangnya.
Dengan demikian, setiap mahasiswa diharapkan akan memperoleh
pengalaman empiris terhadap berbagai ilmu pengetahuan yang bersifat
teoritis yang telah di pelajarinya dengan fenomena permasalahan kesehatan
masyarakat dilapangan.
Kegiatan magang dilaksanakan berdasarkan hasil kerja sama FKM
UNDANA dengan berbagai instansi, salah satunya adalah BPJS Kesehatan
Cabang Kupang. BPJS Kesehatan memulai oprasional pada tanggal 1 januari
2014 yang berasaskan kemanusiaan, manfaat dan keadolan bagi seluruh
rakyat indonesia serta berprinsip. BPJS Kesehatan merupakan Badan hukum
publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Jaminan kesehatan merupakan jaminan agar semua peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau telah
2

dibayarkan oleh pemerintah sesuai dengan UU No 24 tahun 2011 tentang


badan penyelenggara jaminan sosial.
Dalam pelaksaanaannya, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
memiliki suatu aturan terkait rujukan yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang berkerja sama dengan badan tersebut. Hal ini tertera dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 1 tahun 2012 tentang sistem
rujukan pelayanan kesehatan perorangan. Dalam aturan tersebut menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yakni tingkat pertama,
kedua dan ketiga. Sebelum Rujukan di tujukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat ketiga, maka rujukan tersebut sudah harus melewati
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan kedua. Namun pada
penerapan di lapangan, masih terdapat kekeliruan dalam pelaksanaan sistem
rujukan berjenjang ini. Hal ini dapat berdampak pada meningkatnya jumlah
rujukan yang masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga, dan tidak
menutup kemungkinan bahwa dapat terjadi penumpukan rujukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut. Pada bulan Januari hingga Juni 2015
contohnya. Diketahui terjadi penumpukan rujukan di RSUD PROF. DR. W.Z
Johhanes yakni mencapai lebih dari 30.000 rujukan. (Data Rujukan, BPJS
Center 2015)
Kajian diatas melatarbelakangi kelompok untuk mengangkat tema
yakni pemetaan sistem rujukan berjenjang dari Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama ke fasilitas kesehatan tingkat rujukan.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran sistem rujukan berjenjang dari
fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Kupang Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran sistem rujukan dari fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primer) ke fasilitas kesehatan tingkat
kedua (sekunder) di Kota Kupang Tahun 2015.
3

b. Memberikan gambaran sistem rujukan dari fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat kedua (sekunder) ke fasilitas kesehatan tingkat
ketiga (tersier) di Kota Kupang Tahun 2015.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa menyangkut
Tugas pokok dan fungsi di BPJS Kesehatan Cabang Kupang serta
mampu menganalisis dan memecahkan masalah khususnya masalah yang
terkait dengan sistem rujukan berjenjang.
1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk pengembangan
pengetahuan.
1.4.3 Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi BPJS Kesehatan
Cabang Kupang terkait masalah sistem rujukan berjenjang yang terjadi di
kota kupang sehingga dapat dilakukan penentuan rencana strategis
terhadap kebijakan yang diambil maupun penyusunan program.
4

BAB II

METODOLOGI

2.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan


2.1.1. Lokasi
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan Cabang Kupang jalan W. J. Lalamentik
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
2.1.2. Waktu
Pelaksanaan magang dimulai sejak tanggal 08 Oktober sampai
dengan 31 Oktober 2015, pada Senin sampai Jumat jam 07.30 s/d 14.00
WITA dengan total waktu kerja adalah lebih dari 128 jam kerja atau
setara dengan 16 kali pertemuan.

2.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

2.2.1. Jenis Data

a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari observasi
dan wawancara dengan pembimbing instansi dan beberapa staf di
BPJS Provinsi NTT untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan prioritas masalah.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen dan
laporan yang ada di instansi yang bersangkutan yakni data pelaporan,
monitoring dan evaluasi.
5

2.3. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data


2.3.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan terdiri dari:


1. Wawancara dan Observasi
Dilakukan observasi terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan
masalah yang ada, disertai dengan wawancara dalam diskusi bersama
pihak BPJS Kesehatan Cabang Kupang.
2. Dokumentasi
Mendokumentasikan berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama
kegiatan magang berlangsung

2.3.2 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan, diolah secara manual dan
komputerisasi kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif.

2.3.3 Metode Penentuan Prioritas Masalah


Penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon
dengan penentuan kriteria berdasarkan kemudahan penanganan masalah.
6
7

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

3.1. Keadaan Geografi Wilayah Kerja BPJS Kesehatan Cabang Kupang


Kota Kupang yang dibentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor
Tahun 1996, tanggal 25 April 1996 terletak antara 100 36’ 14” - 100 39’ 58”
LS dan antara 1230 32’ 23” – 1230 37’ 01”. BT. Batas-batasnya:
 Sebelah Utara : Teluk Kupang.
 Sebelah Selatan : Kec. Kupang Barat – Kab. Kupang.
 Sebelah Barat : Kec. Kupang Barat – Kab. Kupang dan Selat Semau.
 Sebelah Timur : Kec. Kupang Barat dan Kec. Kupang Tengah – Kab.
Kupang.
Luas wilayah daratan 180.27 Km2 atau 0,004 % dari luas propinsi NTT
(47.349,9 Km2).

3.2. Keadaan Demografi Wilayah Kerja BPJS Kesehatan Cabang Kupang


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2013
tercatat jumlah penduduk Kota Kupang sebanyak 378.425 jiwa. Angka
pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Kelapa Lima, hal ini diduga
adanya perpindahan penduduk yang masuk ke wilayah ini dari kabupaten dan
kecamatan lain, maupun dalam wilayah Kota Kupang sendiri (BPJS
Kesehatan Kota Kupang, 2013).
Pada Tahun 2010 juga terjadi pemekaran Kecamatan, dari 4 Kecamatan
menjadi 6 Kecamatan, dimana Kecamatan Oebobo dimekarkan menjadi
Kecamatan Oebobo dan Kota Raja, dan Kecamatan Kelapa Lima dimekarkan
menjadi Kecamatan Kelapa Lima dan Kota Lama.
Adapun nama Kecamatan yang menjadi wilayah kerja BPJS Kesehatan
Cabang Kupang adalah :
1. Kecamatan Alak
2. Kecamatan Kelapa Lima
8

3. Kecamatan Maulafa
4. Kecamatan Oebobo
5. Kecamatan Kota Lama
6. Kecamatan Kota Raja

3.3. Dasar Pembentukan BPJS Kesehatan Cabang Kupang


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang
dikelola PT Askes Indonesia (Persero), namun sejak tanggal 1 Januari 2014,
PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan. Dasar hukum yang
melandasi terbentuknya BPJS Kesehatan:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2012
tentang Penerimaaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan
5. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
6. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3.4. Visi dan Misi BPJS Kesehatan


1. Visi
Visi BPJS Kesehatan sebagaimana telah ditetapkan pada Rencana Strategis
BPJS Kesehatan adalah : “Cakupan Semesta 2019” ;
Dengan penjelasan, paling lambat tanggal 01 Januari 2019, seluruh
penduduk Indonesia memiliki Jaminan Kesehatan Nasional untuk
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
9

memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS


Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
2. Misi
a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan
yang optimal dengan fasilitas kesehatan.
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana
BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS
Kesehatan.

3.5. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan
Mewujudkan BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi 121,6 juta jiwa penduduk Indonesia di
wilayah Indonesia mulai 1 Januari 2014, dan secara bertahap mampu
mencakup seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 257 juta
jiwa
2. Sasaran
10

Untuk mewujudkan Visi dan Misi BPJS Kesehatan, maka sasaran strategi utama
yang ditetapkan adalah :
a. Tercapainya kepesertaan semesta sesuai peta jalan menuju Jaminan
Kesehatan Nasional tahun 2019.
b. Tercapainya jaminan pemeliharaan kesehatan yang optimal dan
berkesinambungan.
c. Terciptanya kelembagaan BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan
terpercaya

3.6. Tata Nilai Organisasi


BPJS Kesehatan menetapkan dan mengembangkan nilai-nilai organisasi
yang diharuskan menjadi Tata Nilai bagi seluruh Duta BPJS Kesehatan, yaitu
cerminan sikap seluruh Duta BPJS Kesehatan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya di organisasi.
Tata nilai yang harus dijadikan Tata Nilai Kerja oleh Duta BPJS
Kesehatan terdiri dari :
1. Integritas (Integrity)
Integritas merupakan prinsip dalam menjalankan setiap tugas dan
tanggung jawab melalui keselarasan berpikir, berkata dan berperilaku
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Profesional (Professional)
Profesional merupakan karakter dalam melaksanakan tugas dengan
kesungguhan, sesuai kompetensi dan tanggung jawab yang diberikan.
3. Pelayanan Prima (Service Excellent)
Pelayanan Prima merupakan tekad dalam memberikan pelayanan
terbaik dengan ikhlas kepada seluruh peserta.
4. Efisiensi Operasional (Operational Efficiency)
Efisiensi Operasional merupakan upaya untuk mencapai kinerja optimal
melalui perencanaan yang tepat dan penggunaan anggaran yang rasional
sesuai dengan kebutuhan.
11

BAB IV
IDENTIFIKASI, PRIORITAS MASALAH DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH

4.1. Identifikasi Masalah


1. Kesalahpahaman peserta pengguna kartu BPJS Kesehatan di tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Ketepatan penggunaan kartu BPJS Kesehatan di tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan primer sangatlah penting karena berkaitan dengan
penganggaran yang akan dibayarkan oleh BPJS Kesehatan ke fasilitas
kesehatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di Puskesmas Oepoi, Puskesmas Oesapa dan Puskesmas
Kupang Kota, didapatkan adanya kekeliruan yang terjadi ketika peserta
pengguna BPJS Kesehatan datang melakukan pemeriksaan ataupun
pengobatan di ketiga Puskesmas tersebut. Kekeliruan tersebut terlihat dari
kartu yang hendak digunakan pasien untuk berobat. Pada kartu tersebut
tercetak nama fasilitas kesehatan Oebobo, namun pasien hendak
menggunakan kartu tersebut untuk berobat di Puskesmas Oepoi padahal
seharusnya pasien melakukan pengobatan di Puskesmas Oebobo. Hal yang
sama terjadi pula di dua Puskesmas lainnya.
2. Pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan
Skrining Riwayat Kesehatan yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan
terdiri dari dua bentuk yakni skrining untuk preventif primer yang
merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak biaya
besar dan menjadi fokus pengendalian BPJS Kesehatan, serta skrining
untuk preventif sekunder. Adapun tujuan diadakannya Skrining tersebut
yakni untuk mendeteksi faktor risiko penyakit kronis dalam rangka
mendorong peserta untuk sadari dini, deteksi dini, dan cegah risiko secara
dini terhadap penyakit kronis. Sasaran skrining riwayat kesehatan ini
meliputi semua peserta BPJS Kesehatan yang berusia 30 tahun ke atas dan
dilakukan setiap satu tahun sekali.
12

Pelaksanaan skrining riwayat kesehatan, perlu memperhatikan hal-


hal berikut:
a. Pengadaan formulir Skrining Riwayat Kesehatan diantisipasi supaya
tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan Skrining Riwayat
Kesehatan.
b. Peserta sasaran diwilayah terpencil tidak tercakup, karena kondisi
geografis yang sulit dijangkau.
c. Pengisian formulir Skrining Riwayat Kesehatan tidak valid dan tidak
lengkap (tidak sesuai dengan kondisi kesehatan peserta).
d. Target tidak tercapai, karena peserta tidak bersedia mengikuti program
Skrining Riwayat Kesehatan (takut kondisi kesehatan diketahui).
e. Luaran data tidak valid, disebabkan karena proses entri yang tidak
optimal

3. Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes


Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal
yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. Sistem ini dilaksanakan
secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di fasilitas kesehatan sekunder
hanya dapat diberikan atas rujukan dari fasilitas kesehatan primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di fasilitas kesehatan tersier hanya
dapat diberikan atas rujukan dari fasilitas kesehatan sekunder dan
fasilitas kesehatan primer.
13

Alur rujukan tersebut mendapat pengecualian jika terjadi


keadaan gawat darurat, bencana dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien dalam hal ini untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan lanjutan. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak
terjadi ketidak tepatan dalam melakukan rujukan, diantaranya adalah
rujukan yang sebenarnya masih dapat ditangani pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama, namun karena atas dasar permintaan pasien maka
rujukan tersebut diberikan kepada pasien, untuk melakukan pengobatan
di fasilitas kesehatan tingkat ketiga, tanpa melewati fasilitas kesehatan
tingkat kedua. Padahal seharusnya jika penyakit yang di alami tersebut
dapat ditangani di fasilitas kesehatan yang bersangkutan maka pasien
cukup melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan tersebut tanpa harus
melakukan rujukan ke tingkat selanjutnya.
Berikut ini adalah beberapa gambaran frekuensi rujukan dari
Puskesmas ke RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes Kupang, periode
Januari hingga Juni 2015.
Diagram 4.1. Gambaran Frekuensi Rujukan Puskesmas ke RSUD
PROF. DR. W. Z. JOHHANES Kupang, Periode
Januari - Juni 2015.
PUSKESMAS NAIONI
PUSKESMAS PENFUI
PUSKESMAS OESAPA
PUSKESMAS OEPOI
PUSKESMAS PASIR PANJANG
PUSKESMAS ALAK
PUSKESMAS KUPANG KOTA
PUSKESMAS OEBOBO
PUSKESMAS SIKUMANA
PUSKESMAS BAKUNASE
0 500 1000 1500 2000 2500 3000

JUMLAH RUJUKAN (KUNJUNGAN)


Sumber : BPJS Kesehatan KC. Kupang
14

Berdasarkan diagram 4.1. diatas dapat lihat bahwa Puskesmas


Bakunase dan Puskesmas Sikumana adalah yang terbanyak
memberikan rujukan ke RSUD. Prof. DR. W. Z. Johhanes yakni
mencapai hampir 3000 rujukan, dan Puskesmas dengan jumlah
rujukan paling sedikit adalah Puskesmas Naioni yang jumlah
rujukannya dibawah angka 500.

Diagram 4.2. Gambaran Frekuensi Rujukan Penyakit Dari


Puskesmas Sikumana ke RSUD PROF. DR. W.
Z. JOHHANES Kupang, Periode Januari - Juni
2015.
Pulpitis
Demam
Asma
abdomen akut
Stroke
Hipertensi
Diabetes tipe II
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

JUMLAH RUJUKAN
Sumber : BPJS Kesehatan KC. Kupang

Berdasarkan diagram 4.2. diatas dapat dilihat bahwa jenis


penyakit yang paling banyak dirujuk oleh Puskesmas Sikumana ke
RSUD. Prof. DR. W. Z. Johhanes adalah Diabetes, dengan jumlah
melebihi 150 rujukan. Disamping itu terlihat pula empat penyakit
yang memiliki frekuensi rujukan dibawah 100, yakni abdomen akut,
asma, demam dan pulpitis. Selain itu juga dapat dilihat jumlah
rujukan terbanyak mengarah ke penyakit degeneratif.
15

Diagram 4.3. Gambaran Frekuensi Rujukan Penyakit Dari


Puskesmas Bakunase ke RSUD PROF. DR. W. Z.
JOHHANES Kupang, Periode Januari - Juni
2015.

Jumlah Rujukan
Asma

Stroke

Gagal Ginjal Kronik

Diabetes Melitus tipe II

Hipertensi

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Jumlah Rujukan

Sumber : BPJS Kesehatan KC. Kupang

Berdasarkan diagram 4.3. diatas dapat dilihat bahwa


penyakit yang paling banyak di rujuk adalah hipertensi, dengan
jumlah rujukan melebihi 150 rujukan. Sedangkan penyakit dengan
rujukan terendah adalah asma, stroke dan gagal ginjal kronik yang
memiliki jumlah rujukan kurang dari 100 rujukan. Dalam diagram
tersebut juga terlihat bahwa, penyakit degeneratif memiliki jumlah
rujukan lebih banyak.

4.2. Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan data dan hasil wawancara maka ditemukan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Kesalahpahaman peserta pengguna kartu BPJS Kesehatan di tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan primer.
2. Pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan
3. Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes
16

Melihat pada masalah diatas, maka kami menggunakan metode Hanlon


untuk menentukan prioritas masalah dengan penentuan kriteria dilihat dari
kemudahan penanggulangan. Kriteria tersebut terbagi menjadi lima yakni
amat sulit, sulit, cukup sulit, mudah dan sangat mudah, dengan angka masing-
masing kriteria secara berturut-turut yaitu 5,4,3,2 dan 1. Setelah kriteria
ditetapkan, selajutnya dilakukan penetapan pembobotan yakni bobot 5 (sangat
penting), 4 (penting), 3 (cukup penting), 2 (kurang penting) dan 1 (tidak
penting).

Tabel 4.1. Penetapan Pembobotan


Rerata
A B c d E Total
Bobot nilai
Kesalahpahaman peserta
pengguna kartu BPJS
kesehatan di tingkat
3 4 2 2 3 14 2,8
fasilitas pelayanan
kesehatan primer (Fasilitas
kesehatan Primer).
Pelaksanaan Skrining
2 3 2 1 1 9 1,8
Riwayat Kesehatan
Rujukan Pasien dari
Puskesmas Ke RSUD
4 3 4 4 2 17 3,4
PROF. DR. W. Z.
JOHHANES

Berdasarkan rerata bobot nilai yang tercantum pada tabel 4.1 maka yang
menjadi prioritas masalahnya adalah rujukan pasien dari Puskesmas ke RSUD
Prof. DR. W. Z. Johhanes.
17

4.3. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan diskusi dalam kelompok yang melibatkan mahasiswa dan
beberapa staf BPJS dengan menggunakan metode Brainstorming, maka
kelompok bersepakat untuk merekomendasikan suatu alternatif pemecahan
masalah yang menunjukkan alur rujukan berjenjang sesuai dengan PMK No.
1 Tahun 2012 yakni melakukan pemetaan alur rujukan berjenjang dari
Fasilitas Kesehatan Primer (Puskesmas) hingga sampai pada Fasilitas
Kesehatan Tersier (RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes) menggunakan Quantum
GIS.
18

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Pada tingkat ini, fasilitas pelayanan kesehatan yang termasuk
didalamnya adalah rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat
pertama. Rawat jalan tingkat pertama terdiri dari Puskesmas atau yang setara,
praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik Pratama atau yang setara termasuk
fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/POLRI dan Rumah Sakit Kelas
D Pratama atau yang setara. Sedangkan rawat inap tingkat pertama meliputi
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mempunyai fasilitas rawat inap.
Adapun cakupan pelayanan dari rawat jalan tingkat pertama
diantaranya:
1. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas
kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan, kegiatan ini meliputi paling
sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),
Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio, dan Campak.
4. Keluarga berencana
5. Skrining kesehatan
6. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
7. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
8. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
9. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
10. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi
11. Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB pasca persalinan
19

12. Rehabilitasi medik dasar.


Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu:
1. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama tempat peserta terdaftar
2. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi berada di luar wilayah
fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar atau dalam
keadaan kegawatdaruratan medis.
3. Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila peserta melakukan
kunjungan ke luar domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan
kegiatan yang rutin. Untuk mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama tempat tujuan, maka peserta wajib membawa surat
pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan tujuan.
4. Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,
fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan
5. Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan,
tidak dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang baru sampai dengan akhir bulan berjalan. Peserta
berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang baru di bulan berikutnya.
6. Peserta dapat memilih untuk mutasi fasilitas kesehatan tingkat pertama
selain fasilitas kesehatan tempat peserta terdaftar setelah jangka waktu 3
(tiga) bulan atau lebih.
7. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan
sudah membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta dapat
langsung mendapatkan pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
tempat peserta terdaftar.
20

5.2. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut


Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjut meliputi klinik utama atau yang setara, Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus baik milik pemerintah maupun swasta yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Adapun cakupan pelayanan kesehatan pelayanan rawat jalan tingkat
lanjut meliputi:
1. Administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk pembuatan
kartu pasien.
2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan sub spesialis
3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5. Pelayanan alat kesehatan
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7. Rehabilitasi medis
8. Pelayanan darah
9. Pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et
repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik
orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik; dan
10. Pelayanan jenazah terbatas hanya bagi peserta meninggal dunia pasca
rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS tempat
pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah dan tidak termasuk peti mati

Disamping itu, cakupan pelayanan kesehatan pelayanan rawat inap


tingkat lanjut meliputi:

1. Ruang perawatan kelas III bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dan
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja yang
membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.
21

2. Ruang perawatan kelas II bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima


pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya, serta Anggota TNI dan penerima pensiun
Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya, juga Anggota POLRI
dan penerima pensiun Anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya.
Ruang perawatan ini juga diperuntukkan bagi Peserta Pekerja Penerima
Upah dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji atau
upah sampai dengan 1,5 (satu koma lima) kali penghasilan tidak kena
pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota
keluarganya, dan Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas II.
3. Ruang perawatan kelas I bagi Pejabat Negara dan anggota keluarganya
serta Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya
dan juga Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya. Selain itu, ruang perawatan ini juga diperuntukkan
bagi Anggota POLRI dan penerima pensiun Anggota POLRI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya, Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota
keluarganya, serta janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau
Perintis Kemerdekaan. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah di atas 1,5 (satu
koma lima) sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak
dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya
juga memiliki hak atas ruangan ini dan turut serta Peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.
22

Perlu diketahui pula tentang prosedur rawat jalan tingkat lanjut yang terdiri
dari:

1. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan serta surat rujukan dari


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan identitas
dan surat rujukan
3. Fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan
keabsahan kartu dan surat rujukan serta melakukan input data ke dalam
aplikasi Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP
4. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP
5. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian
tindakan, obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
6. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan
disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan
7. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke poli lain selain yang
tercantum dalam surat rujukan dengan surat rujukan/konsul intern.
8. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke Fasilitas kesehatan
lanjutan lain dengan surat rujukan/konsul ekstern.
9. Apabila pasien masih memerlukan pelayanan di Fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan karena kondisi belum stabil sehingga belum dapat
untuk dirujuk balik ke Fasilitas kesehatan tingkat pertama, maka Dokter
Spesialis/Sub Spesialis membuat surat keterangan yang menyatakan
bahwa pasien masih dalam perawatan.
10. Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil sehingga dapat dirujuk balik
ke Fasilitas kesehatan tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub
Spesialis akan memberikan surat keterangan rujuk balik.
11. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis tidak memberikan surat
keterangan yang dimaksud pada huruf i dan j maka untuk kunjungan
berikutnya pasien harus membawa surat rujukan yang baru dari
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
23

5.3. Sistem Rujukan Berjenjang


Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan pelayanan kesehatan
yang terstruktur dan berjenjang yang dimulai dari strata pelayanan primer,
strata pelayanan sekunder, strata pelayanan tersier dan strata pelayanan
khusus yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh pasien peserta BPJS Kesehatan, dan seluruh fasilitas
kesehatan.
Dalam PMK. No. 1 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan, pasal 4 ayat (3) menyebutkan “Pelayanan kesehatan
tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan
tingkat kedua atau tingkat pertama”.
Di Kota Kupang terdapat 10 puskesmas, 6 Rumah Sakit tipe D, 4
Rumah Sakit tipe C, dan 1 Rumah Sakit tipe B yang menjadi puncak dari
seluruh rujukan.

Tabel.5.1. Daftar Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kota Kupang Tahun


2015
No. Nama Fasilitas Kesehatan Keterangan
1 PUSKESMAS ALAK PUSKESMAS
2 PUSKESMAS BAKUNASE PUSKESMAS
3 PUSKESMAS KUPANG KOTA PUSKESMAS
4 PUSKESMAS NAIONI PUSKESMAS
5 PUSKESMAS OEBOBO PUSKESMAS
6 PUSKESMAS OEPOI PUSKESMAS
7 PUSKESMAS OESAPA PUSKESMAS
8 PUSKESMAS PASIR PANJANG PUSKESMAS
9 PUSKESMAS PENFUI PUSKESMAS
10 PUSKESMAS SIKUMANA PUSKESMAS
11 RST WIRASAKTI Rumah Sakit tipe D
12 RS KARTINI Rumah Sakit tipe D
13 RSU MAMAMI Rumah Sakit tipe D
24

14 RSIA LEONA Rumah Sakit tipe D


15 RS SILOAM Rumah Sakit tipe D
16 RS ST CARROLUS BOROMEUS Rumah Sakit tipe D
17 RSUD KOTA KUPANG Rumah Sakit tipe C
18 RSIA DEDARI Rumah Sakit tipe C
19 RS BAYANGKARA Rumah Sakit tipe C
20 RS TNI AL LANTAMAL VII Rumah Sakit tipe C
21 RSUD PROF. DR. W.Z. JOHHANES Rumah Sakit tipe B
Sumber: Profil data kota kupang dalam angka (2015)

5.4. Pelayanan Gawat Darurat


Dalam keadaan gawat darurat maka:
a. Peserta dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama maupun yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa diperlukan surat rujukan
c. Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa penyakit yang termasuk
dalam kriteria gawat darurat menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta.
Terdapat kurang lebih 171 diagnosa yang termasuk dalam kriteria gawat
darurat, yang terdiri dari sembilan bagian yakni diagnosa bagian anak, bedah,
kardiovaskular,kebidanan, mata, paru-paru, peyakit dalam, THT dan Syaraf.
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel Kriteria Gawat Darurat.
25

5.5. Pemetaan Alur Sistem Rujukan Berjenjang Menggunakan Quantum


GIS
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS)
yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau
informasi geografis (Aronoff, 1989). Adapun komponen SIG yakni perangkat
keras, perangkat lunak, sumber daya manusia dan data. Quantum GIS
merupakan perangkat lunak SIG berbasis open source dan free (gratis) untuk
keperluan pengolahan data geospasial. Dalam pelaksanaanya, diperlukan
beberapa komponen yakni, sebuah komputer yang dilengkapi dengan aplikasi
quantum GIS, data titik koordinat dari Puskesmas dan Rumah Sakit (tipe D,
tipe C dan tipe B), peta dasar wilayah kota Kupang dan aplikasi GPS
converter.
Sebelum memulai pembuatan peta alur rujukan, perlu diperhatikan
kelengkapan data yang ada. Terutama untuk titik koordinatnya. Jika koordinat
menggunakan satuan jam menit sekon (misalnya, S 10 o9’26.471’’ dan E
123o36’37.281’’) ataupun menggunakan satuan derajat desimal ( misalnya,
latitude -10.157353 dan Longitude 123.61035600000002) maka koordinat
tersebut perlu dikonversi ke bentuk universal transverse mecator (UTM)
sebelum terapkan ke quantum QIS lalu disimpan dengan fomat .txt.

Tabel.5.2. Daftar Koordinat UTM Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kota


Kupang Tahun 2015
Koordinat UTM
No. Nama Fasilitas Kesehatan
Timur Utara
1. PUSKESMAS ALAK 562133,0599 8875553,024
2. PUSKESMAS BAKUNASE 564229,0174 8873552,885
3. PUSKESMAS KUPANG KOTA 563656,1358 8876471,748
4. PUSKESMAS NAIONI 566435,4034 8865685,976
5. PUSKESMAS OEBOBO 565450,9046 8876161,35
6. PUSKESMAS OEPOI 567488,321 8875451,115
7. PUSKESMAS OESAPA 571327,5173 8878023,625
26

8. PUSKESMAS PASIR PANJANG 566334,86 8877588,41


9. PUSKESMAS PENFUI 573115,5637 8874426,403
10. PUSKESMAS SIKUMANA 566204,5306 8872351,4
11. RST WIRASAKTI 563898,8532 8876072,031
12. RS KARTINI 568861,0617 8877229,908
13. RSU MAMAMI 566704,6 8877533,98
14. RSIA LEONA 568630,54 8875515,38
15. RS SILOAM 566861,04 8877127,12
16. RS ST CARROLUS BOROMEUS 569019,26 8870204,43
17. RSUD KOTA KUPANG 566610,7208 8878032,758
18. RSIA DEDARI 568968,39 8876032,27
19. RS BAYANGKARA 564934,1136 8876438,724
20. RS TNI AL LANTAMAL VII 560906,69 8875224,29
RSUD PROF. DR. W. Z.
21. 564081,0952 8875887,419
JOHHANES
Sumber : Data Primer

Langkah-langkah pembuatan peta alur rujukan berjenjang:


1. Buka lembar kerja Quantum QIS
2. Tambahkan vektor ( peta dasar kota kupang) dengan menggunakan icon
tambahkan layer vektor.
3. Pada kolom jenis sumber,pilih arsip ; pada kolom sumber klik navigasi
untuk melihat arsip yang tersimpan di komputer. Pilih file dengan
format .shp. lalu open.
27

Gambar 5.1 Tampilan Peta Dasar Kota Kupang pada Lembar Kerja
Quantum GIS

4. Untuk menampilkan perbedaan warna untuk setiap kematan, maka


double klik pada label kecamatan dan klasifikasikan warna pada perintah
style.

Gambar 5.2 Tampilan Hasil Klasifikasi Warna per Wilayah


Kecamatan

Keterangan:
1. Hijau : Kecamatan Alak
2. Biru : Kecamatan Maulafa
28

3. Kuning : Kecamatan Oebobo


4. Putih : Kecamatan Kota Raja
5. Orange : Kecamatan Kelapa Lima
6. Ungu : Kecamatan Kota Lama

5. Selanjutnya masukkan koordinat fasilitas pelayanan kesehatan yang


terlah dikategorikan menjadi 4 (empat) kelompok yakni Puskesmas,
Rumah Sakit tipe D, Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe B
( RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes) melalui ikon tambahkan layer teks.
Pada subkolom definisi geometri, pilih koordinat titik ( kolom X diisi
dengan koordinat timur, kolom Y di isi dengan koordinat utara).
Gambar 5.3. Tampilan Letak Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama di Kota Kupang
29

Gambar 5.4. Tampilan Letak Rumah Sakit Tipe D di Kota Kupang

Gambar 5.5. Tampilan Letak Rumah Sakit Tipe C di Kota Kupang


30

Gambar 5.6. Tampilan Letak RSUD PROF. DR. W. Z. JOHHANES


Kota Kupang

1. Pembuatan alur rujukan berjenjang dari fasilitas pelayanan kesehatan


tingkat pertama (Puskesmas) ke fasilitas pelayanan kesehatan tingat
kedua (Rumah Sakit tipe D dan tipe C) dan berakhir di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat ketiga (RSUD Prof. DR. W. Z.
Johhanes).

Gambar 5.7. Tampilan Peta Alur Rujukan Berjenjang Fasilitas


Kesehatan Kota Kupang Tahun 2015
31

Berdasarkan Gambar 5.7. dapat di lihat bahwa rujukan berjenjang


di Kota Kupang dapat dijalankan sebagai berikut:
1. Puskesmas Naioni dapat melakukan rujukan ke RS St. Carrolus
Borromeus sebelum dilanjutkan ke RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes.
2. Puskesmas Penfui dapat melakukan rujukan ke RSIA Dedari atau
RSIA Leona ataupun RS Kartini sebelum dilanjutkan ke RSUD Prof.
DR. W. Z. Johhanes.
3. Puskesmas Pasir Panjang sebelum melakukan rujukan ke RSUD Prof.
DR. W. Z. Johhanes dapat terlebih dahulu melakukan rujukan ke
RSU Mamami atau RS Siloam ataupun RSUD Kota Kupang.
4. Puskesmas Oesapa dapat melakukan rujukan ke RS Kartini sebelum
dilanjutkan ke RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes.
5. Puskesmas Oepoi dapat melakukan rujukan ke RS Siloam atau RS
Bayangkara sebelum dilanjutkan ke RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes.
6. Puskesmas Oebobo dapat melakukan rujukan ke RS Bayangkara
ataupun RST Wirasakti sebelum dilanjutkan ke RSUD Prof. DR. W.
Z. Johhanes.
7. Puskesmas Kupang Kota sebelum melakukan rujukan ke RSUD Prof.
DR. W. Z. Johhanes dapat terlebih dahulu melakukan rujukan ke RST
Wirasakti
8. Puskesmas Bakunase sebelum melakukan rujukan ke RSUD Prof. DR.
W. Z. Johhanes dapat terlebih dahulu melakukan rujukan ke RST
Wirasakti
9. Puskesmas Alak sebelum melakukan rujukan ke RSUD Prof. DR. W.
Z. Johhanes dapat terlebih dahulu melakukan rujukan ke RST
Wirasakti ataupun RS TNI AL Lantamal VII.

Dengan demikian, jumlah rujukan yang menuju ke RSUD Prof.


DR. W. Z. Johhanes dapat disaring terlebih dahulu di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan diharapkan hal ini dapat
32

mengurangi jumlah rujukan yang masuk ke RSUD Prof. DR. W. Z.


Johhanes.

BAB VI

PENUTUP

6.1. Simpulan
1. Rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat kedua di Kota Kupang tahun 2015 adalah
sebagai berikut:
a. Puskesmas Naioni dapat melakukan rujukan ke RS St. Carrolus
Borromeus.
b. Puskesmas Penfui dapat melakukan rujukan ke RSIA Dedari atau RSIA
Leona ataupun RS Kartini.
c. Puskesmas Pasir Panjang melakukan rujukan ke RSU Mamami atau RS
Siloam ataupun RSUD Kota Kupang.
d. Puskesmas Oesapa dapat melakukan rujukan ke RS Kartini.
e. Puskesmas Oepoi dapat melakukan rujukan ke RS Siloam atau RS
Bayangkara.
f. Puskesmas Oebobo dapat melakukan rujukan ke RS Bayangkara
ataupun RST Wirasakti.
g. Puskesmas Kupang Kota melakukan rujukan ke RST Wirasakti.
h. Puskesmas Bakunase melakukan rujukan ke RST Wirasakti.
i. Puskesmas Alak melakukan rujukan ke RST Wirasakti ataupun RS TNI
AL Lantamal VII
2. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua yang terdiri dari enam Rumah
Sakit tipe D dan empat Rumah Sakit tipe C di Kota Kupang, yakni RST
Wirasakti, RS Kartini, RSU Mamami, RSIA Leona, RS Siloam, RS St. Carrolus
Borromeus, RSUD Kota Kupang, RSIA Dedari, RS Bayangkara dan RS TNI AL
Lantamal VII, dapat melakukan rujukan langsung ke RSUD Prof. DR. W.
33

Z. Johhanes yang mana merupakan Rumah Sakit tipe B yang


berkedudukan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

6.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
Perlunya kesadaran masyarakat khususnya peserta BPJS kesehatan agar
mengikuti alur rujukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Diharapkan agar dapat melakukan rujukan sesuai ketentuan yang berlaku,
dalam hal ini apabila terdapat diagnosa yang dapat ditangani di Fasilitas
Kesehatan tersebut, maka sebaiknya tidak perlu diadakan rujukan ke
tingkat selanjutnya.
3. Bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Diharapkan agar dalam melakukan sosialisasi, pihak BPJS Kesehatan
perlu menekankan mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan tingkat
pertama sehingga peserta dapat melakukan pengobatan sesuai dengan
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah tercetak pada kartu peserta.
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat melakukan studi lebih lanjut untuk melihat alasan
terjadinya penumpukan rujukan di RSUD Prof. DR. W. Z. Johhanes.

Anda mungkin juga menyukai